Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN WIDAL STRIP DAN HCG

A. DASAR TEORI
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui saluran cerna
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui darah. Deman tifoid disebabkan oleh
bakteri yang disebut Salmonella serovarian dan paratyphi. Terdapat ratusan jenis
bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat mengakibatkan penyakit demam
tifoid yaitu Salmonella serovarian typhi, paratyphi A, paratyphi B, paratyphi C (Anonim,
2010).
Di Indonesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada
sepanjang tahun. Umumnya penderita tifus meningkat terutama pada musim kemarau .
pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber air yang mudah tercemar.
Setiap tahun penderita tifus di daerah perkotaan di Indonesia mencapai angka 700-800
kasus per 100.000 penduduk (Anonim, 2010).
Demam tifoid atau yang sering disebut tifus terjadi bila seseorang terinfeksi kuman
Salmonella, yang pada umumnya melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Apabila kuman yang masuk kedalam tubuh sangat banyak dan mampu menembus
dinding usus serta dapat masuk kealiran darah hingga menyebar keseluruh tubuh.
Maka hal ini akan dapat menimbulkan infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran
cerna. Pada hari pertama, sering kali kesulitan membedakan apakah demam yang
timbul disebabkan oleh tifus atau penyebab demam lain seperti demam berdarah
umumnya meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan turun
secara cepat dihari ke 5-6. Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka
sangat memungkinkan demam tersebut disebabkan oleh tifoid bukan karena demam
berdarah (Anonim, 2010).
Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan seperti mual,
muntah, sembelit atau diare. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering
dilakukan untuk mendiagnosa penyakit tifus adalah pemeriksaan widal (Anonim, 2010).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pemeriksaan widal adalah untuk mengetahui adanya antibody
spesifik terhadap bakteri Salmonella.

C. Morfologi dan Identifikasi


Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan jika masuk ke
dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau produk hewan
kepada manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric.
Salmonella merupakan bakteri Gram (-) batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan
flagel peritrich (Soemarno, 2000).
Panjang Salmonella bervariasi, kebanyakan spesies kecuali Salmonella
pullorumgallinarum dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh
pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa.
Bakteri ini termasuk asam dan kadang – kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan
biasanya membentuk H2S. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu
yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau
brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri
enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan dalam
pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi Salmonella dari tinja (Jawetz, 1996).
Salmonella tumbuh dengan situasi aerob dengan suhu optimum 36o C.
- Mac conkey agar, koloni tidak berwarna, jernih, keping, sederhana, bulat, smooth.
- EMB, koloni tidak berwarna, sedang lebih besar dari MC, keping.
- SSA, koloni tidak berwarna, kecil-kecil, smooth, bulat, keeping.
- Desoxycholate Citrate, koloni kecil-kecil, sedang, berwarna, jernih kelabu, smooth,
keeping.
- Endo Agar, koloni kecil, tidak berwarna atau merah muda, kecil-sedang, keeping.
- Hektoen Enteric Agar, koloni kecil sedang, berwarna hijau biru, dengan atau tanpa
warna hitam tengah, koloni bulat, smooth.
- TSI : Lereng = alkali/asam
- Gas = +/- (Soemarno. 2000).
2 Struktur Antigen
Meski pada awalnya Salmonella dideteksi berdasarkan sifat sifat biokimianya,
golongan dan spesiesnya harus di identifikasi dengan analisis antigen. Seperti
Enterobacteriacea lain, Salmonella memiliki antigen O (dari keseluruhan berjumlah
lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satu atau kedua fase. Beberapa
Salmonella mempunyai antigen simpai (K) yang disebut V1 yang dapat menganggu
aglutinasi melalui anti serum O, antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang
dimilikinya. Tes aglutinasi dengan anti serum serapan untuk antigen O dan H yang
berbeda merupakan dasar untuk klasifikasi Salmonella secara serologi. (Jawetz,
1996).

2.3 Demam Tifoid


Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella typhi yang masih di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropics (Anonim, 2010).
Penularannya dapat terjadi melalui kontak antar manusia atau jika makanan dan
minuman yang di konsumsi terkontaminasi di karenakan penanganan yang tidak bersih.
Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit ( masa inkubasi ) tergantung dari
banyaknya bakteri apa yang masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-
14 hari. (Anonim, 2010).
Penyakit demam tifoid ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena penyebarannya berkaitan dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk, serta standar hygiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah (Anonim, 2010).

2.4 Gejala Penyakit Tifus


Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala mengenai infeksi akut pada umumnya
seperti demam, sakit kepala, mual, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-
anak atau sulit buang air besar pada orang dewasa. Suhu tubuh meningkat terutama
pada sore hari dan malam hari (Anonim, 2010).
Setelah minggu ke dua gejala menjadi lebih jelas , yaitu demam yang tinggi terus
menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut keriting, bibir kering dan pecah –
pecah, lidah di tutupi oleh selaput putih kotor, pembesaran hati dan limfa, serta timbul
rasa nyeri bila di raba, dan gangguan kesadaran dari yang ringan, apatis, koma
(Anonim, 2010).
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan, kebocoran usus,
infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak. Jika terdapat gejala
penyakit tifus segera di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa
penyakit tifus, koma. Keterlambatan diagnose dapat menyebabkan komplikasi yang
berakibat fatal, sampai pada kematian (Anonim, 2010).
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna. Tetapi bisa terjadi
komplikasi terutama bila tidak di obati atau pengobatan terlambat berupa:
a. Perdarahan usus (2 % penderita)
Perforasi usus (1-2 % penderita yang menyebabkan nyeri perut karena isi usus
menginfeksi rongga perut).
b. Infeksi kantung kemih dan hati
c. Infeksi darah ( bakterimia) yang kadang menyebabkan infeksi organ tubuh lainnya.

2.5 Identifikasi Kuman Melalui Uji Serologi


Uji serologi di gunakan untuk membantu menegakkan diagnose demam tifoid
dengan mendeteksi anti bodi spesifik terhadap komponen anti gen S. typhi maupun
mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologi yang dapat digunakan pada
demam tifoid ini meliputi:
a. Uji Widal
Merupakan suatu metode serologi baku dan rutin. Teknis aglutinasi ini dapat
dilakukan dengan uji hapusan atau uji tabung. Uji ini di lakukan dengan mencampur
serum yang sudah di encerkan dengan suspensi Salmonella mati yang mengandung
anti gen O (somatik) dan H (flagel).

b. Test Tubex
Test aglutinasi kompetitif semikuaantitatif yang cepat dan sederhana dengan
menggunakan partikel berwarna untuk meningkatkan sensitifikasi. Spesifikasi di
tingkatkan dengan menggunakan antigen O yang benar – benar spesifik yang hanya di
temukan pada Salmonella setogrup D.
c. Metode Enzyme Immunoassay
Didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgM terhadap
antigen OMP 50 kp. S. typhi. Deteksi IgM menunjukkan fase awal infeksi pada demam
tifoid akut, sedangkan IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid fase pertengahan
infeksi.
d. ELISA
Dipakai untuk melacak antibody IgG , IgM, IgA terhadap antigen LPS Og, antibody
terhadap antigen d (Hd) flagel dan antibody terhadap antigen S. typhi.
e. Pemeriksaan Dipstik
Dikembangkan di Belanda dalam mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap
antigen LPS. S. typhi dengan menggunakan membran nitrose lulosa yang mengandung
antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti human immobilized
sebagai reagen control.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum pemeriksaan Widal “Slide” dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 3 Mei,
2011. Bertempat di Laboratorium STIKES Wiyata Husada Samarinda.

3.2 Prinsip
Uji widal darah adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutin dalam serum
penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda beda terhadap antigen somatik
(O)dan flagel (H) yang ditambahkan dalam jumlaah yang sama sehingga terjadi
aglutinasi.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu :
- Slide putih/objek glass
- Mikropipet
- Sentrifuge
- Yellow tape
- Batang pengaduk

3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu :
- Antigen Salmonella typhi O
- Antigen Salmonella typhi H
- Antigen Salmonella paratyphi AH
- Antigen Salmonella paratyphi OH
-
3.4 Sampel
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu serum dari
saudari :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

Nama : Mr.X
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin: laki-laki

3.5 Cara Kerja


- Siapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.
- Dengan mikropipet masukkan serum sebanyak 20 µl ke atas kaca yang telah
disiapkan.
- Kemudian ditambah 1 tetes antigen, dan homogenkan.
- Setelah itu dirotator selama 1 menit.
- Perhatikan aglutinasi yang terjadi.
- Jika positif, maka lakukan pengenceran :
- Serum 10 µl di tambah 1 tetes reagen
- Serum 5 µl di tambah 1 tetes reagen

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum yang dilakukan yaitu pemeriksaan widal cara slide didapat hasil:
1. Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Hasil pemeriksaan :  salmonella thypi 0 =
 salmonella thypi H =
 salmonella thypi AH =
 salmonella thypi OH =

2. Nama :Mr.X
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hasil Pemeriksaan :  salmonella thypi 0 =
 salmonella thypi H =

4.2 Pembahasan
Uji widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang berarti bahwa seseorang pernah
terinfeksi kuman Salmonella tipe tertentu. Untuk menentukan seseorang menderita
demam tifoid atau bukan, tetap harus didasarkan atas gejala-gejala yang sesuai
dengan penyakit tifus. Uji widal hanya dapat dikatakan sebagai penunjang diagnose jika
seseorang tanpa gejala dengan uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus.
Beberapa yang sering disalah artikan dari pemeriksaan widal adalah pemeriksaan
widal positif dianggap ada kuman didalam tubuh. Pemeriksaan widal yang diulang
setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil widal positif untuk
waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk
menyatakan kesembuhan seseorang.
Hasil untuk pemeriksaan widal positif telah mendapat pengobatan tifus, bukan
indikasi untuk mengulang pengobatan bila mana tidak didapatkan lagi gejala yang
sesuai. Hasil uji negative dianggap tidak menderita tifus.
Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi.
Karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali hasilnya negatif dan
baru akan positif bila mana pemeriksaan diulang. Dengan demikian hasil uji widal
negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan
kemungkinan tifus.
Widal, seperti semua hasil pemeriksaan laboratorium, harus di interpretasikan
dengan bijak. Tanda-tanda klinis, penderita terus lebih diutamakan daripada reaksi
widal positif. Tifus tidak pernah dimulai dengan demam tinggi pada hri pertama sampai
ketiga. Bila demam terus berlanjut dan pada hari 5-6 menjadi lebih tinggi maka barulah
tiba waktunya untuk memeriksa widal dan melakukan biakan kuman dari darah. Hasil
biakan kuman yang positif merupakan bukti adannya tifus.
Kelemahan dari pemeriksaan widal yaitu sensitifitas yang kurang member hasi
negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes widal
negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi tifus.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pemeriksaan widal secara rapid slide test. Terhadap serum dari Dewi
yulianti didapatkan bahwa sampel tersebut tidak terdapat antibody Salmonella.
Segangkan pada sampel Mr.X di dapatkan adanya antibody salmonella thypi O positif
1/160.

5.2 Saran
- Sebaiknya pemeriksaan widal ini saat melaukan pembacaan harus tepat 1 menit.
Karena jika < 1 menit akan didapatkan hasil negatif palsu. Sedangkan jika > 1 menit
maka akan mendapatkan hasil positif palsu.
- Hal yang terpenting dalam pengobatan tifus adalah medeteksi sedini mungkin sehingga
dapat menghindari terjadinya komplikasi.
- Perawatan pada penderita tifus dapat dilakukan dirumah yaitu dengan beristirahat,
cukup minum dan makan makanan dengan gizi dan protein yang cukup.
- Hidari makanan pedas atau asam karena dapat mengiritasi usus dan beresiko
menimbulkan pendarahan.
- Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi. Carier atau pembawa
kuman dapat dialami pada sebagian kecil penderita yang tidak mendapat pengobatan
secara tuntas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. http://www.prodia.co.id


Anonim.2010. http://www.wido25.blogster.com
Anonim, 2010. http://beingmom.org/2007/10/demam-tifoid
Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi Analis

kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Diposkan oleh Rahmat Hidayat di 20.02 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: laporan Imunologi

Tes kehamilan Metode Gali Mainini

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arti hamil atau kehamilan adalah bila seseorang wanita mengandung sel telur yang
telah dibuahi atau di hamilkan oleh sperma. Dahulu untuk menguji kehamilan, di
gunakan berbagai macam reaksi, antara lain yaitu :
a. Reaksi dari Hogben
Untuk reaksi ini diperlukan kodok dari Afrika Selatan, yaitu Xenopus laevis.
b. Reaksi dari Consulof
Untuk reaksi ini digunakan kodok berwarna yang disebu Rana exculenta.
c. Reaksi dari Friedman
Friedman adalah dokter gynacologi dari Jerman. Binatang yang digunakan adalah
kelinci betina yang telah diasingkan 3 minggu supaya tidak kawin, karena kelinci tidak
akan ovulasi bila tidak berhubungan dengan jantan.
d. Reaksi Galli Mainini
Pada praktikum kali ini akan dilakukan uji kehamilan dengan metode Galli Mainini.
Walaupun, pada jaman sekarang ini sudah banyak dilakukan uji kehamilan yang lebih
sederhana, mudah, dan lebih modern, tidak ada salahnya kita sebagai mahasiswa
mengetahui cara melakukan uji kehamilan secara Galli Mainini.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui cara uji kehamilan (Galli Mainini) dengan menggunakan katak Buffo
vulgaris jantan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanda-tanda kehamilan


Dalam urine perempuan yang sedang hamil terdapat semacam hormon sifatnya
menyerupai hormone Gonadotropin (yang berbentuk glikoprotein) dari bagian depan
(lobus anterior) kelenjar hypofisis. Hormone ini tidak hanya pada perempuan hamil
tetapi juga terdapat pada cancer dan ovarium. Permukaan menopause, kehamilan yang
abnormal, abortus mola, tumor dari testis, dan lain sebagainya. (Zr. Cristina Ibrahim,
1971).
Tanda – tanda kehamilan ada yang di bagi menjadi dua saja, yaitu :
 Tanda–tanda tidak pasti
 Tanda–tanda pasti
Dan ada pula yang membaginya menjadi tiga macam, yaitu :
 Tanda–tanda tidak pasti
 Tanda–tanda kemungkinan
 Tanda–tanda pasti
(Zr. Cristina Ibrahim, 1971).
Adapun gunanya mengetahui tanda–tanda kehamilan itu agar benar-benar
mengetahui apakah ibu yang perutnya besar itu hamil atau tidak, karena tidak semua
ibu yang perutnya besar itu hamil. Perut besar biasa disebabkan karena asitues, ovarial
cyste, myoon, tumor dan lain sebagainya (Zr. Cristina Ibrahim, 1971).
.
2.2 Tanda – tanda tidak pasti
a. Amenorhoe
Pendarahan yang disebabkan k arena implantasi dari ovum ke dalam deciduas.
Pendarahan ini tidak terlalu banyakdan lama bila dibandingan dengan menstruasi
biasa.

b. Perubahan buah dada


c. perasaan mual di waktu pagi (morning sickness)
d. Pergerakan janin yang pertama, disebut juga Quickening . quick ini berarti pula hidup,
adanya Quickening menandakan adana individu yang hidup.
e. Sering buang air kemih.
f. Membesarkan perut.

2.3 Tanda – tanda kemungkinan


a.Tanda – tanda dari hegar
Berdasarkan adanya uterus segmen bawah yang lebih lunak daripada bagian yang
lain dan embrio belum mengisi bagian seluruh ruangan uterus, tetapi biasanya
bertempat diatas dekat fundus uterine.
b.Tanda – tanda dari piskacek
Berdasarkan adanya tempat yang kosong pada rongg uterus karena embrio
biasanya terletak di sebelah atas, sehingga pada pemeriksaan dimanual akan terasa
benjolan yang asimetris.
c.Tanda – tanda Braxton Hicks
Berdasarkan adanya kontraksi – retraksi, dan relaksasi pada otot – otot utrus yang
sedang membesar.
d.Tanda – tanda Chadwick
Berdasarkan adanya kongesti setempat ialah pada uterus karena uterus sangat
banyak membutuhkan darah.
e. Reaksi biologik
- Reaksi Hogben
Menggunakan kodok xenopus laevis, disuntikan dengan 2 cc urin wanita yang
sedang hamil. Bila reaksi positif maa kodok akan mengadakan ovlasi dengan tanda
mengeluarka telur dalam waktu 12 – 24 jam.

- Reaksi dari Consulof


Menggunakan kodok rana exculenta, sebelum di gunakan kodok ini di ambil kelenjar
hypohysenya lebih dahulu hingga warna kodok menjadi pucat. Kemudian kodok ini
disuntikan dengan 2,5 cc urin wnta yang sedang hamil, bila setelah disuntik warna
kodok tersebut menjai cokelat, maka reaksi kehamilan positif.
- Reaksi dari Galli Mainini
Menggunakan kodok jantan buffo vulgaris disuntikan 5 c air kemih wanita yang
sedang hamil pada bagian bawah kulit peerut kodok. Jika hasil dari uji tersebut adalah
positif maka akan di temukan sperma pada air kemih kodok yang telah didiamkan
selama 3 jam.
- Reaksi Friedman
Menggunakan kelinci betina yang telah 2 minggu diasingkan dari jantan. Disuntikan 5
cc air kencing wanita yang sedang hamil intravena pad vena telinga kelinci selama 2
hari berturut – turut. Setelah 24 jam laludilakukan laparotomi, diambil ovarium,
diperiksa, bila ada korpus rubra dan lutea maka hasil tersebut adalah positif.
- Reaksi Aschiem Zondek
Menggunakan 5 ekor tikus betina imatur, pada hari kelima di dakan operasi pada
tikus – tikus betina yang telah di suntik itu. Operasi di titik beratkan pada perubahan
ovarium tikus putih, apakah ada korpus rubrum. Jika ada maka hasilnya adalah positif,
yang menandakan adanya prognandiol dalam air kemih menyebabkan adanya ovulasi
pada tikus yang belum dewasa.
f. Reaksi Imunologik
Dasarnya adalah reaksi antigen – antibody, dimana hcg bersifat antigen, sebagai
antibody di kenal pregnosticon, gravidex dan qoravis.

2.4 Tanda – tanda pasti


a. Terdengarnya detik jantung anak
b. Terabanya bagian – bagian anak
c. Pergerakan anak
d. Pemeriksaan roentgen (Zr. Cristina Ibrahim, 1971)

2.5 Alat Reproduksi


Alat kelamin pada katak jantan terdiri atas satu pasang testis yang berwarna putih
kekuning – kuningan. Disebelah mukanya terdapat badan lemak yang dinamakan
korpus adiposum.testis menghasilkaan spermatozoa di keluarkan melalui saluran halus
menuju ke ginjal dan dikelarkan bersama – sama air kencing melalui ureter.alat kelamin
betina terdiri ats satu pasang ovarium yang terletak pada rongga perut. Pada musim
birahi, ovarium ini membesar dan berisi ovum, yang kemudian akan di keluarkan masuk
dalam corong oviduct (infundibulum) dan di lanjutkan ke saluran telur (oviduct). Letak
corong ovidut yaitu disebelah cranial dari ovarium. Dalam saluran telur itu, ovum di
lengkapi dengan selaput telur berbentuk selai yang di keluarkan oleh dinding saluran
telur di keluarka pada saat kopulasi. (Soedarjatmo, 1991).
Pada laki-laki dan perempuan, gonad memiliki fungsi endokrin dan reproduksi
sperma dan ovum berasal dari epitel germinatifum, sedang epitel sekretorik yang
secara embriologis berbeda menghasilkan testosteron pada laki –laki, dan estrogen
serta progesterone pada laki – laki. (Sacher, 2004)
Hormone–hormone hipofisis yang mengatur sekresi endokrin sehingga
mempengaruhi fungsi reproduksi. Hormone – hormn tropic ini baik pada laki–laki
maupun perempuan, disebut follicle stimulating hormone (FSH) dan lutoinizing hormone
(LH). (Sacher, 2004)
Hormone gonadotropin chronik (HCG) merupakan hormone glikoprotein yang unik
untuk plasenta yang sedang tumbuh. Sebelum immunoassay tersedia paa tahun 1960-
an uji–uji kehamilan menggunakan bioassay yang memerlukan hewan (kelinci, tikus,
dan katak) untuk membuktkan adanya HCG dalam serum atau urine. Tes yang
menggunakan kelinci, tikus, dan katak pada waktu ini telah diganti oleh tes imunologik
yang menggunakan antibody terhadap HCG, (Sacher, 2004)
Dari kelima reaksi yang dilakukan untuk menguji adantya kehamilan pada seorang
wnita, yang banyak di gunakan pada rumah sakit besar maupun kecil adalah reaksi
Galli Mainini hal ini disebabkan karena reaksi ini menggunakan kodok yang mudah di
dapat. Kodok yang di gunakan adalah kodok biasa yaitu Buffo vulgaris dengan berat
katak antaa 25–30 gram yang hidup di padang rumput dekat rumah–rumah, tetapi katak
jantan tersebut tidak mempunyai sel mani. Jadi kodok ini sebelum disuntikan dengn urin
wanita yang sedang hamil, diperiksa terlebih dahulu urin katak tersebut apakah
mengandung sel mani atau tidak mengandung sel mani, lalu urin penderiuta disuntikan
pada katak, jika mengandung sel mani berarti menandakan bahwa reaksi kehamilan
positif, sehingga dapat di ketahui pregnandiol mempengaruhi keluarnya sel mani. (Zr.
Christina Ibrahim, 1971)
Telah kita ketahui bahwa dalam melakukan reaksi Galli Mainini harus di gunakan
katak Buffo vulgaris jantan. Adapun ciri – ciri dari katak Buffo vulgaris jantan adalah
sebagai berikut :
1. Pada telapak kaki depan terdapat penebalan berwarna hitam.
2. Pada kulit leher bagian ventral terdapat warna agak merah yang kekuning –
kuningan.
3. Warna tubuh biasanya lebih agak gelap di banding dengan betina.
(Anonim, 1989).

2.6 Ciri-ciri Kelas Amphibia


Ciri–ciri dari kelas Amphibia adalah :
Kulit selalu basah karena mengandung lendir, kebanyakan tidak bersisik, kecuali
memiliki dua pasang anggota gerak untuk jalan atau berenang,jari kaki 4–5 atau
kurang, tidak berkuku atau cakar, ada yang tidak berkaki, jantung beruang tiga, dua
atrium satu ventrikel, sel darah merah bentuknya oval dan memiliki inti sel, bernafas
dengan insang, paru – paru, dan kulit atau lapisan dinding rongga mulut (Soedarjatmo,
1991).
Berdarah dingin, suhu tubuh berubah – ubah sesuai suhu di sekitarnya (poikiloterm),
fertilisasi umumnya eksternal, tetapi ada yang internal,n kebanyaka ovipar, telur
dibungkus lapisan lendir, diletakkan di air, larva hidup di air bernafas dengan insang
luar, insang dalam, bentuk ewasa bernafas dengan paru – paru atau kulit dan hidup di
air atau termasuk tempat yang lembab di darat (Soedarjatmo, 1991).
Hormone HCG tidak hanya terdapat pad perempuan hamil saja, tetapi terdapat juga
pada cancer dari ovarium, permulaan menopause, kehamilan yang abnormal, abnrtus,
tumor dari testis, dan lain – lain. Bentuk dari chonon gonadotropin belum begitu jelas,
(Anonim, 1989).
Penetapan HCG dalam urin sejak lama di pakai sebagai indikator kehamilan. Saat ini
uji serologic, HCG dalam cairan tubuh, di samping digunakan untuk kehamilan, juga
dapat dipakai untuk menunjang diagnosis kehamilan I luar kandungan, memperkirakan
terjadinya abnotus, tumor tiofoblastik, tumor testicular, bahkan beberapa jenis tumor
lain yang tidak berasal dari tiofoblas, (Kresno, 1985).

BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum pemeriksaan tes kehamilan biologik (Galli Mainini), dilaksanakan pada hari
selasa, 12 april 2011. Di laboratorium STIKES Wiyata Husada Samarinda.
3.2 Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan metode galli mainini,
dengan hewan percobaannya adalah menggunakan katak jantan (buffo vulgaris).

3.3 Prinsip
Hormon HCG (Human Choironic Gonadotropin) yang terdapat didalam urine wanita
hamil yang dimasukkan ke dalam kloaka katak jantan. Dan akan merangsang katak
tersebut untuk mengetahui ada atau tidaknya spermatozoa didalammya.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Adapun alat yang dipergunakan pada praktikum ini adalah:
- Mikroskop
- Beker glass
- Spuit
- Kaca penutup
- Kaca benda
- Pipit pasteur
- Lidi kapas
- Stopwatch
- Tempat katak

3.3.2 Bahan
Adapun bahan–bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Katak jantan (buffo vulgaris)
- Urine wanita hamil

3.4 Cara kerja


- Di sediakan beberapa ekor katak bengkerok (Buffo Vulgaris) jantan dewasa.
- Di rangsang dengan menggunakan lidi berbungkus kapas pada bagian kloakanya,
kemudian jika keluar sesuatu,maka letakkan cairan tersebut pada objek glass.
- Di Periksa cairan tersebut dengan mikroskop menggunakan perbesaran 40X.
- Diperhatikan apakah cairan tersebut mengandung sperma atau tidak. Jika mengandung
sperma, maka katak tidak dapat digunakan untuk praktikum. Jika tidak mengandung
sperma, maka :
- Disiapkan 3ml urine wanita hamil dengan menggunakan spuit.
- Disuntikkan urine tersebut secara sub-kutan (dibawah kulit) dengan cara mencubit atau
menarik kulit katak kemudian disuntikkan.
- Dikembalikan katak pada tempatnya, ditunggu hingga 1 jam untuk dapat melihat
reaksinya. Setelah 1 jam, maka :
- Dirangsang lagi katak pada bagian kloaka dengan lidi kapas. Liha adanya cairan yang
keluar.
- Di amati cairan yang keluar tersebut dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x.

3.5 Interpretasi Hasil


Hasil positif : Bila pada urine katak di temukan adanya sperma.
Hasil negatif : Bila pada urine katak tidak di temukan adanya sperma.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil pemeriksaan uji kehamilan cara biologis reaksi Galli Mainini diketahui
bahwa :
Kodok 1 : tidak mendapatkan hasil (tidak ada urine katak setelah disuntikkan urine wanita hamil).
Kodok 2 : tidak mendapatkan hasil (tidak ada urine katak setelah disuntikkan urine wanita hamil).

4.2 Pembahasan
Dalam melakukan praktikum pemeriksaan uji kehamilan cara biologis reaksi Galli
Mainini, bias di peroleh hasil negative palsu, hal ini disebabkan oleh :
a. Urine umur kehamilan yang di pilih kurang sesuai, karena jika umur kehamilan sudah
mencapai > 5 bulan, maka HCG yang ada dalam wanita hamilsemakin lama akan
semakin berkurang,sehingga menyebabkan berkurangnya rangsangan katak untuk
mengeluarkan sperma.
b. Kurang teliti dalam menyuntikan bagian tubuh katak.
c. Kurang tepat dalam cara menyuntikan urin, bias jadi pada saat penyuntikan , banyak
urine yang tidak masuk atau keluer dari area yang diinginkan.
d. Kurang tepat dalam menyuntikan jumlah urine, sehingga jumlah urin yang masuk
kurang banyak atau berlebihan, sebaiknya jumlah urine yang di suntikan pada katak
disesuaikan dengan besarnya katak.
Dapat diperoleh hasil positif palsu, di sebabkan oleh karena :
a. Pada saat katak belum di suntikan dengan urin orang hamil, pada urin katak tersebut
sudah terdapat sperma, sehingga setelah katak di suntikan dengan urin orang hamil,
urin dari katak tersebut dapat terlihat sperma juga dan tidak dapat di bedakan, apakah
sperma tersebut berasal dari rangsangan HCG yang terdapat dalam urin orang hamil
atau sperma karena katak yang sedang birahi karena pada saat meletakan di suatu
tempat, katak jantan tersebut tercampur dengan katak betina.
b. Pada praktikum kali ini kita tidak menggunakan katak betina tetapi melainkan katak
jantan dengan cirri – ciri sebagai berikut :
- Tubuhnya ramping
- Tadannya kecil – sedang
- Kaki depannya ada kaitnya
- Kakinya mencengkram
- Kantung suaranya besar, tidak birahi.
Produksi HCG meningkat sampai kurang lebih hari ke 60 kehamiln dan untuk
kemudian menurun kembali. Satu minggu postpartum HCG tidak di temukan kembali
dalam serum dan air kencing. Fungsi dari HCG ini adalah mempertahankan korpus
ikteum yang membuat estrogen dan progsteron sampai pada saat plasenta
terbentuksepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup estrogen dan progesterone.
Pada saat it kadar HCG juga turun , HCG di buat di plasenta.
HCG berguna untuk mendeteksi kehamilan sedini mungkin sebaiknya urin yang
digunakan untuk pemeriksaan kehamilan adalah urin pertama pagi yang pekat karena
mengandung lebih banyak hormone HCG/satuan volume.
Karena uji kehamilan ini mnggunakan kadar hormone HC dalam urin untuk
mengetahui kehamilan, kadang – kadang memang menunjukan hasil yang negative
pada kasusu – kasus tertentu, misalnya pada kehamilan yang terlalu dini. Jika kadar
hormone pada urin belum tinggi, otomatis hantya muncul satu garis dan dianggap
negatif (pada pemeriksaan strip tes).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Dari pemeriksaan kehamilan reaksi Galli Mainini, di dapatkan kesimpulan bahwa, urine
wanita hamil bereaksi positif, ditandai dengan adanya sel sperma pada urine katak
yang di periksa.
- Keadaan katak stres dapat menyebabkan katak tidak dapat atau susah untuk
mengeluarkan urine.

5.2 Saran
- Pada pemeriksaan kehamlan Galli Mainini sebaiknya menggunaan pagi atau urine yang
pekat.
- Sebaiknya menggunakan urine orang hamil yang masih berusia 5 bulan karena pada
usia tersebut, hormone HCG kadarnya sangat tinggi.
- Sebaiknya pada saat melakukan praktikum di gunaka sarung tangan karena urine katak
mengandung toksin yang menyebabkan dermatitis pada kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Serologi. Jakarta : Pendidikan Tenaga Kesehatan RI.

Anonim. 2009. http://one:indoskripsi.com/content/Uji-Kehamilan-Galli-Mainini.


Corwin, J. Elizabeth.2000. Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Ibrahim. Zr. Christina.S. 1971. Perawatan Kebidanan I. Jakarta : Bhratara.

Kresno, Siti Boerding. Imunologi Penuntun Praktikum Imunologi Serologi, Jakarta : FKUI.

Sacher, Ronald A. Richard, A.Mc Pherson.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium Edisi 2. Jakarta : EGC.
Soedarjatmo, dkk. 1991. Biologi. Klaten : Intan Pariwara.

Diposkan oleh Rahmat Hidayat di 17.52 3 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: laporan Imunologi
Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Anda mungkin juga menyukai