Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MIKROBIOLOGI LANJUTAN

OLEH

KELOMPOK 2

1. ARMELIA SETIATIN (1701040013)


2. FIDELIS R. JURUT (1701040017)
3. RAING ATAKAWAU (1701040019)
4. TRIFONIA F. KRISTAYATI (1701040010)
5. YULITA T. AMA (1701040028)
6. YENCI D.L. WAMAER (1701040155)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah “Mikro
Biologi Lanjutan” dengan judul Pertumbuhan Mikroba, tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat untuk menambah pengetahuan kami sebagai mahasiswa pendidikan Biologi pada
materi mikrobiologi.
Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini,
baik dari segi penulisan maupun isi materi, sehingga kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Kupang, 23 Februari 2020


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Pertumbuhan Mikroba..................................................................................
B. Kurva Pertumbuhan Mikroba.......................................................................
C. Medium Untuk Pertumbuhan Mikroba........................................................
D. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba...................................
E. Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroba................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu yang mendasari kegiatan
mikrobiologi itu berjalan lancar, seperti alat-alat laboratorium mikrobiologi yang harus
mendukung. Makhluk hidup yang ada dibumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup
yang ada dilhat oleh mata telanjang saja, tetapi juga ada mikroorganisme yang berukuran
kecil dan hanya dapat dilihat menggunakan teknik dan peralatan khusus yaitu dengan alat
laboratorium mikroskop atau dengan suatu medium untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme berukuran kecil yang merupakan jasad hidup yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
dapat berperan sebagai kawan maupun lawan. Mikroorganisme dapat berkembang biak
secara alami atau dengan campuran tangan manusia. Mikroorganisme yang
dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui pertumbuhan menggunakan media.
Pertumbuhan sel dengan adanya suatu penambahan volume sel serta bagian-
bagian lainnya, dapat juga diartikan sebagai penambahan kuantitas isi dan kandungan di
dalam sel. Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan akibat pertumbuhan individu.
Misalnya, dari satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dari sempat sel menjadi
delapan sel. Media berperan sebagai wadah atau tempat zat hara yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme
dan pergerakan.
Hal inilah yang melatar belakangi dibuatnya makalah untuk memenuhi tugas dan
pembaca mampu dalam memahami dan mengerti apa saja konsep, prinsip dan
permasalahan dalam pembelajaran mikrobiologi ini lebih lanjutnya lagi, baik dalam
media pertumbuhan dan metode serta kultur pertumbuhan mikroba. Dan juga menjadikan
pengalaman dasar untuk pembelajaran selanjutnya. Jadi judul makalah ini “Pertumbuhan
Mikroba”.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Itu Pertumbuhan Mikroba ?
B. Bagaimana Kurva Pertumbuhan Mikroba ?
C. Bagaimana Medium Untuk Pertumbuhan Mikroba ?
D. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba ?
E. Bagaimana Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroba ?

1.3 Tujuan
A. Untuk Mengetahui Pengertian Pertumbuhan Mikroba
B. Untuk Mengetahui Kurva Pertumbuhan Mikroba
C. Untuk Mengetahui Medium Untuk Pertumbuhan Mikroba
D. Untuk Mengetahui Fator Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
E. Untuk Mengetahui Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroba
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat
suatu organisme, misalnya makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah
tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan
lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut
semakin banyak (Anonim, 2010:10).
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil
(biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme ini bersifat uniselular meskipun beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang. Contohnya seperti virus, bakteri, PPLO, alga dan jamur.
Jadi, dapat dikatakan pengertian dari pertumbuhan pada mikroba sebagai
pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri. Pertumbuhan merupakan suatu proses
kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Sebagai hasil
pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi
pertumbuhan populasi mikroba (Iqbalali, 2008).

2.2 Kurva Pertumbuahn Mikroba


Fase dalam pertumbuhan telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi. Terdapat 4 fase
pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah (batch culture), yaitu fase
adaptasi (lag phase), fase perbanyakkan (exponential phase), fase statis (stationer phase),
dan fase kematian (death phase) (Purwoko, 2007). Kurva nya adalah sebagai berikut :
1. Fase Adapatasi (Lag phase)
Pada fase ini tidak ada pertambahan populasi. Sel mengalami perubahan
dalam komposisi kimiawi dan bertambah ukurannya, substansi interaseluler
bertambah (Perlazar, 2005). Ketika sel dalam fase statis dipindahkan ke media
baru, sel akan melakukan proses adaptasi. Proses adaptasi meliputi sintesis enzim
baru yang sesuai dengan medianya dan pemulihan terhadap metabolit yang
bersifat toksik (misalnya asam,alkohol, dan basa) pada waktu media
lama(Purwoko, 2007).
Fase adaptasi tidak di jumpai pertambahan jumlah sel. Akan tetapi terjadi
pertambahn volume sel karena pada fase statis biasanya sel melakukan pengecilan
ukuran sel. Akan tetapi, fase adaptasi dapat dihindari (langsung ke fase
perbanyakan), jika sel di media lama dalam kondisi fase perbanyakan dan
dipindahkan ke media baru yang sama komposisinya dengan media lama
(Purwoko, 2007).
2. Fase Perbanyakan (Logaritma atau eksponensial)
Fase ini pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika kita ingin
mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali
untuk dijadikan inokolum (Dwidjuseputro, 1998). Sel akan membelah dengan laju
yang konstan massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang sama, aktivitas
metabolit konstan dan keadaan pertumbuhan yang seimbang (Pelczar, 2005).
Setelah memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya, sel melakukan
pembelahan. Karena pembelahan sel merupakan persamaan ekponensial, maka
fase itu disebut juga fase eksponensial. Pada fase perbanyakan jumlah sel
meningkat pada batas tertentu (tidak terdapat pertumbuhan bersih jumlah sel),
sehingga memasuki fase statis. Pada fase perbanyakan sel melakukan konsumsi
nutrien dan proses fisiologis lainnya. Pada fase itu produk senyawa yang di
inginkan oleh manusia terbentuk, karena senyawa terbentuk merupakan senyawa
yang di inginkan pada fase perbanyakan adalah etanol, asam laktat dan asam
organik lainnya (Purwoko, 2007)
3. Fase Konstan atau stasioner
Fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau kehabisan nutrien.
Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah. Jumlah sel hidup
menjadi tetap (Pelczar, 2005). Fase ini menunjukan jumlah bakteri yang berbiak
sama dengan jumlah bakteri yang mati, sehingga kurva menunjukan garis yang
hampir horizontal (Dwidjoseputro, 1998).
Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-
macam yakni :
a. Nutrien habis
b. Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)
c. Penurunan kadar oksigen
d. Penurunan nilai aw (ketersediaan air)
Bentuk kasus kedua dijumpai pada fase fermentasi alkohol dan asam
laktat, untuk kasus ketiga dijumpai pada bakteri aerob dan untuk kasus keempat
dijumpai pada fungi/jamur (Purwoko, 2007). Pada fase statis biasanya sel
melakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang menguntungkan. Adaptasi
ini dapat menghasilkan senyawa yang di inginkan manusia misalnya antibiotika
dan antioksidan (Purwoko, 2007).
4. Fase Kematian
Fase ini sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya sel-sel
baru, laju kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial bergantung
pada spesiesnya, semua sel mati dalam waktu beberapa hari atau beberapa
bulan (Pelczar, 2005).
Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi
seluler. Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam selama fase
statis dan akhirnya masuk ke dalam fase kematian, sementara itu beberapa
bakteri hanya mampu bertahan sampai harian dan mingguan pada fase statis
dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan mampu
bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati, yaitu dengan mengubah sel
menjadi spora (Purwoko, 2007).

2.3 Kultur Pertumbuhan Mikroba


Menurut Schlegel (1994) bahwa medium merupakan tempat untuk perkembangan
atau pembiakan mikroorganisme. Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba,
dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis
untuk menghindari kontaminasi pada media. Beberapa media yang sering digunakan
antara lain sebagai berikut :
Medium Prosedur Kerja Kegunaan
 Bersihkan daging dari lemak dan
cuci
 Daging dimasak dengan air
suling 1 liter, biarkan mendidih
selama 20 menit
 Air kaldu disaring, filtrate Media pembiakan jamur
disimpan dilemari es selama 24
jam. Endapan dibuang, kaldu
diencerkan lagi.
 Larutkan pepton dengan agar
kedalam kaldu sampai rata
 Strerillisasikan dengan autoklaf
PDA  Bersihkan kentang dari kulit dan
cuci
 Kentang dimasak dengan air
suling 1 liter, biarkan mendidih
selama 1 jam Media pembiakan
 Air kaldu disaring, filtrate bakteri
disimpan dileamri es selama 24
jam. Endapan dibuang, kaldu
diencerkan lagi.
 Larutkan dekstrosa dengan agar
kedalam kaldu sampai rata
 Strerillisasikan dengan autoklaf

PCA Medium mikroba


aerobik dengan
inokulasi di atas
permukaan

Lactose broth Media untuk


mendeteksi kehadiran
koliform dalam air,
makanan, dan produk
susu, sebagai kaldu
pemerkaya untuk
Salmonellae dan dalam
mempelajari fermentasi
laktosa oleh bakteri
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pertumbuhan Mikroba
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor fisik (abiotik) dan faktor kimia (biotic). Dimana faktor fisik ini
meliputi ; temperature, pH, tekanan osmotic, dan cahaya/radiasi. Sedangkan faktor
kimianya meliputi ; karbon, oksigen, dan fakto-faktor pertumbuhan organic, termasuk
nutrisi yang terdapat dalam media pertumbuhan.
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan.
Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut.
Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
a. Faktor abiotik
1) Suhu pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat
hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu
maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah
kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum
sekitar 150C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai
suhu minimum 150C suhu optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba
termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh,
sehinggatitik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk
enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung
guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap
stabil pada suhu tinggi. Kelompokini mempunyai suhu minimum 40 0C, optimum
pada suhu 55-60 0C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75 0C. Untuk
mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30 0C dan mempunyai suhu
pertumbuhan optimum pada 60 0C, dikelompokkan kedalam mikroba termofil
obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30
0C,dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif.
Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi
ada juga yang dapat hidup diatas 50 0C (termotoleran). Contoh bakteri
termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah
Bacillus, Clostridium, Sulfolobus,dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang
hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
2) Suhu Tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akanmemberikan beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah suhu
yang dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi
tertentu. (2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur
mikroba, pH dan komposisi medium.
3) Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan
metabolisme. Seakibat-akibatnya adalah (1) Cold shock , adalah penurunan suhu
yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau
pada fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan
adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi , adalah proses
pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat. Proses
ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air protoplasma
langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
4) Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya,
biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif.
Mikrobaumumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya
memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw
terendah (0,6) misalnya khamirSaccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan
jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw
atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan
aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk
spora,konidia atau dapat membentuk kista.
5) Tekanan osmosis
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.
Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami
plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmossis yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi
(1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi,
(2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen
yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan
(tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya
dapat mencapai 30 %. Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir.
Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari
65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk
Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam
tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu
bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas
ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer,
dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahanterhadap ion Natrium.
6) Ion-ion dan listrik
a) Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup
pada Ph tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia,
actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat
toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina
ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus.
Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba
ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur,
tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri.
Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba
asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b)
mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup
pada pH 8,4-9,5.
b) Buffer
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan,
terutama padamikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya
Enterobacteriaceae dan beberapaPseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam
medium diberi tambahan buffer untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer
merupakan campuran garam mono dan dibasik, maupun senyawasenyawaorganik
amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankanpH
diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan
garammonobasik akan bereaksi dengan ion OH-.
c) Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat
meracun (toksis). Logam berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh
logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion lain yang dapat
mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat,
dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu.
Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya
digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang
jugamempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan
asam sorbat.
d) Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium
pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam suspensi akan
mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan tinggi
yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock karena tekanan
hidrolik listrik. Kematian mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh
oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari
elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.

b. Faktor biotik
1) Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu
interaksipositif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya
kecepatan pertumbuhansebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi,
secara teoritis meningkatkankecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga
kooperasi. Sebagai contoh adalahpertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau
pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan
meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan
dalam substrat terbatas, atauadanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif
disebut juga kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah
sawah, dapat menghasilkan asam lemak dan H2Syang bersifat meracun.

2) Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba


Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai
macam interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun
tidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lain. Nama
masing-masing interaksi adalah sebagai berikut:
3) Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling
mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau
secara fisik dipisahkan dalammikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat
alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antaramikroba allocthonous (nonindigenous)
dengan mikroba autochthonous (indigenous), dan antarmikroba nonindigenous di
atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada
keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat
(spora, kista).
4) Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkantetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah: Bakteri
Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapatdigunakan
oleh Legionella pneumophila.Desulfo vibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi
anaerobik Methanobacterium.
5) Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk
dapatmelakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi
melibatkan 2 populasiatau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut
sintropisme. Sintropisme sangatpenting dalam peruraian bahan organik tanah, atau
proses pembersihan air secara alami.
6) Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya
salingtergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut
juga simbiosis.Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi
anggota simbiosis tidak dapatdigantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip.
Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yanghidup pada bintil akar tanaman
kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis
antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont) sebagai produsen yang
dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik.
Senyawaorganik dapat digunakan oleh7) fungi (mycobiont), dan fungi memberikan
bentuk perlindungan(selubung) dan transport nutrien/mineral serta membentuk faktor
tumbuh untuk algae.

2.5 Metode Pengukuran Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah
sel per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi
kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi
pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua parameter tersebut juga tidak
bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia mikroorganisme atau gizi
mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam
penelitian mengenai inaktivitas mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang
bermakna.
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan
diterapkan pada bahan pangan tersebut. Beberapa dapat digunakan untuk menghitung
atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.
Perhitungan massa sel secara langsung atau tidak langsung sering digunakan
untuk mengukur pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat
atau bahan yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti.
Untuk menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan
cara menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan
konsentrasi (jumlah sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya peningkatan
seiring dengan waktu. Pada kultur pertumbuhan mikroba dapat ditentukan laju
pertumbuhan dan waktu penuh.Metode penentuan massa sel dapat dibedakan menjadi
dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan
beberapa cara,yaitu :

1. Metode Total Plate Count


Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini
merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan jumlah
mikroorganisme. Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih
hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat
mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut. 
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus
dikuasai.Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu
dilakukan pengenceran sampel menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari
pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel
sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara
spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran memudahkan
dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993).
Menurut Waluyo (2005), tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan
sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan
fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam 9
ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran
10-2 diambil lagi 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan
fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai
mencapai pengenceran yang kita harapkan.Secara keseluruhan, tahap pengenceran
dijelaskan dalam gambar berikut ini.
Keuntungan dari metode TPC adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang
dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang
terdapat dalam contoh.Adapun kelemahan dari metode ini adalah: 
a) Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti
pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel. 
b) Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan
jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi. 
c) Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh
permukaan media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan
mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung. 
d) Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara
30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan
penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni
akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni. 
e) Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang
umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. 
2. Metode cawantuang (pour plate) dan metode goresan (spread plate)
Pada metode tuang (pour plate), sejumlah sampel dari hasil pengenceran
sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan media
yang telah disterilkan sebanyak 15-20 ml. Kemudian cawan petri digoyang agar
media dan sampel tercampur rata dan biarkan memadat. Hal ini akan
menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan media yang kaya
oksigen, tetapi ada pula yang tumbuh didalam media yang tidak begitu banyak
mengandung oksigen.
Sementara pada goresan (spread plate), proses penanaman bakteri hanya
dilakukan di permukaan bakteri saja.Teknik ini menguntungkan jika ditinjau dari
sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang
diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni
yang terpisah. Tetapi kelemahan metode ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak
dapat tumbuh, karena goresan hanya dilakukan di permukaan media saja.

3. Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode
cawan bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga
memerlukan media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian
tersedia metode yang lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan
dengan fotokilometer (Hadioetomo, 1993).
Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung
kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak
jumlah sel. Prinsip dasar metode turbidimeter  adalah jika cahaya mengenai sel,
maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya
yang diserap propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun
jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri.
Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini
memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup
(Purwoko, 2007).
4. Metode Elektronic Counter
Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil
(orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi
orifice mengukur tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat
bakteri melalui orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini
adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat
menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak bisa
digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan
sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi,
2008).
5. Metode Plating Techique
Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di
dasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan
memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU
(colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan
menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plat dengan
jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300.
Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah dan sensitif karena
menggunakan colony counter sebagai alat hitung dapat digunakan untuk
menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah.
Kerugiannya adalah harus digunakan media  yang sesuai dan perhitungannya
yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel
(Pratiwi, 2008).
6. Metode filtrasi membrane
Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan
bantuan vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media
yang sesuai dan jumlah koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat
menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung, sedangkan
kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).

Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat


dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode kekeruhan
Prinsip dasar metode turbidimeter  adalah jika cahaya mengenai sel, maka
sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang
diserap propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri).
Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel
bakteri.
Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini
memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup
(Purwoko, 2007).
2. Metode Aktivitas Metabolik
Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit tertentu,
misalnya asam atau CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di
dalam media. Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan jumlah
vitamin yang di hasilkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).

3. Metode Berat Sel Kering


Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi berfilamen.
Miselium fungi dipisahkan dari media dan dihitung sebagai berat  kotor. Miselium
selanjutnya dicuci dan dikeringkan dengan alat pengering (desikator) dan
ditimbang beberapa kali hingga mencapai berat yang konstan yang dihitung
sebagai berat sel kering (Pratiwi, 2008).

Menurut Pelezar and Chan (1986), juga menyatakan bahwa penentuan massa sel
berdasar jumlah partikel dengan menggambarkan sinar yang dilewatkan pada suspensi
sel. Jumlah sinar yang dihambat proporsional dengan massa sel yang ada, semakin
banyak massa sel yang ada dalam susupensi maka sinar yang dihamburkan akan semakin
banyak.
Sejumlah sinar tersebut akan mencapai suatu alat (sejenis detector), dimana alat
tersebut akan dihubungkan dengan skala pembacaan untuk absorbansi. Semakin banyak
jumlah sinar yang tertangkap oleh detector maka nilai absorbansi yang terbaca akan
semakin besar. Intensitas cahaya yang ditransmisikan dan diabsorbansi oleh larutan dapat
ditentukan dengan hukum Lambert-Beer . Rasio intensitas yang diteruskan (I) dengan
intensitas cahaya mula-mula (I0) disebut persen transmitansi (%T). Semakin keruh suatu
suspensi maka semakin kecil %T. secara matematis hukum Lambert-Beer yaitu:
A = log (I0/It) = – log(I0/It) = – log T = abc
Dimana :
A : absorbansi
a : tetapan absorbivitas
b : tebal laritan yang dilalui sinar
c : konsentrasi larutan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan pada mikroba merupakan pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat
dibalik kejadiannya. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau
pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Iqbalali, 2008).
Fase dalam pertumbuhan telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi. 4 fase
pertumbuhan bakteri yaitu fase adaptasi (lag phase), fase perbanyakkan (exponential
phase), fase statis (stationer phase), dan fase kematian (death phase) (Purwoko, 2007).
Medium merupakan tempat untuk perkembangan atau pembiakan mikroorganisme.
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya
harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada
media. Misalnya medium nutrient agar untuk pertumbuhan jamur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor fisik (abiotik) dan faktor kimia (biotic). Dimana faktor fisik ini
meliputi ; temperature, pH, tekanan osmotic, dan cahaya/radiasi. Sedangkan faktor
kimianya meliputi ; karbon, oksigen, dan fakto-faktor pertumbuhan organic, termasuk
nutrisi yang terdapat dalam media pertumbuhan.
Untuk menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan cara
menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan
konsentrasi (jumlah sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya peningkatan
seiring dengan waktu. Pada kultur pertumbuhan mikroba dapat ditentukan laju
pertumbuhan dan waktu penuh. Metode penentuan massa sel dapat dibedakan menjadi
dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Hamdiyati,Yanti .2014. Pertumbuhan dan Pengendalian Mikroorganisme II.


http://file.upi.edu. Diakses pada tanggal 22 Februari 2020 pada pukul 16.20
http://www.google.com/lifebloogid.com/2020/02/23/fase-pertumbuhan-mikroba/htlm
http://www.indotesis.com/pertumbuhan-bakteri/html/diakses pada tanggal 23 Februari
2020 pada pukul 20.15
Kusnadi. 2014. BAB IV Pertumbuhan Bakteri. http://file.upi.edu. Diakses pada tanggal 22
Februari 2020 pada pukul 16.05
Winarsih,S. Dkk. 2011. . http://staff.unila.ac.id. Diakses pada tanggal 22 Februari 2020
pada pukul 16.30

Anda mungkin juga menyukai