Anda di halaman 1dari 23

PENGEMASAN BAHAN PANGAN ALUMINIUM FOIL

PENGEMASAN BAHAN PANGAN ALUMINIUM FOIL

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat
dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran
serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi
sebagai perangsang atau daya tarik pembeli (Syarief, 1989).

Bahan atau produk pangan bila tidak dikemas dapat mengalami kerusakan akibat serangan
binatang (seperti tikus), serangga (seperti kecoa), maupun mikroba (bakteri, kapang dan khamir).
Kerusakan bisa terjadi mulai dari bahan pangan sebelum dipanen, setelah dipanen, selama
penyimpanan, pada saat transportasi dan distribusi maupun selama penjualan. Adanya mikroba
dalam bahan pangan akan mengakibatkan bahan menjadi tidak menarik karena bahan menjadi
rusak, terjadi fermentasi atau ditumbuhi oleh kapang. Bakteri yang tumbuh dalam bahan pangan
akan mempengaruhi kualitasnya, disamping itu ada kecenderungan menghasilkan senyawa
beracun bagi konsumen (manusia), sehingga menimbulkan sakit, bahkan bisa menyebabkan
kematian (Syarief, dkk, 1989).

Industri pangan hendaknya memproduksi bahan pangan yang memiliki kualitas bagus dan aman
bila dikonsumsi. Pengemasan bahan pangan ikut berperan dalam menghasilkan produk dengan
kualitas baik dan aman bila dikonsumsi. Pengemasan menjadi hal yang penting karena akan
memudahkan dalam kegiatan transportasi dan penyimpanan. Pengertian transportasi tidak selalu
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Akan tetapibisa juga diartikan
memindahkan bahan pangan dari piring atau gelas ke dalam mulut kita. Sebagai contoh: untuk
minum diperlukan wadah atau gelas atau cangkir. Gelas atau cangkir ini juga merupakan salah
satu wujud pengemasan. Contoh lain, memindahkan nasi dari piring ke mulut menggunakan
sendok, maka sendok berperan sebagai bahan pengemas. Sebelum dibuat oleh manusia, alam
juga telah menyediakan kemasan untuk bahan pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-
buahan dengan kulitnya, buah kelapa dengan sabut dan tempurung, polong-polongan dengan
kulit polong dan lain-lain. Manusia juga menggunakan kemasan untuk pelindung tubuh dari
gangguan cuaca, serta agar tampak anggun dan menarik. Pada mulanya, orang menggunakan
daun yang lebar sebagai bahan pengemas, seperti daun jati, daun talas, dan daun pisang untuk
membungkus daging. Kulit binatang digunakan untuk mengambil atau membawa air, keranjang
bambu atau yang sejenis untuk menyimpan atau membawa hasil panen (Syarief ,dkk , 1989).

Kemasan fleksibel adalah suatu bentuk kemasan yang bersifat fleksibel yang dibentuk dari
aluminium foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam aluminium (metalized film) dan
kertas dibuat satu lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan thermoplastic maupun bahan perekat
lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis konstruksi kemasan dapat berbentuk lembaran,
kantong, sachet maupun bentuk lainnya. Pemasaran kemasan ini akhir-akhir ini menjadi popular
untuk mengemas berbagai produk baik padat maupun cair. Dipakai sebagai pengganti kemasan
rigid maupun kemas kaleng atas pertimbangan ekonomis kemudahan dalam handling
(Departemen perindustrian, 2007).

Biasanya bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan kemas flexible adalah
antara lain film plastic, selopan, aluminium foil dan kertas. Untuk memenuhi fungsinya dengan
baik film plastik dan aluminium foil dan kertas dalam berbagai kombinasi dibentuk sebagai multi
layer dan diextrusion dengan resin plastik, polyethilen, polypropylene, eva, dan lain sebagainya,
sehingga menjadi satu kesatuan ataupun dilaminasi dengan adhesive tertentu . Kombinasi dari
berbagai material tersebut, akan memberikan kemasan yang lebih sempurna dari prosuk tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bahan Utama : film plastik, selopan, aluminium foil, metalized film, kertas dan sebagainya.

Bahan Pengikat: perekat/adhesive dan extrusion dari bahan Thermoplastic

Bahan Penolong: antara lain tinta dan solven (Departemen perindustrian, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka pembuatan tugas ini penting untuk mengetahui berbagai
jenis bahan pengemas dan lebih spesifik pada bahan pengemas yang berbahan alumunium foil.
Selain itu juga dapat mengetahui mesin yang digunakan untuk mengemas alumunium foil.
Pembuatan makalah ini juga diharapkan memberikan informasi tentang bahan pengemas lebih
rinci.

Fungsi dan Peranan Kemasan

Menurut Syarief,dkk (1989) fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan
melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan
dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :

Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak
tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas,
kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat
merusak dan menurunkan mutu produk.
Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
Meningkatkan efisiensi, misalnya: memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1
lusin, 1 gross dan seterusnya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini
penting dalam dunia perdagangan.
Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas
berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun
dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk dapat
melindungi produkproduk lain di sekitarnya.
Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan sirup yang
semula dikemas dalam botol gelas, namun sekarang berkembang dengan menggunakan
kemasan botol plastik.
Menambah daya tarik calon pembeli
Sebagai sarana informasi dan iklan
Memberi kenyamanan bagi konsumen.

Fungsi f, g dan h merupakan fungsi tambahan dari kemasan, akan tetapi dengan semakin
meningkatnya persaingan dalam industri pangan, fungsi tambahan ini justru lebih ditonjolkan,
sehingga penampilan kemasan harus betul-betul menarik bagi calon pembeli. Beberapa cara
untuk meningkatkan penampilan kemasan:

Kemasan dibuat dengan beberapa warna dan mengkilat sehingga menarik dan berkesan
mewah
Kemasan dibuat sedemikian rupa sehingga memberi kesan produk yang dikemas bermutu
dan mahal
Desain kemasan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi konsumen
Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik mutahir sehingga produk yang dikemas
terkesan mengikuti perkembangan terakhir.

Di samping fungsi-fungsi di atas, kemasan juga mempunyai peranan penting dalam industri
pangan, yaitu :

sebagai identitas produk


media promosi
media penyuluhan, seperti memberikan informasi tentang petunjuk cara penggunaan dan
manfaat produk yang ada di dalamnya
bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai, usaha perlindungan konsumen
bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang isi/produk,
sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.

Kemasan juga mempunyai beberapa kelemahan, seperti:

Pengemasan bisa disalahgunakan oleh produsen karena digunakan untuk menutupi


kekurangan mutu atau kerusakan produk, mempropagandakan produk secara tidak
proporsional atau menyesatkan sehingga menjurus kepada penipuan atau pemalsuan.
Sehingga sering disalahgunakan oleh produsen
Pengemasan bahan pangan akan meningkatkan biaya produksi

Klasifikasi Pengemasan
Menurut Syarief, dkk (1989), kamasan dapat digolongkan berdasarkan: frekuensi pemakaian,
struktur sistem kemasan, sifat kekakuan bahan kemasan, sifat perlindungan terhadap lingkungan
dan tingkat kesiapan pakai. Berdasarkan frekuensi pemakaian, maka kemasan digolongkan
menjadi tiga, yaitu:

kemasan sekali pakai (disposable), merupakan kemasan yang langsung dibuang setelah
digunakan. Contoh: daun pisang, daun waru, untuk membungkus tempe, daun jati untuk
membungkus daging segar, kantong plastik untuk es.
kemasan yang dapat digunakan beberapa kali (multi
trip), seperti botol kecap, botol bir, botol teh dalam kemasan, peti telur, peti kemas dll.
kemasan yang tidak dibuang atau digunakan kembali oleh konsumen (semi disposal).
Wadah atau kemasan produk biasanya tidak dikembalikan ke produsen melainkan
digunakan untuk wadah sesuatu oleh konsumen atau dibuang begitu saja. Contoh: kaleng
susu bubuk dan beberapa jenis botol yang menarik bagi konsumen.

Berdasarkan struktur sistem kemas, maka bahan kemasan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

kemasan primer, merupakan bahan kemasan yang digunakan untuk mengemas langsung
produk makanan, seperti bungkus tempe, botol atau kaleng minuman, kantong keripik dll.
kemasan sekunder, merupakan kemasan yang berfungsi melindungi produk yang sudah
dikemas menggunakan kemasan primer. Kemasan ini akan membantu memudahkan
kegiatan pengangkutan dan penyimpanan. Contoh: kardus untuk mengemas minunan
dalam kaleng/botol/kardus, kaleng untuk mengemas permen dll.
kemasan tersier, merupakan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk setelah
dikemas dalam kemasan primer dan sekunder. Kemasan ini memudahkan kegiatan
pengangkutan, terutama untuk jarak jauh. Contoh: peti kemas.

Berdasarkan kekakuan bahan kemas, maka bahan kemasan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

kemasan fleksibel, bahan jenis ini mudah dilenturkan atau dibentuk sesuai keinginan,
contoh plastik, kertas, aluminium foil.
kemasan kaku, kemasan ini tidak dapat ditekuk-tekuk atau tidak dapat dilenturkan,
contoh bahan kemasan dari bahan gelas, kayu dan logam.
kemasan semi kaku atau semi fleksibel, contoh botol plastik.

Sejarah Alumunium foil

Awal abad ke-19, aluminium menghiasi mahkota raja Denmark. Napoleon III menggunakannya
sebagai peralatan makan. Sejak akhir abad ke-19 aluminium digunakan sebagai kemasan karena
harganya lebih murah dibanding tin foil (foil dari timah). Penggunaan logam sebagai bahan
pengemas diperkenalkan oleh Nicholas Appert pada zaman perang Napoleon Bonaparte.
Nicholas Appert membuktikan makanan yang dikemas dalam kaleng, disegel dan disterilisasi
dengan merebusnya dapat disimpan untuk jangka waktu lama. Produsen kemasan kaleng
membuat kemasan seringan dan semurah mungkin dengan mengurangi ketebalan logam. Banyak
digunakan pada minuman kaleng dengan penutup yang mudah dibuka tanpa alat. Agar kemasan
lebih ringan, produsen mengurangi ketebalan dinding kaleng. Produk minuman cola
menggunakan logam tipis, namun bentuknya masih dapat dipertahankan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh tekanan karbon-dioksida dari dalam. Produk minuman ini menggunakan tiga
material berbeda pada varian produknya, yaitu logam, gelas, dan plastik (Astawan, 2008).

Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali
dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu dari
hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810
yang dikenal dengan lart de conserver. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris menciptakan
kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan industri pengalengan
makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke
kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng sebagai
logistik mereka (Julianti, 2007).

Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada tahun 1910. Kaleng
aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965. Awalnya pembuatan kaleng
dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan
cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya yang lebih maju dan bersih.
Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat
pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875
ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng-kaleng
aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak ditentang karena dapat merusak lapisan ozon
(Julianti, 2007).

Pengertian Alumunium foil

Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm dan
memiliki lebar 1,52 meter hingga 4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam.
Karakteristik aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap udara,
tidak mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari kaleng saat daur
ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan kemasan ideal untuk
ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu, mudah dibentuk, sekalipun mudah
berkerut. Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari kontainer untuk
melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi bagian dalam kotak jus. Meskipun dapat
menahan lemak, ketahanannya terhadap asam dan basa masih kurang, sehingga memerlukan
tambahan lapisan dari lilin atau lapisan kimia lain. Ketahanannya terhadap panas matahari
membuat aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-bahan kesehatan. Ketahanan
aluminum foil terhadap panas dapat mencapai suhu 550 derajat Celsius, sehingga alat-alat
kedokteran dapat disterilkan dengan dibungkus bahan ini (Astawan, 2008).

Alumunium foil lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak
beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat
didaur ulang. Alumunium Foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam aluminum yang
padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai tingkat kekerasan dari 0
yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka Alumunium
Foil tersebut semakin keras. Ketebalan dari Alumunium Foil menentukan sifat protektifnya. Jika
kurang tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan 0.0375 mm, maka
permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil tersebut tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil
dengan ukuran 0.009 mm biasanya digunakan untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan
ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup botol multitrip (Julianti, 2007).

Sifat-sifat Alumunium foil

Sifat-sifat dari Alumunium Foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga dapat
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap
cahaya seperti margarin dan yoghurt. Alumunium Foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis
atau laminan. Kombinasi Alumunium Foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis
kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort pouch adalah harus
mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah sobek bila tertusuk
dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi (Julianti, 2007).

Alumunium foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar matahari, tidak dapat terbakar,
tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain, tidak menunjukkan perubahan ukuran dengan
berubah-ubah RH. Apabila secra ritmis kontak dengan air, biasanya tidak akan terpengaruh atau
bila berpengaruh sangat kecil. Sifat-sifat mekanis alumunium foil yang sangat penting adalah
tensile strength, elastisitas dan daya tahannya terhadap sobekan dan lipatan (Suyitno, 1990).

Alumunium Foil menempati posisi yang penting dalam produk kemas fleksibel karena memiliki
barriers yang memuaskan dan penampilan yang baik. Foil yang biasa digunakan dengan
ketebalan antara 6 mikron sampai dengan 150 mikron baik soft temper maupun hard temper. Soft
maupun hard temper, tergantung dari komposisi dari alloy dan treatment terhadap foil tersebut.
Umumnya untuk kepentingan kemas fleksibel foil yang digunakan tebalnya kurang dari 25
mikron. Namun demikian untuk keperluan tertentu dengan contoh yang lebih tebal Alumunium
Foil yang soft temper akan mudah membentuk dead-fold, dan tidak mudah kembali, dan bisa
dibentuk menurut keinginan (Departemen perindustrian, 2007).

Alumunium foil memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan hygienis, tidak
mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Karena harganya yang cukup mahal, maka
aplikasi dari Alumunium Foil sekarang ini banyak disaingi oleh metalized aluminium film.
Coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di ruang vacuum, hasilnya adalah
suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya dapat menyaingi Alumunium Foil,
dalam aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi yang cukup baik terhadap cahaya, moisture
dan oksigen (Departemen perindustrian, 2007).

Sifat kekerasan alumunium foil menurut Suyitno (1990) adalah sebagai berikut:

1. O temper dihasilkan dengan membiarkan foil dikenakan pemanasan terkontrol, disusul


oleh pendinginan terkendali. Foil dengan O temper berarti paling empuk dan memiliki
sifat-sifat fisik fisik terendah.
2. H temper : dihasilkan dengan mengeraskan metal dibawah tegangan dengan rolling
sampai keras.
H 18 : keras penuh, dikeraskan dengan rolling

H 19 : foil superhard

Penggunaan Alumunium foil untuk Kemasan Bahan Pangan

Berbagai jenis produk makanan yangdikemas dengan menggunakan bahan pengemas alumunium
foil menunjukkan makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap alumuniu dengan resiko
pengkaratan kecil. Teknik pengemasan dengan cara mengkombinasikan berbagai jenis bahan
kemas bentuk (fleksibel) telah menghasilkan suatu bentuk yang disebut retort pouch. Bahan
kemasan yang berbentuk retort pouch memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu:

Daya simpan tinggi


Teknik penutupan mudah, dengan panas, kuat, tidak mudah sobek tertusuk,
Tahan thd proses pemanasan sterilisasi
Resisten terhadap penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan lainnya
Tahan terhadap UV

Menurut Julianti (2007) aluminium dapat digunakan untuk mengemas produk buah-buahan dan
sayuran, produk daging, ikan dan kernag-kerangan, produk susu dan minuman. Penggunaan
kemasan aluminium untuk bahan-bahan ini harus memperhatikan beberapa kondisi sebagai
berikut:

a. Produk Buah-buahan dan Sayuran

Aluminium yang digunakan untuk mengemasan produk buah-buah harus


dilapisi dengan enamel untuk mencegah terjadinya akumulasi gas hidrogen yang dapat
menyebabkan terbentuknya gelembung gas dan karat. Penyimpangan warna pada saus apel yang
dikemas dengan aluminium, dapat dicegah dengan menambahkan asam askorbat.

b. Produk daging
Pengemasan daging dengan wadah aluminium tidak menyebabkan
terjadinya perubahan warna sebagaimana yang terjadi pada logam lain. Produk yang
mengandung asam amino dengan sulfur seperti daging dan ikan dapat bereaksi dengan besi dan
membentuk noda hitam. Penambahan aluminium yang dipatri pada kaleng tin plate dapat
mencegah pembentukan noda karat. Pada produk daging yang berkadar garam tinggi dan
mengandung bumbu yang mudah berkarat, maka penambahan gelatin dapat mengurangi
sernagan karat pada logam

c. Ikan dan Kerang-kerangan

Pengemasan ikan sarden dalam minyak atau saus tomat dan saus mustard degan kemasan
aluminium yang berlapis enamel, maka pH nya tidak boleh lebih dari 3.0, karena jika lebih besar
enamel tidak dapat melindungi produk. Pengemasan lobster dengan kaleng aluminium tidak
memerlukan kertas perkamen yang biasanya digunakan untuk mencegah perubahan warna pada
kaleng tinplate.

d. Produk-produk susu

Kemasan aluminium untuk produk susu memerlukan lapisan pelindung, terutama pada susu
kental yang tidak manis. Penggunaan aluminium untuk produk-produk susu seperti margarine
dan mentega, berperan untuk memberikan sifat opaq sehingga menjadi sekat lintasan bagi cahaya
dan O2.
e. Minuman

Pengemasan minuman dengan wadah aluminium harus diberi pelapis, yaitu epoksivinil atau
epoksi jernih untuk bir dan epoksivinil atau vinil organosol untuk minuman ringan atau minuman
berkarbonasi. Pengemasan teh dengan aluminium yang tidak diberi lapis dapat menyebabkan
terjadinya perubahan warna dan flavor.

Metode Penutupan Container dari Alufo

Standard Seal : penutupan standar menggunakan alufo atau PVC di seluruh pemukaan
container

Serrated Seal: Seperti standard seal, tapi terdapat cekungan yang berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan

Metoda Penutupan Container dari Alufo

Hooded Seal: foil tutupkan ke seluruh permukaan kontainer sampai bagian bawah
kontainer yang melengkung

Coverlok: Penutupan dilakukan dengan cara ditekuk 90 derajat.


Heat Sealing: Foil dilapisi bahan sealer atay film plastik, kemudian diberi perlakuan
panas untuk merekatkannya.

Mesin Untuk Kemasan Alumunium Foil.

Hand sealer adalah mesin pengemas yang pengoperasiannya menggunakan tangan. Mesin ini
bisa digunakan untuk mem-packing aneka produk dalam kemasan plastik, bahkan untuk
mengemas dengan alumunium foil mesin ini cukup efektif. Mesin ini biasanya dipakai oleh
home industri dengan beragam produk (produk makanan, obat, dll) yang dikemas dalam kantong
plastik maupun alumunium foil. Selain itu juga terdapat mesin foot sealer. Mesin foot
sealer adalah mesin pengemas/ sealer alumunium foil dan plastik yang pengoperasiannya
menggunakan kaki. hasil press atau sealer mesin ini sangat maksimal. mesin sealer ini sangat
cocok untuk semua usaha yang produknya dikemas dalam kemasan alumunium foil dan plastik
cocok untuk usaha menengah ke atas (Inkuiri, 2011).

Mesin Continuous Sealer adalah Mesin sealer plastik dan alumunium foil yang continue atau
bersambung terus dan kecepatannya juga bisa diatur sehingga dalam produksi akan lebih cepat
dari mesin yang lain. Panjang sealer mesin ini tidak terbatas jadi anda bisa mengemas plastik
sepanjang apapun ( tidak terbatas ). Kelebihan mesin ini selain bisa continue juga bisa digunakan
untuk memberi cetakan tanggal kadaluarsa & kode produksi (Inkuiri, 2011).

Mesin Blower Sealer adalah mesin pengemas dan langsung otomatis ditiup atau dimasukan udara
didalam kemasannya, dan udaranya bisa diseting sesuai dengan kebutuhan. Biasa dipakai untuk
mengemas makan ringan yang renyah seperti snack snack, keripik, roti, dan lain lain. supaya
makanan di dalam kemasan tidak mudah rusak atau patah. Mesin Vacuum Sealer (Dz-300a)
adalah mesin pengemas dan langsung otomatis di vacuum atau dihilangkan udaranya (tidak ada
udara lagi). Biasa dipakai untuk mengemas makan supaya tidak cepat rusak atau lebih awet dan
bisa juga mengemas benda atau product anda biar kelihatan rapi (Inkuiri, 2011).

Mesin Vacuum Sealer Portable (DZ-280A) adalah sama fungsinya seperti mesin vacuum type
DZ-300A di atas yaitu mesin pengemas dan langsung otomatic di vacuum atau dihilangkan
udaranya (tidak ada udara lagi) tapi bedanya mesin ini type portable. cocok untuk ibu rumah
tangga. Biasa dipakai untuk mengemas makan supaya tidak cepat rusak atau lebih awet dan bisa
juga mengemas benda atau product anda biar kelihatan rapi (Inkuiri, 2011).

Ketahanan Kemasan

Kemasan yang baik harus dapat melindungi produk dari bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai
pengeruh luar.
Oleh karena itu, bahaya-bahaya iklim akan ditentukan yang tidak hanya oleh tujuan barang jadi
tetapi rute dan cara pengangkutannya itu. Menurut Departemen perindustrian (2007) bahaya-
bahaya iklim dapat semakin mudah untuk dipertimbangkan berdasarkan empat pokok masalah :

1. Perubahan temperature.

2.Bahan cairan yang berbahaya yakni air hujan, air laut atau kondensasi.

3. Uap air yang berbahaya (kelembaban tinggi).

4. Sinar atau radiasi solar langsung yang berbahaya.

Perlindungan atas Temperatur.

Meskipun perubahan-perubahan barang disebabkan oleh temperature tinggi atau rendah, perlu
mempertimbangkan pengaruh perubahan-perubahan suhu bahkan khususnya untuk suhu dramatis
yang tidak berbahaya. Dengan demikian, pendinginan air panas, pendinginan moisture,
pendinginan udara akan menyebabkan pengumpulan moisture akibat kondensasi dan air cairan
ini dapat menyebabkan kekaratan baja sebahagian atau pengotoran air yang sensitive pada bahan
makanan, kimia dan lain sebagainya. Pengaruh suhu atau umumnya, perubahan-perubahan suhu
bervariasi secara besar-besaran dari satu barang ke barang, biasanya lebih sulit untuk suhu tinggi
daripada suhu rendah. Misalnya, pengaruh-pengaruh keasaman disesuaikan oleh peningkatan
suhu, yakni perubahan-perubahan kimia dan biologi dalam bahan makanan atau pharmasi. Oleh
karenanya, ada ambang batas tertinggi terhadap perubahan-perubahan biologi dengan dengan
temperatur-temperatur tinggi biasanya akan membunuh bakteri, binatang-binatang kecil, dan
jamur.

Suhu-suhu yang lebih tinggi daripada perlawanan selama distribusi dan penyimpanan normal.
Meskipun ada peningkatan dalam resiko korosi atau degradasi bakteri barang, karena ada
perubahan-perubahan bagi barang itu sendiri yang disebabkan oleh peningkatan suhu udara.
Contoh barang-barang berbahaya yang dipengaruhi oleh peningkatan suhu adalah :
(a) Coklat. Bahaya disini adalah salah satu dari kelunakan dan melelehnya barang
mengakibatkan kerugian penjualan. Pendinginan selama distribusi tidaklah layak dan
pemeliharaan secara ekonomi untuk merumuskan coklat dalam tingkat tidak basah
tinggi, jika jarak ekspor coklat ke Negara-negara dimana rata-rata suhunya dikenal
sekital 350 400.

(b) Ikan. Perubahan-perubahan biologi yang terjadi sesudah ikan dipancing, dan
menyebabkan sifat off-odour ikan secara besar-besaran kurang baik yang disesuaikan
oleh peningkatan suhu. Oleh karena itu, biasanya ikan dikemas pendingin es agar
tersimpan dalam suhu rendah. Juga ada kecenderungan terhadap penggunaan boks-
boks yang berasal daro polystryrene kasar yang mana insulator-insulator panas baik
dan selanjutnya tercapai penghematan pemakaian es.

(c) Daging. Peningkatan temperature juga menyesuaikan degradasi biologi daging,


meskipun ini tidaklah secepat seperti halnya ikan. Daging dengan penyimpanan yang
dingin selama distribusi dan daging-daging pra pengepakan ditawarkan untuk dijual
dalam cabinet pendingin.

(d) Buah-buahan dan sayur mayor. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan


tingkat pengembangan buah-buahan dan akhirnya akan menjadi pokok
pengembangan off-odours dan racun. Kebanyakan buah-buahan dan sayur mayor
seperti tomat dan minuman dingin, akan ada penyusutan jumlah panas sehingga pak
ventilasi perlu agar mencegah pengembangan panas. Ini adalah salah satu alasan
dalam pembentukan boks tomat konvensional, dengan ventilasi di empat sudut pack
untuk mencapai bebasnya udara selama pengisian.

(e) Makanan dalam kaleng. Jelaslah dapat dihindarkan atas peningkatan suhu dalam
pengepakan-pengepakan disini yang didistribusikan dan diproses berdasarkan kondisi
cukup dingin.

Turunnya suhu tidaklah begitu penting dalam hal kebanyakan makanan membantu untuk
menyimpannya dan semakin meningkat daur hidupnya. Produk penting yang dipengaruhi oleh
temperature rendah adalah nilai penguapan. Nilai penguapan meliputi pemisahan pigmen dengan
resin sintetis dalam air. Penting untuk mencegah unsure air yang berasal dari pendinginan dengan
kelambatan emulsi. Jika nilai yang dikeluarkan pada cuaca dingin maka timah-timah tersebut
harus ditempatkan diluar pengepakan guna memberikan panas berikutnya.

Perlindungan Atas Cairan Air

Perlindungan atas cairan air biasanya dimaksudkan untuk pengaturan bagian luar pak pipa air
yakni film plastic atau serat fiber atau karton. Jika pak yang dibawah pada dek kargo,
perlindungan atas air khususnya penting karena kandungan garam air laut. Ini bahkan menjadi
lebih korosif.

Meskipun atas perlindungan cairan air senantiasa harus diingat bahwa moisture dapat
menurunkan ke dalam pak sampai dengan fluktuasi suhu. Salah satu cara pencegahan untuk
menempatkan bahan kimia seperti gel silica ke dalam pengepakan. Bahan-bahan kimia itu
dikenal desiccant dan merupakan alat pengurai moisture dari atmosphere. Bahan desiccant, ini
biasanya ditempatkan pada kain atau jenis kantong yang sama untuk mencegah hubungan
diantara dessicant dengan barang yang dipak.

Perlindungan atas uap air

Penelitian pertanyaan perlindungan atas uap air, terlebih dahulu membatasai pengertian apa yang
dimaksud kapan akan membicarakan masalah kelembaban. Atmosphere jarang seluruhnya kering
dan bahkan menyerap udara yang biasanya berisi sejumlah uap air yang dapat dinilai yakni air
dalam bentuk gas. Masa air dinyatakan dalam meter kubik udara, diukur berdasar kondisi yang
ada, dengan istilah kelembaban absolute atmosphere. Jumlah uap air dapat diambil oleh sejumlah
udara secara langsung bervariasi dengan atmosphere yakni udara panas, lebih banyak uap air
yang dapat diangkat. Rasion sesungguhnya jumlah air ada yang diperlukan untuk mengisi air
pada suhu yang sama dikenal dengan istilah kelembaban relative atmosphere (lihat pelajaran 2).
Bilamana uap udara adalah suhu dingin yang akhirnya akan tercapai jika jumlah moisture yang
adacukup untuk mengisi udara pada suhu tersebut dengan pendinginan kapanpun menyebabkan
adanya gelembung-gelembung uap tersimpan disekeliling objek dalam bentuk pendek. Suhu ini
disebut nilai pendek dengan kelembaban relative adalah 100 persen. Pada pelajaran kedua
dijelaskan, dalam bagian barang-barang mati, yakni moisture dapat menguraikan moisture
sampai dengan produk dan/atau pengepakan bahan. Pada pengepakan tertutup, air bergerak dari
atmosphere ke produk dan sebaliknya, sampai dengan jumlah yang sama dicapai.

Pengepakan kelembaban relative dengan nilai disebut Persamaan Kelembaban Relatif (ERH).
Konsep ini bermanfaat, jika barang yang ditempatkan di atmosphere mencapai kelembaban
relative besar daripada Persamaan Kelembaban Relatif (ERH), ini akan menghilangkan moisture.
Jika ditempatkan pada kelembaban relative kurang dari Persamaan Kelembaban Relatif (ERH)
yang menambah moisture. Persamaan Kelembaban Relatif (ERH) barang dapat ditentukan
kurang tepat dengan penempatan beban sample-sampel dalam serangkaian pipa tertutup berisi
atmosphere dari perbedaan kelembaban-kelembaban relative. Sampel yang dibebankan pada
interval sampai dengan tidak ada perubahan beban selanjutnya yang terjadi. Perubahan sample
sekurang-kurangnya pada beban yang jelas ada pada atmosphere yang mempunyai kelembaban
relative sampai ke Persamaan Kelembaban Relatif (ERH). Kelembaban relative atmosphere tetap
yang dapat dipersiapkan oleh penempatan pengisian solusi asam bejana tertutup. Kerangka
kelembaban relative dapat dikembangkan dengan penggunaan perbedaan bahan yakni sodium
nitrate, potassium nitrate, sodium klorida dsb.

Perlindungan atas uap air atmosphere adalah salah satu factor pengaruh daur hidup pengepakan
barang yang kembali tergantung kepada :

1. Sifat barang.

2. Bidang daerah pada volume rasio pengepakan (Besarnya rasio, besarnya perlindungan
yang dibutuhkan).

3. Kondisi atmosphere.
4. Sisa uap moisture paking.

5. Isi moisture kritis barang lihat pelajaran 2.

Dalam hal barang mati, maka perlindungan atas pengaruh kelembaban, seperti makanan
dihasilkan oleh bidang bejana moisture antara barang dengan atmosphere. Bejana itu dapat
dalam bentuk kaca atau plat timah (yakni 100 persen bejana), atau plastic (yakni bahan-bahan
tertentu). Bahan alumunium adalah bahan bejana lainnya, biasanya 100% efektif tetapi biasanya
ada beberapa lubang minyak (tebal dibawah 25 micron). Kertas biasanya terlalu mudah sobek
untuk menggerakan bejana uap moisture, tetapi dapat memelihara untuk mengembangkan
peralatan tersebut. Namun, yang perlu dicatat, yakni container hanyalah barang yang cukup
berbahaya.

Perlindungan atas Sinar dan Radiasi Solar Langsung

Kebanyakan barang sudah dipengaruhi oleh sinar, pengaruh itu dapat berubah atau menurun
warna atau sinar yang dapat bergerak sebagai katalis beberapa reaksi kimia. Dengan demikian,
sinar akan mengkataliskan gerakan oksigen pada beberapa lemak, meskipun ada radiasinya (dan
dampaknya off-odour atau sifat). Kebanyakan bahan-bahan pharmasi yang dipengaruhi oleh
sinar ultra violet, dan oleh karenannya akan dipakkan dalam botol-botol berwarna. Jika dalam
bejana yang cukup bening dibutuhkan, maka pemilihan timah, tube alumunium atau bejana-
bejana figmentasi yang tersedia. Pada contoh yang ada dari kebutuhan barang dibutuhkan
perlindungan absolute dari sinar film foto.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M, Prof. Dr. 2008. Keunggulan Alumunium Foil & Logam.


http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y=cybershopping|0|0|6|
474. Diakses tanggal 4 Maret 2011.

Departemen Perindustrian (Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah). 2007. Kemasan


Flexibel. Jakarta.

Julianti, E dan Mimi, N. 2007. Tehnologi


Pengemasan. http://www.usu.ac.id/elearning/Teknologi%20Pengemasan/Textbook/thp-407-
textbook-teknologi-pengemasan.pdf. Diakses tanggal 4 Maret 2011.

Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. Yogyakarta: UGM.

Syarief. R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, Teknologi
Pangan. Penerbit PT. Media. Jakarta.

Inkuiri. 2011. Mesin sealer plastik & alumunium foil. www. suryayan-mesin-sealer-plastik-
alumunium-foil.htm. Diakses tanggal 4 Maret 2011.

This entry was posted on 10 Desember 2010. It was filed under Keilmuan .

KEMASAN ALUMINIUM
Written By Bengkel Mesin Packing on Kamis, 26 Januari 2012 | 08.56

Aluminium merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan
daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan masuknya
gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang. Tetapi penggunaan
aluminium sebagai bahan kemasan juga mempunyai kelemahan yaitu kekuatan (rigiditasnya) kurang
baik, sukar disolder sehingga sambungannya tidak rapat sehingga dapat menimbulkan lubang pada
kemasan, harganya lebih mahal dan mudah mengalami perkaratan sehingga harus diberi lapisan
tambahan.
Reaksi aluminium dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida yang merupakan
lapisan film yang tahan terhadap korosi dari atmosfir. Penggunaan aluminium sebagai wadah
kemasan, menyebabkan bagian sebelah dalam wadah tidak dapat kontak dengan oksigen, dan ini
menyebabkan terjadinya perkaratan di bagian sebelah dalam kemasan. Untuk mencegah terjadinya
karat, maka di bagian dalam dari wadah aluminium ini harus diberi lapisan enamel.
Secara komersial penggunaan aluminium murni tidak menguntungkan, sehingga harus
dicampur dengan logam lainnya untuk mengurangi biaya dan memperbaiki daya tahannya terhadap
korosi. Logam-logam yang biasanya digunakan sebagai campuran pada pembuatan wadah
aluminium adalah tembaga, magnesium, mangan, khromium dan seng (pada media alkali).

1. Aluminium foil

Aluminium foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam aluminum yang padat dan
tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat
lunak, hingga H-n yang berarti keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka aluminium foil tersebut
semakin keras.
Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Jika kurang tebal, maka foil tersebut
dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan 0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air
= 0, artinya foil tersebut tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya
digunakan untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup
botol multitrip.
Sifat-sifat dari aluminium foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga dapat
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap
cahaya seperti margarin dan yoghurt. Aluminium foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau
laminan.
Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis kemasan baru yang
disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort pouch adalah harus mempunyai daya simpan yang
tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi
yang tinggi.
Retort pouch mempunyai keunggulan dibanding kaleng, yaitu :
- luas permukaan besar dan kemasannya tipis sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi
panas yang lebih cepat dan lebih efisien.
- dengan berkurangnya waktu sterilisasi, maka mutu produk dapat diperbaiki, karena nilai
gizinya lebih tinggi dan sifat-sifat sensori seperti rasa, warna dan tekstur dapat dipertahankan.
- dari sisi konsumen, retort pouch lebih disukai karena praktis dan awet.
- produk yang telah disterilisasi dalam kemasan retort pouch dapat langsung dikonsumsi tanpa
harus dipanaskan.
- pemanasan cukup mudah, yaitu dengan cara memasukkan kemasan retort pouch ke dalam air
mendidih selama 5 menit.
- dapat dipanaskan dalam microwave oven
- mudah dalam hal menyobek atau membuka kemasan
- harga lebih murah, karena dapat menghemat penggunaan garam, energi dan peralatan.
Jumlah larutan gula/garam yang digunakan sebagai pengisi dapat dikurangi sampai 30%,
energi untuk mensterilkan 25% lebih irit dibanding kaleng dan peralatan dalam retort pouch line
berlangsung dengan kapasitas maksimum. Untuk 60 pouch/menit/mesin diperlukan hanya 3
jenis mesin yaitu mesin pembentuk, pengisi dan penutup.
Contoh kemasan retort pouch adalah kemasan yang terdiri dari poliester-adhesif-aluminium foiladhesif-
polipropilen, dengan susunan sebagai berikut :
- film polister dengan tebal 0.5 mil di bagian luar
- kertas aluminium dengan tebal 0.0035 inchi di bagian tengah
- bagian dalam dilaminasi dengan polipropilen
Poliester dan polipropilen dapat bekerja sebagai adhesif bagi aluminium foil dan dapat ditutup
secara kuat dengan pemanasan. Fungsi poliester adalah untuk memberikan ketahanan dan kekuatan
pada kemasan. Poliester juga bersifat tahan tekanan dan dapat dicetak, sehingga pencetakan label
kemasan dapat dilakukan di bagian poliester ini. Aluminium foil memberikan perlindungan bahan
sehingga tahan disimpan tanpa pembekuan dan pendinginan, karena permeabilitasnya yang rendah
terhadap sinar, uap air, O2 dan mikroba. Polipropilen bersifat inert, dapat direkatkan secara kuat
dengan panas (heat seal) dan mempunyai daya simpan (shelf life) sama dengan kaleng.
Bentuk lain dari kantung aluminium foil adalah bag in box system, yang terdiri dari 3 (tiga) lapisan
bahan kemasan yaitu polietilen-saran- polietilen. Kemasan ini digunakan untuk susu, wine, minyak
goreng dan kacang. Susu homogenisasi yang dikemas secara aseptis dengan kemasan bag in box
system, mempunyai masa simpan 9 bulan pada susu kamar.

2. Penggunaan Aluminium untuk Kemasan Bahan Pangan

Aluminium dapat digunakan untuk mengemas produk buah-buahan dan sayuran, produk
daging, ikan dan kernag-kerangan, produk susu dan minuman. Penggunaan kemasan aluminium
untuk bahan-bahan ini harus memperhatikan beberapa kondisi sebagai berikut :
a. Produk Buah-buahan dan Sayuran
Aluminium yang digunakan untuk mengemasan produk buah-buah harus dilapisi dengan enamel
untuk mencegah terjadinya akumulasi gas hidrogen yang dapat menyebabkan terbentuknya
gelembung gas dan karat. Penyimpangan warna pada saus apel yang dikemas dengan aluminium,
dapat dicegah dengan menambahkan asam askorbat .
b. Produk daging
Pengemasan daging dengan wadah aluminium tidak menyebabkan terjadinya perubahan warna
sebagaimana yang terjadi pada logam lain. Produk yang mengandung asam amino dengan sulfur
seperti daging dan ikan dapat bereaksi dengan besi dan membentuk noda hitam. Penambahan
aluminium yang dipatri pada kaleng tin plate dapat mencegah pembentukan noda karat. Pada
produk daging yang berkadar garam tinggi dan mengandung bumbu yang mudah berkarat, maka
penambahan gelatin dapat mengurangi sernagan karat pada logam.
c. Ikan dan Kerang-kerangan
Pengemasan ikan sarden dalam minyak atau saus tomat dan saus mustard degan kemasan
aluminium yang berlapis enamel, maka pH nya tidak boleh lebih dari 3.0, karena jika lebih besar
enamel tidak dapat melindungi produk. Pengemasan lobster dengan kaleng aluminium tidak
memerlukan kertas perkamen yang biasanya digunakan untuk mencegah perubahan warna pada
kaleng tinplate.
d. Produk-produk susu
Kemasan aluminium untuk produk susu memerlukan lapisan pelindung, terutama pada susu
kental yang tidak manis. Penggunaan aluminium untuk produk-produk susu seperti margarin
dan mentega, berperan untuk memberikan sifat opaq sehingga menjadi sekat lintasan bagi cahaya
dan O2.
e. Minuman
Pengemasan minuman dengan wadah aluminium harus diberi pelapis, yaitu epoksivinil atau
epoksi jernih untuk bir dan epoksivinil atau vinil organosol untuk minuman ringan atau minuman
berkarbonasi. Pengemasan teh dengan aluminium yang tidak diberi lapis dapat menyebabkan
terjadinya perubahan warna dan flavor.

Dikutip dari :
1. Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Mengenal Kemasan Plastik Alumunium Foil
Discussion in 'Usaha Kecil Menengah' started by akhdi, Mar 22, 2017.
Tags:

alumunium foil

makanan

pembungkus makanan ringan

snack

1.

akhdiMember

Joined:

Feb 28, 2017

Messages:

36

Likes Received:

Trophy Points:

Pecandu snack renyah pasti pernah membuka kemasan alumunium foil. Tapi jarang ada yang
tau kenapa plastik jenis ini digunakan. Warna silver dan mengkilap alumunium foil ini sering
dijadikan alat pembungkus pada beberapa jenis makanan.

Kenapa harus membungkus makanan dengan alumunium foil? Karena lebih aman untuk
menjaga makanan agar tetap renyah dan tahan lama.

Kok bisa? alumunium foil kedap udara dan juga tidak akan mempengaruhi rasa dan bau
makanan yang dibungkusnya.

Kita belajar barengan ya tentang alumunium foil.

Apa itu Alumunium Foil?

Benda ini biasanya berbentuk kemasan yang dibuat dari bauksit atau endapan besi yang
mengandung alumunium Oxide dan Silikat. Sedangkan bauksit berasal dari Amerika bagian
utara dan Eropa bagian utara dan juga Asutralia.

beberapa proses alumunium ini lantas diolah menjadi lembaran tipis dengan ketebalan 0,2 mm.
Sedangkan alumunium dengan ketebalan kurang dari 150 micron dinamakan alumunium foil.

Alumunium foil ini dibuat dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan. Sealahsatu bentuknya
adalah laminasi plastik dan juga kertas. Selain untuk membungkus makanan alumunium foil
juga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti menghangatkan ruangan.

Kelemahan Alumunium Foil

Tadi udah dibahas ya tentang kegunaan alumunium foil dan manfaatnya. Setiap barang ada
kelebihan dan juga kekurangan. Termasuk alumunium foil ini sendiri.

Alumunium foil dapat rusak karena pengaruh garam dapur, asam dan logam berat.
Kerusakannya sendiri tergantung dari campuran spesifik yang ada di dalamnya dan kontak
langsung dengan zat tersebut.

Kemasan Plastik Alumunium Foil

Salah satu olahan alumunium foil adalah plastik kemasan. Bagi pelaku bisnis makanan ringan,
tentu anda tidak asing dengan benda satu ini. Sudah banyak produk makanan yang
menggunakan plastik alumunium foil untuk kemasannya.

Kemasan produk untuk lebih memilih menggunakan alumunium foil tentu bukan tanpa sebab.
yang pertama, menjaga makanan tetap renyah. Kemudian kemasan plastik alumunium foil juga
menjadikan produk lebih menarik sehingga meningkatkan daya jual.

Lebih elegan gitu.

Contoh Plastik Kemasan Alumunium Foil


Nih kita tampilkan beberaa contoh plastik kemasan alumunium foil baik murni atau kombinasi.
Beberapa diantaranya adalah:

1. Standing Pouch Alumunium Foil Kombinasi


Terbuat dari bahan yang tebal dan transparan. Cocok untuk aneka kerupuk, keripik buah, pasta,
abon, dan lainnya. Ukurannya juga sangat variatif sehinnga memudahkan untuk menyesuiakan
dengan berat makanan yang akan dibungkus.

2. Kemasan Bantal alumunium Foil & Metalize


Bentuknya bantal. Ya Bantal. Kemasan plastik alumunium foil pun ada yang memiliki bentuk
seperti bantal dan pasti semua sudah pernah liat ya. Cocok untuk aneka produk seperti kopi,
bumbu, susu, coklat, dll dengan ukuran bermacam-macam pula.

3. Kemasan Bantal Metalize Kombinasi disertai handle untuk jinjingan dan


gantungan.
Nah kalo yang ini sedikit berbeda dengan kemasan bantal alumunium foil. Bedanya dikemasan
ini diberi tambahan berupa gantungan/jinjingan sehingga cocok untuk aneka produk yang
sedikit lebih berat atau bahkan hanya untuk sekedar kreasi saja.

4. Kemasan Gusset Alumunium Foil & Metalize


Yang ini info di google belum lengkap jadi kapan2 diupdate ya. Hihihi

5. Kemasan Alu Paper(Alumunium foul plus pruntung)


Alu paper adalah gabungan antara kemasan alumunium paper dan foil. Jenis ini cocok untuk
aneka produk dan tersedia dalam berbagai tipe dan ukuran.

6. Kemasan Standing Pouch Bening


Terbuat dari plastik dengan ketebalan 135 micron, kemasan ini sangat rapi dan kokoh. Kemasan
ini lebih cocok untuk produk cair seperti sabun, minyak goreng, pasta, dll.

Nah, cukup menarik bukan. Selain fungsi membungkus ternyata kemasan plastik alumunium
foil memang memiliki banyak kelebihan sebagai pembungkus makanan. Jadi jangan ragu untuk
menggunakan plastik kemasan alumunium foil untuk pembungkus produk anda.
TEMPO.CO, Jakarta -Aluminium foil merupakan sahabat
terbaik para perempuan yang kesehariannya menghabiskan
banyak waktu di dapur. Aluminium foil kerap digunakan untuk
membungkus makanan saat dimasak, menyimpan sisa
makanan dan masih banyak lagi. Aluminium foil merupakan
lembaran aluminium yang terbuat dari alloy dengan ketebalan
kurang dari 150 micron dengan sifat utama penerima panas
yang baik.

Seperti dikutip dari laman Boldsky, sebetulnya tidak masalah


menggunakan aluminium foil untuk membungkus makanan
beku, selama tidak dipanasi. Saat makanan beku berbalut
aluminium foil tersebut Anda panasi, akan terjadi sebuah
proses bernama leaching. Saat terkena panas, aluminium foil
yang mengandung lapisan alloy akan meresap ke dalam
makanan (proses leaching).

Proses peresapan tersebut akan lebih tinggi lagi jika di dalam


makanan beku tersebut terdapat bumbu atau rempah. Hal
tersebut tentu tidak baik untuk kesehatan. Tidak terkecuali
untuk lemon, tomat atau jenis sayur dan buah lainnya.

Makanan jenis apapun yang dibungkus dan dipanaskan tentu


akan mengantarkan lapisan alloy ke dalam makanan tersebut.
Paparan alloy secara terus menerus secara tidak langsung
lewat proses pemanasan makanan tersebut dapat
mengakibatkan beberapa jenis penyakit, seperti Alzheimer
dan penyakit saraf lainnya.

Terlalu sering menggunakan aluminium foil juga dapat


mempengaruhi kinerja ginjal dan hati. Pada tahap ini,
terutama hati tidak dapat mengeluarkan lapisan alloy yang
sudah terlanjur menyerap dalam tubuh. Penyakit lain yang tak
kalah menyeramkan jika terus menerus menggunakan
aluminium foil untuk memanaskan makanan ialah kanker
usus.
Gunakan aluminium foil secara bijak, seperti membungkus
makanan beku. Jangan menggunakannya untuk memanaskan
makanan, terutama makanan pedas dan makanan yang
mengandung cukup banyak asam.

Read more at
http://gaya.tempo.co/read/news/2017/05/19/060876896/hati-
hati-memasak-dengan-aluminium-foil-ada-bahaya-
mengintai#vlhmD0RqKd7kKLQI.99

Anda mungkin juga menyukai