Anda di halaman 1dari 5

KARAKTERISTIK UMUM SISTEM

PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH


Pada zaman Abbasiyah, konsep kekhalifahan berkembang sebagai
sistem politik. Menurut pandangan para pemimpin dinasti Abbasiyah,
kedaulatan yang ada pada pemerintahan (khalifah) adalah berasal
dari Allah. Bukan berasal dari rakyat sebagaimana diaplikasikan oleh
Abu Bakar dan Umar pada zaman Khulafaur Rasyidin. 

Hal ini dapat dilihat dengan perkataan al-Mansur "saya adalah sultan
Tuhan diatas buminya". Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuai dengan perubahan social, politik, ekonomi dan budaya
yang terjadi disetiap masa tersebut
Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi 5 fase pemerintahan, dan sistem
politik yang dijalankan oleh dinasti Abbasiyah I adalah :

1. Para khalifah tetap dari keturunan arab, sedang para Menteri,


panglima, gubernur, dan para pegawai lainnya dipilih dari
keturunan Persia dan mawali.
2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi
pusat kegiatan politik, ekonomi, social dan kebudayaan.
3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting
dan mulia.
4. Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia yang diakui
sepenuhnya.
5. Para Menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk
menjalankan tugasnya dalam pemerintahan.
Selanjutnya, dinasti Abbasiyah dalam periode II, III, dan IV
mengalami penurunan terhadap politik nya terutama kekuasaan
politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian sudah
tidak menghiraukan pemerintahan pusat, kecuali politik saja.
Panglima didaerah sudah berkuasa didaerahnya, dan mereka
mendirikan (membentuk) pemerintahan sendiri. Misalnya dinasti
Umayyah yang muncul kembali di Andalusia (Spanyol) dan dinasti
Fathimiyah. Pada awal masa berdirinya dinasti Abbasiyah ada 2
tindakan yang dilakukan oleh para khalifah guna mengamankan
dan mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau
timbulnya pemberontakan, yaitu tindak keras terhadap bani
Umayyah dan pengutamaan orang-orang turunan Persia.
Dalam menjalankan pemerintahan, Abbasiyah dibantu oleh
seorang wazir (perdana Menteri) dan jabatannya disebut
dengan wizarat. Sedangkan wizarat terbagi menjadi 2 yaitu,
Wizarat tanfiz (sistem pemerintahan presidensial) yaitu
wazir hanya sebagai pembantu khalifah dan bekerja atas
nama khalifah.
Wizarat tafwidl (parlemen cabinet) yang mana wazir
memiliki kuasa penuh atas pemerintahan dan khalifah
hanya sebatas formalitas lambang atau sebagai pengukuh
dinasti lokal atau gubernurnya khalifah.
Untuk membantu khalifah dalam menjalankan tata usaha negara
diadakan sebuah dewan yang bernama diwanul kitabah (secretariat
negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kitab (sekretaris negara),
dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu
beberapa raisul diwan (Menteri departemen). Tata usaha negara
bersifat sentral yang dinamakan an-Nidzamul Idary al-Markazy.
Selain itu, dalam zaman daulah Abbasiyah juga didirikan Angkatan
perang, Amirul umara, Baitul mal, organisasi kehakiman, dsb.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social, ekonomi dan
budaya

Anda mungkin juga menyukai