Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan
struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah
pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil
pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi
pertumbuhan populasi mikroba. Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami
fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial,
fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada
kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan
penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi.
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap
koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni bakteri,
maka dapat diketahui penyebaran koloni bakteri yang ada pada media pembiakkan
bakteri. Jumlah bakteri pada suatu media dapat juga dihitung dengan menggunakan
berbagai cara, tergantung pada jenis media dan jenis bakteri. Ada banyak metode yang
digunakan untuk menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari suatu populasi koloni
bakteri. (Brady, 1999)
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang kami buat, antara lain :
1.2.1. Mengetahui pengertian mikroba
1.2.2. Mengetahui pengertian pertumbuhan mikroba
1.2.3. Mengetahui perbedaan antara pertumbuhan individu dan koloni dalam mikroba
1.2.4. Mengetahui fase-fase dalam pertumbuhan mikroba
1.2.5. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba
1.2.6. Mengetahui cara memeriksa jumlah mikroba

Bioteknologi
Pertumbuhan Jumlah Mikroba Page 1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mikroba

Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat melakukan


aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri dan virus, dan
eukaryot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam kehidupan. Mikroba
terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap mikroba mempunyai morfologi
dan struktur anatomi yang berbeda. (Waluyo, 2004)

2.2. Pertumbuhan Mikroba

Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan


penambahan ukuran, jumlah bobot, masa, dan banyak parameter lainnya dari suatu
makhluk hidup. Penambahan ukuran atau masa suatu sel individual biasanya terjadi pada
proses pendewasaan (maturasi) dan perubahan ini pada umumnya bersifat sementara
(temporer) untuk kemudian dilanjutkan dengan proses multiplikasi dari sel tersebut.
Multiplikasi terjadi dengan cara pembelahan sel. Pertumbuhan pada umumnya
tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi makanan
dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan
tumbuh dengan waktu yang relative singkat dan sempurna. (Irianto, 2007)

Istilah pertumbuhan bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah sel bukan
mengacu kepada perkembangan individu organisme sel. Bakteri memiliki kemampuan
untuk menggandakan diri secara eksponensial dikarenakan sistem reproduksinya adalah
pembelahan biner melintang, dimana tiap sel membelah diri menjadi dua sel. Bakteri
merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan
berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara
yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan
suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat
toleransinya terhadap suhu lingkungannya:

1. Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada

suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah

200C.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal
pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 200 sampai 500C.

3. Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka


pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 400C, bakteri
jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air
panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan
bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-940C.

(Herfantini, 2010)

2.2.1. Pertumbuhan Individu dan Koloni

Pertumbuhan jasad hidup, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan sel secara
individu dan pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi. Pertumbuhan
mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: pertumbuhan individu dan
pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi. Pertumbuhan individu diartikan sebagai
bertambahnya ukuran tubuh, sedangkan pertumbuhan populasi diartikan sebagai
bertambahnya kuantitas individu dalam suatu populasi atau bertambahnya ukuran koloni.
Namun demikian pertumbuhan mikroorganisme unisel (bersel tunggal) sulit diukur dari
segi pertambahan panjang, luas, volume, maupun berat, karena pertambahannya sangat
sedikit dan berlangsung sangat cepat (lebih cepat dari satuan waktu
mengukurnya),sehingga untuk mikroorganisme yang demikian satuan pertumbuhan
sama dengan satuan perkembangan. (Herfantini, 2010)
2.3. Fase-fase Pertumbuhan Mikroba

Fase Pertumbuhan Ciri

Lag (lambat) Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami


perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta
bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk
membelah diri.

Logaritma atau Sel membelah diri dengan laju yang konstan, massa
Eksponensial menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan seimbang.

Stationary (Stasioner atau Terjadinya penumpukan racun akibat metabolisme sel dan
Tetap) kandungan nutrient mulai habis, akibatnya terjadi
kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya
tetap tumbuh. Jumlah sel menjadi konstan.

Death (Kematian) Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya
nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak
sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara
eksponensial

Tabel. Ciri dan Fase pada Kurva Pertumbuhan

Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari awal pertumbuhan sampai dengan


berakhirnya aktivitas merupakan proses bertahap yang dapat digambarkan sebagai kurva
pertumbuhan. Adapun 4 fase dalam pertumbuhan mikroba yaitu :

2.3.1. Fase Lag atau Fase Adaptasi

Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula- mula akan mengalami
fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya.
Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:

1. Medium dan lingkungan pertumbuhan

Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan
sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang
tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
2. Jumlah inoculum

Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat faseadaptasi. Fase adaptasi
mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur dipindahkan
dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya terbatas, (2)
mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi
sama seperti sebelumnya.

2.3.2. Fase Log atau Pertumbuhan Logaritma

Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium
tempat tumbuhnya seperti: pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan
termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan
energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif
terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi
menurun dikarenakan :

1. Nutrien di dalam medium sudah berkurang.

2. Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat


pertumbuhan mikroba.

2.3.3. Fase Stasioner

Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama
dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena
sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan
zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel
yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan
ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.

2.3.4. Fase Kematian

Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena
beberapa sebab yaitu:

1. Nutrien di dalam medium sudah habis.

2. Energi cadangan di dalam sel habis.


Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis
mikroba. Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganime yang dihasilkan mencapai
jumlah yang konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetapmaksimum pada masa
tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel yang mati
melebihi jumlah sel yang hidup. Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase
kematian dipercepat mengalami penurunan jumlah sel, karena jumlah sel
mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel tidak mencapai nol, sebab sebagian
kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap hidup dalam beberapa saat waktu tertentu.
Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva dimana jumlah individu secara tajam
akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ketitik awal lagi.

(Budiyanto, 2005)

Gambar. Grafik Pertumbuhan Mikroba dalam Biakan Sistem Tertutup (Batch


Culture)

2.4. Perhitungan Waktu Generasi

Dari hasil pembelahan sel secara biner:

1 sel menjadi 2 sel

2 sel menjadi 4 sel 21 menjadi 22 atau 2x2


4 sel menjadi 8 sel 22 menjadi 23 atau 2x2x2

Dari hal tersebut dapat dirumuskan menjadi:

N = N0 2n

Keterangan:

N: jumlah sel akhir,

N0: jumlah sel awal,

n: jumlah generasi

Waktu generasi = t / n

t: waktu pertumbuhan eksponensial, n: jumlah generasi

Dalam bentuk logaritma, rumus N = N0 2n menjadi:

log N = log N0 + n log 2

log N – log N0 = n log 2

log 𝑁 − log 𝑁𝑂 log 𝑁 − log 𝑁𝑂


𝑛= =
log 2 0,301
Contoh 1:

N = 108 , N0 = 5x107 , t = 2

Dengan rumus dalam bentuk logaritma:

log 108 − log 5 × 107 8 − 7,6


𝑛= = =1
log 2 0,301

Jadi waktu generasi = t/n = 2/1 = 2 jam

Waktu generasi juga dapat dihitung dari slope garis dalam plot semilogaritma kurva
pertumbuhan eksponensial, yaitu dengan rumus, slope = 0,301/ waktu generasi. Dari grafik
pertumbuhan tersebut diketahui bahwa slope = 0,15 sehingga juga diperoleh waktu generasi =
2 jam.

Contoh 2:

Jika 100 sel setelah ditumbuhkan selama 5 jam menghasilkan 1.720.320 sel, maka jumlah
generasi dapat dihitung sebagai berikut:

log 𝑁 − log 𝑁𝑂 log 1.720.320 − log


𝑛= = = 14
log 2 100
0,301
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu Generasi: 𝑡⁄𝑛 = = 21
14 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

2.5. Pemeriksaan Jumlah Mikroba

Menurut (Melinda Oktafiani, 2012) perhitungan bakteri adalah suatu cara yang
digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media
pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung
dan secara tidak langsung. Adapun cara perhitungan secara langsung, yaitu dengan
membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai)
dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan secara tidak
langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup
saja (viable count). Dalam pelaksanaannya ada beberapa cara sebagai berikut :

1. Perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC )

2. Perhitungan melalui pegenceran

3. Perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode)


4. Calorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri)

Metode standar atau viable plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi,
jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah
mikroorganisme dalam suspensi tersebut.

Metode hitungan cawan didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi
jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik perhitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil
pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung
jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai
dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang
terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang
terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan bersangkutan.

Gambar : Pengerjaan Perhitungan Koloni dengan metode Total Plate Count (TPC)
(source : http://artikelteknikkimia.blogspot.com )

Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri dalam
suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Bakteri menyerap cahaya sebanding
dengan volume total sel (ditentukan oleh ukuran dan jumlah). Ketika mikroba bertambah
jumlahnya atau semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi peningkatan
kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical density (absorbsi cahaya,
biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm – 700 nm). Untuk mikroba tertentu,
kurva standar dapat memperlihatkan jumlah organisme/ml (ditentukan dengan metode
hitungan cawan) hingga pengukuran optical density (ditentukan dengan
spektrofotometer).

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara


menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu
sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan
dalam suatu taung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk
diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil 1 ml
untuk diencerkan lebih lanjut. Jumlah terbaik yang digunakan untuk perhitungan
mikroba antara 30-300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara decimal.

(Oktafiani, 2012)

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme

2.6.1. Faktor-faktor Fisik

a. Pengaruh Temperature

Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa
jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada
daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba
terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masin –masing mikroba dikenal nilai
temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis
mikroba ialah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroba masih berlangsung.
Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroba.
Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas
mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.

Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:

 Mikroba psirkofilik(kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh


pada daerah temperatur antara 0oC sampai 30oC, dengan temperatur optimum
15oC. kebanyakan golongan ini tumbuh d tempat-tempat dingin, baik di
daratan maupun di lauatan.
 Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperature
optimum pertumbuhan antara 250C-370C minimum 150C dan maksimum di
sekitar 55oC. umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada
juga yang dapat hidup dengan baik pada temperatur 400C atau lebih.
 Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah
temperature tinggi, optimum 550C-600C, minmum 400C, sedangkan
maksimum 750C. golongan ini terutama terdapat di dalam sumber-sumber air
panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur lebih tinggi dari 550C.

b. Kelembaban dan Pengaruh Kebasahan serta Kekeringan

Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan


ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur
di perlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Banyak mikroba yang tahan hidup
di dalam keadaan kering untuk waktu yang lama, seperti dalam bentuk spora, konidia,
artospora, klamidospora dan kista. Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas
tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau
kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri
umumnya memerlukan aw 0,90- 0,999.

Tabel. Daftar aw yang diperlukan Beberapa Jenis Bakteri dan Jamur

c. Pengaruh Perubahan Nilai Osmotik

Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis,
yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel
membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1)
mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba
halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3)
mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak
dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.

d. Kadar Ion Hidrogen (pH)

Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba


asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba
mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c)
mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5. Contoh
pH minimum, optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai
berikut :

e. Pengaruh Sinar

Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat
berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang
bergelombang antara 390 m μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang berbahaya
ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m μ
sampai 300 m μ.
2.6.2. Faktor-faktor Kimia

o Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintasb zat-zat yang


keluar masuk sel mikroorganisme menjadi kacau.
o Oksidasi,beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga
fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim.
o Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa
enzim. Sehigga fungsi enzim terganngu.
o Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid
di dalam sel mikroorganisme.
o Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur.
o Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.

2.6.3. Faktor-faktor Biologi

a. Netralisme

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi.
Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik
dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya.
Sebagai contoh interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba
autochthonous (indigenous), dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer yang
kepadatan populasinya sangat rendah.

b. Komensalisme

Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi


diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:

o Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat


digunakan oleh Legionella pneumophila.
o Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic
Methanobacterium.

c. Sinergisme

Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat
melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2
populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme.
Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organic tanah, atau proses
pembersihan air secara alami.

d. Mutualisme (Simbiosis)

Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling
tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga
simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota
simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip.

e. Kompetisi

Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian.


Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi
terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau
dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium
caudatum dengan Paramaecium aurelia.

f. Amensalisme (Antagonisme)

Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak
dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan
cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan
menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika.

g. Parasitisme

Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan
populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan
nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya.
Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu
kontak yang relatif lama.

h. Predasi

Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan
dan mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar
dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat.

(Herfantini, 2010)
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat melakukan


aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri dan virus, dan eukaryot
seperti alga, protozoa. Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan
dengan penambahan ukuran, jumlah bobot, masa, dan banyak parameter lainnya dari suatu
makhluk hidup. Pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung tergantung pada nutrien
dan lingkungan yang cocok sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dengan waktu yang
relative singkat dan sempurna.
Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari awal pertumbuhan sampai dengan
berakhirnya aktivitas merupakan proses bertahap yang dapat digambarkan sebagai kurva
pertumbuhan. Adapun 4 fase dalam pertumbuhan mikroba yaitu fase lag, log, stationary, dan
death.
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada dua cara
penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Adapun cara
perhitungan secara langsung, yaitu dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat
sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber).
Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme
pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya ada beberapa
cara sebagai berikut :
o Perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC )
o Perhitungan melalui pegenceran
o Perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode)
o Calorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu faktor fisik,


faktor kimia, dan faktor biologi.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J E . 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur . Binarupa Aksara: Jakarta.

Budiyanto MAK . 2005. Mikrobiologi Umum . Malang: Universitas Muhammadiyah Malang


Press.

Herfantini, dkk . 2010 . Pertumbuhan Mikroorganisme . kupdf.net. diakses pada 16 Oktober


2018

Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi . Bandung: Yrama Widya.

Oktafiani, Melinda . 2012 . Penghitungan Jumlah Bakteri . scribd.com diakses pada 16


Oktober 2018

Waluyo . 2004 . Tinjauan Pustaka: Mikroba . digilib.unila.ac.id diakses pada 16 Oktober


2018

Anda mungkin juga menyukai