Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang


telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan yang berjudul ”Pertumbuhan Mikroorganisme” ini sesuai dengan
waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Mikrobiologi.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen sebagai pengajar mata Mata
Kuliah Mikrobiologi.yang telah membimbing kami. Tidak lupa pula kepada rekan
– rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.

Pandeglang, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Mikroorganisme............................................ 3
B. Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme.............................. 4
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroorganisme.................................................................. 6
D. Media Biak Dan Persyaratan Bagi Pertumbuhan................ 11
E. Reproduksi Mikroorganisme sebagai Komponen
Pertumbuhan Mikroorganisme............................................ 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 21

ii
MAKALAH

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
MIKROBIOLOGI
Dosen Pengampu : Hadi Susilo, S.Si., M.Si

Disusun oleh :
Siti Fatonah (G15180007)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS, FARMASI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
2020

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mikroorganisme sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan
suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur
dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat
besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-
sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroorganisme sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroorganisme agar pertumbuhannya terkendali.
Planet Bumi kita ini dihuni oleh jutaan jenis mahluk hidup. Di antara
jutaan jenis makhluk hidup ini ada yang terlihat oleh mata dan ada yang tak
terlihat oleh mata. Mahluk hidup yang tidak dapat dilihat oleh mata tersebut
berukuran amat kecil, disebut mikroorganisme. Untuk mengetahui atau
mengamati mikroorganisme tersebut diperlukan alat bantu berupa alat
pembesar, seperti loop, mikroskop biasa, dan mikroskop elektron.
mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini
dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula
perubahan itu bersifat permanent sehingga mempengaruhi bentuk morfologi
serta struktur anatominya
Untuk keperluan hidupnya, mikroorganisme membutuhkan bahan
organik dan anorganik yang diambil dari lingkungannya. Bahan makanan
tersebut dinamakan nutrien, sedangkan proses mengasimilasi makanannya
disebut nutrisi. Nutrien adalah substansi anorganik dan organik yang dalam
larutan melintasi membran sitoplasma (Nutrients is the chemicals from the
environment of which a cell is built). Agar dapat mendapatkan nutrien dari

1
makanan, sel harus mampu mencerna makanan itu, yaitu mengubah molekul-
molekul protein, karbohidrat dan lipida yang komplek dan besar menjadi
molekul yang sederhana dan kecil yang segera melarut sehingga dapat
memasuki sel. Proses mengasimilasikan makanan itulah yang disebut nutrisi.
Dalam proses kehidupan semua makhluk hidup memerlukan makanan
yang banyak mengandung gizi dan nutrisi yang cukup, tidak terkecuali
mikroorganisme, zat-zat tersebut nantinya akan digunakan dalam aktifitas
sehari-hari seperti berjalan, bereproduksi, dan aktifitas lainnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil
kemudian menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari
individu itu sendiri. Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi
bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan
cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh
dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan mikroorganisme yang bersel satu berbeda dengan
mikroorganisme yang bersel banyak (multiseluler). Pada mikroorganisme yang
bersel satu (uniseluler) pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya sel
tersebut. Setiap sel tunggal setelah mencapai ukuran tertentu akan membelah
menjadi mikroorganisme yang lengkap, mempunyai bentuk dan sifat fisiologis
yang sama. Pertumbuhan jasad hidup, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
pertumbuhan sei secara individu dan pertumbuhan kelompok sebagai satu
populasi.
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume serta
bagian-bagian sel lainnya, yang diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas
isi dan kandungan didalam selnya. Pertumbuhan populasi merupakan akibat
dari adanya pertumbuhan individu, misal dari satu sel menjadi dua, dari dua
menjadi empat ,empat menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah
banyak.
Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah
langsung menjadi pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan
sel sebagai individu serta satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-
kadang karena terlalu cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan dibedakan.
Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran
jumlah sel atau massa sel yang terjadi pada saat tertentu. Kadang-kadang
didapatkan bahwa konsentrasi sel sesuai dengan jumlah sel perunit volume,

3
sedang kerapatan sel adalah jumlah materi perunit volume.Penambahan dan
pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme pada umumnya dapat digambarkan
dalam bentuk kurva pertumbuhan.

B. Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme


Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai
berikut.
1. Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan
ekponensial, tetapi dalam tahap masa persiapan. Hal ini tergantung dari
kondisi permulaan, apabila mikroorganisme yang ditanami pada substrat
atau medium yang sesuai, maka pertumbuhan akan terjadi. Namun
sebaliknya apabila diinokulasikan mikroorganisme yang sudah tua
meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya mikroorganisme ini
membutuhkan masa persiapan atau fase lag. Waktu yang diperlukan pada
fase ini digunakan untuk mensintesa enzim. Sehingga mencapai konsentrasi
yang cukup untuk melaksanakan pertumbuhan ekponensial. Fase ini
berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari jenis
mikroorganisme serta lingkungan yang hidup. Selama fase ini perubahan
bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata terlihat.
Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian)
ataupun fase-pengaturan jasad untuk suatu aktivitas didalam lingkungan
yang mungkin baru.
2. Fase tumbuh dipercepat (fase logaritme, fase eksponensial, logaritma
phase)
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan
membelah diri.masa ini disebut masa pertumbuhan, yang setiap selnya
tidak sama dalam waktu masa persiapan.Sehingga secara berangsur-angsur
kenaikan jumlah populasi sel mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase
pertumbuhan mikroorganisme.Setelah setiap individu menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru selama fase lag, maka mulailah mengadakan

4
perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu sel sehingga kurva
meningkat dengan tajam (menanjak). Peningkatan ini harus diimbangi
dengan banyak faktor, antara lain:
a. Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang
ada, serta assosiasi kehidupan di antara jasad yang ada kalau jumlah
jenis lebih dari sebuah.
b. Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam
media, temperatur, kadar oksigen, cahaya, dan lain sebagainya.Kalau
faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurva akan nampak
tajam seperti gambar. Pada fase ini pertumbuhan secara teratur telah
tercapai. Maka pertumbuhan secara ekponensial akan tercapai. Pada
fase ini menunjukkan kemampuan mikroorganisme berkembang biak
secara maksimal. Setiap sel mempunyai kemampuan hidup dan
berkembang biak secara tepat. Fase pengurangan pertumbuhan akan
terlihat berupa keadaan puncak dari fase logaritmik sebelum mencapai
fase stasioner, dimana penambahan jumlah individu mulai berkurang
atau menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain
berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya jumlah
kejenuhan pertumbuhan jasad. Fase tumbuh reda akan terlihat dimana
fase logaritma mencapai puncaknya, maka zat-zat makanan yang
diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme akan mengakibatkan
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pada masa pertumbuhan ini
reda atau dikatakan sebagai fase tumbuh reda.
3. Fase stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor –faktor yang terkandung di dalam
jasadnya sendiri, maka sampailah puncak aktivitas pertumbuhan kepada
titik yang tidak bisa dilampaui lagi, sehingga selama fase ini, gambaran
grafik seakan mendatar. Populasi jasad hidup di dalam keadaan yang
maksimal stasioner yang konstan.

5
4. Fase kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai
jumlah yang konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap
maksimum pada masa tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara
perlahan-lahan jumlah sel yang mati melebihi jumlah sel yang hidup. Fase
ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami
penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun
penurunan jumlah sel tidak mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang
mampu beradaptasi dan tetap hidup dalam beberapa saat waktu tertentu.
Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva dimana jumlah individu
secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ke
titik awal lagi. Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak
sesuai seperti yang sudah diterangkan kalau faktor-faktor lingkungan yang
menyertainya tidak memenuhi persyaratan.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme


1. Faktor alam
a. Temparatur
Umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisme
terletak antara 0-90oC. Temperatur minimum adalah suhu paling rendah
dimana kegiatan mikroorganisme masih dapat berlangsung. Temperatur
maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk
aktifitas mikroorganisme, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologis paling
minimal. Sedang temparatur yang paling baik bagi aktivitas hidup disebut
temperatur optimum. Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur,
mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu:
Titik kematian termal suatu jenis mikroorganisme ialah nilai temparatur
yang dapat mematikan jenis tersebut didalam waktu 10 menit pada
kondisi tertentu. Sedang waktu kematian termal adalah waktu yang
diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroorganisme pada suatu
temperatur yang tetap. Kedua istilah tersebut mempunyai arti yang

6
penting di dalam praktek, terutama di dalam industri pengawetan bahan
makanan dan obat-obatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik
kematian termal antara lain: waktu, temperature, kelembaban, bentuk dan
jenis spora, umur mikroorganisme, pH dan komposisi medium.Komposisi
medium juga mempengaruhi kepekaan bakteri terhadap pemanasan.
Adanya partikel atau benda padat dan senyawa tertentu di dalam medium
akan menaikkan resistensi ( ketahanan ) mikroorganisme terhadap panas,
sebab penetrasi panas kedalam medium terhalang oleh adanya benda atau
zat tadi.
Temparatur rendah menyebabkan gangguan pada metabolisme, jenisnya
tergantung pada temparatur dan cara perlakuanya. Kematian
mikroorganisme pada temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya
perubahan keadaan koloid protoplasma yang tidak reversible. Penurunan
temperature yang tiba-tiba di atas titik beku dapat menyebabkan
kematian, akan tetapi penurunan temperature secara bertingkat hanya
mengakibatkan kegiatan metabolisme untuk sementara saja. Bila suspensi
bakteri didinginkan dengan cepat dari 45oC, maka jumlah bakteri yang
mati mencapai 95%, tetapi pendinginan secara bertingkat menyebabkan
jumlah kematian tersebut akan berkurang.
Kematian akibat penurunan temperatur yang tiba-tiba, mungkin karena air
menjadi tidak siap untuk kegiatan fisiologi. Misalnya pada pembekuan,
mungkin terjadi kerusakan sel oleh adanya kristal es di dalam air antar sel.
Proses pendinginan di bawah titik beku dan di dalam keadaan hampa
udara secara bertingkat, banyak digunakan untuk mengawetkan biakan
dan proses tersebut disebut lyofilisasi. Hasil lyofilisasi merupakan tepung
yang terdiri atas sel yang lyofilik dan sangat mudah menarik air, juga
tidak menyebabkan denaturasi protein sebab molekul air protoplasma di
dalam proses ini langsung dirubah menjadi uap air tanpa melalui fase cair
(sublimasi ).

7
b. Cahaya
Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya
tidak tergantung pada cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya
matahari dapat membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet.
c. Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya
dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis).
Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang
lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering.
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya
untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi
diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban
yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan merupakan
nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air
murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam
larutan untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999
sedang untuk bakteri halofilik mendekati 0,75.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk
waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora,
kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuaan, proses
pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti.
Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh
tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
d. Ph
pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Umumnya asam mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
bakteri. Lebih baik hidup dalam suasana netral ( pH 7,0 ) atau sedikit basa
( pH 7,2-7,4), tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,6 – 7,5.
Bakteri-bakteri yang patogen pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8-7,4,
yaitu sama dengan pH darah.Batas pH untuk pertumbuhan jasad
merupakan suatu gambaran dari batas pH bagi kegiatan enzim. Untuk itu

8
jasad dikenal nilai pH minimum, optimum, dan maksimum. Bakteri
memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara 4,0-4,5, sedang jamur dan
aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas. Atas dasar daerah-
daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan adanya tiga
golongan besar,yaitu:
1) Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada
pH antara 2,0-5,0
2) Mikroorganisme yang mesofilik (Neutrofilik), yaitu jasad yang dapat
tumbuh pada pH antara 5,5-8,0
3) Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada
pH antara 8,4-9,5.
e. O2 dari udara
Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup membutuhkan O2 yang
diambil dari udara melalui pernafasan. Fungsi O2 ini sudah jelas yaitu
untuk pembakaran zat-zat jaringan, sehingga dihasilkan panas dan tenaga.
Hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 dalam jumlah yang
normal disebut hidup secara aerob. Organisme yang tidak hidup dalam
lingkungan yang mengandung O2 bebas disebut organisme anaerob.
Berdasarkan responnya terhadap O2 bebas, maka bakteri dibagi dalam
tiga golongan yaitu :
1) Bakteri aerob ( obligate aerob )
Yaitu bakteri yang hanya hidup dalam lingkungan yang mengandung
O2 bebas. Misalnya : Vibroiro cholera, Corynebacterium diphtheriea
2) Bakteri anaerob ( obligate anaerob )
Yaitu bakteri yang hanya dapat hidup di dalam lingkungan yang tidak
mengandung oksigen bebas. Misal: Clostridium tetani,Treptonema
pallida.
3) Fakultatif aerob
Yaitu bakteri yang hidup di dalam lingkungan yang mengandung
oksigen bebas maupun tidak. Misal : Salmonella typhi, Neisseria
mengitidis. Bakteri-bakteri fakultatif aerob pada umumnya lebih baik

9
tumbuh pada pada lingkungan yang sedikit mengandung oksigen
bebas. Karena itu lebih tepat bila dinamakan bakteri microaerophil.
f. Tekanan osmotic
Air keluar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan
tekanan osmotik antara cairan yang ada di dalam dengan sel yang ada di
luar bakteri.Protoplasma selalu mengandung zat yang terlarut di
dalamnya, karena itu tekanan osmotiknya selalu tinggi dari air murni. Bila
bakteri dimasukkan dalam aquades, maka air akan masuk ke dalam sel
bakteri. Hal ini menyebabkan bakteri menggembung, mungkin pecah dan
mati. Peristiwa ini disebut Plasmoptysis.
Sebaliknya bila bakteri dimasukkan ke dalam cairan hipertonis akan
menyebabkan plasma dari dinding sel dan kematian bakteri. Peristiwa ini
disebut Plasmolisa. Pada umumnya larutan hipertonis menghambat
pertumbuhan, karena dapat menyebabkan plasmolisa. Tekanan osmosa
tinggi banyak digunakan di dalam praktek untuk pengawetan bahan-bahan
makanan, seperti pengawetan ikan dengan penambahan garam, untuk
pengawetan buah-buahan dengan penambahan gula. Beberapa
mikroorganisme dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau
kadar gula yang tinggi, antara lain ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada
kadar garam tinggi), bahkan beberapa mikroorganisme dapat tahan di
dalam substrat dengan kadar garam sampai 30%,golongan ini bersifat
halodurik.
g. Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya
organisme lain. Seperti halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada
tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme di alam ini berada dalam
suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis.
2. Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat
yang keluar masuk sel mikroorganisme menjadi kacau. Oksidasi,beberapa
oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga fungsi unsur

10
terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim. Terjadinya ikatan kimia, ion-
ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim. Sehigga
fungsi enzim terganngu.
Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa
folic acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam atau basa kuat
dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur. Mengubah sifat
koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
􀂾 Logam-logam berat                     􀂾 Klor dan senyawa klor
􀂾 Fenol dan senyawa-senyawa sejenis      􀂾 Zulfonomida
􀂾 Alkohol                              􀂾 Detergen
􀂾 Aldehit                              􀂾 Zat pewarna
􀂾 Yodium                             􀂾 Peroksida

D. Media Biak Dan Persyaratan Bagi Pertumbuhan


Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme
diperlukan suatu substrat yang disebut media. Dikarenakan dengan media
yang cocok, maka pertumbuhan mikroorganisme akan maksimal, subur dan
cepat. Media biak (larutan biak) dapat di buat dari senyawa-senyawa tertentu.
Media biak dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Media biak sintetik : media ini dibuat dari senyawa – senyawa kimia.
Media biak kompleks, media ini dibuat dari senyawa yang mengandung
ektrak ragi, otolitas ragi, pepton dan ekstrak daging.Media biak padat,
media ini dibuat dari larutan biak cair kemudian ditambahkan bahan
pemadat yang memberi konsistensi seperti selai pada larutan air.
Salah satu syarat untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah kadar ion
hidrogen yang ada dilingkungannya. Perubahan kadar yang kecil saja
sudah mampu menimbulkan pengaruh yang besar. Alasan inilah yang
amat penting untuk menggunakan nilai pH awal yang optimum dan
mempertahankannya sepanjang pertumbuhan. Organisme hidup paling
baik pada pH 7. selain kadar ion hydrogen, dibutuhkan juga

11
karbondioksida dan kadar air, suhu dan tekanan osmatik. Pertumbuhan
mikroorganisme tergantung dari bahan-bahan makanan.
Pada dasarnya larutan biak sekurang-kurangnya harus mengandung
sebagai berikut :
a. Kebutuhan nutrien pokok. Diantaranya karbon, oksigen, hidrogen,
nitrogen, belerang, fosfat, kalium, magnesium dan besi.
b. Sumber-sumber karbon dan energi.
Zat-zat pelengkap, yaitu suplemen yang termasuk komponen dasar dan
yang oleh beberapa mikroorganisme tidak dapat disintesis dari
komponen-komponen sederhana.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan mikroorganisme secara
berkelanjutan dapat dilakukan dengan menyediakan media yang
dikayakan. Kondisi pengkayaan adalah kondisi dimana organisme dapat
tetap tumbuh dengan kehadiran saingan dengan menetapkan sejumlah
faktor (sumber energi, sumber karbon dan sumber nitrogen akseptor
hidrogen dan atmosfir gas, cahaya, suhu, pH dan selanjutnya) dapat
ditetapkan kondisi lingkungan tertentu dan dapat ditanamkan populasi
campur yang terdapat dalam tanah atau dalam lumpur. Bahan-bahan
penanaman yang menguntungkan ialah bahan-bahan yang berasal dari
tempat dimana telah terjadi “pengkayaan alamiah” seperti :
mikroorganisme pengolah CO dalam limbah air pabrik gas, pengolah
hemoglobin dalam limbah pajagalan dan oksidator hidrokarbon di ladang
minyak bumi dan bak minyak.Untuk mikroorganisme yang sangat
terspesialisasi harus dibuat kondisi pengkayaan yang sangat selektif.
Medium mineral yang bebas nitrogen terikat dan tanpa cahaya merupakan
medium yang amat selektif untuk sianobakteri yang memfiksasi nitrogen.
Bila larutan medium yang sama dilengkapi dengan suatu sumber energi
atau sumber energi dan sumber karbon maka pada keadaan gelap dan
pada kondisi aerob dan tumbuh Azotobacter dan kalau Biak Murni.
Untuk menumbuhkan dan mengembang-biakan mikroorganisme,
diperlukan suatu substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri

12
sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan, baik
berbentuk bahan alami (seperti tauge, kentang, daging, telur, wortel),
ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia organik ataupun
anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme dinamakan media. Secara garis besar
media dibedakan atas :
a. Media hidup
Media hidup umumnya dipakai dalam laboratorium virology untuk
pembiakan berbagai virus, sedangkan dalam bakterologi hanya beberapa
jenis kuman tertentu saja dan terutama hewan percobaan.
b. Media mati
Berdasarkan konsentrasinya. Media padat, terbagi media agar miring, agar
deep dan agar sebar. Media ini umumnya dipergunakan untuk bakteri,
ragi, jamur.
2. Media cair, jika media tidak ditambahkan zat pemadat, biasanya media
cair dipergunakan untuk pembiakan mikroalga, bakteri dan ragi.
Media semi padat atau semi cair, jika penambahan zat pemadat hanya 50%
atau kurang dari yang seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang banyak memerlukan kandungan air
dan hidup anaerobik atau fakultatif.
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya Sesuai dengan fungsi
fisiologis dari masing-masing komponen ( unsure hara ) yang terdapat di
dalam media, maka susunan media pada semua jenis mempunyai
kesamaan isi, yaitu:
a. Kandungan air
b. Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa
lain yang mengandung nitrogen.
c. Kandungan sumber energi / unsur C, baik yang berasal dari karbohidrat,
lemak,protein, ataupun senyawa-senyawa lain.
d. Faktor pertumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.

13
Berdasarkan kepada persyaratan,susunan media dapat berbentuk:
a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti
kentang, tepung, daging, telur, ikan, umbi-umbian.
b. Media sintetis, yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti
media untuk pertumbuhan dan perkembang-biakan bakteri clostridium.
c. Media semi sintetis, yaitu media yang tersusun oleh campuran
bahanbahan alami dan bahan-bahan sintetis.
Berdasarkan sifat Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme, tetapi juga untuk isolasi, seleksi,evaluasi,
dan diferensiasi biakan yang didapatkan berdasarkan sifat-sifat media, yaitu:
Media umum, kalau media a dapat dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroorganisme secara umum.
Media penyangga, kalau media dipergunakan dengan maksud “memberikan
kesempatan” terhadap suatu jenis atau kelompok mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis atau kelompok lainnya yang
sama-sama berada dalam satu bahan.
a. Media selektif, adalah media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau
lebih jenis mikroorganisme tertentu tetapi akan menghambat atau
mematikan untuk jenis –jenis lainnya.
b. Media diferensial, adalah media yang dipergunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme tertentu serta penemuan sifatsifatnya.
c. Media penguji, yaitu media yang digunakan untuk pengujian senyawa
atau benda tertentu dengan bantuan mikroorganisme.
d. Media penghitungan, yaitu media yang digunakan untuk menghitungn
jumlah mikroorganisme pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk
media umum, media selektif ataupun media differensial dan penguji.
Agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam
media diperlukan persyaratan tertentu, yaitu:
Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
Bahwa media harus dalam keadaan steril.

14
E. Reproduksi Mikroorganisme sebagai Komponen Pertumbuhan
Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme ditentukan pula oleh kemampuan dalam
mereproduksi sel. Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara
aseksual (yang paling umum) dan secara seksual (terjadi pada beberapa
individu saja). Pada bakteri misalnya, perkembang-biakan secara aseksual
terjadi secara pembelahan biner, yaitu sel induk membelah menjadi dua
selanak. Kemudian masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak
lagi, dan seterusnya hingga makin membanyak. Selama sel membelah maka
akan terjadi keselarasan replikasi DNA sehingga tiap-tiap sel anak akan
menerima paling sedikit satu kopi (salinan) dari genom.
Perbanyakan sel dengan cara pembelahan ini, kecepatannya ditentukan
oleh waktu generasi.Ada jenis yang mempunyai waktu generasi lambat atau
lambat sekali. Ada pula yang waktu generasinya sangat singkat atau cepat.
Bakteri memang mempunyai cara-cara perkembang-biakan aseksual yang unik
kalau dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Juga didalam kecepatan
perbanyakan dan waktu generas, tetapi pembelahan sel mikroorganisme tidak
saja terjadi hanya secara biner sajamungkin pula dapat berbentuk multiple
perkuncupan.
Virus tumbuh dan berkembang-biak di dalan sel hidup jasad lain,
perbanyakan individunya terjadi secara pembelahan atau replikasi
DNA.Perkembang-biakan aseksual dapat juga terjadi secara fragmentasi, yaitu
pemotongan serat atau hifa atau filamen. Misal yang terjadi pada jamur atau
mikroalge. Filamen yang terpotong menjadi beberapa bagian, tiap
potongannya akan tumbuh dan berkembang pula seperti induknya.
Perkembang-biakan aseksual yang paling umum lagi adalah melalui spora.
Spora yang dapat diumpamakan seperti biji tanaman tinggi, dihasilkan dalam
berbagai bentuk mikroorganisme. Untuk bakteri, spora terbentuk didalam sel,
sehingga dinamakan endospora. Sedang untuk jamur misalnya, spora
terbentuk diluar tubuh jasadnya, sehingga dinamakaneksospora. Kalau spora
jatuh ke tempat yang lembab maka ia akan berkecambah dan tumbuh menjadi

15
individu baru. Perkembang biakan secara seksual, umumnya terjadi pada
jamur dan mikro alga serta secara terbatas pada bacteria, dapat terjadi secara :
1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.
2. Secara anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.
3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk yang sama.
Hasil perkawinan (fertilisasi) akan membentuk zigot (sel betina atau
sel telur yang telah di buahi oleh sel jantan atau sel sperma), yang kemudian
zigot akan berkecambah membentuk individu baru setelah mengalami
pembelahan. Rangkaian kehidupan mikroorganisme yang dimulai dari spora,
spora berkecambah, membentuk massa sel ataupun tubuh buah kemudian
menghasilkan alat perkembang biakan kembali, disebut siklus atau daur hidup.
Pada bacteria siklus hidup kurang jelas rangkaianya, berbeda pada jamur dan
mikro alga. Pada jamur kompos (Agaricus bisporus), yaitu jenis jamur yang
sudah dibudidayakan dan bernilai ekonomi dengan nama mushroom atau
champignon, siklus hidupnya sangat jelas mulai dari spora yang berkecambah,
membentuk massa hifa atau misellia, membentuk tubuh buah stadia awal
sampai membentuk tubuh buah yang nyata terlihat. Juga pada alga hijau
(Chlamydomonas) jenis alag yang banyak kita temukan pada bak aquarium
ataupun pada kolam ikan, serta pada protozoa (Trypanosoma gambiense)
penyebab penyakit tidur yang ditularkan melalui lalat tsese.
Di dalam siklus hidup, tahapan yang terjadi sejak spora berkecambah
sampai menghasilkan kembali alat perkembang biakan, akan di lalui tingkat
perkembang biakan secara seksual ataupun aseksual sesuai dengan sifat
mikroorganisme. Faktor – faktor yang mempengaruhi, khususnya factor
lingkungan abiotik seperti :
1. Kelengkapan unsur yang terdapat di dalam media    5. Cahaya
2. pH media                            6. Sirkulasi oksigens
3. Kadar air media                        7. Kelembaban
4. Temperatur

16
1. Bakteri
Pada umumnya bakteri berkembang biak secara aseksual atau vegetatif
yaitu dengan cara membelah diri. Pada kondisi lingkungan yang
memungkinkan, bakteri akan membelah diri dengan cepat. Pembelahan terjadi
setiap 15-20 menit. Sehingga dalam waktu kurang lebih 7-8 jam bakteri sudah
menjadi jutaan.Proses pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase,yaitu:
a. Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak
lurus pada arah memanjang.
b.  Sekat tersebut diukuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang
ini tidak selalu merupakan penyekat yang sempurna,ditengah-tengah
sering ketinggalan suatu lubang kecil, dimana protoplasma kedua sel baru
masih tetap berhubung-hubungan. Hubungan protoplasma ini disebut
plasmodesmida.
c. Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera
berpisah, yaitu yang satu terlepas sama sekali dari pada yang lain, setelah
dinding melintang menyekat secara sempurna. Bakteri yang semacam ini
merupakan koloni yang merata, jika dipiara pada medium yang padat.
Sebaliknya, bakteri-bakteri yang dindingnya lebih kokoh tetap
bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri macam ini
merupakan koloni yang kasar permukaannya.
2. Jamur
Perkembangbiakan jamur ditemukan dua macam,yaitu: aseksul dan
seksual.
a. Secara aseksual
Dengan cara membelah diri atau bertunas, dilakukan oleh jamur yang
bersel satu. Tunas yang dihasilkan disebut blastospora.Dengan
fragmentasi, berupa potongan misselium atau hifa.
Dengan pembentukan konidia,yaitu ujung-ujung hifa tertentu
membagi-bagi diri membentuk :
o entuk-bentuk yang bulat ( konidiospora ) atau serupa telur
(oidiospora)

17
 bentuk empat persegi panjang ( artispora )
 spora yang berdinding tebal,disebut klamidospora
b. Secara seksual
Perkembangbiakan secara seksual memerlukan 2 jenis jamur yang
cocok. Untuk kecocokan ini diberikan tanda + dan – Proses
perkawinannya terdiri atas persatuan 2 protoplas ( plasmogami )
kemudian diikuti persatuan inti ( kariogami ). Jamur ada yang
menghasilkan alat kelamin jantan saja atau hanya alat kelamin betina
saja,sehingga jamur yang seperti ini disebut jamur berumah dua
(diesi).jamur yang dapat menghasilkan alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina disebut hermaprodit atu disebut berumah satu
(monoesi).
Alat kelamin disebut gametangium.gametangium menghasilkan se l
kelamin jantan disebut anteridium, sedangkan gametangium yang
menghasilkan sel kelamin betina disebut oogonium. Gamet jantan dan
betina yang tidak dapat dibedakan disebut isogamet. Jika jelas berbeda
disebut anisogamet yang berciri besar dan kecil,atau heterogamet (bila
beda jenis kelamin). Pada jamur tingkat rendah dijumpai gamet –
gamet yang dapat bergerak (planogamet). Sel telur adalah suatu
aplanogamet, sedangkan anterozoida adalah planogamet.
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Persatuan planogamete
Merupakan persatuan 2 gamet yang dapat bergerak, untuk itu
disebut planogametogami. Kalau persatuan terjadi antara dua
gamet yang berbeda ukuran, atau planogamet yang satu dapat
bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan itu disebut
anisogametogami.
2) Kontak antara gametangium
Pada spesies jamur yang tidak menghasilkan sel kelamin,
plasmogami dapat terjadi langsung antara dua gametangium yang

18
kompatiabel, sedang masing-masing gametangium selama
plasmogami terjadi tidak mengalami perubahan. Lewat suatu
lubang atau saluran kecil yang terjadi antara kedua gametangium
yang mengadakan kontak. Mengalirlah inti atau inti-inti dari
anteridium ke oogonium.
3) Persatuan antara gametangium dengan gametangiogami
Pada gametangiogami terjadi perpindahan seluruh isi anteridium ke
oogonium,dalam hal ini ada dua cara : Pertama, antara anteridium
dan oogonium terbentuk lubang atau saluran, sehingga seluruh
protoplast dari anteridium pindah ke oogonium lewat lubang atau
saluran tersebut. Kedua, gametangium luluh menjadi satu tubuh
baru.
1) Spermatisasi
Beberapa jamur tingkat tinggi menghasilkan semacam konidia
kecil berinti satu disebut spermatia.spermatia dapat dibawa angin,
air, serangga yang berguna untuk membuahi gametangium betina.
2) Somatogami
Pada jamur tingkat tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin
maupun sel kelamin dan persatuan antara protoplas antara dua jenis
yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap hifa dari jenis yang
satu dengan hifa jenis yang lainnya. Somatogami terdiri dari
peristiwa.
a) Terjadinya inti diploid dalam miselium yang heterokariotik
b) Pembiakan inti diploid, bersama-sama dengan pembiakan inti-
inti haploid dalam miselium yang heterokariotik
c) Terjadi pemisahan inti haploid hingga terkurung dalam sel yang
homo kariotik, kemudian tumbuh menjadi miselium baru.
d) Terjadinya meiosis dan mitosis yang mengakibatkan adanya
inti- inti haploid lagi.

19
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pertumbuhan secara umum dapat didefinisikan sebagai pertambahan
secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme
multiseluler (banyak sel), yang dimaksud pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah sel per organisme, dimana ukuran sel juga menjadi lebih besar. Pada
organisme uniseluler (bersel satu/tunggal) pertumbuhan adalah penambahan
jumlah sel, yang juga berarti pertambahan jumlah organisme yang membentuk
populasi atau suatu biakan.
Waktu generasi bakteri dapat ditentukan dengan pemeriksaan
mikroskopik. Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari beberapa fase yaitu
fase I (fase adaptasi/lag) dimana pada fase ini mikroorganisme masih
menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungan disekitarnya., fase
II (fase pertumbuhan awal) sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih
rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri, fase III (pertumbuhan
eksponensial) kecepatan pertumbuhan sangat cepat dipengaruhi oleh medium
tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, suhu dan kelembapan
udara, fase IV (fase pembiakan diperlambat) pertumbuhan jasad renik
diperlambat, karena beberapa sebab, misalnya zat nutrisi di dalam medium
sudah sangat berkurang, adanya zat hasil-hasil metabolisme yang mungkin
beracun atau dapat menghambat pertumbuhan jasad renik, fase V (fase
pertumbuhan tetap/statis) jumlah populasi sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati serta sel-sel menjadi lebih tahan terhadap keadaan
ekstrem seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia, fase VI (fase
kematian) sebagian populasi jasad renik mulai mengalami kematian karena
nutrient di dalam medium sudah habis dan energi cadangan di dalam sel sudah
habis. Faktor-faktor pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh suplai
nutrisi, suhu/temperatur, keasaman/kebasaan (pH), ketersediaan oksigen.

20
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, 2001.  Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang:


Universitas Muhammadiyah Malang.

Darneti. 2006. Pengantar Mikrobiologi. Andalas University Press : Padang. 


 
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Pelczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press : Jakarta.

Pratiwi, Slyvia T. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Erlagga : Jakarta.

Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah


MalangPrees. Malang.

21

Anda mungkin juga menyukai