Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknik Pembiakan


Pembiakan merupakan proses perbanyakan organisme melalui penyediaan
kondisi lingkungan yang sesuai. Pembiakan dapat juga didefinisikan ketika suatu
mikroorganisme yang sedang tumbuh membuat replikanya sehingga jumlahnya
semakin banyak. Mikroorganisme dalam hal ini membutuhkan adanya elemen-
elemen dalam komposisi kimia mereka selama pembiakan berlangsung. Nutrisi
harus menyediakan elemen ini dalam bentuk yang mudah dimetabolisme.
Faktor yang harus dikontrol selama pertumbuhan mikroorganisme itu
meliputi nutrisi, pH, temperature, aerasi, konsentrasi garam dan kekuatan ionik
medium. Teknik pembiakan dilakukan berdasarkan tujuan melakukan pembiakan
mikroorganisme. Umumnya tiga situasi dapat ditemukan yaitu memperbanyak
atau menumbuhkan spesies tertentu, menentukan jumlah dan tipe organisme yang
ada pada sample, mengisolasi organisme tertentu dari sumber alami. Media yang
mengandung bahan disertai dengan kondisi yang telah sesuai dan ditentukan guna
memperbanyak spesies tertentu harus disiapkan untuk pertumbuhan spesies
tersebut. Suatu jenis media yang bersifat selektif dan kaya nutrient dibutuhkan
untuk hal ini sehingga pertumbuhan mikroorganisme akan berjalan baik.
Bakteri sebagai suatu mikroorganisme pada umumnya hanya mengenai
satu macam pembiakan saja, yaitu pembiakan secara aseksual atau vegetatif.
Pembiakan ini berlangsung dengan cepat jika faktor-faktor luar menguntungkan.
Pembelahan diri bakteri dapat dibagi atas 3 fase. Fase pertama adalah fase
diantara sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada arah
memanjang, sekat tersebut diikuti oleh suatu dinding melintang ini tidak selalu
merupakan penyekat yang sempurna, ditengah-tengah sering ketinggalan suatu
lubang kecil, dimana protoplasma kedua sel baru masih tetap berhubung.
Hubungan-hubungan antara protoplasma disebut plasmadesmida. Fase terakhir
ialah berpisah, yaitu yang satu terlepas sama sekali daripada yang lain setelah
dinding melintang menyekat secara sempurna. Bakteri yang semacam ini
merupakan koloni yang merata, jika dipiara pada medium padat. Bakteri-bakteri
yang dindingnya lebih kokoh itu tetap bergandeng-gandengan setelah pembelahan
bakteri macam ini merupakan koloni yang kasar permukaannya.
Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH
yang tepat. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu
basa, kecuali Vibrio cholerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga
merupakan variabel yang perlu dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil,
suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC (Volk, 1993).
PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan
dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu
asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat
hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam
untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain pH sebagai
penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan.
Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi
macam ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme
bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium
agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika. Bahan agar yang utama
adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus Gelidium).
Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang
lebih 43oC (Hadioetomo, 1993).
2.2. Inokulasi Bakteri
Penanaman bakteri atau disebut juga inokulasi bakteri adalah proses
pemindahan suatu biakan bakteri dari suatu tempat berupa tabung reaksi ke
tempat lain dengan tujuan untuk mengembangbiakkan. Pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru harus dilakukan dengan
tingkat ketelitian dan kesterilan yang sangat tinggi. Hal utama yang harus
diperhatikan untuk melakukan inokulasi bakteri adalah agar semua alat yang ada
dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril. Kesterilan ini bertujuan
untuk enghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Prinsip dari isolasi bakteri adalah memisahkan satu jenis bakteri dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam bakteri. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel bakteri akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar
memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga
memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok
massa sel yang masih dapat dilihat dengan mata tanpa alat pembantu.
Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan
menginokulasi medium agar nutrien atau nutrien agar dengan metode agar tuang
atau media agar sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri.
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara cepat
sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat
dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni
merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 2007).
Suatu jenis koloni bakteri yang terpisah dari koloni campurannya akan
lebih mudah untuk diamati. Teknik untuk memisahkan dan mendapatkan koloni
tunggal serta pemeliharannya terdapat beberapa jenis. Teknik-teknik pemisahan
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk
menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang
paling sering digunakan dalam penghitungan koloni adalah cara penghitungan
koloni pada lempeng pembiakan (plate count) atau dapat dilakukan penghitungan
secara langsung yaitu secara mikroskopis (Burrows, 2004).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan
suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang adanya faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan
pertumbuhan mikroba. Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
meliputi suplai energi, suhu atau temperatur, keasaman atau kebasaan yang
dinyatakan dengan pH, serta ketersediaan oksigen (Suriawiria, 2005).
Ruangan tempat inokulasi bakteri harus disiapkan dan dipastikan bersih
serta dalam keadaan yang steril sebelum melakukan inokulasi. Tujuan sterilisasi
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan di labotarium
pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam
sebuah kotak kaca atau encast, dimana udara dilewatkan dalam saringan melalui
suatu jalan dengan tujuan agar terkena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
Pemindahan dengan pipet dilakukan dalam penyelidikan air minum atau
pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air
sebanyak 99 ml murni. Pemindahan dengan kawat inokulasi dilakukan dengan
ujung kawat inokulasi dari platina atau nikel. Ujung dari kawat bisa lurus atau
berupa kolongan yang diameternya 1-3 mm. Kawat terlebih dahulu dipijarkan
sedangkan sisanya berupa tungkai cukup dilewatkan nyala api saja, kemudian
setelah dingin kawat itu disentuhkan kembali ke dalam nyala (Pelczar, 1986)

2.3. Inkubasi Bakteri


Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme, dalam
hal ini bakteri, yang telah diinokulasikan pada media (padat atau cair), kemudian
di simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat bagaimana pertumbuhannya.
mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik bila suhu inkubasi tidak sesuai
dengan yang diperlukan. Media inkubasi pada umumnya digolongkan menjadi 2
jenis, yaitu pada lemari biasa atau suhu kamar, dan pada incubator yang suhunya
dapat di tentukan. Proses ini bertujuan agar kita dapat melihat pertumbuhan atau
perkembangbiakan pada mikroorganisme. Inkubasi dapat difenisikan sebagai
proses memelihara kultur mikroba dalam suhu tertentu selama jangka waktu
tertentu guna memantau pertumbuhan yang terjadi pada bakteri.
2.3.1. Media yang Digunakan Pada Inkubasi Mikroba
Media inkubasi digolongkan menjadi dua, yaitu pada lemari biasa, atau
suhu kamar dan pada inkubator yang suhunya dapat di tentukan. Inkubator adalah
alat dengan suhu atau kelembaban tertentu yang digunakan untuk menginkubasi
atau memeram mikroba. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042
misalnya adalah 10-70oC. Suhu di dalam inkubator adalah konstan dan dapat
diatur sesuai dengan tujuan dilakunnya inkubasi. Inkubator di dalam laboratorium
mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu,
menumbuhkan ragi dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme pada
suhu rendah. Ciri dari inkubator adalah memiliki sekat untuk menumbuh
kembangkan mikroba, terdapat sekat kaca pada pintunya yang berfungsi untuk
mempermudah melihat mikroba yang sedang diinkubasi tanpa membuka dan
menutup bagian dalam dari inkubator sehingga suhunya tetap terjaga.
2.3.2. Permasalahan yang Umum Terjadi pada Inkubasi
Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme setelah
inokulasi dengan tujuan agar dapat melihat pertumbuhannya atau disebut juga
proses memelihara kultur mikroba dalam suhu tertentu selama jangka waktu
tertentu guna memantau pertumbuhan yang terjadi pada bakteri. Sebagai suatu
proses, pasti akan selalu terdapat permasalahan yang yang umumnya apabila
terjadi pada inkubasi maka akan menghambat bahkan dapat membuat hasil yang
diinginkan tidak tercapai. Permasalahan yang umum terjadi tersebut antara lain:
1) Pertumbuhan spreader atau koloni yang melebar
2) TNTC (Too Numerous To Count)
3) Terdapat gelembung pada kertas membran
4) Membran terangkat dan terlipat
5) Koloni tersebar tidak merata (terkumpul di pinggir atau disuatu tempat)
6) Pertumbuhan di luar bekas corong dan bekas pinset
7) Inkubasi terlalu lama
2.4. Medium Inokulasi
Media yang digunakan dalam inokulasi terdiri dari beberapa macam, yaitu
piaraan campuran (mixed culture), piaraan lempengan (plate culture), piaraan
miring (slant culture), piaraan tusuk (stab culture), piaraan cairan (liquid culture),
dan piaraan adukan (shake culture). Mixed culture adalah media piaraan campuran
yang berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme. Plate culture adalah piaraan
lempengan yang merupakan media padat dalam cawan petri, dimana piaraan
diperoleh dengan menggesek ujung kawat inokulasi yang membawa jamur pada
permukaan agar-agar lempengan dalam cawan petri hingga nantinya meliputi
seluruh permukaan. Slant culture adalah media padat dalam tabung reaksi. Piaraan
diperoleh dengan cara menusukkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur
dalam agar-agar pada tabung reaksi sedangkan permukaan agar ini tidak miring.
Liquid culture adalah piaraan cairan merupakan media cair yang
ditampung di dalam tabung reaksi. Shake culture merupakan media cair dalam
tabung reaksi yang penanamannya dikocok. Biakan yang ada dapat diperoleh
dengan cara mencampuradukkan setetes suspensi jamur ke dalam medium yang
masih cair dan belum membeku, sehingga jamur dapat tinggal di dalam media.
2.5. Biakan Murni
Suatu biakan atau piaraan murni yang telah disimpan selama bertahun-
tahun mudah sekali mengalami mutasi, dan jika hal ini terjadi, maka piaraan ini
bukan lagi biakan atau piaraan yang murni karena telah kehilangan tipe aslinya.
Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya mutasi
pada biakan atau piaraan murni tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pada waktu-waktu tertentu biakan dipindahkan ke medium yang baru.
2) Biakan disimpan di dalam tempat yang bersuhu rendah
3) Biakan disimpan di tempat yang terhindar dari radiasi.
Bakteri juga harus diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisi
suhu kering bercampur dengan karbondioksida, kemudian disimpan di tempat
yang dingin. Beberapa biakan sewaktu-waktu perlu diremajakan setiap dua atau
tiga bulan sekali. Cara meremajakannya adaah piaraan perlu dipindahkan ke
medium baru pada suhu biasa yaitu antara 25-27oC yang kemudian dimasukkan
dalam lemari es untuk diperbarui dua atau tiga bulan lagi, sedangkan untuk
penyimpanan dengan cara diliofilisasikan asal selalu ada dalam 4oC. Dilihat dari
keadaan sebenarnya yang terjadi di alam bebas, boleh dikatakan bahwa tidak ada
bakteri yang dapat hidup tersendiri terlepas dari spesies lainnya.
Dikenal beberapa cara untuk menyendirikan suatu spesies, pertama adalah
dengan pengenceran, yaitu suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa
campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri.
Enceran tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut.
Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil sebanyak 0,1 ml untuk disebarkan
pada suatu koloni tumbuh dalam medium tersebut, mungkin juga hanya diperoleh
satu koloni saja, maka dalam hal yang demikian ini diperoleh satu koloni murni.
Pengenceran dapat diulangi kembali jika koloni tunggal yang diperoleh belum
murni, yaitu dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
Robert koch (1943-1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan
mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan. Sampel yang
sudah diencerkan kemudian disebarluaskan di dalam suatu medium dari kaldu dan
gelatin encer. Hasil yang diperoleh berupa suatu piaraan adukan. Selang beberapa
jam kemudian setelah medium itu mengental, akan tampk koloni yang masing-
masing dapat dianggap sebagai biakan murni. Biakan murni yang lebih terjamin
akan diperoleh dengan mengulang pekerjaan seperti diatas.
Metode yang sekarang banyak digunakan adalah metode penggesekan,
karena metode ini tidak begitu memakan waktu, namun kekurangannya adalah
dengan cara ini bakteri anaerob tidak dapat tumbuh. Ujung kawat inokulasi ketika
dibengkokan dan kemudian ujung kawat inokulasi itu setelah disentuhkan suatu
koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu
kemudian akan tampaklah koloni-koloni yang letaknya tersebar di permukaan
medium. Waktunya berkisar kurang dari 12 jam. Suatu piaraan akan diperoleh
murni jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil.
Mikropipet merupakan alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian
banyak bakteri yang ada, dengan ketidakikutsertan dari bakteri lain. Mikropipet
ditempatkan pada tangan-tangan suatu mikromanipulator, dengan mikropipet
dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup. Pekerjaan ini
dilakuan di bawah obyektif mikroskop. Suatu tetesan yang nampaknya hanya
mengandung satu bakteri, maka tetesan tersebut dipindahkan dengan mikropipet
ke medium encer dengan tujuan utama agar bakteri tersebut berkembang biak
terlebih dahulu, yang selanjutnya akan diperoleh piaraan murni. Metode ini sangat
memerlukan kesabaran dan harga mikromanipulator yang sangat mahal.
Tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan.
Misalnya apabila dambil dahak dari seseorang yang disangka menderita TBC,
maka ketika dahak ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, bakteri-bakteri
saproba yang ikut serta itu tidak akan bertahan, sehingga kemudian kita peroleh
semata-mata hasil TBC saja. Piaraan pneumococcus murni dapat diperoleh dengan
jalan demikian juga. Bakteri yang ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau
mati akhirnya dapat dipindahkan ke dlam medium yang sesuai. Hal tersebutlah
yang mendasari metode dengan hewan. Inokulasi dapat dilakukan di dalam kulit
(intracutaneous), di bawah kulit (subcutaneous), di dalam otot (intramuscular),
atau juga dapat dilakukan di rongga tubuh atau lain-lain tempat lagi.

2.6. Nutrient Agar


Nutrient agar didefinisikan sebagai suatu medium yang berbentuk padat,
yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia.
Nutrient Agar dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan
menggunakan agar sebagai pemadatnya. Agar digunakan sebagai pemadat dalam
hal ini, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang
berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Ekstrak
beef dan pepton dalam hal ini digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang.
Medium nutrient agar merupakan medium yang berwarna coklat muda
yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan
memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri (Harry, 2012).
Medium nutrient agar masuk kedalam medium khusus karena dibuat sebagai
tempat menumbuhkan mikroba yang sudah diketahui komposisi pembuatannya.
Nutrient agar dibuat dengan komposisi agar – agar yang sudah dipadatkan
sehingga nutrient agar juga bisa disebut dengan nutrient padat yang digunakan
untuk menumbuhkan bakteri. Peran agar-agar dalam hal ini hanyalah sebagai
pengental, bukan sebagai zat makanan pada bakteri. Agar-agar tersebut dapat
mudah menjadi padat apabila sudah mencapai pada suhu tertentu.
Medium nutrient agar disebut sebagai salah satu jenis medium padat yang
memiliki komposisi agar-agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu
95oC. Agar–agar digunakan untuk membuat medium padat, supaya dapat larut dan
menjadi padat pada suhu 45oC. Nutrient agar lebih bersifat umum sehingga
mikroba banyak tumbuh pada media ini (Amelia et al, 2005).
2.6. Media TSA
TSA merupakan suatu media kultur universal dimana hampir semua jenis
bakteri bisa tumbuh pada media ini. Trypticase soy agar digunakan untuk medium
pertumbuhan dengan tujuan mengamati morfologi koloni, mengembangkan kultur
murni, dan pertumbuhan untuk tes biokimia. Media TSA juga biasa digunakan
untuk penghitungan jumlah bakteri. Media TSA memiliki keunggulan yaitu dapat
digunakan untuk menumbuhkan berbagai macam jenis bakteri bakteri, tetapi
media ini memiliki kelemahan, yaitu harus menghitung terlebih dahulu.
Media TSA (Tryptone Soya Agar) dapat dibuat dari TSA sebanyak empat
puluh gram dilarutkan dalam satu liter aquades lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121⁰C selama
15 menit. Kemudian sebagian media dituang ke tabung reaksi yaitu media agar
miring dan dalam cawan petri yaitu agar petri. Media setelah mengeras diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 36oC, untuk agar petri diinkubasi secara terbalik.
Kegagalan dalam pembuatan media dapat disebabkan oleh faktor kelalaian
atau kurang memadainya peralatan laboratorium yang digunakan, kesalahan
menimbang berat bahan, kurangnya ketelitian saat mengerjakan, kurang sterilnya
alat dan bahan yang digunakan sehingga dimungkinkan adanya kontaminasi.
Media juga dikatakan gagal apabila media tidak dapat dijadikan tempat
perkembangan bakteri, hal ini dapat diakibatkan dari komposisi pembuat media,
bentuk media (pada media padat) dan lainnya. Komposisi pembuat media yang
tidak sesuai mengakibatkan kurangnya nutrisi yang dibutuhkan bakteri pada
media, sehingga bakteri tidak tumbuh. Bentuk media padat yang tidak datar
mengakibatkan sulitnya bakteri untuk berkembang biak.

2.7. Media TSB


Mikroorganisme harus dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrien yang
berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Susunan bahan
nutrien, baik bahan alami maupun sintetik/buatan, yang dipergunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Media berfungsi untuk menumbuhkan
bakteri, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan
perhitungan jumlah bakteri, dimana dalam proses pembuatannya harus
disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi.
Macam nutrien yang digunakan tergantung dari macam bakteri yang dibiakkan.
TSB atau trypticase soy broth adalah suatu media broth diperkaya tujuan
umumnya untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini
banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari specimen laboratorium dan akan
mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media TSB mengandung
kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam aminodan substansi nitrogen
lainnya yang membuatnya dapat menjadi suatu media bernutrisi untuk bermacam
mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida untuk
mempertahankan kesetimbangan osmotik mikroorganisme. Dikalium fosfat
ditambahkan dan berperan sebagai buffer untuk mempertahankan pH.

2.8. Media TCBS


Media adalah suatu campuran bahan yang mengandung nutrisi untuk
pembiakkan atau pertumbuhan, mempertahankan, dan menyeleksi bakteri yang
dibiakkan secara invintro atau di luar tubuh sehingga diketahui jenis bakterinya.
Agar TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose) adalah medium selektif yang
digunakan untuk isolasi spesies vibrio dari specimen berak (stool) yang mengaduk
bakteri campuran. Agar TCBS juga membedakan produksi karakteristik koloni
dari spesies vibrio. Vibrio spp tumbuh kerdil pada media yang dirancang untuk
isolasi Salmonella dan Shigella dengan menghasilkan koloni tak berwarna pada
MCA. Agar TCBS mengandung natrium sitrat, natrium tiosulfat, dan ox-gall,
yaitu 10% larutan yang bersama-sama menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri gram-positif kokus dan gram negative batang yang normal dalam feses.
Agar TCBS bersifat selektif dan diferensial. Hal ini sangat selektif untuk
vibrio dan diferensial karena adanya sukrosa dan pewarna. Fermentasi sukrosa
menghasilkan asam yang mengubah warna blue bromothymol atau biru timol.
Dua pewarna media menghasilkan array kuning, hijau atau biru sehingga
memungkinkan membedakan antara berbagai vibrio. Vibrio cholerae adalah
agenpenyebab kolera dan spesies vibrio lainnya telah dikaitkan dengan
gastroenteritis dan ekstraintestinal, terutama dari telinga, jaringan lunak, dan
darah.

Anda mungkin juga menyukai