Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PERTUMBUHAN MIKROBA

DISUSUN OLEH:

AL ANDIKA

JURUSAN ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA NTB

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita semua berlimpahan nikmat yang tidak
sebanding dengan rasa syukur yang kita ucapkan. Sholawat dan salam kepada Rasulullah yaitu
Nabi Muhammad S.A.W. dengan perjuangannya kita bisa merasakan kebebasan dalam menuntut
ilmu tanpa dibatasi oleh golongan ras dan suku. Sholawat dan salam juga kepada ahli keluarga
dan sahabat beliau yang ikut membantu beliau dengan harta dan tenaga.

Ucapan terimakasih kepada ibu Dian Neni Naelasari,S.Pd.,M.Si. sebagai dosen pengampu
matakuliah”MIKROBIOLOGI PANGAN”, semoga ilmu yang beliau berikan diberkahi oleh
Allah S.W.T. dan segala jerih payah beliau dalam mentransfer ilmunya kepada kami mendapat
balasan kebaikan yang lebih besar dari Allah S.W.T., Aamiin.

Ucapan terimakasih juga kepada pembaca.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca dan menjadi sumber refrensi dalam mempelajari “PERTUMBUHAN
MIKROBA”.Dan di dalam makalah ini tentu ada kesalahan dan kekeliruan.Oleh karena itu
mohon kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan dan kekeliruan yang ada di
dalam penulisan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4

A.Latar Belakang.............................................................................................................4

B.Rumusan Masalah.......................................................................................................4

C.Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Pertumbuhan Mikroorganisme...................................................................................6

B.Pmbelahan Sel Bakteri................................................................................................7

C.Waktu Generasi...........................................................................................................10

D.Fase Pertumbuhan……………………………………………………………….…...12

E. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba.............................15

F. Mengukur Pertumbuhan Bakteri……………………................................................20

BAB III PENUTUP..............................................................................................................24

A. KESIMPULAN................................................................................................................24

B. SARAN.............................................................................................................................24

DAFTAR FUSTAKA...........................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen selulerdan struktur


organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikutipertambahan jumlah, pertambahan
ukuran sel, pertambahan berat atau massa danparameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran
dan pembelahan sel ataupertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.

Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda,yang


berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner danfase kematian. Pada
fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umumpertumbuhan kultur bakteri, kecuali
bila kematian dipercepat dengan penambahanzat kimia toksik, panas atau radiasi.Metode
pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah denganmenentukan jumlah sel yang
hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelatagar dan menentukan jumlah total sel/jumlah
massa sel. Selain itu dapat dilakukandengan cara metode langsung dan metode tidak langsung.

Pertumbuhan pada bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel. Karena berat sel
relatif sama pada setiap siklus sel, maka pertumbuhan dapat di definisikan sebagai pertambahan
jumlah sel. Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui
beberapa aspek fisiologi suatu bakteri (Purwoko, 2007).

Pertumbuhan bakteri dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Pengukuran pertumbuhan bakteri secara langsung dapat dilakukan dengan metode
total count, turbidikmetrik, berat kering, electronic counter, plating techique, fltrasi membran.
Sedangkan pengukuran pertumbuhan bakteri secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
metode viable count, aktivitas metabolik dan berat sel kering.

B. Rumusan masalah
a. Bagaimana perumbuhan mikroorganisme ?
b. Bagaimana pembelahan sel bakteri ?
c. Bagaimana waktu generasi bakteri ?

4
d. Bagaimana fase pertumbuhan bakteri ?
e. Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba ?
f. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan bakteri

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme
b. Untuk mengetahui pembelahn dari sel bakteri
c. Untuk mengetahui waktu generasi bakteri
d. Untuk mengetahui fase pertumbuhan bakteri
e. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
f. Untuk mengetahui pengukuran dari bakteri

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan denganpenambahan


ukuran, jumlah bobot, masa, dan banyak parameter lainnya darisuatu makhluk hidup.
Penambahan ukuran atau masa suatu sel individual biasanyaterjadi pada proses pendewasaan
(maturasi) dan perubahan ini pada umumnyabersifat sementara (temporer) untuk kemudian
dilanjutkan dengan prosesmultiplikasi dari sel tersebut. Multiplikasi terjadi dengan cara
pembelahan sel.Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan
jugalingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untukmikroorganisme tersebut,
maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relative singkat dan sempurna (Irianto,
2007).

Kuantitas atau ukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dari segipertambahan


dimensi satu, misalnya : panjang, diameter, jari-jari, dan jumlah sel ; segi pertambahan dimensi
dua, misalnya : luas, dan segi pertambahan dimensi tiga, misalnya : volume, berat segar, berat
kering. Selain tiga segi tersebut, pertumbuhan juga dapat diukur dari segi komponen seluler,
misalnya : RNA, DNA, dan protein dan segi kegiatan metabolisme secara langsung, misalnya :
kebutuhan oksigen, karbon dioksida, hasilan gas-gas tertentu dan lain-lain.

Istilah pertumbuhan bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah sel bukan mengacu
kepada perkembangan individu organisme sel. Bakteri memiliki kemampuan untuk
menggandakan diri secara eksponensial dikarenakan sistem reproduksinya adalah pembelahan
biner melintang, dimana tiap sel membelah diri menjadi dua sel. Bakteri merupakan organisme
kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini.

Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa
sel yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang
irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan
ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan

6
parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah
sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.

Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada
fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri,
kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi.

Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta
kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri.
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor
ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan
pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.

Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH
dan tekanan osmotik.Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen,
mineral-mineral dan faktor penumbuh.

B. Pembelahan Sel Bakteri

Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan ami-tosis atau pembelahan
biner. Pembelahan biner merupakan proses pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel tanpa melalui
fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organisme

7
uniseluler (bersel satu), seperti bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang bersifat
mikroskopis). Setiap terjadi pembelahan biner, satu sel akan membelah menjadi dua sel yang
identik (sama satu sama lain). Dua sel ini akan membelah lagi menjadi empat, begitu seterus-
nya. Pembelahan biner dimulai dengan pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti
pembelahan sitoplasma.Akhirnya, sel terbelah menjadi dua sel anakan.

Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri.DNA bakteri terdapat
pada daerah yang disebut nukleoid.DNA pada bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan
DNA pada sel eukariotik.DNA pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga
tidak perlu dikemas menjadi kromosom sebelum pembelahan.

Sel prokariot, sel tanpa membran inti, mampu membelah diri secara sederhana. Setelah
sel tumbuh dan mampu melakukan pembelahan, serta telah menduplikasi molekul DNA-nya,
terjadi pelekukan pada membran sel. Molekul DNA prokariot menempel pada beberapa titik
membran sel. Dengan demikian, molekul DNA tersebut dapat terpisah dengan arah yang
berlawanan ketika pelekukan membran sel semakin dalam. Ketika molekul DNA terpisah,
membran sel dan dinding sel semakin melekuk ke dalam hingga mulai terlihat pemisahan dua sel
baru.

8
Proses sel yang terbagi dua secara sederhana ini disebut juga pembelahan biner. Sel
prokariot, seperti sel bakteri, dapat melakukan pembelahan biner setiap 20 menit.Hal tersebut
memberikan bakteri kemampuan memperbanyak diri yang menakjubkan.

Pembelahan biner bakteri dimulai dengan menempelnya bahan genetik pada salah satu
sisi membran dari sel dewasa, kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan replikasi.
Setelah proses replikasi selesai maka salah satu sisi dari membran akan membuat lekukan dan
akhirnya diikuti dengan proses pemanjangan sel dan pembelahan sel menjadi dua bagian yang
memiliki bahan genetika yang sama (Campbell et al. 1999).

Mekanisme Pembelahan Sel ( binary fission ) gPada Sel Prokariotik

1. Sebuah sel muda di fase awal siklus


2. Sebuah sel tua mempersiapkan bagian dengan memperbesardinding sel, membran sel dan
volume keseluruhan. Di tengah sel, dinding mengembangkan takik yang akhirnya akan

9
membentuk septum (pembatas)transversal, dan kromosom digandakan kemudian menempel
pada membran khusus
3. Dinding septum tumbuh ke dalam, dan kromosom yang ditarik ke arah ujung sel yang
berlawanan sebagai membran membesar. Komponen sitoplasmik lainn yang didistribusikan
(acak) kedua sel berkembang
4. Septum disintesis sepenuhnya melalui pusatsel, dan membran sel patch itu sendiri sehingga
ada dua bilik sel terpisah
5. Pada titik ini, sel anak dibagi. Beberapa bagian khusus akan memisahkan sepenuhnya
seperti yang ditunjukkan di sini, sementara yang lain akan tetap melekat, membentuk rantai
atau doublet.

C. Waktu Generasi

Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan
jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri
atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik, fase
stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan
digunakan untuk menentukan waktu generasi (Yudhabuntara, 2003).

Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat
disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya

10
memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari
(Sumarsih,2003). Bila bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak segera
terjadi tetapi ada periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan.
Kemudian akan memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan
diperoleh kurva pertumbuhan. Pada kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase pertumbuhan,
yaitu (Admin, 2008):

Pertumbuhan d 3DXapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat
kering sel). Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner,yaitu
dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari
bertambahnyajumlah sel. . Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua
kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu
penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai
beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan
perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu (Sumarsih, 2003).

Adapun perhitungan pertumbuhan mikroba (Sumarsih, 2003):

Dari hasil pembelahan sel secara biner:

1 sel menjadi 2 sel

2 sel menjadi 4 sel : 21 menjadi 22 atau 2n

4 sel menjadi 8 sel 22 menjadi 23 atau 2x2x2

Dari hal tersebut dapat dirumuskan menjadi:

N = N0 2n

N: jumlah sel akhir, N0: jumlah sel awal, n: jumlah generasi

Waktu generasi = t / n , t: waktu pertumbuhan eksponensial, n: jumlah generasi Dalam


bentuk logaritma, rumus N = N0 2n menjadi:

11
log N = log N0 + n log 2

log N – log N0 = n log 2

n = log N – log N0 = log N – log N0

log 2 = 0,301

Contoh: N = 108 , N0 = 5×107 , t = 2

Dengan rumus dalam bentuk logaritma:

n = log 108 – log (5x 107) = 8 – 7,6 =1

Jadi waktu generasi = t/n = 2/1 = 2 jam

Waktu generasi juga dapat dihitung dari slope garis dalam plot semilogaritma kurva
pertumbuhan eksponensial, yaitu dengan rumus, slope = 0,301/ waktu generasi. Dari grafik
pertumbuhan tersebut diketahui bahwa slope = 0,15, sehingga juga diperoleh waktu generasi = 2
jam.

Tabel Waktu generasi mikroorganisme

Kelompok Jenis Mikroorganisme Waktu Generasi


( Jam )

Bakteri heterotroph :
Bacillus megatarium 0,58
Escherichia coli 0,28
D. Fase Pertumbuhan
Rhizobium meliloti 1,80
Treponema pallidum 34,0 Pengamatan jumlah sel dalam
Bakteri fotosintetik : waktu yang cukup lama akan

Chloropseupdomonas 7,0

Ethylicum 2,4
Rhodopseudomonas spheroids 5,0
12
Ragi :
Saccharomyces cerevisiae 2,0
memberikan gambaran berdasarkan Kurva Pertumbuhan. Terdapat beberapa fase-fase
pertumbuhan:

1. Fase Permulaan

Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Dalam fase ini bakteri belum
mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri mati, hingga hanya sel yang kuat saja
yang bertahan hidup.Ukuran sel membesar yang disebabkan oleh adanya pemasukan air imbibisi
ke dalam sel. Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari populasi bakteri ini diakibatkan oleh
pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh tidak aktifnya suatu enzim hingga
keseluruhan metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh keberadaan sel bakteri dalam
lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru tersebut.

Disamping itu, secara khusus ada dua peristiwa lain yang memungkinkan terjadinya fase ini,
yaitu:

 Fase lag yang terjadi karena pembentukan enzim induktif


 Fase lag yang terjadi karena germinasi spora

2. Fase Pertumbuhan

Fase pertumbuhan yang dipercepat (Accelarated Growth Phase) Selama fase ini, sel bakteri
belum memperbanyak diri.Kecepatan pertumbuhan makin lama makin meningkat.Bila kecepatan
pertumbuhan diberikan dalam term waktu generasi (doubling time, td, yaitu waktu yang
dibutuhkan populasi sel untuk melipatkan jumlahnya menjadi dua kali lipat, maka waktu
generasinya makin lama makin pendek). Sedangkan kecepatan pertumbuhan dinyatakan dalam
kecepatan tumbuhnya makin lama x dt tinggi. Secara individual makin lama ukuran sel makin
mendekati maksimum.Ini disebabkan oleh adanya kemasukan air imbibisi dan adanya permulaan
aktivitas metabolisme.

3. Fase Logaritma

Fase logaritma (Logaritmic phase atau exponensial phase) Selama fase ini kecepatan
pertumbuhan populasi sel berjalan maksimum dan konstan seperti terlihat pada gambar sinstesis

13
bio massa, sangat tepat bila digambarkan dengan term logaritma, apabila kecepatan sintesisnya
dinyatakan dengan kecepatan pertumbuhan spesifik, μ seperti dinyatakan diatas.

X= XoOμt

X dan Xo adalah konsentrasi sel (g/l) pada waktu 0 dan t jam nilai μ sangat tergantung pada
spesies dan strain mikroba, serta kondisi lingkungan kultur mikroba tersebut. Dalam kondisi
kultur yang optimum, sel mikroba mengalami kecepatan reaksi metabolisme yang maksimum.
Ditinjau dari sel bakteri secara individual, ukuran sel justru pada waktu ukuran yang minimum,
dengan ketebalan dinding sel yang minimum.Ini disebabkan oleh sangat aktifnya sel membelah
diri.hingga sintesis makromolekul dari komponen sel pun berlomba dengan waktu.

Bila populasi sel yang sedang mengalami fase ini dipindahkan ke dalam medium baru,
dengan komposisi nutrient yang sama dengan kondisi lingkungan yang sama, maka dalam
medium baru populasi ini akan langsung mengalami fase logaritma. Jadi tidak mengawali
pertumbuhan dengan fase permulaan dan fase pertumbuhan dipercepat.

4. Fase pertumbuhan terhambat

Fase Pertumbuhan yang mulai terhambat (Phase of negative accelerated growth) Dimulai
dari awal fase ini, kecepatan pertumbuhan makin lama makin menurun.

Penghambatan pertumbuhan diakibatkan oleh berbagai sebab.Dalam banyak


hal.penurunan kecepatan pertumbuhan ini diakibatkan oleh kehabisan nutrisi. Tetapi sering
terjadi walaupun pasokan nutrisi diberikan dengan cukup, penurunan kecepatan pertumbuhan
tetap berjalan.

Umumnya ini disebabkan oleh akumulasi substansi toksik hasil metabolisme sel yang
menghambat dapat menghambat pertumbuhan sel. Substansi ini memungkinkan pula
menyebabkan represi terhadap kerja sistem sintesis enzim, yang mengakibatkan terhentinya
transkripsi kode genetik dari gen tertentu hingga pembentukan enzim baru terhenti sama sekali.
Selanjutnya perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan pil yang tajam sebagai akibat
metabolisme sel, dapat mengakibatkan penghambatan terhadap pertumbuhan sel.

5. Fase stasioner

14
Selama fase ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Walaupun demikian, tidak berarti
tidak terjadi pertumbuhan sel. Jumlah pembentukan sel baru sebagai hasil reproduksi, seimbang
dengan jumlah sel yang mati selama fase ini.

Oleh karena itu, ekspresi dalam grafik linear dan sejajar selama fase ini, menggunakan
cadangan makanan yang ada di dalam protoplasma sebagai building blocks pembangun sel yang
baru.

6. Fase penurunan (kematian)

Ini merupakan akhir dan suatu kurva dimana jumlah individu secara tajam akan menurun
sehingga kurva tampaknya akan mendekati titik awal kembali (Suriawiria, 2005; 91). Penyebab
utama adalah autolysis sel serta penurunan energy seluler.Pada saat medium kehabisan nutrient
maka populasi bakteri akan menurun jumlahnya. Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak
daripada sel yang hidup.

Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam selama fase statis dan akhirnya masuk
ke dalam fase kematian, sementara itu beberapa bakteri hanya mampu bertahan sampai harian
dan mingguan pada fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan
mampu bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati, yaitu dengan mengubah sel menjadi spora
(Purwoko, 2007).

E. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh lingkungan.Perubahan yang terjadi dalam lingkungan


dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroba.Beberapa golongan
mikroba sangat tahan terhadap perubahan lingkungan sehingga cepat dapat penyesuaikan diri.
Ada pula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak
dapat menyeseuaikan diri.

Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba. Baik untuk
kepentingan proses ataupun pengendalian. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan mikroba, dapat berbentuk lingkungan abiotik (fisik dan kimia), dapat pula lingkungan
biotik (biologis) yaitu :

15
1. Lingkungan Abiotik
a. Temperatur

Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan.Beberapa jenis
mikroba dapat hidup pada daerah temperatur yang luas sedangkan jenis lainya pada daerah yang
terbatas. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah temperatur paling rendah dimana
kegiatan mikroba masih dapat berlangsung. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling
sesuai/baik untuk kehidupan mikroba, temperatur maksimum adalah temperatur teringgi yang
masih dapat Text Box: Gambar. 2 Grafik golongan mikroba berdasarkan temperaturdigunakan
untuk kegiatan mikroba, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain waktu, temperatur,
kelembapan, bentuk dan jenis spora, umum mikroba, Ph dan komposisi medium. Kelembapan
pada temperatur tinggi akan mempercepat koagulasi (penggumpalan) protein. Misalnya spora
Bacillus anthracis pada temperatur 1600C, dalam keadaan kering mati setelah 90 menit sedang
pada temperatur 1000c dalam keadaan lembab mati setelah 10 menit.

Berdasarkan daerah temperatur, kegitan mikroba dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

o Mikroba psikrofilik yaitu golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur
antara 0-300C, dengan temperatur optimum 150C. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh
ditempat-tempat dingin.
o Mikroba mesofilik yaitu golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum untuk
pertumbuhan antara 25-370C dengan temperatur optimum 320C. Umumnya hidup didalam
alat pencernaan, kadang kadang ada juga yang hidup dengan baik pada temperatur sekitae
400C.
o Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperatur
tinggi, optimum diantara 55-600C, minimum 400C sedangkan maksimum 750C. Golongan
terdapat didalam sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lainyang temperatur lebih
tinggi dan 550C, misal pada buangan air pendingin.

Telah diketahui bahwa dalam reaksi kimia, kenaikan temeratur akan menaikan kecepatan
reaksi, misal tiap kenaikan 100 dapat mempercepat reaksi antara 2-3 kali lipat. Pada umumnya
untuk membunuh mikroba dengan pemanasan lebih mudah pada reaksi medium asam atau

16
alkalis, kalau dibandingkan dengan reaksi medium netral. Karena didalam keadaan netral waktu
pemanasan yang diperlakukan untuk membunuh akan lebih lama.

Kematian mikroba pada temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan
kolonial protoplasma yang tidak reversibel. Penurunan temperatur yang tiba-tiba dibawah titik
beku dapat menyebabkan kematian, akan tetapi penurunan temperatur secara bertingkat hanya
menghentikan kegiatan metabolisma untuk sementara saja. Bila susupensi bakteri didinginkan
dengan cepat dari 450C, maka jumlah bakteri yang mati dapat mencapai 95%, tetapi pendinginan
secara bertingkat menyebabkan jumlah kematian tersebut akan berkurang.

b. Kelembapan

Untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembapan yang tinggi diatas 85%, sedang
untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembapan yang rendah dibawah 80%.Kadar air bebas
dalam larutan merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap
iar murni, atau 1 /100 dari kelembapan relatif.

Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu lama, seperti dalam
bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora dan kista.Seperti halnya pada pembekuan, proses
pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisma terhneti. Pengeringan secara
perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh
lainya dengan naiknya kadar zat terlarut.

c. Tekanan osmosa

Larutan hipertonis menghambat pertumbuhan karena dapat menyebabkan


plasmolisa.Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan dalam parktek untuk pengawetan bahan-
bahan makanan, seperti pengawetan ikan dengan penambahan garam, pengawetan buah-buahan
dengan penambahan gula dan sebagainya.

Beberpa mikroba dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi,
antara lain ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi) bahkan beberapa mikroba
dapat tahan dalam subtrat dengan kadar garam sampai 30%, golongan ini bersifat halodurik.

d. Ph

17
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu gambaran dari batas ph bagi kegiatan
enzim.Untuk tiap jasad dikenal nilai pH minimum, optimum dan maksimum. Bakteri
memerlukan nilai Ph ANTARA 6,5-7,5. Ragi antara 4,0 – 4,5, sedang jamur dan aktinomeset
tertntu mempunyai daerah Ph yang luas.

Atas dasar daerah, Ph bagi kehidupan mikroba, dibedakan adanya 3 golongan besar yaitu :

a. Mikroba yang asidofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada ph antara 5,5 -5,0.

b. Mikroba yang mesofilik yaitu yang dapat tumbuh pada Ph ANTARA 5,5 – 8,0.

c. Mikroba yang alkafilik, yaitu yang dapat tumbuh pada Ph antara 8,7 -9,5.

e. Senyawa Toksik

Ion-ion logam berat seperti Hg, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walalupun pada kadar yang sangat
rendah akan bersifat toksik terhadap mikroba, karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan
gugus senyawa sel. Daya bunuh logam berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya
bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Misalnya Hg2 yang bergabung
dengan gugusan sulfidril (-SH) pada enzim akan menghambat kegiatan enzim tersebut. beberapa
kation seperti Li+ dan Zn2+ bersifat toksik terhadap bakter, sehingga akibatnya kegiatan enzim
terhenti, karena kation semacam ini bersidar antagonis terhadap H+. Apabila nilai pH dinaikan
maka peracunan Li+ dan Zn2+ dapat dikurangi sehingga antagonisme dapat berbalik.

e. Arus listrik

Arus listrik bolak balik ataupun searah yang bertegangan tinggi dapat menyebabkan
elektrolisis bahan penyusun medium.Arus listrik dapat juga menghasilkan panas yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Karena sel didalam suspensi akan mengalami
elektroforesis kalau dilalui arus listrik, maka kehidupan mikroba akan terganggu/terhenti.

f. Radiasi

Pada umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesis.Sedang cahaya dengan gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad
hidup.Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik,

18
misalnya cahaya matahari. Jika energi radiasi diserap oleh sel mikroba akan menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel, ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan
kematian, perubahan genetik ataupun dapat pula menghambat pertumbuhan. Energi radiasi dari
sinar X, sinar gamma dan terutama sinar ultraviolet banyak digunakan dalam praktek strelisasi,
pengawetan bahan makanan dan untuk mendapatkan muatan.

g. Tegangan muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaanya akan menyerupai membran


yang elastis, dan ini dapat mempengaruhi kehidupan mikroba. Protoplasma mikroba terdapat
didalam sel yang dilindungi dingding sel. Dengan adanya perubahan bahan pada tegangan muka
dinding sel, akan mempengaruhi permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya, senyawa seperti sabun dan detergen dapat
mempengaruhi tegangan permukaan antara udara dan cairan sehingga menaikan kemampuan air
untuk membasahinya, seperti oleh Tween 80, Triton A20 dsb.

Bakteri yang hidup dalam alat pencernaan dapat berkembang biak dalam medium yang
mempunyai tegangan permukaan relatif rendah, walaupun kebanyakan lebih menyukai tegangan
permukaan yang relatif tinggi.

h. Tekanan hidrosttatik dan Mekanik

Beberapa jenis mikroba dapat hidup didalam Samudra Pasifik dengan tekanan lebih dari
1.208 Kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut mikroba barofilik. Selain itu tekanan yang
tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia pengecilan volume koloid
organik enzim. Molekul dan juga menaikan viskositas cairan serta dissosiasi elektrolit.Sedang
tekanan diatas 7.500 kg/cm2 dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini
mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.

2. Lingkungan abiotic
a. Bebas Hama

19
Dalam percobaan sering diperlakukan hewan percobaan yang sejak lahir harus bebas dari
semua jenis mikroorganisme.Sejak lahir harus bebas dari semua jenis mikroorganisme hewan
percobaan yang bebas dari mikroba tersebut disebut kehidupan aksenik atau kehidupan tanpa
benda-benda asing.Hewan aksenik yang telah diinfeksi dengan suatu jasad disebut gnotobiosis
dan hasilnya dapat menimbulkan hal-hal yang penting, misalnya marmutgnotobiosis yang
diinfeksi patogen entamoeba histolystica tidak menderita sakit disentri, sedangkan marmut biasa
akan segera sakit jika dikenai jasad tersebut. hal ini disebabkan karena dalam usus marmut
gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan E. Histolytica.

b. Asosiasi

Simbiosis adalah asosiasi diantara dua atau lebih jasad, dimana sedikitnya satu jenis
mendapatkan keuntungan sedangkan jenis lainya mungkin mengalami kerugian, atau mungkin
keuntungan.

F. Mengukur Perumbuhan Bakteri

Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel per
satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi kultur). Dua
parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap berlainan
dalam pertumbuhan kultur, kedua para meter tersebut juga tidak bermakna sama dalam
penelitian mengenai biokimia mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah
kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas
mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna (Pratiwi, 2008). Pertumbuhan
mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan


beberapa cara,yaitu :
1. Metode Total Count

Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel
dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop (Hadioetomo, 1993).Jika setetes
kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui volumenya, maka
jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut memiliki keterbatasan, yaitu tidak

20
dapat membedakan sel hidup atau mati dan tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat
sedikit (kurang dari 102 sel/ml) (Purwoko, 2007).

Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri
karena kekebalan hemositometer tidak memungkinkan digunakannya lensa objektif celup
minyak. Hal ini dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat.
Kelemahan lain lagi ialah kadang-kadang cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan
sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut
dengan menambahkan bahan anti gumpalan seperti dinatrium etilanadiamina tetra asetat dan
tween-80 sebanyak 0,1%. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan (Hadioetomo, 1993).

2. Metode Turbidimetrik

Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan bukanlah
pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan media dan pecah-
belah dalam jumlah besar.Untuk kasus demikian tersedia metode yang lebih cepat dan praktis,
yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer (Hadioetomo, 1993).

Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan (turbiditas)
kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar metode
turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian
cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel
bakteri).Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel
bakteri.Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan.Metode ini memiliki
kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup (Purwoko, 2007).

3. Metode Berat Kering

Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode tersebut
relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian bagian yang
disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat
membedakan sel yang hidup dan mati.Akan tetapi keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat
metode tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan

21
satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi
senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).

4. Metode Elektronic Counter

Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil (orifice)
dengan bantuan aliran listrik.Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tekanan
listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri melalui orifice.Pada saat inilah sel
terhitung.Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat,
serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar.Kerugiannya metode ini tidak bisa digunakan
untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan sebagainya, serta tidak
dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi, 2008).

5. Metode Plating Techique

Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di dasarkan pada
asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan memproduksi satu koloni tunggal.
Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan cara membuat seri
pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada
plat dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah
sederhana, mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dapat
digunakan untuk menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah.
Kerugiannya adalah harus digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang kurang akurat
karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008).

6. Metode filtrasi membran

Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan bantuan vaccum.
Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media yang sesuai dan jumlah koloni
dihitung.Keuntungan metode ini adalah dapat menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya
langsung, sedangkan kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).

22
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode Viable Count

Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan.Kultur encer ditumbuhkan kembali pada
media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni beberapa saat berikutnya,
biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung
biasanya lebih dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan tidak
dapat di aplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu
diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap
pengencerannya.Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya cawan yang dapat dihitung
jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk sampel pengenceran (10-x ),
20-40 untuk sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2))
(Purwoko, 2007).

2. Metode Aktivitas Metabolik

Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit tertentu, misalnya asam atau
CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam media.Misalnya pengukuran
produksi asam untuk menentukan jumlah vitamin yang di hasilkan mikroorganisme (Pratiwi,
2008).

3. Metode Berat Sel Kering

Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi berfilamen. Miselium
fungi dipisahkan dari media dan dihitung sebagai berat kotor. Miselium selanjutnya dicuci dan
dikeringkan dengan alat pengering (desikator) dan ditimbang beberapa kali hingga mencapai
berat yang konstan yang dihitung sebagai berat sel kering (Pratiwi, 2008)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan
struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah,

23
pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Pada
organism prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan
ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.
2. Bakteri merupakan sel prokariotik yang bereproduksi secara aseksual dengan
pembelahan biner (binary fission) atau disebut juga pembelahan amitosis. Pembelahan
biner(binary fission) merupakan proses pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel tanpa
melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel seperti, Profase , Metafase , Anafase
maupun Telofase
3. Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula.
4. Terdapat beberapa fase-fase pertumbuhan: Fase Permulaan, Fase Pertumbuhan yang
dipercepat, Fase Pertumbuhan logaritma (eksponensial), Fase Pertumbuhan yang mulai
dihambat, Fase Stasioner maksimum, Fase Kematian dipercepat dan Fase Kematian
logaritma.
5. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, dapat berbentuk
lingkungan abiotik (fisik dan kimia), dapat pula lingkungan biotik (biologis)
6. Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat
dilakukan dengan beberapa cara : Metode Total Count, Metode Turbidimetrik, Metode
Berat Kering, Metode Elektronic Counter, Metode Plating Techique, Metode filtrasi
membrane. Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan beberapa metode : Metode Viable Count, Metode Aktivitas
Metabolik, Metode Berat Sel Kering
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan bagi pembaca. Jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah mohon kritikannya agar kedepannya lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA

1. Meilia, 2015. Pertumbuhan Mikroorganisme.


http://dokumen.tips/documents/pertumbuhan-mikroorganisme.html
2. Budiyanto. K. Agus, Pertumbuhan Mikroorganisme.

24
https://zaifbio.wordpress.com/2010/11/08/pertumbuhan-mikroorganisme/
3. Anonym, 2013. Makalah : Pembelahal Sel Pada Bakteri.
https://bioselfarmasi3.wordpress.com/2013/01/14/makalah-pembelahan-sel-pada-sel-
bakteri-5/
4. Anonym, 2013. Kurva Dan Fase Pertumbuhan Bakteri Dari Hidup Sampai
Mati.http://www.sawitchem.com/post/25/kurva-dan-fase-pertumbuhan-bakteri-dari-
hidup-sampai-mati.html
5. anonim, 2014, Kurva pertumbuhan Mikroorganisme.
http://www.belajarbiologi.com/2014/04/kurva-pertumbuhan-mikroorganisme.html
6. handayani Meuthia. 2012. Fase Petumbuhan Bakteri.
https://tothelastbreath.wordpress.com/2012/06/11/fase-pertumbuhan-bakteri/
7. anonym, 2015. Metose-metode untuk Mengukur Pertumbuhan Bakteri.
http://agroteknologi.web.id/metode-metode-untuk-mengukur-pertumbuhan-bakteri/

25

Anda mungkin juga menyukai