BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Aspergillus adalah suatu mikroba ang ditemukan hampir di seluruh dunia. Aspergillus
pertama kali ditemukan pada tahun 1729 oleh ilmuwan biologi bernama Pietro Antonio
Micheli. Aspergillus merupakan jenis mikroba yang bersifat aerob dan ditemukan hampir disemua
lingkungan yang kaya akan oksigen, dimana biasanya mereka tumbuh membentuk suatu
permukaan di suatu subtrat sebagai hasil dari pada tekanan oksigen yang tinggi. Banyak jenis
Aspergillus mempertunjukan olygotropi dimana ada suatu ketidaklengkapan baik gizi ataupun
nutriennya.
Beberapa jenis Aspergillus ada yang bersifat merusak yaitu menyebabkan peradangan
ataupun infeksi baik pada manusia maupun pada hewan sekalipun. Jenis dari pada aspergillus yang
dapat menyebabkan penyakit serius adalah Aspergillus Fumigatusdan Aspergillus Flavus.
Aspergillus Fumigatus dapat membentuk aflatoksin yang dapat menyebabkan kanker dan dapat
mencemari makanan, sedangkan Aspergillus Fumigatusdapat menyebabkan alergi
umum Sedangkan ada pula Aspergillus yang menguntungkan bagi dunia industry bioproses
seperti pembuatan sake yang dikembangkan oleh Negara Jepang. Aspergillus Oryzae digunakan
untuk mengkonversi tajin dalam beras (glukosa) menjadi gula sederhana yang difermentasikan
oleh
jadi nilai µ dari kinetika pertumbuhan Aspergillus Niger diambil dari linieritas grafik t terhadap
ln x sebesar :
y = 0.0116x + 1.3909
µ = 0.0116 jam-1
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Percobaan yang kami lakukan adalah kinetika pertumbuhan jamur dengan menggunakan
jamur Aspergillus Niger. Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam percobaan kinetika
pertumbuhan suatu organisme, misalnya metode gravimetri, metode counting chamber, metode
platting koloni, metode spektrofotometri, dan sebagainya. Metode yang kami gunakan dalam
percobaan ini adalah metode gravimetri, yakni dengan menghitung berat sel kering. Metode yang
dipilih dan digunakan dalam analisis kuantitatif harus tepat agar data yang diperoleh sesuai dengan
yang kita harapkan. Dalam percobaan kinetika pertumbuhan jamur, metode gravimetri dilakukan
dengan menyaring media berisi biakan dengan menggunakan kertas saring kemudian, kemudian
dioven selama kurang lebih 12 jam dan ditimbang beratnya. Berat biomassa adalah berat kertas
saring setelah penyaringan dikurangi berat kertas saring kosong sebelum penyaringan.
Media yang digunakan adalah media cair. Komposisi media cair steril yang digunakan
terdiri dari glukosa, (NH4)CO3, KH2PO4, Mg2SO4.7H2O, FeCl3, ZnSO4, dan aquadest. Media
yang digunakan untuk biakan harus mengandung substrat dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur
selama pengembang biakan. Berdasarkan komposisinya, sumber sumber nutrisi seperti sumber C
(karbon) diperoleh dari glukosa, sumber nitrogen diperoleh dari (NH4)CO3, sumber Posfat
diperoleh dari KH2PO4, sumber Fe diperoleh dari FeCl3, dan sumber Zn diperoleh dari ZnSO4.
Terdapat perbedaan komposisi antara media inokulum (starter) dengan media pertumbuhan, yakni
pada media inokulum digunakan sukrosa sedangkan pada media pertumbuhan digunakan media
glukosa. Glukosa merupakan monosakarida yang mudah terurai atau terhidrolisis sehingga
kandungan glukosa pada media akan mempercepat fase lag. Berbeda dengan komposisi media
pada media pertumbuhan bakteri yang terdiri dari glukosa, peptom, beef extract, yeast extract,
KH2PO4, Mg2SO4.7H2O. Bila dibandingkan kedua media tersebut, media pertumbuhan bakteri
lebih kompleks dibandingkan dengan media pertumbuhan jamur. Hal ini disesuaikan dengan sifat
jamur dan bakteri. Jamur mudah beradaptasi dengan lingkungannya dibandingkan dengan bakteri
sehingga komposisi untuk media jamur tidak terlalu kompleks dibandingkan dengan komposisi
media pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode gravimetri, dapat dibuat kurva
pertumbuhan jamur dengan membuat kurva waktu (t) terhadap konsentrasi biomassa x dalam berat
kering. Melalui kurva tersebut dapat diketahui waktu saat fase adaptasi hingga fase kematian dan
dapat ditentukan pula laju pertumbuhan maksimal. Berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut,
diperoleh fasa-fasa pertumbuhan jamur yakni:
Fase lag, segera terjadi setelah inokulasi. Pada fase ini, jamur beradaptasi dengan lingkungannya.
Namun, kami tidak mengambil data ketika fase lag terjadi. Fase lag terjadi saat t0.
Fase eksponensial atau fase percepatan pertumbuhan. Fase ini merupakan fase penting dalam
pertumbuhan mikroba. Fase eksponensial terjadi pada t2 (hari kedua) yakni pada rentang waktu 10
jam hingga t7 (hari ke keempat) yakni pada rentang waktu 79,5 jam. Dari fasa eksponensial
tersebut diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena terjadi penambahan jumlah sel yang sangat
besar pada waktu tersebut ditandai dengan peningkatan kurva yang sangat tajam (menanjak).
Fase perlambatan pertumbuhan, terjadi pada t8 yakni pada rentang waktu 93,5 jam. Pada fase
ini, mikroorganisme mulai kehabisan nutrisinya dan lingkungannya yang mulai tidak sesuaisehingga
konsentrasi biomassanya pun menjadi berkurang.
Fase stasioner, terjadi pada t9 dan t10, yakni terjadi pada rentang waktu 102,5 hingga 116,5 jam.
Pada fase ini, jumlah sel hidup sama dengan jumlah sel yang mati (jumlah sel konstan), karena
nutrien sudah berkurang, sehingga kurva yang dihasilkan mendatar.
Fase kematian, terjadi pada t11 hingga t12 yakni pada rentang waktu 125, 5 jam hingga 139, 5 jam.
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel.
Kemudian dibuat grafik antara ln X (ln dari berat sel kering) terhadap t (waktu)(jam).
Berdasarkan kurva yang telah dibuat didapatkan nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 0 jam-
1
. Apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan spesifik bakteri, nilai laju pertumbuhan spesifik
bakteri (µ) pada kelompok lain adalah sebesar 0,0002. Sehingga dapat dikatakan laju pertumbuan
spesifik jamur lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan spesifik bakteri.
Adapun pada tahap awal inkubasi, pH awal media berisi biakan adalah 6. Sedangkan
setelah beberapa hari diinkubasi, pH menjadi 3. Hal ini menunjukkan bahwa mikroba
menghasilkan produk berupa asam, yakni asam sitrat.
Dalam proses pertumbuhan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
diantaranya adalah jenis nutrisi, temperatur, pengadukan, pH, kadar air, oksigen, tekanan osmosis,
dan cahaya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal,
diantaranya sebagai berikut:
Percobaan yang kami lakukan menggunakan jamur Aspergillus Niger. Aspergillus nigeradalah
sejenis jamur atau mikroorganisme yang berasal dari keluarga fungi yang dapat tumbuh dalam
media cair dengan kandungan nutrisi ekstrak kentang dan dextrose pada kondisi asam.
Laju pertumbuhan maksimum dari Aspergillus Niger berlangsung pada t2 hingga t7.
Fase pertumbuhan Aspergillus Niger :
1. Fase lag atau fase adaptasi berlangsung pada t0, segera setelah inokulasi.
2. Fase eksponensial terjadi pada t2 (hari kedua) yakni pada rentang waktu 10 jam hingga t7 (hari ke
keempat) yakni pada rentang waktu 79,5 jam.
3. Fase perlambatan pertumbuhan, terjadi pada t8 yakni pada rentang waktu 93,5 jam.
4. Fase stasioner, terjadi pada t9 dan t10, yakni terjadi pada rentang waktu 102,5 hingga 116,5 jam.
5. Fase kematian, terjadi pada t11 hingga t12 yakni pada rentang waktu 125, 5 jamhingga 139, 5 jam.
Berdasarkan kurva antara ln X (ln dari berat sel kering) terhadap t (waktu)(jam) yang telah
dibuat diperoleh nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 0 jam-1
Pada tahap awal inkubasi, pH awal media berisi biakan adalah 6. Sedangkan setelah beberapa
hari diinkubasi, pH menjadi 3.
Produk yang dihasilkan oleh jamur atau mikroba berupa asam sitrat.
6.2 Saran
Dalam praktikum kinetika pertumbuhan jamur ini, perlu diperhatikan temperatur. Jika
inokulum dimasukkan ke dalam lemari pendingin, sebelum diinkubator inokulum tersebut harus
didiamkan terlebih dahulu hingga mencapai suhu kamar agar inokulum kembali aktif. Selain itu,
kertas saring yang digunakan unuk menyaring jamur, tidak boleh terlalu tebal karena akan
menyebabkan proses penyaringan berlangsung lama.
DAFTAR PUSTAKA
Djumali M & Ani Suryani, “Teknologi Bioproses”, Penebar Swadaya, 1994
E. Gumbira Sa’id, “Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi”, PAU Bioteknologi IPB, 1987
Manfaati, Rintis. 2011. “Jobsheet Praktikum Bioproses”, Teknik Kimia POLBAN
MW, Emmanuela, dkk. “Buku Petunjuk Praktikum Dasar Bioproses”, Jurusan Teknik Kimia:
Politeknik Negeri Bandung.
P.F. Stanbury & A. Whitaker. 1984. “Principles of Fermentation technology”, Pergamon Press