Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MIKROBIOLOGI

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

OPTIMALISASI MIKROORGANISME DALAM UPAYA


PENINGKATAN PRODUK INDUSTRI

DisusunOleh :
Kelompok 4
1. HERFANTINI (09330104)
2. Rizky Widyawati (09330105)
3. AnggresYoris M. (09330106)
4. MeiliaWahyuningsih (09330148)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pada masa sekarang, mikrobiologi sudah sangat berkembang luas memasuki bidang-
bidang pengetahuan lain, misalnya: pertanian, kesehatan, industri, lingungan hidup
sampai bidang antariksa. Oleh karena itu penelaahan biologi mikroorganisme dalam
setiap karangan akan menitik beratkan bidang masing-masing. Pada tulisan ini
penelaahan dititik beratkan pada dasar-dasar mikrobiologi, sehingga akan tampak sebagai
ilmu dasar ketimbang ilmu terapan. Sebagai ilmu dasar, mikrobiologi akan menelaah
permasalahan yang berhubungan dengan bentuk, perkembang-biakan, penyebaran dan
lingkungan yang mempengaruhi mikroorganisme, sedangkan sebagai ilmu terapan akan
mempelajari lebih banyak peranannya.
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan
mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-
kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur
organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan
ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan
ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi
mikroba.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian.
Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur
bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau
radiasi.
Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan
jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan
jumlah total sel/jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung
dan metode tidak langsung.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 PertumbuhanMikroorganisme
Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan
ukuran, jumlah bobot, masa, dan banyak parameter lainnya dari suatu makhluk hidup.
Penambahan ukuran atau masa suatu sel individual biasanya terjadi pada proses pendewasaan
(maturasi) dan perubahan ini pada umumnya bersifat sementara (temporer) untuk kemudian
dilanjutkan dengan proses multiplikasi dari sel tersebut. Multiplikasi terjadi dengan cara
pembelahan sel. Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan
juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme
tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relative singkat dan
sempurna (Irianto, 2007).
Istilah pertumbuhan bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah sel bukan
mengacu kepada perkembangan individu organisme sel. Bakteri memiliki kemampuan untuk
menggandakan diri secara eksponensial dikarenakan sistem reproduksinya adalah
pembelahan biner melintang, dimana tiap sel membelah diri menjadi dua sel. Bakteri
merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai
kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita
masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa
tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu
lingkungannya:
1. Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin,
dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 200C.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada
suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 200 sampai 500C.
3. Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu
yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 400C, bakteri jenis ini
dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri
tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang
hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-940C.
Pertumbuhan mikroorganisme berselsatu (uniseluler) berbeda dengan mikroorganisme
yang bersel banyak (multiseluler). Pada individu multiseluler bila sel-selnya membelah,
individunya bertambah menjadi banyak. Pada mikroorganisme uniseluler pembelahan berarti
bertambah banyaknya individu atau sel tersebut, jadi dalam hal ini pembelahan berarti
multiplikasi. Setiap sel tunggal setelah mencapai ukuran tertentu akan membelah menjadi
mikroorganisme yang lengkap, mempunyai bentuk dan sifat fisiologis yang sama.
Pertumbuhan jasad hidup, dapat ditinjau dari duasegi, yaitu pertumbuhan sel secara individu
dan pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi
Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: pertumbuhan individu
dan pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi. Pertumbuhan individu diartikan
sebagai bertambahnya ukuran tubuh, sedangkan pertumbuhan populasi diartikan sebagai
bertambahnya kuantitas individu dalam suatu populasi atau bertambahnya ukuran koloni.
Namun demikian pertumbuhan mikroorganisme unisel (bersel tunggal) sulit diukur dari segi
pertambahan panjang, luas, volume, maupun berat, karena pertambahannya sangat sedikit dan
berlangsung sangat cepat (lebih cepat dari satuan waktu mengukurnya),sehingga untuk
mikroorganisme yang demikian satuan pertumbuhan sama dengan satuan perkembangan.
A. Pertumbuhan Populasi Mikroba
Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh
memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik
hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva
pertumbuhan. Pertumbuhan populasi mikrobia dibedakan menjadi dua yaitu biakan sistem
tertutup (batch culture) dan biakan sistem terbuka (continuous culture). Pada biakan sistem
tertutup, pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan memberikan gambaran
berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan
dimulai pada fase permulaan, fase pertumbuhan yang dipercepat, fase pertumbuhan logaritma
(eksponensial), fase pertumbuhan yang mulai dihambat, fase stasioner maksimum, fase
kematian dipercepat, dan fase kematian logaritma. Pada fase permulaan, bakteri baru
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, sehingga sel belum membelah diri. Sel
mikrobia mulai membelah diri pada fase pertumbuhan yang dipercepat, tetapi waktu
generasinya masih panjang. Fase permulaan sampai fase pertumbuhan dipercepat sering
disebut lag phase.
Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering sel).
Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu
sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel.
Waktu yang diperlukan untuk membelahdiri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu
generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel
semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama antara
berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan
pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit
waktu.
Pertumbuhan bakteri dalam biak sinambung tidak akan mengikuti kurva pertumbuhan.
Dalam pertumbuhan bakteri ini terdapat prosedur yang menjadi dasar biak sinambung yang
dilakukan dalam kemostat dan turbidostat.
1. Biakan Sistem Terbuka (Continuous culture) dalam Khemostat
Di dalam sistem ini, sel dapat dipertahankan terus menerus pada fase pertumbuhan
eksponensial atau fase pertumbuhan logaritma. Continuous culture mempunyai ciri kuran
populasi dan kecepatan pertumbuhan dapat diatur pada nilai konstan enggunakan khemostat.
Untuk mengatur proses di dalam khemostat, diaturkecepatan aliran medium dan kadar
substrat (nutrien pembatas). Sebagai nutrienpembatas dapat menggunakan sumber C
(karbon), sumber N atau faktor tumbuh.Pada sistem ini , ada aliran keluar untuk
mempertahankan volume biakan dalamkhemostat sehingga tetap konstan (misal V ml). Jika
aliran masuk ke dalam tabungbiakan adalah W ml/jam, maka kecepatan pengenceran kultur
adalah D = W/V per jam.D disebut sebagai kecepatan pengenceran (dilution rate). Populasi
sel dalam tabungbiakan dipengaruhi oleh peningkatan populasi sebagai hasil pertumbuhan
danpengenceran kadar sel sebagai akibat penambahan medium baru dan pelimpahanaliran
keluar tabung biakan. Kecepatan pertumbuhannya dirumuskan sebagai berikut:
dX/dt = X DX = ( - D) X.
Pada keadaan mantap (steady state), maka = D, sehingga dX/dt = 0.
Dengan sistem ini sel seolah-olah dibuat dalam keadaan setengah kelaparan, dengan nutreian
pembatas. Kadar nutrien yang rendah menyebabkan kecepatan pertumbuhan berbanding lurus
dengan kadar nutrien atau substrat tersebut, sehingga kecepatan pertumbuhan adalah sebagai
fungsi konsentrasi nutrien, dengan persamaan:
= max S / (Ks + S)
max: kecepatan pertumbuhan pada keadaan nutrien berlebihan
S : konstante nutrien
Ks : konstante pada konsentrasi nutrien saat = max.
2. Pertumbuhan dalam turbidostat
Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang
dipertahankan konstan. Ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan biak
sinambung dalam kemostat biak static arus dilihat sebagai sistem tertutup (boleh disamakan
dengan organisme sial, tahap stationer dan tahap kematian. Kalau pada biak sinambung
merupakan sistem terbuka yang mengupayakan keseimbangan aliran untuk organisme selalu
terdapat kondisi lingkungan yang sama.
Dalam pertumbuhan sinkron akan terjadi sinkronisasi pembelahan sel. Hal ini
dimaksudkan agar proses metabolisme siklus pembelahan bakteri dapat dipelajari disperlukan
suspensi sel yang mengalami pembelahan sel dalam waktu sama yaitu sinkron. Sinkronisasi
populasi sel dapat dicapai dengan berbagai tindakan buatan antara lain dengan merubah suhu
rangsangan cahaya, pembatasan nutrien atau menyaring untuk memperoleh sel-sel yang sama
ukurannya. Sinkronisasi pertumbuhan ini juga dimaksudkan untuk menyediakan stater
dengan usia yang sama (Budiyanto, 2005).
1. Fase Lag/Fase Adaptasi
Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula- mula akan mengalami fase
adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Lamanya fase
adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
1. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan
sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang
tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
2. Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi.
Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur
dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya
terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan
komposisi sama seperti sebelumnya.
2. Fase Log/Pertumbuhan Logaritma
Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat
tumbuhnya seperti:
pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara.
Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada
fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan
pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
1. Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
2. Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.
3. Fase Stationer
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap
membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel
kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase
logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas,
dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
5. Fase Kematian.
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa
sebab yaitu:
1. Nutrien di dalam medium sudah habis.
2. Energi cadangan di dalam sel habis.
Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba. Fase ini
diawali setelah jumlah mikroorganime yang dihasilkan mencapai jumlah yang konstan,
sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetapmaksimum pada masa tertentu. Setelah masa
dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel yang mati melebihi jumlah sel yang hidup.
Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami penurunan
jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel tidak
mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi an tetap hidup dalam
beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva dimana jumlah
individu secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ketitik awal
lagi (Budiyanto, 2005).
B. Pengukuran Pertumbuhan
Pertumbuhan diukur dari perubahan jumlah sel atau berat kering massa sel. Jumlah sel
dapat dihitung dari jumlah sel total yang tidak membedakan jumlah sel
hidup atau mati, dan jumlah sel hidup (viable count). Jumlah total sel mikrobia dapat
ditetapkan secara langsung dengan pengamatan mikroskopis, dalam bentuk sampel kering
yang diletakkan di permukaan gelas benda (slide) dan dalam sampel cairan yang diamati
menggunakan metode counting chamber, misalnya dengan alat Petroff- Hausser Bacteria
Counter (PHBC) untuk menghitung bakteri atau dengan alat haemocytometer untuk
menghitung khamir, spora, atau sel-sel yang ukurannya relative lebih besar dari bakteri.
Jumlah sel hidup dapat ditetapkan dengan metode plate count atau colony count, dengan cara
ditaburkan pada medium agar sehingga satu sel hidup akan tumbuh membentuk satu koloni,
jadi jumlah koloni dianggap setara dengan jumlah sel. Cara ini ada dua macam, yaitu metode
taburan permukaan (spread plate method) dan metode taburan (pour plate method). Cara lain
untuk menghitung jumlah sel hidup adalah dengan filter membran dan MPN (Most Probable
Number) yang menggunakan medium cair. Sampel mikrobia yang dihitung biasanya dibuat
seri pengenceran. Pertumbuhan sel dapat diukur dari massa sel dan secara tidak langsung
dengan mengukur turbiditas cairan medium tumbuh. Massa sel dapat dipisahkan dari cairan
mediumnya menggunakan alat sentrifus (pemusing) sehingga dapat diukur volume massa
selnya atau diukur berat keringnya (dikeringkan dahulu dengan pemanasan pada suhu 90-
1100C semalam). Umumnya berat kering bakteri adalah 10- 20 % dari berat basahnya.
Turbiditas dapat diukur menggunakan alat photometer (penerusan cahaya), semakin pekat
atau semakin banyak populasi mikrobia maka cahaya yang diteruskan emakin sedikit.
Turbiditas juga dapat diukur menggunakan spektrofotometer (optical density/ OD), yang
sebelumnya dibuat kurva standart berdasarkan pengukuran jumlah sel baik secara total
maupun yang hidup saja atau berdasarkan berat kering sel. Unit photometer atau OD
proporsional dengan massa sel dan juga jumlah sel, sehingga cara ini dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah atau massa sel secara tidak langsung.
Bahan-bahan media pertumbuhan
1. Bahan dasar
Bahan dasar dalam media pertumbuhan mikroorganisme diantaranya adalah air (H2O)
sebagai pelarut, agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya mencair pada suhu 45 oC, gelatin juga
memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi
dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu
menguraikannya dibanding agar. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat.
Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan
media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P, unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur
pelikan/trace element. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa
organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik. Sumber
nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba
dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea dan ditambah lagi dengan vitamin.
BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan oleh Hynes, et al (2002) menunjukkan sepuluh strain dari
Lactobacillus yang ditambahkan pada proses pembuatan keju mampu mempengaruhi proses
pemasakan keju. Hal itu juga didukung oleh hasil penelitian dari Gummala dan Broadbent
(1999), bahwa catabolisme Trp dari Lactobacillus helveticus dan L. Casei yang ditambahkan
pada saat starvasi karbohidrat dan menjelang proses pemasakan, akan mempengaruhi rasa
dari keju yang dihasilkan. Enzim yang di ekstrak dari Lactobacillus dapat meningkatkan
reaksi transaminasi dan dehidrogenasi. Enzim dari Lactobacillus mengandung triptofan
dekarboksilase. Degradasi triptofan akan mempengaruhi formasi kandungan aromatik. Selain
enzim-enzim yang berperan aktif dalam proses pemasakan keju, perlakuan fisik juga
mempengaruhi. Hasil penelitian dari Tarakci dan Kucukoner (2006) menunjukkan bahwa
pembungkusan kedap udara pada saat pemasakan keju menyebabkan perubahan kemampuan
lipolysis dan proteolysis serta meningkatnya kandungan garam dan kelembutan keju.
Selain perlakuan fisik pada keju saat pemasakan, perlakuan fisik pada enzim juga
mempengaruhi aktifitas enzim sehingga berdampak juga mempengaruhi proses pembuatan
keju. Salah satu teknik penggunaan enzim pada pembuatan keju,yaitu dengan metode
enkapsulasi. Metode ini bertujuan mengurangi hilangnya enzim saat proses penggumpalan,
pemisahan cairan, rusaknya enzim karena perlakuan fisik atau distribusi enzim yang tidak
merata pada susu. Melalui mekanisme enkapsulasi, enzim akan dibungkus dan dilepas pada
saat tertentu saat enzim benar-benar dibutuhkan aktifitasnya. Pada penelitian Kailasapathy
dan Lam (2004), enzim yang di-enkapsulasi yaitu enzim protease dengan menggunakan
kapsul K-carragenan, gellan, dan high melting fat fraction of milk fat (HMFF). Dari ketiga
jenis kapsul tersebut ternyata enzim yang di encapsulasi dengan K-carragenan yang
menunjukkan aktifitas proteolysis tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa K-carragenan
mampu melindungi protease selama proses pembuatan keju sehingga pada saat aktifitas
protease diperlukan, enzim dapat dilepaskan dari kapsul dan masih dapat bereaksi dengan
baik. Sehingga keju dapat terbentuk dengan sempurna.
KESIMPULAN

1. Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan


ukuran, jumlah bobot, masa, dan banyak parameter lainnya dari suatu makhluk hidup.
2. Pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung tergantung pada nutrien dan lingkungan
yang cocok sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan
sempurna
3. Media biak sangat berperan dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang disertai
dengan kebutuhan nutrien pokok, suber energi,karbon , dan zat-zat pelengkap
4. Perkembangbiakan mikroorganisme terjadi secara seksual dan aseksual, sesuai dengan
kemampuan dan cara mikroorganisme melakukan reproduksi
5. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri yang dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan keju terutama dalam proses pematangan dan pemasakan

Anda mungkin juga menyukai