PENDAHULUAN
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2
2.2.1 Medium Biakan
Mikroorganisme dapat dibiakkan dalam air yang sudah ditambah dengan
nutrien yang sesuai. Medium biakan adalah larutan encer yang mengandung
nutrient penting, yang menyediakan kebutuhan bagi sel mikroba supaya dapat
tumbuh dan menghasilkan banyak sel yang serupa. Disamping sumber energi
berupa senyawa organik dan anorganik atau cahaya, medium biakan harus
memiliki sumber karbon, nitrogen, dan nutrient penting lainnya. Media
partumbuhan atau pembiakan yang dinamakan dengan medium merupakan
substrat atau bahan nutrisi yang diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya,
digunakan untuk menumbuhkannya, memperbanyak, menguji sifat fisiologis, dan
menghitung jumlah mikroba. Komponen dasar medium disesuaikan dengan jenis
nutrisi yang diperlukan oleh mikroba tersebut. Pengetahuan tentang habitat
normal mikroorganisme sangat membantu dalam pemilihan media yang cocok
untuk pertumbuhan mokroorganisme di labolatorium (Kusnadi 2003).
Medium biakan dapat disiapkan dalam keadaan cair maupun gel (semi padat).
Dari cair dapat diubah menjadi padat dengan penambahan agar. Medium biakan
yang mengandung agar dapat disimpan menjadi padat dengan penambahan agar.
Medium biakan yang mengandung agar dapat disimpan dalam bentuk lempeng
pada cawan petri tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan membentuk
massa yang terlihat sebagai koloni sel. Disamping itu media biakan yang
mengandung agar dapat pula disimpan dalam tabung reaksi dengan kemiringan
tertentu, dimana sel mikroba dapat tumbuh dengan memberikan karakteristik
pertumbuhan yang khas (Kusnadi 2003).
3
tumbuhlah beraneka koloni yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas.
Jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni tersebut, kemudian bahan kita
tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan tumbuh menjadi koloni
yang murni, asalkan pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan cara yang cermat
menurut teknik aseptic, yaitu menggunakan alat-alat yang steril dan aturan-aturan
laboratorium tertentu. Piaran yang kita peroleh dengan jalan demikian kita sebut
piaraan pertama (primary culture), dan sifatnya murni. Piaraan semacam ini dapat
disimpan, tetapi tiap waktu-waktu tertentu harus diadakan peremajaan dengan
memidahkannya ke medium baru. Piaraan yang diperoleh dari piaraan pertama
disebut piaraan turunan (sub-culture) (Pujiati 2013).
Ada piaraan spesies bakteri yang sewaktu-waktu, yaitu tiap 2 atau 3 bulan
sekali, perlu diremajakan, meskipun piaraan itu selalu disimpan di dalam lemari
es. Untuk meremajakan piaraan itu caranya sama dengan yang telah diceritakan
sebelumnya yaitu memindahkan bibit dari koloni yang lama kepada medium yang
baru. Setelah bibit baru itu dibiarkan tumbuh beberapa jam dalam temperature
biasa (250 - 270), koloni baru ini dimasukkan dalam almari es, untuk diperbaharui
2 atau 3 bulan lagi (Sudaryanto 1998).
4
makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh
(Hadiutomo 1990).
Untuk mengetahui darimana dimulai identifikasi suatu organisme, diperlukan
jumlah minimum informasi yang menyangkut :
a. Ukuran, bentuk dan susunan organisme
b. Reaksi pewarnaan gram
c. Jika dapat bergerak, tipe flagela (apakah flagela berada hanya pada ujung
batang, atau tersebar di seluruh tubuh organisme), serta
d. Ukuran keseluruhan dan penampilan koloni bakteri (Kusnadi 2003).
Dengan pengamatan minimal ini kadang-kadang dimungkinkan untuk
menentukan termasuk dalam bagian suku apa organisme yang belum diketahui
itu, bahwa kadang-kadang marga yang tepat dapat ditentukan (Kusnadi 2003).
Identifikasi marga dan jenis lebih lanjut memerlukan informasi biokimia.
Informasi biokimia khas yang diperlukan untuk menetapkan gula apa yang
dicernakan, apakah organisme yang tidak diketahui itu merombak gelatin atau
urea, atau bahkan apakah organisme itu dapat hidup dalam medium yang
mengandung garam amonium sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Tidaklah
mungkin untuk mengetahui banyak informasi yang khas ini diperlukan untuk
identifikasi lengkap hingga orang dapat menentukan termasuk bagian hierarki
yang mana organisme itu. Dalam beberapa kasus hal ini adalah sederhana
(Kusnadi 2003).
Uji-uji imunologi juga digunakan dalam identifikasi akhir bakteri tertentu.
Satu uji melibatkan percampuran antiserum dengan mengetahui apakah bakteri
tersebut menggumpal. Sebagai contoh dapat dibahas pada penyakit demam tifus.
Darah orang yang sembuh dari demam tifus mengandung substansi yang
menyebabkan bakteri Salmonella typhii menggumpal. Antibodi khusus ini tidak
atau sedikit berpengaruh pada bakteri lain (Kusnadi 2003).
5
III. METODE
3.1.2 Bahan
1. Isolat
2. Medium
3. Alkohol
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Aseptis adalah menjaga kondisi lingkungan dan kultur tetap steril.
Memindahkan kultur pada media yang pertama dilakukan adalah menyemprotkan
alkohol pada lingkungan termasuk tangan. Salah satu cara sterilisasi adalah
dengan sterilisasi secara kimia misalnya dengan penggunaan desinfektan, larutan
alkohol, larutan formalin. Pekerjaan teknik aseptik selalu dilakukan di dekat
bunsen untuk mengurangi kontaminan yang bisa timbul dari mana saja, selain itu
sebelum melakukan teknik aseptik maka bersihkan meja dan bersihkan tangan
menggunakan alkohol dengan tujuan untuk mengurangi mikroorganisme yang
dapat menyebabkan kontaminasi.
Saat memindahkan bakteri dari kultur ke media baru harus dilakukan secara
cepat dan efisien. Hal ini dimaksudkan agar meminimalisir potensi kontaminan.
Sebelum bakteri dipindahkan terlebih dahulu ose disterilkan agar tidak terjadi
kontaminan pada ose yang digunakan untuk mengambil dan mengisolasi bakteri.
7
Caranya yaitu ose di celupkan dalam alkohol, kemudian dipanaskan sampai
membara. Ose yang telah membara sebelum digunakan untuk mengambil bakteri,
harus didinginkan terlebih dahulu sehingga ketika akan mengisolasi bakteri, agar
bakteri yang diinginkan tidak mati karena terkena panas. Ketika akan mengambil
bakteri dari tabung tempat bakteri di kultur, mulut tabung harus dipanaskan
terlebih dahulu dimana hal ini dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme
yang berada disekitar mulut tabung sehingga tidak terjadi kontaminan pada tabung
kultur.
Kemudian ketika tabung kultur bakteri telah selesai digunakan untuk
mengambil bakteri, mulut tabung kembali harus dipanaskan sebelum ditutup
dengan sumbat kapas. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminasi pada
mulut tabung kultur.
Sebelum proses pemindahan bakteri dari ose kedalam media baru (cawan
petri dan tabung) akan dilakukan, mulut tabung atau penutup petri harus
dipanaskan terlebih dahulu sebelum dan sesudah proses pemindah biakkan bakteri
dengan tujuan untuk membunuh bakteri yang berpotensi untuk mengkontaminasi.
Pemindahbiakkan bakteri dari ose ke media baru dapat dilakukan dengan
menggoreskan ose pada media yang terdapat dalam tabung atau petri dengan
menggunakan. Pada proses berikutnya, ose kemudian dipanaskan kembali hingga
membara dengan tujuan untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang
tertinggal pada ose.
8
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Metode aseptis dilakukan agar dalam proses penanaman bakteri tidak
terjadi kontaminan atau bakteri lain yang tumbuh. Bakteri dan jamur dapat
tumbuh pada media yang mengandung nutrisi dan kondisi udara sesuai dengan
jenisnya. Sebelum melakukan teknik aseptik maka bersihkan meja dan bersihkan
tangan menggunakan alkohol dengan tujuan untuk mengurangi mikroorganisme
yang dapat menyebabkan kontaminasi
5.2 Saran
Sebaiknya para praktikan dalam laboratorium mikrobiologi selalu
menggunakan metoda aseptis dalam melakukan pemindahan biakan agar tidak
terjadi kontaminasi. Pada saat praktikum juga, sebaiknya praktikan harus tertib,
kegiatan seperti mengobrol harus dikurangi agar tidak tedapat kontaminasi pada
media.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN DOKUMENTASI
11