Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Macam-Macam Media Inokulasi


Ada beberapa macam media yang dapat digunakan sebagai media
inokulasi, yaitu mixed culture, plate culture, slant culture, stap culture, liquid
culture, dan shake culture. Mixed culture berisi dua atau lebih spesies
mikroorganisme. Plate culture merupakan media padat berada dalam petridish.
Slant culture merupakan media padat berada dalam tabung reaksi. Stap culture
adalah media padat dalam tabung reaksi, tetapi penanamannya dilakukan dengan
cara penusukan. Liquid culture adalah media cair dalam tabung reaksi. Selanjutnya
media inokulasi shake culture adalah media cair dalam tabung reaksi dimana
penanaman inokula dilakukan dengan cara dikocok (shake) (Syahranti dkk, 2012)

2.2. Teknik Aseptik


Sebelum dilakukan proses kultur mikroorganisme, pertama kali harus
mempertimbangkan bagaimana agar tidak terjadi kontaminasi. Mikroorganisme
ada dimana saja karena ukurannya yang sangat kecil. Mikroorganisme mudah lepas
dalam udara dan permukaan. Oleh karena itu, medium kultur harus disterilisasikan
secepatnya setelah dilakukan preparasi untuk pemindahan mikroorganisme siap
dikontaminasikan. Pentingnya tindakan pencegahan sampai penanganan berikutnya
medium kultur harus tetap steril. Materi lain yang akan kontak juga harus tetap
terjaga kesterilannya. Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi
hingga kultur manipulasi dan media kultur steril disebut teknik aseptik (Mansyur,
2006). Kontaminasi udara juga sering menjadi suatu masalah karena udara selalu
kontak dengan partikel debu dan banyak komunitas mikroorganisme di dalamnya.
Pada saat wadah dibuka maka segera ditangani agar tidak terkontaminasi
dengan udara sekitar. Pemindahan aseptik pada kultur dari salah satu medium ke
medium yang lain harus teliti dengan loop inokulasi atau jarum harus disterilkan
oleh pembakaran pada nyala api. Pada pertumbuhan kultur dibutuhkan tempat yang
mudah dipindahkan ke permukaan agar datar dimana pertumbuhan suatu koloni
berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal (uniseluler).

3
4

2.2. Kurva Sigmoid Pertumbuhan Bakteri


Kurva pertumbuhan adalah kurva yang sering digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan mikroba dalam proses pembuatan inokulasi. Kurva
ini menjelaskan mengenai fase hidup mikroba dimulai dari masuknya mikroba
hingga habisnya nutrient yang digunakan sebagai bahan makanan mikroba.
Mikroba yang telah dimasukan ke dalam media inokulasi akan menyesuaikan diri
lalu tumbuh memperbanyak diri. Kurva menunjukan jumlah koloni mikroba
dibandingkan dengan jumlah waktu. Kurva ini juga menunjukan konsumsi nutrient.

Gambar 2.1. Kurva Pertumbuhan Bakteri


(sumber : Alex, 2013)

2.2.1. Fase Lag


Setelah inokulasi, terjadi peningkatan ukuran jumlah sel, mulai pada waktu
sel tidak atau sedikit mengalami metabolisme dan pembelahan. Fase ini, ditandai
dengan peningkatan komponen makromolekul pada sel, aktivitas metabolik sel, dan
kerentanan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Fase lag merupakan suatu periode
penyesuaian sel dengan lingkungan yang penting untuk penambahan metabolit pada
kelompok sel, menuju tingkat yang setaraf dengan sintesis sel maksimum.
2.2.2. Fase Log
Fase dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika ingin
mengadakan biakan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali
untuk dijadikan inokulum. Fase eksponensial adalah fase dimana bakteri
melakukan pembelahan secara biner dengan jumlah kelipatan (eksponensial). Pada
fase ini, terjadi lonjakan peningkatan jumlah biomassa sel, sehingga bisa diketahui
seberapa besar terjadi pertumbuhan secara optimal biomassa sel (Noverita, 2009).
5

Pada fase eksponensial atau logaritmik, sel berada dalam keadaan


pertumbuhan yang seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh
faktor yang sama dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif metabolit
tetap konstan. Selama periode ini pertumbuhan seimbang, proses reproduksi/
membelah diri sel tinggi, dan kecepatan peningkatan dapat diekspresikan dengan
fungsi eksponensial alami. Sel membelah dengan kecepatan konstan yang
ditentukan oleh sifat intrinsik bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini
terdapat keragaman kecepatan pertumbuhan berbagai mikroorganisme yang
berbeda. Waktu yang digunakan untuk Escherichia coli untuk membelah hingga
dua kali jumlah koloni dalam kultur kaldu pada suhu 37oC, sekitar 20 menit,
sedangkan pada sel mamalia akan membutuhkan waktu sekitar 10 jam pada
temperatur yang sama untuk mencapai jumlah koloni mencapai dua kali lipat.
2.2.3. Fase Stasioner
Pada saat digunakan kondisi biakan yang rutin, akumulasi produk limbah,
kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak diketahui akan
mendesak dan mengganggu biakan, mengakibatkan penurunan kecepatan
pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap konstan untuk periode
yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya menuju periode penurunan
populasi. Dalam beberapa kasus, sel yang terdapat dalam suatu biakan yang
populasi selnya tidak tumbuh dapat memanjang, morfologi sel akan membengkak
secara abnormal, atau mengalami penyimpangan, suatu manifestasi pertumbuhan
yang tidak seimbang. Alasan sel tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis
bermacam-macam. Beberapa alasan yaitu nutrien pada media habis, adanya
akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol, asam, dan basa), penurunan kadar
oksigen, dan penurunan ketersediaan air sebagai bahan pendukung metabolisme.
2.2.4. Fase Penurunan Populasi Atau Fase Kematian
Pada saat medium kehabisan nutrien maka populasi bakteri akan menurun
jumlahnya, Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak daripada sel yang hidup.
Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler.
Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam selama fase statis dan
akhirnya masuk ke dalam fase kematian, sementara itu beberapa bakteri hanya
6

mampu bertahan sampai harian dan mingguan pada fase statis dan akhirnya masuk
ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan mampu bertahan sampai puluhan tahun
sebelum mati, yaitu mengubah sel menjadi spora menunggu lingkungan sesuai.

2.3. Pengukuran Koloni


Kurva pertumbuhan adalah kurva yang sering digunakan, ada berbagai
cara untuk mendaptkan data kurva perkembangan inokulan. Cara yang paling sering
untuk perhitungan adalah pengenceran, penggunaan ruang hitung, penggunaan
turbidometer atau nefelometer. Pengukuran kuantitatif populasi mikroba seringkali
sangat diperlukan dalam berbagai macam penelahaan mikroorganisme. Hakikatnya
terdapat dua macam pengukuran dasar, antara lain penentuan jumlah sel dan
penentuan massa sel. Pengukuran jumlah sel biasanya dilakukan untuk organisme
bersel tunggal contohnya adalah bakteri. Penentuan massa sel dapat dilakukan
bukan hanya untuk organisme bersel tunggal, tetapi juga untuk organisme
berfilamen misalnya pada inokulasi jamur kapang (Noverita, 2009).
Terdapat berbagai cara untuk mengukur jumlah sel antara lain dengan
menggunakan hitungan cawan atau pengenceran. Menggunakan hitungan
mikroskopis langsung atau penggunaan ruang hitung. Elektronis dengan bantuan
alat yang disebut penghitung coulter dan penggunaan turbidometer atau
nefelometer. Cara lain untuk mengukur jumlah sel antara lain dengan penyaring
sampel dengan menggunakan suatu saringan yang memiliki membran, lalu bahan
tersebut akan diinkubasikan pada permukaan medium yang sesuai.
Jasad-jasad renik yang tertahan pada permukaan saringan atau membran
akan menyerap nutrien dari medium dan menghasilkan koloni-koloni yang masing-
masing berasal dari satu sel tunggal yang dapat hidup. Koloni-koloni yang
dihasilkan kemudian dapat dihitung jumlahnya. Massa sel juga dapat ditentukan
dengan menggunakan beberapa metode. Pengukuran sel yang salah satunya paling
umum digunakan adalah pengukuran kekeruhan suspensi sel.
2.3.1. Penentuan jumlah koloni dengan menggunakan colony counter
Penentuan jumlah koloni dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
bakteri yang membentuk koloni dalam suatu media biakan yang sesuai dengan
pertumbuhan bakteri. Menghitung jumlah bakteri yang membentuk suspensi dalam
7

suatu medium tumbuh berfasa cair. Cara yang paling umum digunakan dalam
menghitung jumlah bakteri adalah cara perhitungan koloni total pada lempeng.
Perhitungan dengan metode ini mendasarkan perhitungan hanya pada bakteri yang
hidup, sehingga cara ini dikenal juga dengan metode perhitungan bakteri hidup.
Teknik ini perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan dengan cara pemeriksaan
bahan (sampel) diencerkan dengan perbandingan 1:10 atau seperlunya sesuai
dengan karakteristik sampel bakteri. Suspensi pengenceran akan ditanam dengan
metode cawan tuang (pour plate) atau cawan sebar (spread plate).
Penentuan jumlah koloni bakteri dapat dibantu dengan menggunakan alat,
yaitu colony counter. Colony counter adalah alat untuk menghitung jumlah koloni
bakteri atau mikroorganisme dalam cawan petri yang biasanya dilengkapi dengan
pencatat elektronik. Perhitungan jumlah koloni bakteri dengan menggunakan alat
colony counter dipermudah dengan adanya counter electronic. Counter tersebut
dapat menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen yang
terhubung dengan counter. Penentuan jumlah bakteri dengan metode lempeng total
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode cawan tuang dan cawan sebar.
Metode cawan tuang, mikroba ditumbuhkan dalam media agar dengan cara
mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri sehingga sel-
sel tersebut tersebar merata dan diam baik dipermukaan atau di dalam agar. Metode
cawan sebar adalah suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme di dalam media
agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri di atas media agar yang telah
memadat. Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata di media agar. Penggunaan metode cawan sebar dan cawan tuang sangat
penting untuk melakukan pengenceran agar jumlah koloni yang tumbuh pada media
agar tidak terlalu banyak. Cawan yang ditumbuhi beberapa sel tidak dalam bentuk
koloni tunggal dapat menyebabkan perhitungan yang salah (Nurcahyo, 2011).
2.5.2. Penentuan Jumlah Sel Bakteri Menggunakan Metode Spektrofotometri
Penentuan jumlah sel bakteri selain dilakukan dengan teknik menghitung
jumlah kelompok massa tertentu sel (koloni) yang dapat tumbuh pada lempeng
pembiakan. Penentuan dapat pula ditentukan dengan menghitung jumlah populasi
atau kelompok sel-sel bakteri yang terdapat dalam medium cair. Sel pada dasarnya
8

adalah partikel materi yang memiliki kemampuan untuk menyerap atau


meyebarkan cahaya yang sebanding dengan tingkat kekeruhannya. Metode
penentuan jumlah koloni yang didasarkan pada tingkat kekeruhan salah satunya
adalah metode turbidimetri. Prinsip dasar dalam penentuan jumlah populasi bakteri
dengan menggunakan spektrofotometri. Pengukuran turbidimetri, jumlah populasi
bakteri dihitung sebagai serapan cahaya (absorbansi) oleh sel-sel bakteri dengna
menggunakan panjang gelombang yang sesuai untuk melakukan analisa pada
mikroba yang ditentukan, sehingga hanya mikroba yang diinginkan yang terlihat.
Berbeda dengan teknik perhitungan jumlah koloni total pada lempeng
biakan yang menghitung hanya koloni yang hidup, mikroba yang ditentukan.
Berbeda dengan teknik perhitungan jumlah koloni total metode penentuan populasi
sel bakteri dengan teknik spektrofotometri. Teknik spektrofotometri ini dipakai
untuk menghitung jumlah sel dihitung sebagai jumlah total sel hidup dan sel mati.
Metode mikroskopis langsung, sampel yang akan dihitung jumlah mikrobanya
diletakkan di ruang hitung dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan
bantuan mikroskop. Metode ini hasil pengencerannya tidak ditanamkan pada
media, tetapi diteteskan ke dalam ruang hitung. Keuntungan menggunakan metode
ini adalah pelaksanannya yang cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan.
Kelemahannya adalah tidak dapat membedakan manakah sel-sel yang
masih hidup dan sel yang sudah mati. Sel mati akan menyerap warna biru,
sedangkan sel hidup mereduksi zat warna secara enzimatif menjadi tidak berwarna.
Cara lain adalah mengukur berat kering sel atau filamen miselum sampel dalam
volume tertentu. Penentuan yang disebutkan terakhir ini sampel mula-mula
disentrifugal atau disaring, dicuci, dikeringkan dan kemudian beratnya ditimbang.
Perhitungan dengan cawan (pengenceran), disiapkan beberapa buah tabung berisi
aquadest steril sebanyak 9 ml. Masing-masing tabung kemudian ditambahkan 1 ml
sampel yang akan diperiksa secara bertahap hingga mencapai hasil yang diinginkan.

2.4. Bioremediasi
Bioremediasi dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang
menggunakan mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau enzim untuk kembali
pada lingkungan alam sehingga diubah oleh kontaminan dengan kondisi aslinya.
9

Bioremediasi dapat digunakan untuk pencemar tanah seperti degradasi klorinasi


hidrokarbon oleh bakteri. Sebuah contoh pendekatan yang lebih umum adalah
pembersihan dari tumpahan minyak dengan penambahan nitrat atau sulfat pupuk
untuk memfasilitasi dekomposisi minyak mentah oleh jenis bakteri pribumi.
Bioremediasi dan fitoremediasi telah digunakan selama berabad-abad.
Sebagai contoh, desalinasi lahan pertanian dengan phytoextraction memiliki tradisi
yang panjang. Teknologi bioremediasi yang menggunakan mikroorganisme
ditemukan oleh George Robinson. Selama tahun 1960 menghabiskan waktu
luangnya untuk bereksperimen dengan stoples kotor dan berbagai campuran
mikroba dengan mangamati perkembangbiakkan dari mikroba tersebut. Pada toples
mana mikroba tersebut paling banyak tumbuh. Bioremediasi teknologi secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai metode lanjutan. Pada teknologi tersebut
melibatkan bioremediasi yang memperlakukan bahan yang telah terkontaminasi
pada situs sementara tempat penampungan yang melibatkan penghapusan bahan
terkontaminasi untuk diperlakukan di tempat lain. Beberapa contoh dalam
teknologi dari bioremediasi adalah bioventing, land farming, bioreaktor,proses
pembuatan kompos, augmentation, rhizo filtration, dan juga biostimulation.
Bioremediasi dapat terjadi dengan sendirinya (bioremediasi intrinsik)
yang didorong melalui penambahan pupuk untuk meningkatkan ketersediaan hayati
dalam suatu media (stimulation). Kemajuan pada segala bidang kehidupan
mengakibatkan banyak penemuan terbaru juga yang dapat terbukti mampu
dilakukan untuk menyukseskan kembali melalui penambahan strain mikroba yang
cocok untuk medium agar meningkatkan populasi mikroba dengan kemampuan
untuk mendorong adanya mikroorganisme contaminants. Mikroorganisme yang
dapat melakukan fungsi bioremediasi dikenal sebagai bioremediators.
Penghapusan polutan dan limbah dari lingkungan membutuhkan
peningkatan pemahaman tentang kepentingan relatif dari jalur yang berbeda dan
jaringan peraturan untuk aliran karbon dalam lingkungan tertentu dan untuk
senyawa tertentu dimana mereka pasti akan mempercepat pengembangan teknologi
bioremediasi dan bio transformasi proses. Penggunaan rekayasa genetika untuk
menciptakan organisme yang khusus dirancang untuk bioremediasi memiliki
10

potensi besar. Bakteri Deinococcus radiodurans yang paling berkembang adalah


organisme yang dikenal telah dimodifikasi dengan menggunakan rekayasa genetik
untuk mengonsumsi dan mencerna toluena dan merkuri limbah radioaktif nuklir.
Mycoremediation adalah bentuk bioremediasi dimana jamur digunakan
untuk dekontaminasi daerah tersebut. Istilah ini mycoremediation diciptakan oleh
Paulus Stamets dan mengacu khusus untuk penggunaan jamur miselia dalam
bioremediasi. Salah satu tugas utama dari jamur dalam ekosistem adalah
dekomposisi yang dilakukan oleh miselium. Miselium mengeluarkan ekstra seluler
enzim dan asam yang memecah lignin dan selulosa, untuk membentuk bangunan
utama serat tanaman. Senyawa organik terdiri dari rantai panjang karbon dan
hidrogen yang secara struktural mirip dengan bahan pencemar organik yang banyak
ditemukan. Fungsi mycoremediation adalah menentukan jenis jamur untuk
mengikat polutan tertentu. Strain tertentu telah berhasil menurunkan gas..
Pada sebuah penelitian yang dilakukan terbukti bahwa penyumbang utama
faktor dalam industri bioremediasi adalah sebidang tanah yang telah terkontaminasi
dengan minyak diesel yang diinokulasi dengan miselium dari jamur tiram. Teknik
bioremediasi bakteri tradisional yang digunakan adalah dengan melakukan kontrol
setelah empat minggu didapatkan hasil lebih 95% dari banyak hidrokarbon
polisiklik aromatik telah menurun kadar beracunnya pada komponen yang tidak
diinokulasi dalam miselium. Disimpulkan bahwa komunitas mikroba alami
berpartisipasi dengan jamur untuk mendorong kontaminan keluar yang akhirnya
menjadi karbondioksida dan air. Menurunkan kontaminasi jamur pada kayu sangat
efektif dalam mengurai polutan aromatik (komponen beracun dari minyak bumi)
juga senyawa klor yang dapat merusak lingkungan yang ada disekitar.
Mycofiltration adalah salah satu proses yang sama yaitu dengan
menggunakan miselia jamur untuk menyaring limbah beracun dan mikroorganisme
dari air di dalam tanah. Terdapat kerugian karena biaya yang tinggi tapi
keuntungannya efisiensi untuk bioremediasi juga cukup tinggi karena dapat
digunakan di daerah yang tidak dapat diakses tanpa penggalian. Sebagai contoh,
hidrokarbon tumpahan (khususnya bensin tumpahan) atau larutan chlorinated
tertentu dapat mencemari air tanah dan akseptor elektron yang sesuai atau
11

pentransferan pada elektron yang cocok digunakan secara signifikan dapat


mengurangi kontaminan pada konsentrasi setelah waktu yang cukup lama.
Hal ini biasanya jauh lebih murah daripada penggalian diikuti oleh
pembuangan di tempat lain dengan inisiasi atau perlakuan penampungan strategi
lain. Terdapat 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremedasi yaitu
stimulasi aktivitas mikroorganisme asli pada lokasi tercemar dengan penambahan
nutrien, pengaturan kondisi bilangan redoks, optimasi pH, inokulasi (penanaman)
mikroorganisme di lokasi tercemar serta dapat digunakan pada mikroorganisme
yang memiliki kemampuan untuk melakukan biotransformasi khusus.

2.6. Pemisahan Spesies


Pada keadaan yang sebenarnya (di alam bebas) boleh dikatakan tidak ada
bakteri yang hidup benar benar tersendiri terlepas dari spesies bakteri lainnya.
Untuk menyendirikan suatu spesies dapat dilakukan dengan pengenceran sampel.
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Enceran ini kemudian akan diambil
sejumlah 1 ml untuk kemudian dincerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang
ketiga ini akan diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam
medium tersebut, tetapi mungkin dapat juga hanya memperoleh satu koloni saja
kemudian dilakukan pengenceran berulang (Pelczar dan Chan, 20017).
Metode yang lain dengan penuangan, yaitu dengan mengambil sedikit
sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan tadi, dan sampel ini kemudian
disebarluaskan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Maka demikian
diperolehlah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu mengental, maka selang
beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat
dianggap murni. Dengan mengulang proses akan diperoleh piaraan murni yang
lebih terjamin dengan penggesekan, metode ini sekarang banyak digunakan, karena
tidak begitu memakan waktu yang begitu lama, hanya saja dengan cara ini maka
bakteri anaerob tidak dapat tumbuh. Jika ujung kawat inokulasi dibengkokan,
kemudian ujung kawat inokulasi itu setelah disentuhkan suatu koloni lalu
digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu kemudian akan
tampaklah koloni-koloni yang letaknya tersebar di permukaan medium tersebut.
12

Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya


terpencil, maka akan diperoleh suatu piaraan murni, dengan mengucilkan satu sel
(Single Cell Isolation). Mikropipet ditempatkan pada tangan-tangan dari suatu
mikromanipulator. Mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca
penutup. Jika tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka dengan
lain mikropipet tetesan tersebut dipindahkan ke medium encer dengan maksud
supaya bakteri tersebut berkembang biak dulu. Kemudian diperoleh piaraan murni.
Metode ini sangat memerlukan kesabaran, dan mikromanipulator sangat mahal.
Dengan inokulasi hewan, metode ini didasarkan atas suatu kenyataan,
bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh didalam tubuh seekor hewan. Sampel air
liur dari seseorang yang disangka menderita TBC. Jika air liur ini disuntikkan ke
dalam tubuh tikus putih, maka bakteri-bakteri saproba yang ikut serta itu tidak akan
bertahan, sehingga kemudian hanya diperoleh hasil TBC saja. Bakteri yang
ketinggalan dalam tubuh tikus dapat dipindahkan kedalam medium yang sesuai.
Oleh karena hal ini juga yang dapat menjangkit ke tubuh manusia.

2.7. Jamur
Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik
yang mempunyai inti dan organel (Nurcahyo, 2011). Jamur tersusun dari hifa yang
merupakan benang-benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut
dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk
dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal
dengan melihat warna miseliumnya. Bagian penting tubuh jamur adalah suatu
struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak
bersekat dan ada yang berbentuk bersekat. Untain disebut dengan nama hifa, hifa
dapat tumbuh bercabang-cabang sehingga membentuk jaring-jaring, bentuk ini
dinamakan miselium. Pada koloni jamur ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang
tegak. Umumnya hifa yang tegak ini menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut
spora, sedangkan hifa yang menjalar berfungsi menyerap nutrien dari substrat dan
untuk menyangga alat reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif dan
hifa yang tegak disebut hifa fertil. Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus
pada bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan.
13

Anda mungkin juga menyukai