Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIOGRAFI SINGKAT IMAM HANAFI


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah Kemathlaul Anwaran

Disusun oleh : Kelas I C 1) Siti Aminah 2) Hetty Yulia 3) Yulia

PROGRAM STUDI DIKSATRASIADA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN 2012/2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. DAFTAR ISI .........

ii iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah .. C. Manfaat dan Tujuan............................................................. BABA II PEMBAHASAN A. Biografi Imam Hanafi ........................................................ B. Asal Usul Madzhab Imam Hanafi ........................................ C. Dalil Dalil yang Digunakan Imam Hanafi ............................ D. Metode dalam Pengistinbatan Hukum Oleh Imam Hanafi............ BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 10 3 5 7
8

1 2 2

DAFTAR PUSTAKA...

11

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Biografi Singkat Imam Hanafi tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini penulis wujudkan sebagai tindak lanjut atas tugas mata kuliah Kemathlaul Anwaran . Di samping itu, makalah ini juga direalisasikan sebagai upaya penulis mengaplikasikan segenap kemampuan mengenai Ibnu Taimiyah Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Dosen Mata Kuliah Kemathlaul Anwaran, karena senantiasa memberikan inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu bersemangat menggeluti jam demi jam perkuliahan Kemathlaul Anwaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekanrekan mahasiswa yang telah berkontribusi positif terhadap persiapan dan pengerjaan makalah sederhana ini. Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kontruktif dari segenap pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi sivitas akademika Universitas Mathlaul Anwar.

Pandeglang,

Januari 2013

Penyusun

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Islam pada masa Rasulallah masih hidup apabila terdapat kekurangan paham terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan kepada rasulallah, sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian sepeninggalan rasulallah para sahabat menggunakan pengalaman yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika msih hidup. Ketika sampai kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada al- quran, as sunah, dan kepada perkataan sahabat. Seiring prekembangan jaman persoalan semakin bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi permasalahan ditemukan dalam al quran, as sunah, maupun perkataan sahabat. Sehingga dilakukan jakan ijtihad sendiri, termasuk melakukan qiyas (analogi) sebagai syara. Sehingga seiring perkembanngan waktupun banyak terjadi perbedaan madzhab. Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embriio dari perbedaan madzhab ini adalah karena terjadi perbedaan cara pandang dan analisis terhadap nash (teks), walaupun semua mempunyai dasar yang sama yaitu al quran dan hadis. Namun perbedaab tersebut dianggap wajar oleh para ulama fiqih. Karena berbagai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya faktor intuisi, interaksi sosial budaya, dan faktor adaptasi perkembangan jaman. Madzhab dalam hukum islam pun semakin bermunculan. Sebagai contoh ada madzhab sunni yang terdiri dari madzhab Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hambali. Sedangkan madzhab syii terdiri dari madzhab Zaidi dan Jarani yang semua itu perlu untuk kita ketahui sebagai pertimbangan dalam kita melaksanakan keislaman. Dalam makalah ini kami bermaksud menuliskan salah satu dari macam macam madzhab tersebut, yaitu madzhab Hanafi. Tentang bagaimana biografi beliau, pola pikir beliau, apa saja dalil dasar yang digunakan, dan bagaiman penerapan hukum beliau dalam realita. Kami akan menjawab pertanyaan itu dalam makalah ini. Semoga bermanfaat.

B. Rumusan Masalah 1) Bagaimanakah sejarah kehidupan Imam Hanafi ? 2) Bagaimana asal muasal madzhab Imam Hanafi ? 3) Apakah dalil dalil yang digunakan Imam Hanafi ? 4) Apakah Metode yang digunakan dalam menetapkan hukum (istinbat) ? 5) Apakah contoh perbedaab madzhab imam hanafi dari madzhab imam lain?

C. Manfaat dan Tujuan Untuk mengetahui lebih mendalam tentang latar belakang Imam Hanafi, asal muasal madzhab Imam Hanafi, tata cara pengambilan hukum, dan hal ihwal yang berhubungan dengan Imam Hanafi, Sehingga kelak bermanfaat untuk bekal pelajaran mata kuliah Kemathlaul Anwaran

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Hanafi Abu Hanifah al-Nu'man bin Stabit bin Zautha dilahirkan di Kufah pada tahun 80 H/699. Orang tuanya berasal dari keturunan Persia dan ketika ia masih dalam kandungan di bawa pindah ke Kufah dan menetap di sana hingga Abu Hanifah lahir. Beliau wafat pada bulan Rajab pada tahun 150 H dengan usia 70 tahun, dan dia dishalatkan banyak orang bahkan ada yang meriwayatkan dishalatkan sampai 6 kloter. Menurut cerita, ketika Zautha bersama anaknya Stabit ( ayah Abu Hanifah ) berkunjung kepada Ali bin Abi Thalib, dengan serta merta kedua orang ini didoakan agar mendapat keturunan yang mulia. Abu hanifah dibesarkan di Kufah dan dikota ini ia mulai belajar dan menimba ilmu pengetahuan sebanyakbanyaknya. Setelah itu bepergian ke Hijaz, terutama di Mekkah dan Madinah untuk menambah dan memperdalam ilmu dan wawasan yang luas. Ia berusaha memahami pemikiran hukum yang bersumber dari Umar dan Ali bin Abi Thalib melalui sahabat -sahabat mereka. Termasuk diantaranya ialah Hammad bin Abi Sulaiman, ibrahim al nakhai, abdulah bin mashud dan abdulah bin abbas. Ia pernah bertemu dengan beberapa sahabat rasulullah seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Auqa di Kufah, Sahal bin Sa'ad di Madinah dan Abu Thufail Ibnu Wailah di Mekah. Karya karyanya yang sampai kepada kita adalah kitab al-Fiqul Akbar, Kitab Al-Risalah, kitab Al- 'Alim wal Mutallim dan kitab Al-washiyah. Tidak ada buku fiqih karya abu Hanifah. Meskipun demikian tulisan murid-muridnya telah merekam secara lengkap semua pandangan fiqih Abu Hanifah hingga menjadi ikutan kaum muslimin. Muridnya antara lain Abu Yusuf bin Ibrahim Al-Auza'I, Zafr bin Al - Ajil bin Qois, Muhammad bin Hasan bin Farqad al-syaibani dan alHasan bin Ziyad al-lu'lu'I . murid-murid inilah yang merekam dan menulis pemikiran Abu Hanifah, baik bidang akidah maupun bidang hukum. Murid-murid di bidang tasawuf antara lain Ibrahim bin Adham Fudhail bin 'lyad, Dawud al -

Tha'I dan Bisyt al-Hafi. Abu Hanifah memiliki ilmu yang luas dalam semua kajian Islam hingga ia merupakan seorang mujtahid besar (imamul a"zdam ) sepanjang masa. Meskipun demikian ia hidup sebagaimana layaknya dengan melakukan usaha berdagang dalam rangka menghidupi keluarga. Dengan prinsip berdiri di atas kemampuan sendiri, ia prihatin juga terhadap kepentingan kaum muslimin , terutama bagi mereka yang berhajat akhlak yang mulia yang dimilikinya mampumengendalikan hawa nafsu, tidak goyah oleh imbauan jabatan dan kebesaran duniawi dan selalu sabar dalam mengahadapi berbagai cobaan. Meskipun ia berdagang ia hidup sebagaikehidupan sufi dengan zuhud, wara, dan taat ibadah. Kalau kita hayati kehidupannya maka akan rampak kepada kira bahwa Abu Hanifah hidup dengan ilmu dan bimbingan umat dengan penuh kreatif, hidup dengan kemampuan sendiri tidak memberatkan orang lain. Disamping menjalankan usaha dagangnya. ia juga hidup dengan ibadah yang intensif siang dan malam. Khalifah al-Manshur akan mengangkat hakim agung dengan memiliki salah satu diantara 4 orang ulama besar: Abu Hanifah, Sofyan Tsauri, Mis'ar bin Kidam, dan Syuraih. Abu Hanifah menolak jabatan dan tidak mau dibantu oleh penguasa. Ketika Abu Ja'far al-Manshur menghadiahkannya 10.000 dirham, Abu Hanifah menolak. Seorang sahabatnya berkata kepadanya:" kepada anda diberikan dunia anda menolaknya padahal anda berkeluarga". Abu Hanifah menjawab:" keluargaku kuserahkan kepad allah, sedang makananku sebulan cukup dua dirham saja. Dalam kehidupan, disamping memiliki akhlak dan tingkah laku mulia, ia selalu menjaga kesucian diri dan harta, disamping ia selalu dalam peribadahan selama 40 tahun Abu Hanifah memenuhi malam malamnya dengan shalat dan selama itu shalatnya subuh dilaksanakan dengan wudhu pada waktu isya. Dan dalam shalatnya itu dibacanya al-Quran dan konon kerika ia meninggal ia telah menghatamkan al-Quran 7000 kali. Ilmu yang dimiliki oleh Abu Hanifah demikian luas terutama temuantemuannya dibidang hukum dan memecahkan masalah-masalahnya sejumlah 60.000 masalah hingga di digelar dengan imam al-A'zdam dan kuluasan ilmunya

itu diakui oleh imam Syafi'I beliau berkata:"manusia dalam bidang hukum adalah orang yang berpegang kepada Abu Hanifah ". Tampak ilmu Abu Hanifah bukan hanya bidang hukum tetapi juga miliputi bidang lainnya termasuk tasawuf. Menurut Yahya bin Mu'azd al-Razi dalam suatu mimpi ia bertemu dengan rasulullah dan bertanya:"wahai Rasulullah di mana akan aku cari engaku?". Rasulullah menjawab:"di dalam ilmu Abu Hanifah ", demikian Rasulullah.

B. Asal Usul Madzhab Imam Hanafi Madzhab Hanafi merupakan salah satu dari madzhab empat dari golongan sunni. Madzhab ini berkedudukan di Kufah, nama dari madzhab ini diambil dari ulama yang bernama an-Numan bin Tsabit (80 H-150 H) yang lebih dikenal dengan julukan atau gelar Imam Abu Hanifah. Ada beberapa riwayat tentang asal-usul beliau mendapat julukan atau gelar Abu Hanifah tersebut, ada yang mengatakan karena salah saru anaknya bernama Hanifah. Ada lagi yang meriwayatkan karena beliau begitu dekat dan eratnya berteman dengan tinta guna menulis dan mencatat ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya, maka beliau dijuluki dengan Abu Janifah karena Hanifah dalam bahasa Irak berarti tinta. Sementara riwayat yang lain menyatakan bahwa gelar tersebut diberikan oleh masyarakat karena ketaatan dan ketekunannya dalam beribadah kepada Allah Gelar ini diambil dari bahasa Arab Haniif yang berarti berpegang teguh pada ajaran yang benar. Imam Abu Hanifah dilahirkan di kota kufah, Irak pada tahun 80 Hijriyah. Ayah beliau, Tsabit adalah pedagang sutera dari Persia. Usaha inilah yang kemudian diwarisi oleh Abu Hanifah. Sebagai pedagang sutera beliau dikenal sebagai orang yang selalu benar, jujur serta amanah dalam berdagang. Meskipun besar di lingkungan pedangang, Abu Hanifah tetap mempunyai kecenderungan yang tinggi dalam memperdalam ilmu-ilmu agama. Beliau terkenal sebagai orang yang sangat cerdas, kecerdasan beliau dapat diketahui dari pengakuan para tokoh dan ilmuwan, antara lain:

1) Imam Ibn al-Mubarak, yang mengatakan: Aku belum pernah melihat lakilaki yang lebih cerdik daripada Imam Abu Hanifah. 2) Imam Ali bin Ashim, yang mengatakan: jika sekiranya ditimbang akal Abu Hanifah dengan akal penduduk kota ini, tentu akal mereka dapat dikalahkannya. 3) Raja Harun al-Rasyid pernah berkata: Abu Hanifah adalah seorang yang dapat melihat dengan akalnya atas sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata kepalanya. 4) Imam Abu Yusuf, berkata: Aku belum pernah bersahabat dengan orang yang kecerdasan dan kecerdikannya melebihi kecerdasan akal pikiran Abu Hanifah. Dari ungkapan dan pernyataan para tokoh dan ilmuwan di atas, dapatlah diketahui dan dibayangkan betapa cerdik dan cerdasnya seorang Abu Hanifah, hal inipun terbukti dengan mashurnya nama beliau hingga saat ini sebagai mujtahid. Abu Hanifah dikenal sebagai orang yang rajin menuntut ilmu. Pada awalnya beliau mempelajari semua ilmu yang bertalian dengan agama, dan setelah menguasai berbagai ilmu, beliau mulai memfokuskan diri pada bidang fiqh. Beliau belajar fiqh pada seorang ulama bernama Hammad bin Abi Sulaiman yang merupakan salah satu ulama besar pada saat itu. Beliau menimba ilmu dari gurunya tersebut selama kurang lebih hingga gurunya meninggal pada tahun 120 H. Hammad bin Abi Sulaiman, adalah guru beliau yang sering memberikan kepercayaan dan mewakilkan kepada beliau dalam mengajarkan agama dan memberikan fatwa, kepercayaan tersebut diberikan oleh gurunya karena kecerdasan dan keluasan wawasan beliau dalam mengupas dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada terutama fiqh. Kepandaian beliau juga diakui oleh Imam Malik dan Imam Syafii, dalam hal ini terlihat dari ungkapan yang dilontarkan oleh Imam Malik ketika ditanya seseorang. Pernahkah anda melihat Imam Abu Hanifah?..Imam Malik menjawab: Ya, saya pernah melihatnya. Ia adalah seorang laki-laki, jika anda berkata tentang tiang ini supaya ia jadikan emas, niscaya ia akan memberikan

alasan-alasannya. Sementara Imam asy-SyafiI pernah berkata: Manusia adalah keluarga dalam ilmu fiqh dan menjadi anak buah Imam Abu Hanifah. Setelah gurunya meninggal, beliau menggantikan posisinya sebagai guru dan menjadi ulama terkenal di Kufah. Beliau banyak mengeluarkan fatwa dalam masalah fiqh. Fatwa-fatwanya itulah yang merupakan dasar dalam pemikiran Madzhab Hanafi yang dikenal sampai saat ini. Beliau juga dikenal ahli dalam merumuskan kaidah dan pedoman dalam berijtihad, karena itulah maka Imam Abu Hanifah dikenal oleh para fuqaha sebagai mujtahid mustaqil , yang mampu melakukan kajian-kajian fiqh secara mandiri, dan tercipta madzhab fiqh yang dinisbatkan pada diri beliau.

C. Dalil Dalil yang Digunakan Imam Hanafi Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama Ahl ar-Rayi. Meskipun Abu Hanifah pernah bermukim di Makkah dan mempelajari hadits-hadits Nabi, serta ilmu-ilmu lain dari para tokoh yang beliau jumpai, akan tetapi pengalaman dan ilmu yang beliau peroleh dari luar Kufah digunakan untuk memperkaya koleksi hadits-haditsnya. sementara metodologi kajian fiqhnya mencerminkan aliran Ahl ar-Rayi yang beliau pelajari dari Imam Hammad, dengan Al-Quran dan asSunnah sebagi sumber pertama dan kedua. Apabila beliau tidak menemukan ketentuan yang tegas tentang hukum persoalan yang dikajinya dari perkataan sahabat baik dalam bentuk ijma maupun fatwa. Kalau ketiganya tidak menyiratkan secara eksplisit tentang persoalanpersoalan tersebut, maka beliau mengkajinya melalui qiyas dan ikhtisan, atau melihat tradisi-tradisi yang berkembang dalam masyarakat yang ditaati secara bersama-sama. Dikenalnya Imam Abu Hanifah sebagai ahli pikir (Ahl ar-Rayi) antara lain karena pemikiran-pemikiran beliau yang berdasar kepada kaidah yang dianggap lepas. Adapun contoh pemikiran itu antara lain: 1) Kemudahan dalam beribadah, contoh: ketika di malam yang gelap atau di saat sulit menentukan arah kiblat, maka hukum sholatnya adalah sah, tetapi dengan syarat dia sudah berusaha mencari arah kiblat.

2) Memelihara kehormatan dan perikemanusiaan, contoh: anak perempuan yang umurnya sudah mencapai umur untuk mencari pasangan dari wali, karena perkawinan

hidup tidak dibenarkan adanya paksaan secara paksa hukumnya tidak sah.

3) Memberikan kuasa penuh pada Raja atau Pemimpin-pemimpin negara, contoh: Raja atau pejabat negara berhak mengendalikan kekayaan negara seperti tanah dan sebagainya demi kemashlahatan bersama.

D. Metode dalam Pengistinbatan Hukum Oleh Imam Hanafi Metode yang digunakan dalam menetapkan hukum (istinbat) berdasarkan pada tujuh hal pokok : 1.Al-Quran Alquran adalah sumber utama yang digunakan oleh imam hanafi, alquran mengandung berbagai ketentuan syariah, oleh karenanya al-quran berperan sebagai rujukan dalam proses kajian segala permasalahan hukum agama. 2.As-sunnah As-sunnah berfungsi sebagai penerang dan penjelas al-quran,merinci kandungan al-quran yang masih bersifat umum .mzhab hanafi mensyaratkan

hadist dan asunnah dengan kualifikasi yakni harus sohih, mutawattir, juga harus dikenal luas( masyhur).kualifikasi ini di maksudkan untuk membentengi terhadap adanya hadis palsu. 3.Perkataan sahabat Menurut mazhab hanafi, para sahabat adalah orang yang membawa ajaran rosul kepada generasi sesudahnya, maka perkataan dan pernyataan mereka lebih dekat kepada kebenaran. Perkataan sahabat dibagi menjadi 2 bagian yaitu ijma dan pendapat pribadi sahabat. Dalam hal ini ijma lebih di dahulukan ,baru jika ada pendapat yang berbeda dari para sahabat yang bukan merupakan hasil ijma, maka imam hanafi memilih pendapat yang di pandang paling memadai dalam menjawab dan menyelesaikan persoalan.

4.Al-Qiyas Jika dalam al-quran ,assunnah dan perkataan sahabat tidak ditemukan jawaban atau hukum atas persoalan yang dihadapi, maka imam hanafi berpegang pada qiyas.Beliau merasa tidak harus menerima rumusan hukum dari murid-murid para sahabat ketika tidak mempunyai bukti yang jelas dan kuat. Beliau merasa bahwa dirinya setara dengan para sahabat dan melakukan ijtihad sendiri berdasarkan prinsip-prinsip al qiyas yang telah di bangumya bersama para muridnya. 5.Al-ihtisan Al-ihtisan artinya berpindahnya seorang mujtahid dari suatu dalil qiyas kepada qiyas yang lain yang lebih kuat pengaruhnya ataulebih sesuai bagi kepentingan manusia, meskipun bisa saja secara teknis dalil qiyas yang digunakan lebih lemah dari pada dalil qiyas yang di tinggalkan. Memang diakui dalam mazhab ini bahwa al-ihtisan tidak diragukan lagi sebagai salah satu dalil dalam menentukan suatu hukum. 6.Al-Urf Mazhab hanafi akan menggunakan urf jika tidak aturan yang secara jelas ditemukan dalamal-quran,as-sunnah,serta pendapat sahabat serta tidak bisa pula dilakukan dengan cara qiyas maupun ihtisan. Urf sendiri berarti tradisi masyarakat baik berupa perkataan maupun perbuatan atau adat kebiasaan.namun demikian tidaksemua urf dapat dijadikan sebagai dasar atau dalil syara. Melainkan hanyalah urf yang tidak bertentangan dengan nash, sedangkan yang bertentangan jelas ditolak oleh mazhab hanafi.

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan Pebedaan dalam cara pandang terhadap suatu nash memang sangatlah beragam dalam dunia keislaman. Tetapi perku ditegaskan bahwa perbedaan pendapat dikalangan para imam madzhab tidak sampai merusak syariat, karena yang diperselisihkan bukan masalah ushul (pokok pokok) tetapi hanya masalah furu (cabang- cabang). Itupun hanya sebatas pada sudut pandang hukum, tidak sampi terjadi perpecahan di dalam umat islam. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang intinya bahwa : jika manusia ingin selamat dunia akhirat maka berpeganglah pada dua hal yaitu al qur;an dan hadis. Setelah dikaji secara keseluruhan ternyata semua imam madzhab menggunakan dalil dasar yang paling pokok, yaitu al quran dan hadis. Sekarang tinggal kita bersikap bijak menyikapi perbedaan tersebut. Semoga kita terhindar dan dijauhkan dari hal yang menyesatkan dan kita tetap berada di jalan yang diridhoi Allah SWT.

10

DAFTAR PUSTAKA

Chalil, Moenawar. 1994. Biografi Empat Sreangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang. Asy-syurbasi, Ahmad. 1991. Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab. Jakarta: Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai