Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MIKROBIOLOGI

— PERTUMBUHAN MIKROBA —

OLEH

Kelompok 9 :

- 21075148 Dzaky Hilmi Pulungan


- 21075148 FildzhaLativa
- 21075188 Silva Tiara

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tak lupa
pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “PERTUMBUHAN MIKROBA” bertujuan untuk


memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi . Selama proses penyusunan
makalah, penulis mendapatkan bantuan dari beberapa sumber. Oleh karena itu,
penulis berterima kasih kepada semua sumber tersebut.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah tentang


“pertumbuhan mikroba” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Padang, September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………5
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………….5

BAB 2. PEMBAHASAN………………………………………………………….6
2.1 Peranan Mikroba…………………………………………………………6
2.2 Pertumbuhan Mikroba……………………………………………………7
2.3 Kurva Pertumbuhan Mikroba……………………………………………8
2.4 Pengukuran Pertumbuhan Mikroba………………………………………9
2.5 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mikroba……………………….10

BAB 3. PENUTUP…………………………………………………………………11
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mikrobiologi berasal dari kata mikro (kecil atau renik), bio (hidup) dan logos (ilmu).
Jadi mikrobiologi merupakan bidang ilmu biologi yang mengkaji tentang mikroba yang
mencakup bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel
tunggal maupun kelompok sel seperti bakteri, alga, protozoa dan fungi mikroskopik, bahkan
virus meskipun virus tidak termasuk sel sebab materi genetikanya hanya dibungkus oleh
protein dan tidak memiliki kemampuan tumbuh secara mandiri.
Mikroskop pertama kali di temukan oleh seorang pedagang kain Belanda bernama
Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723). Antonie adalah orang yang pertama
mengembangkan lensa yang mampu melihat mikroba. Pada tahun 1675, dengan
menggunakan mikroskop sederhana Leeuwenhoek mampu mengamati organisme bersel
tunggal, yang ia gambarkan sebagai "hewan kecil" yang berenang pada tetesan air hujan yang
diamati dibawah mikroskop.
Istilah mikroba (disebut juga mikroorganisme, mikrobia, maupun jasad renik) bukan
nama dari suatu kelompok organisme seperti hewan dan tumbuhan, melainkan suatu istilah
yang digunakan untuk menyatakan suatu organisme yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop.
Secara umum, mikroba merupakan organisme yang sangat sederhana. Diketahui juga,
mikroorganisme berbeda satu sama lain tidak hanya dalam ukuran, tetapi juga dalam struktur,
habitat, metabolisme, dan banyak karakteristik lainnya
Kebanyakan mikroba adalah uniseluler, hal ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas
hidupnya bergantung pada satu sel tersebut dan ukurannya pun cukup kecil hingga
dibutuhkanlah pembesaran buatan untuk pengamatannya. Namun, ada juga beberapa
mikroorganisme uniseluler yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan beberapa organisme
multiseluler bersifat mikroskopis. Agar terlihat tanpa mikroskop, suatu objek harus berukuran
sekitar 100 mikron (μm). Sel mikroba yang berukuran kecil disebut juga satuan struktur
biologi. Beberapa mikroba memiliki banyak sel (multiseluler) yang umumnya sudah terdapat
pembagian tugas diantara sel atau kelompok sel tersebut, meskipun belum sempurna.
Setelah ditemukan sebuah alat yang dinamakan mikroskop elektron, struktur halus di
dalam sel hidup dapat dilihat. Berdasarkan perkembangan selnya terdapat dua tipe jasad,
yaitu: 1. Prokariot (jasad prokariotik/ primitif), yaitu jasad yang perkembangan selnya belum
sempurna. 2. Eukariot (jasad eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya telah
sempurna. Selain yang bersifat seluler, ada mikroba yang bersifat nonseluler, yaitu virus.
Virus adalah jasad hidup yang bersifat parasit obligat, berukuran super kecil atau
submikroskopik. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Struktur virus
terutama terdiri dari bahan genetik. Virus bukan berbentuk sel dan tidak dapat membentuk
energi sendiri serta tidak dapat berbiak tanpa menggunakan jasad hidup lain. Dalam
perkembangannya virus tidak lagi digolongakan dalam makhluk hidup, namun khusus
disebut materi genetik.
Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang diketahui sebagai protozoa,
alga, khamir, dan bakteri. Penemuan animalculus di alam, telah mendorong rasa ingin tahu
mengenai asal usulnya. Menurut teori abiogenesis, animalculus timbul dengan sendirinya dari
bahan-bahan mati. Doktrin abiogenesis dianut sampai zaman Renaissance. Sebagian ahli
menganut teori biogenesis, berpendapat bahwa animalculus terbentuk dari "benih"
animalculus yang selalu berada di udara. Untuk mempertahankan pendapat tersebut maka
penganut teori ini mencoba membuktikan dengan berbagai percobaan

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami rumuskan beberapa masalah penting
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mikroba ?
2. Berapa macam pembagian mikroba berdasarkan selnya?
3. Bagaimana cara dapat melihat mikroba ?
4. Bagaimana fase pertumbuhan pada mikroba ?
5. Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba ?
6. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan mikroba ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam pembahasan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme
2. Untuk mengetahui pembelahan dari sel mikroba
3. Untuk mengetahui waktu generasi mikroba
4. Untuk mengetahui fase pertumbuhan mikroba
5. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
6. Untuk mengetahui pengukuran dari mikroba
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Peranan Mikroba


Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami
perubahan susunan kimianya. Perubahan kimia yang terjadi dikenal
dengan istilah fermentasi (pengkhamiran) dan pembusukan
(putrefaction). Fermentasi merupakan proses yang menghasilkan alkohol
atau asam organik, misalnya terjadi pada bahan yang mengandung
karbohidrat. Pembusukan merupakan proses penguraian yang
menghasilkan bau busuk, seperti pada penguraian bahan yang
mengandung protein. Pada tahun 1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan
F. Kutzing secara terpisah menemukan bahwa pada zat gula yang
mengalami fermentasi alkohol selalu dijumpai adanya khamir, sehingga
dapat disimpulkan perubahan gula menjadi alkohol dan CO2 merupakan
fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut. Teori biologis ini ditentang oleh
J. Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler. Mereka berpendapat bahwa
fermentasi dan pembusukan merupakan reaksi kimia biasa. Hal ini dapat
dibuktikan dengan berhasil disintesanya senyawa organik urea dari
senyawa anorganik pada tahun 1812. Peneliti yang paling banyak
meneliti fermentasi adalah Pasteur (18751876). Suatu saat perusahaan
pembuat anggur dari gula bit, menghasilkan anggur yang masam.
Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis, sebagian dari sel
khamir diganti kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat dan
batang dengan ukuran sel lebih kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini
ternyata mengakibatkan sebagian besar proses fermentasi alkohol tersebut
didesak oleh proses fermentasi lain, yaitu fermentasi asam laktat.
Dari kenyataan ini, selanjutnya dibuktikan bahwa setiap proses
fermentasi tertentu disebabkan oleh aktivitas mikroba tertentu pula, yang
spesifik untuk proses fermentasi tersebut. Sebagai contoh fermentasi
alkohol oleh khamir, fermentasi asam laktat oleh bakteri Lactobacillus,
dan fermentasi asam sitrat oleh jamur Aspergillus.

2.2 Pertumbuhan Mikroba


Dalam tinjauan mikrobiologi, istilah pertumbuhan digunakan untuk
menyatakan bertambahnya komponen sel secara teratur dan irreversible
(tidak dapat balik) disertai bertambahnya ukuran sel dan pembelahan sel
(kecuali untuk beberapa mikroba filamen. Secara umum pertumbuhan
mikroba merupakan hasil penggandaan sel (pembelahan, pertunasan),
sehingga pertumbuhan bakteri lebih sering dinyatakan sebagai reproduksi
sel. Bakteri melakukan reproduksi dengan cara pembelahan sel yang
menghasilkan penggandaan jumlah sel hidup dalam suatu populasi
bakteri. Bakteri melakukan penggandaan pembelahan diri secara teratur
melalui pertumbuhan eksponensial, yaitu laju pembelahan sel meningkat
dengan bertambahnya waktu ganda

2.3 Kurva Pertumbuhan Mikroba


a. Sistem tertutup
Sel-sel mikroba yang tumbuh dalam media cair pada suatu tabung
atau labu dikatakan berada dalam suatu sistem tertutup bilamana tidak
ada penambahan nutrien baru atau pengeluaran produk-produk
metabolisme dalam sistem tersebut. Jika dibuat kurva hubungan antara
waktu inkubasi dan logaritma jumlah sel, maka akan diperoleh kurva
pertumbuhan sigmoid. Fase-fase pertumbuhan yang dilalui mikroba
selama pertumbuhannya
1) Fase Tenggang (Fase Lag)
Merupakan gabungan dari fase adaptasi dan fase pertumbuhan awal.
Lama fase ini dipengaruhi oleh medium dan lingkungan pertumbuhan.
Kecepatan pembelahan sel selama fase ini masih rendah. Apabila bakteri
diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan biasanya tidak segera
terjadi. Fase tenggang adalah periode penyesuaian pada lingkungan dan
lamanya dapat satu jam hingga mengikuti kurva logaritmik. Kecepatan
pembelahan diri sepanjang tahap log bersifat spesifik untuk tiap jenis
bakteri dan tergantung lingkungan. Pada banyak jenis bakteri ukuran sel
dan kandungan protein sel sepanjang tahap log tetap konstan. Di dalam
sebuah kultur statik juga terjadi perubahan sel sepanjang pertumbuhan
eksponensial, karena lingkungan terus berubah, konsentrasi substrat
semakin berkurang, kerapatan sel bertambah, dan produk metabolisme
tertimbun. Jika kultur yang tumbuh secara ekspoensial diinokulasikan ke
dalam medium yang sama dan kondisi pertumbuhan yang sama, maka
fase lag tidak nampak, tetapi langsung dimulai dengan pertumbuhan
eksponensial.
b) Fase Logaritmik (Fase log atau fase eksponensial)
Fase ini merupakan periode pembiakan cepat dan merupakan periode
yang didalamnya biasanya teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Waktu
generasi suatu organisme dapat ditentukan selama fase ini. Penentuan
generasi suatu mikroba dilakukan dalam fase log tersebut, artinya di luar
dari fase ini tidak dapat digunakan untuk menentukan waktu generasi dan
kecepatan pertumbuhan spesifik. Salah satu ciri pertumbuhan
eksponensial adalah laju peningkatan sel berjalan lambat pada awal
pertumbuhan lalu meningkat secara cepat dengan bertambahnya waktu.

c) Fase Stasioner
Sementara biakan menjadi tua dan mendekati populasi bakteri
maksimum yang dapat ditunjang medium, laju pembiakan berkurang dan
beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian,
jumlah keseluruhan bakteri akan tetap. Dengan kata lain kecepatan
tumbuh sama dengan kecepatan kematian sel. Periode ini dinamakan fase
stasioner (Schlegel and Schmidt, 1994). Hal ini desebabkan berkurangnya
substrat, kepadatan populasi sel sangat tinggi, tekanan parsial oksigen
yang rendah serta adanya akumulasi produk yang toksik. Bila sel
mencapai fase ini, maka laju metabolismenya menurun. Umumnya sel-sel
bakteri lebih resisten terhadap tekanan lingkungan misalnya kenaikan
suhu, tekanan osmitik dan tinggginya konsentrasi hidrogen peroksida
(Ali, 2003).

d) Fase Kematian
Suatu kultur yang diinkubasi terus-menerus, maka setelah populasi
mencapai fase stasioner maka tidak akan melakukan kegiatan
metabolisme tetapi sel-sel justru mengalami fase kematian. Pada fase ini
terjadi akumulasi bahan toksik, nutrisi dalam medium sudah habis dan
energi cadangan dalam sel telah habis pula, sehingga banyak sel yang
mati. Jumlah sel yang mati bertambah secara eksponensial. Dalam fase
ini sel hidup hanya dapat bertahan untuk sementara; waktu generasi
sangat lama bahkan tidak ada sama sekali. Sel-sel akan dilisis oleh
pengaruh enzim sendiri (otolisis), selanjutnya sel akan mati secara total.
Apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, banyaknya bakteri
yang sebenarnya menurun disebabkan karena nutrisi dalam medium
sudah habis dan energi cadangan dalam sel telah habis pula. Pada fase ini,
biasanya pembiakan berhenti.
2.4 Pengukuran Pertumbuhan Mikroba
Dalam tinjauan mikrobiologi, istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan
bertambahnya komponen sel secara teratur dan irreversible (tidak dapat balik) disertai
bertambahnya ukuran sel dan pembelahan sel (kecuali untuk beberapa mikroba filamen.
Secara umum pertumbuhan mikroba merupakan hasil penggandaan sel (pembelahan,
pertunasan), sehingga pertumbuhan bakteri lebih sering dinyatakan sebagai reproduksi sel.
Bakteri melakukan reproduksi dengan cara pembelahan sel yang menghasilkan
penggandaan jumlah sel hidup dalam suatu populasi bakteri. Bakteri melakukan
penggandaan pembelahan diri secara teratur melalui pertumbuhan eksponensial, yaitu laju
pembelahan sel meningkat dengan bertambahnya waktu ganda kurva pertumbuhan
mikroba
Pertumbuhan diukur dari perubahan jumlah sel atau berat kering massa sel. Jumlah
sel dapat dihitung dari jumlah sel total yang tidak membedakan jumlah sel hidup atau
mati, dan jumlah sel hidup (viable count). Jumlah total sel mikrobia dapat ditetapkan
secara langsung dengan pengamatan mikroskopis, dalam bentuk sampel kering yang
diletakkan di permukaan gelas benda (slide) dan dalam sampel cairan yang diamati
menggunakan metode counting chamber, misalnya dengan alat Petroff-Hausser Bacteria
Counter (PHBC) untuk menghitung bakteri atau dengan alat haemocytometer untuk
menghitung khamir, spora, atau sel-sel yang ukurannya relatif lebih besar dari bakteri.
Jumlah sel hidup dapat ditetapkan dengan metode plate count atau colony count, dengan
cara ditaburkan pada medium agar sehingga satu sel hidup akan tumbuh membentuk satu
koloni, jadi jumlah koloni dianggap setara dengan jumlah sel.
Cara ini ada dua macam, yaitu metode taburan permukaan (spread plate method)
dan metode taburan (pour plate method). Cara lain untuk menghitung jumlah sel hidup
adalah dengan filter membran dan MPN (Most Probable Number) yang menggunakan
medium cair. Sampel mikroba yang dihitung biasanya dibuat seri pengenceran.
Pertumbuhan sel dapat diukur dari massa sel dan secara tidak langsung dengan mengukur
turbiditas cairan medium tumbuh. Massa sel dapat dipisahkan dari cairan mediumnya
menggunakan alat sentrifus (pemusing) sehingga dapat diukur volume massa selnya atau
diukur berat keringnya (dikeringkan dahulu dengan pemanasan pada suhu 90-1100C
semalam).
Umumnya berat kering bakteri adalah 10-20 % dari berat basahnya. Turbiditas
dapat diukur menggunakan alat photometer (penerusan cahaya), semakin pekat atau
semakin banyak populasi mikrobia maka cahaya yang diteruskan semakin sedikit.
Turbiditas juga dapat diukur menggunakan spektrofotometer (optical density/ OD), yang
sebelumnya dibuat kurva standar berdasarkan pengukuran jumlah sel baik secara total
maupun yang hidup saja atau berdasarkan berat kering sel. Unit photometer atau OD
proporsional dengan massa sel dan juga jumlah sel, sehingga cara ini dapat digunakan
untuk memperkirakan jumlah atau massa sel secara tidak langsung.

2.5 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba


Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok
mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat
dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Berikut faktor-faktor
lingkungannya :
1. Suhu
a. Suhu Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan
dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum
adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu
paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk
kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil
adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu -3°C dengan suhu optimum
sekitar 15°C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu
minimum 15°C suhu optimum 25-37°C dan suhu maksimum 45-55°C. Mikroba yang
tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini
mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya
tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi
pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah
yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok ini
mempunyai suhu minimum 4°C, optimum pada suhu 55°C dan suhu maksimum untuk
pertumbuhannya 75°C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh di bawah suhu 30°C dan
mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60°C, dikelompokkan kedalam
mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh di bawah suhu
30°C, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Ada juga yang dapat hidup
di atas 50°C (termotoleran). Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus
capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan
bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi
(Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.

b. Suhu Tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi di atas suhu maksimum, akan
memberikan beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah suhu yang
dapat mematikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu. (2)
Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu
spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktorfaktor yang mempengaruhi titik
kematian thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan
komposisi medium.

c. Suhu Rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan
metabolisme. Penyebanya adalah (1) Cold shock, adalah penurunan suhu yang tiba-
tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase
logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di
dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi, adalah proses pendinginan di bawah titik beku
dalam keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk
mengawetkan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase
cair (sublimasi).

2. Kandungan Air (Pengeringan)


Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya
diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba
umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. Bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-
0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya
khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat
tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih
dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan
kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista.

3. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis,
yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup berukuran kecil/


mikroskopik. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran kecil. Dalam
pertumbuhannya pun dibutuhkanlah nutrisi. Dari nutrisi itulah yang memberikan energi dan
membantu mikroba dalam melaksanakan aktivitasnya. Dengan nutrisi yang penuh, mikroba
akan mulai bereproduksi agar generasi mereka tidak punah. Dalam reproduksi itu, mikroba
mengalami 4 fase pertumbuhan, yaitu fase lag, fase logaritmik (esponensial), fase stasioner
dan fase kematian.
Pada umumnya, mikroba ada yang bersifat baik dan buruk. Untuk mikroba yang
membawa dampak buruk perkembangannya harus dikendalikan. Pengendalian tersebut
memiliki 3 tujuan khusus, yaitu membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi,
mencegah penyebaran penyakit atau infeksi dan mencegah perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan demikian, maka tak ada lagi mikroorganisme yang menganggu
kelangsungan makhluk hidup lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, A., 2004. Bahan Ajar Mikrobiologi Dasar I. Universitas Negeri Makassar. Makassar

Budiyanto, M.A.K. 2002. Mikrobiologi Terapan. UMM Press. Malang.

Deacor, J. 1999. The Microbial World: Thermophilic Microorganisms. Institute of Cell and

Molecular Biology, The University of Edinburgh.

Hadioetomo, R. S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek; Teknik dan Prosedur Dasar

Laboratorium. Gramedia. Jakarta.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi; Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. CV. Yrama widya.

Bandung.

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Schlegel Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi ke enam. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga

Kependidikan. Jakarta.

Volk, W.A. and M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Penerjemah Markham.

Jakarta.

Suriawiria, U., 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.

Lay, B.W., 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Rajawali Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai