Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

NUTRISI DAN MEDIA MIKROBA

MATA KULIAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN 2

NAMA :

SHAREN MARLEF HUNINGKOR

NIM :

191420102

JURUSAN KEPERAWATAN

STIKES RANA WIJAYA SINGARAJA

2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai nutrisi
dan media mikroba, sehingga mahasiswa memiliki bekal teori yang nantinya akan sangat
bermanfaat dalam melaksanakan praktik di lapangan.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Singaraja, 21 April 2020

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR. ................................................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................4

1.2 TUJUAN .....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PERAN NUTRISI PADA MIKROBA .......................................................................5

2.2 MACAM NUTRISI MIKROBA……………….…………………………………....5

2.3 SUMBER ENERGI MIKROBA…………………………………………………….7

2.4 PENGAMBILAN NUTRISI OLEH MIKROBA PADA LINGKUNGAN DAN


MAKHLUK HIDUP………………………………………………………………….....10

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………….…….12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan untuk keperluan hidupnya. Bahan
makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga
dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik
dari lingkungan, bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrien (zat gizi) (Wauyo,2007).

Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bionergenetik (reaksi yang menghasilkan energi). Nutrien
merupakan sumber materi dan energi untuk membentuk komponen sel dan melakukan segala
kegiatan hidup dalam sel. Setiap unsur nutrien mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel
(Ristiati, 2000). Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Mikroorgonasme menggunakan sumber-sumber nutrien dapat dalam bentuk padat dan


ada juga yang menggunakan sumber nutrien dalam bentuk cair (larutan). Dalam makalah ini kan
dijelaskan lebih lanjut mengenai peran nutrisi, macam-macam nutrisi, sumber energi mikrobia
dan dampak pengambilan nutrisi oleh mikrobia pada lingkungan dan makhluk hidup.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui peran nutrisi pada mikrobia.

2. Mengetahui macam-macam nutrisi yang diperlukan mikrobia.

3. Mengetahui sumber energi mikrobia.

4. Mengetahui dampak pengambilan nutrisi oleh mikroba pada lingkungan dan mahkluk
hidup

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Peran Nutrisi pada Mikrobia

Tiap makhluk hidup itu mengadakan pertukaran zat atau metabolisme, yaitu mengambil
atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa-sisa (sampah) yang tidak diperlukan
lagi. Dalam metabolisme ini diperlukan zat makanan sebagai pemicu metabolisme dalam
makhluk hidup, dalam lingkup yang kita bicarakan saat ini adalah mikrobia.

Zat makanan inilah nutrisi bagi makhluk hidup, termasuk mikrobia. Tidak semua bakteri
membutuhkan zat makanan yang sama. Ada bakteri yang bisa hidup hanya dengan zat-zat
anorganik, tapi ada juga yang hanya bisa hidup di zat organik, misalnya basil tbc. Bahkan ada
juga yang tidak dapat hidup di luar tuan-rumah (hospes), misalnya Treponema pallidum yang
merupakan patogen dari penyakit sipilis (raja singa) (Dwidjoseputo, 2005).

Nutrisi yang didapatkan dari lingkungan ini, baik organik maupun anorganik, kemudian
akan diasimilasikan dalam tubuh mikrobia tersebut dan kemudian dikonversi menjadi penyusun-
penyusun sel mikrobia tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan hidup mikrobia
tersebut. Namun untuk melakukan asimilasi maupun konversi zat makanan ini diperlukan energi
yang cukup. Energi ini pun diperoleh dari nutrisi itu, sehingga hasil asimilasi dan konversi bukan
hanya untuk menyusun sel mikrobia saja tapi juga sebagian dirombak untuk menghasilkan energi
yang akan digunakan untuk asimilasi dan konversi selanjutnya.

2.2 Macam Nutrisi Mikrobia

Kita biasa mendengar istilah nutrisi dan nutrien, namun kedua kata ini sebenarnya
memiliki arti yang cukup berbeda. Nutrien merupakan substansi yang diperlukan mikrobia untuk
mensintesis komponen sel sehingga dapat memperoleh energi untuk pertumbuhan mikrobia
tersebut. Sedangkan nutrisi adalah nutrien di lingkungan yang akan diubah atau ditransformasi
menjadi senyawa yang lebih mudah terlarut sehingga mudah masuk ke dalam sel (Darkuni, tanpa
tahun).

5
Menurut sifat nutrisi yang diperlukan bakteri terutama mengenai sumber karbon dan
nitrogen serta cara mendapatkan nutrisinya, maka mikrobia dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu autotrof dan heterotrof (autos = sendiri, heteros = lain, trophein = memiara). Mikrobia
autotrof ini dapat hidup di tempat berisikan zat-zat anorganik. Kebutuhan akan zat karbon dapat
diperoleh dari CO2 atau karbonat (-CO3), sedangkan nitrogen dari ion-ion NH4+, NO3-, atau N2
bebas. Jika energi yang dibutuhkan itu diperoleh dengan mengoksidasikan hidrogen, karbon
monoksida, besi, belerang, amoniak, atau nitrit, maka bakteri ini disebut bakteri kemosintetik.
Sebaliknya, jika bakteri mempunyai kemampuan untuk memperoleh energi dengan bantuan
sinar, maka disebut bakteri fotosintetik (Dwidjoseputo, 2005).

Mikrobia heterotrof membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya. Mungkin


sekali selain zat anorganik, suatu mikroba tertentu membutuhkan vitamin dari B-kompleks atau
zat organik lain. Mikrobia heterotrof saprobakteri (sapros = sampah) hidup dari zat-zat organik
yang telah berupa sisa-sisa atau sampah, sedangkan mikrobia parasit hidup dari zat-zat organik
yang masih di dalam makhluk hidup (Dwidjoseputo, 2005).

Pada kenyataannya, nutrien harus larut dalam air agar dapat memasuki sel bakteri.
Sumber karbon untuk mikroba ini bisa dari mana saja, baik sintetik maupun senyawa organik,
yang digunakan oleh beberapa mikroba sebagai sumber karbon untuk sintesis protoplasmanya.
Akan tetapi kebanyakan organisme penyebab penyakit memperoleh persediaan karbon dengan
memetabolisme karbohidrat dan protein yang sederhana (Volk, dan Wheeler, 1984).

Karena semua protein dan asam nukleat mengandung nitrogen, jelas sejumlah nitrogen
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Beberapa organisme memperoleh nitrogen dari udara
(penambatan nitrogen); yang lain dapat menggunakan sumber nitrogen anorganik seperti garam
amonium atau beberapa mungkin memerlukan nitrogen yang terikat secara organik seperti
glutamin, asparagin, atau cernaan peptida (Volk, dan Wheeler, 1984).

Kebanyakan mikrobia membutuhkan zat-zat anorganik seperti garam-garam yang


mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl, S, dan P, sedangkan spesies tertentu masih membutuhkan
tambahan mineral seperti Mn dan Mo. Selain yang sudah disebutkan, bakteri juga memerlukan
sumber-sumber makanan yang mengandung C, H, O, dan N yang berguna untuk menyusun
protoplasma. Unsur-unsur ini dapat diambil dalam bentuk elemen oleh beberapa spesies, akan

6
tetapi bebrapa spesies yang lain hanya dapat mengambil unsur-unsur tersebut dalam bentuk
senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan lain sebagainya (Dwidjoseputo, 2005).

Nutrien ini sendiri dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu makronutrien dan
mikronutrien. Makronutrien yang dimaksud disini adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah
yang cukup besar, seperti C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, dan Fe. Sedangkan mikronutrien
merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup sedikit, misalnya Mn, Mo, Zn, Cu,
Ni, Bo, Cl, Na, Si, dan masih banyak lagi (Darkuni, tanpa tahun).

Banyak bakteri yang masih memerlukan zat-zat tambahan seperti vitamin-vitamin dari B-
kompleks, beberapa macam asam amino, asam lemak, hematin, sel-sel darah merah, purin,
pirimidin, nukleotida, dan kadang-kadang asam cuka. Kebutuhan bakteri akan zat-zat tersebut
dapat digunakan untuk menyelidiki macam-macam zat yang terkandung dalam buah-buahan,
sayuran, daging, dan zat-zat lain yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan maupun hewan. Jika
suatu spesies yang memerlukan vitamin B ditanam di dalam medium pokok yang tidak
mengandung vitamin B, pastinya bakteri tersebut tidak dapat hidup. Akan tetapi kalau medium
ditambahkan bahan dari buah-buahan atau bahan makanan lain dan bakteri tersebut hidup, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam bahan makanan tersebut terdapat vitamin B. Kesuburan
pertumbuhan koloni bakteri selama 24 jam sampai 48 jam mencerminkan banyak sedikitnya
(kuantitas) vitamin B yang terkandung di dalam bahan makanan tersebut (Dwidjoseputo, 2005).

2.3 Sumber Energi Mikrobia

Semua bentuk kehidupan mulai dari mikroba sampai kepada manusia mempunyai
persamaan dalam hal persyaratan nutrisi tertentu dalam bentuk zat-zat kimiawi yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan fungsinya yang normal. Nutrien merupakan sumber materi dan energi
untuk membentuk komponen sel dan melakukan segala kegiatan hidup di dalam sel (Ristiati,
2000). Nutrien adalah substansi anorganik dan organik yang melintasi membran, nutrisi
diperoleh dengan mengubah molekul-molekul protein, karbohidrat dan lipida yang kompleks
menjadi molekul yang sederhana yang larut sehingga dapat memasuki sel (Volks dan Wheeler,
1988). Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Mikroba

7
memerlukan nutrien sebagai sumber energi untuk menyusun komponen sel seperti senom,
membran plasma dan dinding sel. Bahan makanan yang digunakan oleh mikroba dapat berfungsi
sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Secara
garis besar nutrien bagi mikroba dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber
karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen
(Sumarsih, 2003).

1. Air

Air pada organisme berfungsi untuk membantu fungsi-fungsi metabolik dan


pertumbuhannya. Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Fungsi air adalah
sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai
pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme. Pada mikroorganisme semua nutrien harus
dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki selnya (Waluyo, 2007).

2. Sumber Energi

Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang
dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari. Berdasarkan atas sumber energi
organisme dibedakan menjadi organisme fototrof, jika menggunakan energi cahaya; dan
khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan atas sumber energi dan
karbonnya, maka dikenal organisme fotoototrof, fotoheterotrof, khemoototrof dan
khemoheterotrof (Sumarsih, 2003).

3. Sumber karbon

Sejumlah organisme membutuhkan sejumlah karbon dalam bentuk senyawa


karbondioksida, tetapi kebanyakan diantaranya juga membutuhkan beberapa senyawa organik,
seperti gula dan karbohidrat (Waluyo,2007). Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk
senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein,
asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa

8
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama
untuk tumbuhan tingkat tinggi.

4. Sumber aseptor elektron

Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat
yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron.
Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor
elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4, CO2, dan Fe3+ (Sumarsih, 2003).

5. Sumber mineral

Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.
unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang
digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu,
dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut
unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro.
Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat
masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain
berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose,
kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential) medium
(Sumarsih, 2003).

6. Faktor tumbuh

Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
(sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber
karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan
dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor
9
tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin,
sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim
(Sumarsih, 2003).

7. Sumber nitrogen

Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino,
protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya.
Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara.
Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen (Sumarsih, 2003).

2.4 Pengambilan Nutrisi oleh Mikrobia pada Lingkungan dan Makhluk Hidup

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan


dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok
mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan
cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor
abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik (Sumarsih, 2003).

Untuk dapat bertahan di alam maka mikroba harus mampu tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat. Hal ini hanya mungkin dicapai jika mikroba dapat melakukan pengambilan nutrien
secara efisien sebab di alam terjadi persaingan memperebutkan nutrien yang jumlahnya terbatas.
Oleh karena itu, mikroba harus beradaptasi terhadap kompetensi nutrisi ini, misalnya
Pseudomonas cepacia mampu menggunakan 105 macam sumber karbon dan energi. Mikroba
harus ditumbuhkan dalam biakan murni karena itu haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang
disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum
bagi pertumbuhannya. Beberapa bakteri mempunyai persyaratan nutrien yang sederhana
sedangkan yang lain mempunyai persyaratan yang rumit. Beberapa spesies tumbuh pada suhu
rendah 0 derajat celcius, sedangkan yang lain tumbuh pada suhu sampai 75 derajat celcius.
Beberapa membutuhkan oksigen bebas sedangkan yang lain dihambat oleh oksigen. Karena

10
alasan ini maka kondisi harus disesuaikan sehingga menguntungkan bagi mikroba tertentu dalam
pertumbuhannya (Ristiati, 2000).

Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrien, mikroba dapat dibagi menjadi jasad


osmotrof dan jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya
pada bekteri dan fungi. Sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu
dicerna di dalam vakuola makanan (Ristianti,2000).

Berdasarkan proses nutrisi donor hidrogen dan sumber karbon mikroba dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:

- Mikroorganisme autotrof: Suatu mikroorganisme dikatakan autotrof apabila


mikroorganisme tersebut mampu memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon sel dengan cara
fiksasi CO2. Jasad autotrof dapat mensintesis sendiri kebutuhan hidup dari senyawa-senyawa
anorganik dan ini merupakan karakteristik bagi tumbuhan yang mempunyai klorofil.

- Mikroorganisme heterotrof: Suatu mikroorganisme dikatakan heterotrof apabila


mikroorganisme tersebut mampu memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon selnya dari
senyawa-senyawa organik. Jasad yang heterotrof tidak mampu mensintesis makanannya sendiri
sehingga hidupnya dapat sebagai saprofit atau parasit (Tarigan, 1998).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
11
1. Peran nutrisi pada mikroba sebagai penghasil energi dalam tubuh untuk
mempertahankan hidup mikroba tersebut.

2. Nutrisi yang dibutuhkan mikroba tergantung dari sifat nutrisi, cara mendapatkan,
dan banyak sedikitnya nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme mikroba ini.

3. Nutrien bagi mikroba dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi,
sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber
nitrogen.

4. Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrien, mikroba dapat dibagi menjadi jasad


osmotrof dan jasad fagotrof. Berdasarkan proses nutrisi donor hidrogen dan sumber
karbon mikroba dibagi menjadi dua jenis mikroorganisme autotrof dan mikroorganisme
heterotrof

DAFTAR PUSTAKA

Darkuni, M. Noviar. Tanpa tahun. Satuan Acara Perkuliahan dan Materi Pokok Mikrobiologi.
Malang.

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan


12
Hastuti, Utami Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press

Lud, Waluyo. 2012. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UPN Veteran.

Tarigan, Jeneng. 1998. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DEPDIKBUD Dirjen Pendidikan


Tinggi Proyek Penggembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Volk, Wesley A. dan Wheeler, Margaret F. 1984. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai