Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERADILAN AGAMA DI NEGARA MUSLIM

Tentang

SISTEM HUKUM DI MESIR

DISUSUN OLEH :

MELIA ROSA ( 1920040021)

DOSEN PEMBIMBING

Dr. YASRUL HUDA,M.A

PROGRAM PASCASARJANA PRODI HUKUM KELUARGA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2019 M / 1441 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengkodifikasian hukum Islam, sebelumnya masih termuat dalam kitab fiqih, menjadi
prestasi tersendiri bagi umat Islam. Hukum Islam yang termuat dalam kitab-kitab fiqih ini,
sebenarnya telah menjadi hukum dalam kehidupan umat Islam dalam beberapa abad lamanya.
Akan tetapi, upaya kodifikasi dalam suatu kitab undang-undang baru dimulai oleh Turki,
Majallah Al-Ahkam Al-Adliyah. Tujuannya adalah dengan hukum, Islam dapat
dioperasionalisasikan dengan mudah oleh umat Islam.

Keberadaan perundang-undangan ini secara khusus bertujuan untuk mengambil landasan


hukum yang mudah diperoleh, serta mengambil landasan hukum yang kuat yang telah
dipraktekkan oleh umat Islam. Tujuan ini selaras dengan tujuan pengkodifikasian hukum
pertama di Prancis dan Belanda, yakni agar ada kepastian hukum.

Kodifikasi Islam yang dimulai di Turki, ternyata berpengaruh besar terhadap Negara
Islam. Setiap Negara Islam proses kodifikasi tentu mengikuti mazhab setempat yang dianut oleh
masyarakatnya dan kecendrungan mazhab negara. Upaya pengembangan institusi hukum Islam
memerlukan penanganan pemerintah. Melalaui tiga aspek , yaitu institusi peradilan, kodifikasi
hukum Islam, dan organisasi hukum Islam.

Negara Muslim seperti Mesir dalam catatan sejarah pernah diduduki oleh beberapa
kerajaan, yaitu dimulai dari masa Fir’aun, Yunani, dan Romawi. Menurut A.J. Butler, penduduk
negara tersebut telah menyebabkan Mesir jatuh dalam situasi yang tidak menguntungkan, bahkan
seluruh organisasi pemerintahan di Mesir diarahkan untuk tujuan memeras keuntungan bangsa
terjajah untuk kepentingan penguasanya.

Di satu sisi, banyaknya Negara yang menguasai Mesir membawa nilai-nilai positif, tetapi
terjadi asimilasi antara budaya dan politik. Asimilasi ini terjadi dalam aspek perundang-
undangan. Thaha Husain menuturkan bahwa mereka yang berada dalam roda pemerintahan
Mesir modern lebih cendrung mengikuti pola Raja Louis di Prancis dari pada mengikuti pola
Abdul Hamid di Turki. Mereka membentuk pengadilan-pengadilan negeri dan memberlakukan
hukum Barat dari pada hukum Islam.

Sebelum terbentuknya Qanun Al-Mukhtalitah dan Ahliyah. Dalam fase ini terdapat
beberapa peraturan perundang-undangan yang di tetapkan oleh penguasa sebelumnya,
diantaranya Qanun Al-Fllah, Qanun As-Siyasah Hammah, Qanun Amaliyat Al-Jusur, Qanun As-
Siyasah laihah, dan Qanun Al- lailah As-Sa’diyah. Dari berbagai undang-undang tersebut tidak
sepenuhnya berdasarkan syariat Islam, tetapi banyak diwarnai oleh intervensi kebijakan
penguasa dan undang-undang Prancis. Sehingga pelaksanaan undang-undang banyak terjadi

1
pelanggaran dan apabila dalam menjatuhkan putusan hakim melihat dari status dan kedudukan
sosial seseorang.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Negara Mesir?
2. Bagaimana sejarah peradilan di Mesir?
3. Bagaimana sistem perkembangan hukum Islam di Mesir

1
Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007) hal. 261-262

2
BAB II

PEMBAHASAN

SISTEM PERADILAN MESIR

1. Sejarah Negara Mesir

Sekularisme dan modernisasi Islam

Sejarah mesir abad Sembilanbelas dan abad duapuluh menyerupai sejarah Turki
sekalipun dalam beberapa hal penting terdapat perbedaan. Pemerintahan usmani dan
masyarakat yang Islamic Mesir berkembang menjadi masyarakat sekuler. Evolusi bermula
dengan reformasi pemerintahan, meskipun dalam perkembangan evolusi ini sempat
terganggu oleh penduduk Inggris tahun 1882 sampai 1952. Pemerintah Inggris
memberhentikan konsolidasi elite militer dan administrative Mesir. Karena tidak mampu
mengatasi beberapa pemerintahan asing yang di pengaruhi oleh asing dan ditandai dengan
perselisihan kelompok nasionalis dan orientasi politik Islam, akhirnya elite liberal digantikan
oleh militer nasionalis Arab.

Melemahnya pengaruh Usmani menyebabkan pengaruh besar terhadap masyarakat


Mesir. Kondisi ini membuka kesempatan Napoleon tahun 1978 intervensi pihak Inggris, dan
berakhir dengan penunjukan Muhammad Ali sebagai Gubernur Mesir tahun 1805. Untuk
dapat melancarkan perekonomian Muhammad Ali menguasai perkebunan sebagai komoditas
utama dalam pasar internasional. Posisi elit agama juga mengalami perubahan drastis. Pada
abad ke delapanbelas ulama Mesir merupakan unsur utama dalam pemerintahan terhadap
rezim yang berperan sebagai penengah antara pihak pemerintah dan masyarakat. Setelah
invasi Prancis terahadap Mesir, dan kekuasaan antara Muhammad Ali dan pihak Mamluk
local, ulama mencapai posisi tertinggi.

Pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali menjadikan Mesir sebagai pengekspor


kapas dan menjadikan negeri bergantung pada pasaran internasional. Sebaliknya Mesir
menjadi pengimpor pakaiain Inggris. Dan hutang Mesir menjadi banyak kemudian
bergantung kepada pemerintah Eropa. Pada tahun 1882 hingga perang dunia pertama Inggris
menagani perekonomian Mesir. Juru bicara terbesar bagi modernisme Islam Mesir abad
sembilanbelas adalah Jamaluddin al-Afghani ( 1839-1897) dan muridnya yang asli Mesir
Muhammad Abduh. Al-Afghani adalah orang Iran yang belakangan mengklaim sebagai
warga Afgan dalam rangka menyakinkan kesesuaiannya dalam kalangan muslim Sunni.
Tujuan utama yang harus dicapai adalah menggerakkan perlawanan terhadap kekuatan
Eropa. Ia menginginkan pemulihan zaman keemasan Islam masa silam.

Menurut Afghani reformasi islam adalah penting lantaran ia merupakan basis moral
bagi pencapaian tekhnik dan ilmiah, bahkan bagi solidaritas politik dan kekuasaan.

3
Meskipun Mesir telah diarahkan menuju modernisasi dan perkembangan nasional Mesir tetap
bertahan sebagai isu utama bagi perjuangan politik. Rezim Nazer dan sadat diarahkan
menuju bentuk otoritarian yang moderat dan pemerintahan yang memusat menuju sosialisasi
manajemen ekonomi, dan menuju modifikasi sebuah ideologi sosialis untuk menonjolkan
penghormatan terhadap Islam. Sebagaimana pada periode 1930 kebijakan pemerintah
kembali memungkinkan Islam sebagai seruan yang menggalang terhadap kegagalan negara. 2

Pada periode 1930 dan 1940 Ikhwan al-Muslimin menekankan aspek-aspek Islam
yang anti imperialisme sebab kelompak ini memandang bahwasanya musuh utama adalah
Inggris. Pada dekade 1950 dan 1960 kelompok ini menekankan solidaritas dan keadilan
sebagai sikap perlawanan terhadap rezim militer yang korup. Pada periode 1970 gerakan
pembaharuan Islam menekankan moralitas individu dan nilai-nilai keluarga sebagai respon
dari tekanan perubahan tata sosial. Islam tetap bertahan sebagai sarana perlawanan terhadap
negara dan berbagai kebijakan. Struktur masyarakat Mesir adalah sama dengan struktur
masyarakat Turki, namun disebabkan karena elite politik Mesir lebih terbatas pengaruhnya
dan disebabkan karena sangat terbatasnya tingkat keragaman sosial ekonomi, pemerintah
sekular dan kelompok kecil kaum borjuis Islam dan sejumlah perlawanan pelajar.

Waktu Napoleon masih berkuasa, struktur sosial Mesir adalah model masyarakat
feodal yang ditandai oleh kesenjangan antara elit dan massa. Kelompok sosial secara turun
temurun adalah kelas penguasa yang terdiri dari pemerintah Usmani dan dipimpin oleh
Gubernur. Jadi waktu Napoleon mendarat Mesir adalah bagian dari Kekhilafahan Usmani.
Sulit untuk diperkirakan secara tepat kontribusi penduduk Prancis dalam kehidupan Mesir.
Bahwa perubahan pemerintahan dan hukum sudah berjalan 3 tahun, ilmuan dan tentara
terlibat dalam hubungan yang kurang dan terbatas dengan berbagai segmen masyarakat.

2. Sejarah Peradilan di Mesir

Secara historis, sistem peradilan Republik Arab Mesir telah dikenal sejak zaman
kuno, yakni kurang lebih 3000 M, yang telah meletakkan asas-asas peradilan modern seperti
pemeringkatan peradilan, karakteristik peradilan, sistem peradilan, sengketa administrasi,
asas-asas peradilan serta indepedensi hakim seperti kemandirian dan kehati-hatian hakim.
Ada waktu itu penguasa di setiap wilayah secara ex officio menjabat sebagai hakim. System
peradilan pada zaman islam, dimulai pada masa pemerintahan Amar bin Ash ketika menjabat
sebagai gubernur Mesir. Kemudian pada masa pemerintahan dinasti Mamalik, terbentuk
empat macam peradilan pada masa pemerintahan Muhammad Ali terbuka pengaruh sistem
peradilan Eropa modern yang ditandai dengan pendirian Dewan Wali tahun 1735.3

2
Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : Raja Grafindo, 1999) hal. 101
3
Ahmad Djainuri, Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, ( Surabaya : Al Ikhlas, 2001) hal.126

4
Dengan masuknya pendatang asing ke Mesir didirikan peradilan campuran (al -
mahkamah al-mukhlathah) sehingga peradilan dibagi menjadi dua macam yakni, al-
mahkamah al- ahliyah (al-qawmiyyah) dan al- mahkamah asy-syar’iyyah (tentang hukum
keluarga). Sistem ini kemudian dihapus dengan montrel act tahun 1937, sehingga peradilan
qaumiyyah dan peradilan syar’iyah mempunyai kewenangan mutlak. Peradilan syar’iyyah
kemudian dihapus dan wewenangnya dimasukkan kedalam peradilan perdata (al-qadha al-
madani).

Lembaga Peradilan di Mesir

Sistem peradilan Mesir mempunyai lima lembaga peradilan

1. Al-Mahkama ad-Ddusturiyah al-’Ulya (Mahkamah Agung Konstitusi)

2. Majlis ad-Dawalah (Dewan Negara)

a. Mahakim al- Qadha’ al-Idary (Peradilan Tata Usaha Negara)

b. Qismu al-Fatawa (Komisi Fatwa)

c. Qismu at-Tasyri’ (Komisi Perundang-undangan)

3. As-Sulthah Al-Qadha’iyyah atau Al-Qadha’ al-Adiyah (Kekuasaan Yudikatif ) yang


meliputi:

a. Peradilan (Mahkamah)

b. Kejaksaan (Niyabah)

4. Hai’ah Qadhaya ad-Daulah (Lembaga Kasus-Kasus Negara)

5. An-Niyabah al-Idariyyah (Kejaksaan Administrasi)

Disamping ke lima lembaga peradilan tersebut, ada juga peradilan istimewa (exceptional
court) yang dikenal dengan Mahkama Amnu ad-Daulah (Peradilan Keamanan Negara) yang
mempunyai kewenangan mengadili perkara subversidan pembunuhan terhadap Kepala
Negara seperti tindak pidana tindak pembunuhan terhadap Presiden Anwar Sadat.4

3. Perkembangan System hukum di Mesir

Tahun 1914 berkecamuk perang dunia I. saat itu mesir berada di bawah genggaman
khalifah Turki, dapat lepas seiring pihak sekutu memenangkan peperangan itu dan berangsur-

4
Anshoruddin,peradialan di Republic Arab Mesir, diakses dari http://www.pta-pontianak.go.id/e-
documen/2016/peradilan%20Di%20Republik%20Arab-Mesir_1%20olehAnshoruddin hal.4

5
angsur kerajaan turki utsmani merosot hingga akhirnya pada tahun 1932 Turki Ustmani
mendirikan pemerintahan sendiri, tetapi sejarah mencatat wilayah Arab dan Afrika Utara
menjadi lahan perebutan negara barat. Sejarah munculnya Negara Mesir di abad ke-20
tersebut berhubungan dengan peradilan yang ada di Mesir yang dipengaruhi oleh peradilan
barat.

Hukum Islam pernah menempati posisi terhormat setidaknya diwilayah timur tengah.
Secara teoritis hukum syariat mencakup segalanya, namun kenyataanya tidak dilaksanakan di
Mesir. Pada tahun 1922, Inggris menyatakan kekuasaannya atas Mesir dan menyetujui
Ahmad Fuad menjadi raja Mesir. Tahun berikutnya institusi Mesir mempunyai kekuasaan
eksekutif oleh raja dan mentri-mentrinya, kekuasaan legislative oleh parlemen dan kekuasaan
kehakiman di bawah undang-undang. Dari sisi historis, seiring berganti penguasa Mesir
pembebasan dari Byzantium. Tahun 1517 ditaklukkan Turki Usmani. Setelah itu Prancis
menaklukkan kota Mesir.

1. Periode pertama
Ketika Mesir aman dari Byzantium, Umar bin Khatab mengangkat Umar
bin Ash menjadi Gubernur Mesir. Pengangkatan qadhi merupakan salah satu
tanda gubernur. Berlangsung sampai Abu Ja’far menjadi khalifah di bagdad, ia
mencabut wewenang pengangkatan qadhi oleh gubernur. Pada 155H Abu Ja’far
mengangkat Abdullah al- Hadransyah menjadi qadhi di Mesir
2. Periode kedua
Pada abad ke-15 Mesir adalah bagian dari kerajaan Turki Usmani. Namun
setelah bertambah lemahnya kekuasaan sultan-sultan pada abad ke -17 M. Mesir
mulai melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul dan akhirnya menjadi daerah
otonom. Pada tahun 1876, hokum perdata Mesir mulai diumumkan pertama
kalinya dan diberi nama “al- Qanun al-Mukhtalaf” atau hukum perdata yang
terjadi pada Negara asing. Bedanya, hukum perdata warga Negara asing
memperoleh hak-hak istimewa. Hukum perdata ini diberlakukan dalam
pengadilan campuran yang didirikan pada tahun 1875.
3. Periode ketiga

Ahli hukum Mesir menilai bahwa kedua hukum perdata tidak sejalan
dengan syariat Islam sebagai ajaran yang sudah mengakar di masyarakat Mesir.
Untuk merevisi dan menyempurnakan hokum perdata Mesir ini dibentuklah tim
kerja yang terdiri dari tiga tahap, panitia yang dibentuk pada awal 1936, kemudian
panitia kedua pada tahun 1938 hingga terbentuklah panitia perevisi undang-
undang ketiga yang diketahui oleh Dr. Abdurrazzaq as. Sanhuri.

Adpun uraian kerja revisi hukum perdata tersebut sebagai berikut:

6
a. 27 pebruari membahas pembukaan undang-undang yang berisi sumber
undang-undanghukum perdata, delapan orang anggota diketuai Murad
Sayyid Ahmad.
b. 20 november 1936 membahas naskah tentang kafalah dan suf’ah, tim
ini dibubarkan bulan mei 1938 sebelum melakukan tugas dengan 11
anggota yang diketuai oleh Kamil Sidqi.
c. Taggal 28 juni 1938 terdiri dari dua orang pakar hukum perundang-
undangan, yaitu Dr. Abdurrazaq as-Sanhuri (hakim pengadilan
campuran ) dan Edwart Lambert (ahli hukum prancis)
d. Tanggal 15 oktober 1944, undang-undang hukum perdata secara resmi
mengikat seluruh warga Mesi, baik muslim maupun non muslim,
pribumi maupun keturunan. Keputusan ini diedarkan melalui Tap No.
108 dan dinyatakan resmi berlaku sejak tanggal 15boktober 1949.

a. Pengangkatan Qadhi
pada waktu Mesir dibawah kekuasaan Turki Utsmani, qadhi dibawah pengawasan
Daulah Utsmaniyah. Qadhi-qadhi Mesir ditetapkan dan diberhentikan oleh Khalifah
Istanbul.
b. Kekuasaan kehakiman
Nama resmi Negara ini adalah Repubik Arab Mesir, memiliki undang-undang dasar
11 september 1971. Menurut pasal 2 UUD Mesir dengan menyatakan bahwa islam
adalah agama negara dan bahasa arab adalah bahasa resmi negara. Dalam pasal yang
sama ditegaskan pula bahwa prinsip-prinsip hukum islam merupakan sumber utama
dalam pembuatan undang-undang. Sisi lain pentingnya kekuasaan kehakiman yang
bebas merupakan ciri Negara hukum. Prinsip ini telah di transformasikan dalam pasal
105 UUD Republik Arab Mesir, yang berbunyi The judicial power is Independent
ketentuan ini kemudian dilanjutkan dengan rumusan bahwa para hakim hanya tunduk
terhadap kewenangan hukum.Tiada satu kekuatan pun yang boleh mencapai urusan
peradilan yang berkaitan dengan keadilan. Mesir berbeda dengan Arab Saudi. Arab
Saudi menerapkan hukum pidana Islam dan perdata, sementara Mesir menerapkan
hukum perdata dan pidana merujuk pada hukum Barat5.

Periode 1920
Selama periode 640 hingga 642, Mesir saat itu berada dibagian Bizantium, yang
ditaklukkan oleh tentara Islam yang berasal dari semenanjung Arab. Mesir telah memainkan
peran dalam sejarah islam, karena pendidikan islamnya di al-Azhar. Sejak tahun 1517 Mesir
menjadi provinsi semi-otonom kekaisaran Ottoman. Pada tahun berikutnya Mesir mengalami
masalah keuangan, dan untuk melindungi investasi mereka di Mesir, beberapa Negara Eropa
yang di pimpin oleh Britania Raya, memutuskan pada tahun 1882 untuk menempatkan Mesir

5
Basiq Djalil, Peradilan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hal. 174-178

7
dibawah perwalian yang secara parakteknya berarti secara de facto pemerintah colonial Inggris,
de jure, Mesir tetap menjadi bagain dari kekaisaran Ottoman.
Pada abad ke-19 berbagai bentuk perundang-undangan dan yurisdikasi beroperasi
berdampingan satu sama lain. Muslim, Kristen dan yahudi mempertahankan hukum keluarga
mereka sendiri dan pegadilan keluarga. Pengadilan dengan yurisdiksi atas muslim-pengadilan
syariah- juga menerapkan yurisprudensi islam ( tanpa modifikasi) untuk kasus lain yang menjadi
perhatian pengadilan ini (misalnya sengketa kontrak pertanahan). Selain itu ada juga pengadilan
nasional yang menerapkan undang-undang pemerintah sebagai sumber utama otoritas hukum.
Ketika berada di daerah pedesaan pengadilan ini juga menerapkan hukum adat. Kasus
yang melibatkan perselisihan antara orang asing dengan orang Mesir dirujuk kepada pengadilan
campuran. Mulai tahun 1880-an, sistem hukum Mesir mengalami proses penyatuan , dan pada
tahun 1883, hukum nasional diperkenalkan di bidang hukum sipil, komersial, criminal, dan
prosedural. Undang-undang ini di adopsi dari hukum Eropa, terutama Prancis Jerman dan Italia.
Proses modernisasi hukum dan sosial pada akhir abad ke -19 khusus mengenai ruang lingkup
syariah. Menurut al-tahtawi yaitu mengadaptasi syariah untuk modern dengan menggunakan
metode seleksi (takhayyur), yang situasi tertentu memungkinkan umat islam untuk mengikuti
interprestasi hukum dari dari sekolah yang berhukum sunni.
Muhammad Abduh merupakan orang yang sangat berpengaruh karna ia seorang sarjana
agama, ia berpendapat proses itu perlu dilakukan berdasarkan syariah daripada mengadopsi
hukum barat. Tahun 1915 sebuah komite dibentuk dengan tugas mengawasi reformasi syariah
di bidang perceraian dan perkawinan. Tahun 1920 gerakan reformasi islam menemukan ekspresi
dalam kodifikasi syariah pertama dimesir, aturan pernikahan, perceraian, dan masalah keluarga
di kodifikasi dalam UU No. 25/1920 tentang status pribadi muslim. Perkembangan ini terjadi
dengan latar belakang nasionalisme Mesir yang terus meningkat dan meningkat. Gerakan-
gerakan nasionalis ini diekspresikan dalam bentuk agama dan secular dan semagat yang semakin
besar untuk kemerdekaan dari Inggris.

Periode dari 1920 sampai 1965


Mesir dan Inggris menuju pembentukan republic sosialis pada tahun 1922. Konstitusi
pertama mengikuti model konstitusi Belgia, diadopsi tahun 1923, konstitusi ini membentuk
demokrasi parlementer dengan partai-partai politik pemilihan umum. Sistem politik sebagian
besar di dominasi oleh elit lama, yaitu raja dan pemilik tanah dengan kepemilikan tanah yang
sangat besar dan penguasa yang bekerja sama erat bisnisasing dan pasukan penjajah Ingris.
Ikhwanul muslimin adalah organisasi pertama yang di dasarkan pada islam, dalam 15 tahun itu
menghitung setengah juta anggota dan memiliki dua ribu kantor di seluruh Mesir. Hukum status
pribadi islam pertama kali terjadi pada tahun 1920, dengan undang-undang baru yang
dikeluarkan pada tahun 1923, 1929 dam 1931.
Undang-undang tentang pernikahan dan perceraian untuk orang–orang Kristen dan
Yahudi tidak berpengaruh oleh reformasi ini sejak undang-undang mereka tetap ada. Otoritas
keagamaan masing-masing daripada dengan parlemen Mesir. Di bidang internasional, Mesir

8
menjadi contoh bagi Negara-negara Arab lainnya, yang nantinya akan memberlakukan reformasi
hukum yang serupa. Proses kodifikasi ini sangat berpengaruh pada perempuan, yang memuncak
dalam pembentukan serikat perempuan Mesir pada tahun 1923. Pemimpin gerakan itu adalah
Hoda Shaarawi, yang memimpin demonstrasi wanita pertama melawan penduduk Inggris.
Serikat pekerja sangat mendukung peningkatan posisi perempuan melalui reformasi hukum
keluarga dan anggotanya menekankan bahwa sebagai feminis islam mereka tidak berjuang
melawan islam itu sendiri, tetapi melawan interpretasi islam didominasi laki-laki.
Serikat pekerja juga berjuang untuk membatasi hak penolakan thalaq tanpa harus
menghasilkan alasan hukum. Tahun 1923 usia minimum pernikahan di naikkan menjadi enam
belas tahun untuk anak perempuan dan untu anak laki-laki delapan belas tahun. Pada tahun 1929
hukum status pribadi muslim hak suami untuk penolakan dan poligami dibatasi oleh pengenalan
kondisi prosedur yang lebih ketat, meskipun tidak di hapuskan. Undang- undang yang
diamandemenkan juga memberikan kepada perempuan dasar tambahan yaitu penganiayaan oleh
suami.
Kementrian sosial merekomendasikan kondisi prosedur yang lebih ketat dalam dalam
mendukung perempuan mengenai perceraian dan kebijakan sepihak. Namun rekomendasi
tersebut gagal dalam menghadapi keberatan oleh keagamaan konserfatif. Baik dalam parlemen
Mesir maupun diluar. Sehubungan dengan administrasi keadilan, pengadilan kasasi dibuat pada
tahun 1931 dan dewan Negara pada tahun 1946. Keduanya didasarkan pada model Prancis.
Revolusi pada tahun 1952, sekelompok perwira muda yang menyebut diri mereka bebas
melakukan kudeta. Raja digulingkan dan Mesir mengadopsi konstitusi baru. Menggantikan versi
1923 yang diumumkan dibawah kekuasaan colonial. Konstitusi baruu ini menyatakan Mesir
sebagai republic sosialis yang demokratis, tetapi kenyataannya mesir berkembang menjadi rezim
militer yang otoriter. Secara resmi parlemen tidak dihapuskan tapi wewenang sangat dibatasi dan
partisipasi politik sangat dibatasi. Tahun 1949 pengadilan campuran dihapuskan, akibatnya orang
asing menjadi tunduk pada hukum dan keadilan Mesir.
Kecuali aturan hokum internasional swasta Mesir menetapkan sebaliknya. Tahun 1955
pengadilan keluarga terpisah untuk orang Yahudi, Kristen, dan Muslim juga dihapuskan. Namun
penghapusan pengadilan tidak mempengaruhi undang-undang agama yang terpisah dari
komunitas keagamaan dan tetap utuh tetapi dikelola oleh pengadilan nasional. Namun ini hanya
berlaku pada perkawinan dan perceraian, dalam semua bidang status pribadi syariah berlaku
(hak asuh, warisan, asal usul). Sesuai dengan filosofi hukum islam syariah adalah hukum yang
dominan dalam semua hal status pribadi hanya mengabaikan pengecualian non muslim terkait
perkawinan dan perceraian.

Periode 1965 sampai 1985


Islamisasi dan infitah, periode ini ditandai dengan pengangkatan religiusitas islam yang
secara bertahap mempengaruhi perdebatan tentang reformasi sosial, hukum, dan politik.
Kekalahan Mesir dalam perang enam hari 1967 berkontribusi pada kebangkitan sentiment islam,
karena banyak orang Mesir melihat kekalahan militer sebagai hukuman Allah atas bangsa yang

9
telah menghianati fondasi keagamaannya dengan memperkenalkan rinsip sosialisme,
sekularisme. Dalam upaya nyata untuk mengekspolaitasi kebangkitan religious ini. Nesser
menjadikan agama sebagai tema nasional.
Meskipun Nesser telah melaksanakan banyak reformasi sosialis, ada sedikit perubahan
yang luar biasa dalam bidang hukum status pribadi selama pemerintahannya di Mesir. Akibatnya
posisi perempuan pada khususnya masih tertinggal. Perempuan hanya dapat memperoleh
perceraian dengan kesulitan besar karena hakim tidak mudah memberikan perceraian dengan
alasan yang deberikan oleh hukum dan melalui prosedur yang rumit. Akibatnya kasus-kasus
pengadilan seperti itu seringkali memakan waktu bertahun-tahun tanpa ada jaminan untuk
kesuksesan bagi para wanita yang telah mengajukan permohonan cerai.
Meskipun perempuan bisa jadi pengacara, mentri dan eksekutif bisnis, mereka
membutuhkan izin tertulis dari suami mereka jika mereka ingin bepergian ke luar negeri. Secara
hukum sah, selama seorang suami menghidupi istrinya, dia secara hukum wajib untuk tetap taat
kepadanya. Dalam kasus –kasus di mana dia menjadi tidak taat, suami berhak mengajukan
perkara ke pengadilan. Sang suami berhak meminta bantuan polisi untuk mengembalikan istrinya
yang tidak taat.

Syariah dalam konstiitusi

Ketika Nasser meninggal pada tahun 1970 ia digantikan oleh Anwar Sadat. Sadat
memperkarsai penerapan konstitusi baru dimana islam didirikan sebagai agama Mesir di mana
prinsip-prinsip syariah sumber utama perundang-undangan. Setelah decade sosialis dan secular
tahun 1950 dan 1960 an islam dan syariah kembali resmi jadi hukum dalam masyarakat Mesir.
Peran resmi ini diberikan kepada syariah oleh konstitusi mendorong Universitas al-Azhar untuk
melihat kodifikasi area hokum tertentu dari hokum islam, seperti hukum pidana dan hukum
perdata. Terlepas dari upaya ini, tidak ada perubahan nyata yang terjadi. Sebuah rancangan
hukum pidana islam yang diajukan oleh Azhar ke parlemen pada tahun 1978, tetapi tidak
menghasilkan perubahan hukum pidana. Sikap pemerintah terhadap oposisi yang telah mengeras.
Ini adalah hasil dari tawaran Sadat terhadap dunia Barat, menghasilkan liberalisasi ekonomi,
serta negosiasi dengan Israel yang menghasilkan perjanjian damai dan sangat di kritik oleh
oposisi islam seluruh dunia Arab.

Pemerintah juga takut islamisasi undang-undang yang ada akan menyebabkan


ketegangan antara orang Kristen dan orang muslim. Pemerintah kwatir bahwa kebijakan seperti
itu akan mengarah pada reaksi negative diluar negeri, terutama Amerika Serikat, bahwa reaksi
semacam itu berdampak buruk pada aliran besar bantuan keuanagan Amerika Serikat.
Pentingnya politik dan hukum dari amandemen konstitusi mengenai syariah memiliki efek
menarik pada posisi hukum perempuan, seperti yang diilustrasikan oleh reformasi 1979 ke
hukum status pribadi islam dan penandatanganan konvensi PBB tentang penghapusan segala
bentuk deskriminasi terhadap perempuan pada tahun 1980. Persiapan untuk perubahan status

10
pribadi muslim yang mendukung perempuan telah berlangsung sejak tahun 1970 an, tetapi
rekomendasi yang telah di buat semua ditolak oleh parlemen.

Demokrasi dan supremasi hukum

Selama pemerintahan Sadat, di satu sisi Mesir mendorong islamisasi masyarakat dan
sistem hukum. Kebijakan liberalisasi ekonomi peningkatan ekonomi nasional dan sistem politik.
Posisi perempuan dan hubunganinternasional Mesir ke Amerika Serikat dan menghadapi
keterasingan politik didunia Arab dengan mengadakan perjanjian damai dengan Israel pada
tahun1979. Upaya untuk menegakkan hukum dan demokrasi yang kuat tampak menjanjikan
dengan pemulihan kembali sitem multi partai. Peningkatan independensi peradilan dan
pelepaasan jumlah besar islami dari penjara. Kematian Sadat menandai berakhirnya era untuk
memodernisasi, mereformasi dan mengislamkan Mesir secara bersamaan dan membuka Negara
itu ke arena hukum dan perdagangan internasional.

Periode 1985 sampai sekarang

Rezim Hosni Mubarak dibagi menjadi tiga periode yang berbeda: 1980 an di tandai
dengan relative tenangnya politik dan sosial tetapi meningkatnya aktifitas ekonomi dan
penyerapan yang meningkat. Symbol islam dalam kehidupan sosial sehari-hari. Tahun 1990 an
ditandai dengan liberalisasi politik dan ekonomi serta islamisasi masyarakat yang berkelanjutan
dan meningkatnya aktivitas hukum yang berkaitan dengan syariah di satu sisi dan reaksi keras
untuk meningkatkan oposisi islam dan ekstremisme muslim yang keras, disisi lain decade tahun
2000 ditandai dengan perjuangan politik untuk reformasi demokratis dan reformasi progresif
yang di motivasi islam dalam hukum status pribadi.

Tahun 1990 an

Sejak 1970 an dan seterusnya, masyarakat Mesir telah memberikan ilusi yang mencolok
tentang kebangkitan agama islam. Islam telah menjadi sumber utama otoritas atau paling tidak
standar yang harus selalu diperhitungkan. Flm , sastra dan pakaian telah menjadi lebih sederhana
dan konservatif daripada tigapuluh tahun yang lalu. Dan disemua disiplin ilmu, pandangan islam
tentang subjek telah menjadi focus study yang relevan. Referensi ke islam dalam wacana public
telah mendominasi semua aspek kehidupan sehari-haridan mengarah ke bentuk kebenaran politik
islam. Pada periode ini seseorang menyaksikan tren menyesuaikan konsep islam dengan standar
modern. Seperti konsep hak asasi manusia islam. Pengaruh dan tuntutan yang diajukan oleh
komunitas internasional telah mempengaruhi perkembangan hokum status pribadi dan satu-
satunya hukum di Mesir yang didasarkan pada hukum syariah. Rezim Mubarak terbukti dalam
bidang liberalisasi politik. Seperti pendahuluannya, Mubarak juga membebaskan anggota

11
Ikhwanul Muslimin dari penjara. Anggota Ihkwanul Muslimin dicegah secara resmi menjadi
partai politik.

Tahun 1990 an

Ikhwanul Muslimin melanjutkan dibidang perawatan kesehatan dan pendidikan. Semakin


populernya Ikhwanul Muslimin dikombinasikan dengan serangan kekerasan oleh eks trimis
muslim di Mesir Hulu, dan fakta bahwa islam telah menjadi bagian yang diterima secara umum
dari sosial politik tidak membuat perkembangan hukum. Dalam beberapa kasus penggugat
menemukan simpatik di dalam peradilan. Ini dampak khususnya sebagai kasus, ketika pengacara
Islamic membawa ke pengadilan kasus profesor universitas Nasr Abu Zayd. Yang menuduh
kemurtadan atas dasar tulisan akademisnya. Sementara kemurtadannya tidak dapat dihukum
berdasarkan hukum pidana Mesir, membawa konsekuensi hukum tertentu dibawah hukum status
pribadi seperti larangan pernikahan antara seorang wanita muslim dan seorang non muslim atau
warisan antara muslim dan non-muslim. Dalam kasus Nasr Abu Zayd menyatakan bahwa
tulisannya membuat murtad. Sebaliknya mahkamah konstitusi agung yang dipercayakan dengan
dengan tinjauan ulang undang-undang berdasarkan konstitusionalitasnya, termasuk pasal 2 yang
menyatakan syariah sebagai sumber undang-undang.

Pengadilan telah menetapkan beberapa aturan dasar yang penting, dan satu-satunya
pengadilan yang digunakan untuk memutuskan kompatibilitas legislasi Mesir dengan syariah,
hanya undang-undang yang diterapkan setelah 1980 yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Lebih Mahkamah Konstitusi memiliki pandangan yang membatasi tentang apa yang
dicakup oleh aturan-aturan syariah yang wajib dan, sebagai konsekuensinya, memberi ruang bagi
regislator suatu margin yang luas dari kebebasan legislatif.

Tahun 1990-an juga penuh gejolak sehubungan dengan masalah hak asasi manusia. Beberapa
organisasi hak asasi manusia Mesir yang mengadopsi sikap tidak tergantung dan kritis terhadap
pemerintah didirikan. Negara-negara Barat memberikan dukungan finansial dan moral yang
cukup besar terhadap kelompok-kelompok ini dalam upaya untuk lebih meransang agenda yang
lebih luas untuk kerja sama pembangunan, yang menempatkan nilai tinggi pada pengembangan
masyarakat sipil.

Adapun liberalisasi ekonomi, krisis ekonomi tahun 1980-an membutuhkan reformasi


ekonomi yang berjangkauan luas. Kesediaan Barat untuk mengesampingkan sebagian besar
hutang internasional Mesir yang cukup besar setelah partisifasinya dalam perang Teluk pada
tahun 1991. Keuangan islam telah mendapat popularitas, tetapi memanifestasikan dirinya di
sector keuangan swasta dari pada ruang lingkup undang-undang. Kesimpulannya kita dapat
mengatakan bahwa tahun 1990 hukum meningkat dimana syariah perannya yang sangat penting.
Dari sisi pemerintah telah telah berkomitmen dibawah syariah melalui reformasi konstitusional,
sebagian besar undang-undang memberikan pernyataan undang-undang tidak bertentangan
dengan syariah.

12
Dengan perubahan kebijakan Amerika pemerintah Mesir dipaksa untuk berjalan di atas
demokratis yang dibutuhkan demi keamanan dan stabilitas. Dan tekanan internasional yang
mendemokratisasi. Misalnya pada tahun 2005 dan 2007 pemerintah mempersentasikan
amandemen konstitusi dimana pemilihan presiden untuk satu calon presiden yang di dominasi
oleh parlemen. Amandemen lain yang di sajikan sebagai reformasi demokratik adalah posisi
untuk mengangkat keadaan darurat dengan imbalan yang lebih ketat dan peraturan anti
terorisme. Selama periode ini undang-undang anti terorisme menggantikan undang-undang
darurat. Akhirnya amandemen pasal 88 konstitusi meminimalkan pengawasan peradilan atas
pemilihan melalui pembentukan pembentukan komite pemilihan yang hakimnya tidak murni,
tetapi sekarang termasuk anggota tambahan yang akan ditunjuk atas kebijakan dan langsung oleh
presiden. Menurut para kritikus amandemen ini merupakan respon terhadap meningkatnya
jumlah keputusan yudisial setelah pemilihan. Yang membatalkan kursi parlemen karena tidak
beres dalam proses pemilihan.

Periode reformasi secara simbolis diekspresikan oleh salah satu reformasi paling radikal
yang menjadi hokum pertama di Mesir abad ke 21. Pasal 20 undang-undang no. 1 tahun 2000
secara efektif memberikan hak perempuan untuk menceraikan suami mereka secara sepihak
melaui prosedur pengadilan. Hal ini melalui dua alasan , hukum disajikan sebagai prosedur
hukum, pada kenyataannya mengandung aturan hukum substantive, meskipun prosedurnya
disajikan secara syariah dan bukan dari empat mazhab yurisprudensi sunni. Yurisprudensi sunni
sepakat dalam menerima perceraian atas izin suami. Tetapi hukum baru Mesir menggap
persetujuan suami untuk khul percerain tidak relevan. Karena undang-undang menyebabkan
perluasan otoritas legislative terkait dengan interpretasi syariah.

Pada januari 2003 hakim wanita pertama diangkat di Mesir, Tehani al-Gebali menjadi
hakim di mahkamah konstitusi agung. Bersamaan berlakunya hokum keluarga baru pada bulan
oktober 2004, langkah ini dilihat oleh banyak pendukung hak-hak perempuan sebagai langkah
pertama peninjukan hakim perempuan di pengadilan sipil. Tahun 2007 tujuan ini direalisasikan
ketika dewan yudisial tertinggi bersumpah dalam tiga puluh hakim perempuan keberbagai
pengadilan tingkat pertama di Kairo, Gaza, dan Alexanria. Dalam istilah hukum decade pertama
di tandai dua perkembangan reformasi politik yang diduga demokrasi dan reformasi dibidang
hukum status pribadi. Sedangkan yang terakhir didasarkan pada hukum islam. Reformasi hukum
status pribadi yang bermotivasi islam lebih progresif daripada sebelumnya. Sementara reformasi
npolitik memberikan sedikit perubahan actual. Salah satu penjelasannya untuk paradok yang
tampak lebih memperkenalkan hak-hak perempuan dengan merujuk pada syariah, upaya untuk
bersama dari sejumlah aktivis perempuan untuk mendasarkan reformasi diberbagai sumber
pemikiran islam syariah dengan mengekflorasikan cara-cara ijtihad.

Hukum dan konstitusi

Mesir mengadopsi pada tahun 1971 dan di ubah pada tahun 1980, 2005, dan 2007.
Konstitusi 1971 menggantikan warisan sosialisme satu partai Nesser dengan sistem yang lebih

13
demokratis dengan sistem partai politik. Amandemen tahun 1980 berkaitan dengan peran syariah
dalam undang-undang nasional dan meletakkan mahkamah konstitusi agung yang telah
ditetapkan pada tahun syariah dan hokum nasional.menurut konstitusi ini Mesir adalah Negara
demokratis yang didasarkan pada pemisahan tiga kekuatan pemerintah, majelis rakyat dan
lembaga peradilan. Sistem politik secara resmi didasarkan pada pluralitas partai, tetapi pada saat
yang sama dilarang untuk mendirikan partai politik berdasarkan agama, rasa tau jenis kelamin,
dan mirip dengan partai yang ada. Konstitusi menetapkan hak-hak dasar dan kebebasan warga
Negara, yang meliputi kebebasan berkeyakinan dan kebebasan berekpresi, serta kebebasan pers.

Mahkamah konstitusi agung mendirikan tujuan kompatibilitas undang-undang dengan


konstitusi. Mesir legilasi diumumkan secara resmi oleh majelis rakyat. Amandemen 1980
menjadikan prinsip-prinsip syariah sebagai sumber hukum utama untuk semua undang-undang
Mesir. Meskipun mahkamah konstitusi satu-satunya forum peradilan dengan yurisdiksi untuk
mengevaluasi konstitusionalitas undang-undang. Administrasi mahkamah agung juga telah
berperan dalam menilai kecocokan legislative dan syariah. Dari kasus tampak bahwa kedua
pengadilan menafsirkan prinsip-prinsip syariah secara ketat. Menurut kedua pengadilan prinsip
ini terbatas aturan yang tetap dann tidak bisa dibantah yang secara eksplisit diebut dalam al-
Quran dan sunnah.

Hukum status pribadi dan hukum keluarga

Hukum status pribadi Mesir didasarkan pada mazhab Hanafi dari yurispensi. Hukum ini
berlaku untuk semua orang Mesir. Terlepas dari agama mereka, pengecualian berlaku untuk
masalah pernikahan dan perceraian, dimana orang Kristen dan yahudi dapat menerapkan hokum
meraka sendiri. Penerapan undang-undang ini ditentukan oleh dominasi agama para pelaku yang
terlibat dengan ketentuan bahwa pasangan tersebut memiliki agama yang sama.

Perkawinan

Perkawinan yang disimpulkan sesuai dengan hokum agama yang berlaku harus
didaftarkan agar sah menurut hukum. Bagi umat islam, pendaftaran harus dilkukan dengan
pencatatan sipil (ma’dhum). Non muslim dan orang asing diharuskan mendaftarkan pernikahan
mereka dengan kementrian kehakiman. Salah satu syarat formal untuk pernikahan islam adalah
tawaran dan penerimaan mempelai wanita dan pria di hadapan dua saksi pria muslim. Upacra
keagamaan atau kehadiran ulama adalah hal biasa tetapi tidak diharuskan oleh hukum. Pada
bulan agustus 2000 sebuah kontrak pernikahan baru diperkenalkan yang menambahkan
kemungkinan memasukkan kondisi tertentu untuk pembatalan pernikahan. Hal lain dari
pernihakan adalah mahar. Mahar yaitu sejumlah uang yang harus di bayar oleh pengantin pria
kepada pengantin wanita.

14
Perceraian

Di bawah hukum islam , laki-laki dapat mengakhiri pernikahan mereka secara sepihak
tanpa diharuskan adanya alasan perceraian. Bentuk perceraian ini disebut penolakan. Dalam
hukum Mesir hak ini ditegakkan tetapi ia bisa tegak setelah suaminya mendaftarkan perceraian
dengan pencatat sipil dalam waktu tiga puluh hari setelah ia mengucapkan talaq. Panitra,
diharuskan untuk memberitahukan istritentang perceraiannya. Kegagalan untuk mendaftarkan
penolakan tidak membuat perceraian tidak sah. Tetapi dihukum dengtan hukuman enam bulan
atau hukuman dua ratus pound Mesir (25 euro).

Seorang wanita di Mesir memulai perceraian dengan berbagai cara, di pengadialn


percerain yudisial, melalui ketentuan kontrak, dan cara khul’ (setelah pembayaran kompensasi
finansial dan penolakan hak keuangan). Yang terakhir juga bisa terjadi diluar pengadilan ketika
suami menceraikan istrinya atas permintaannya. Dalam tipe pertama perceraian yang diprakarsai
wanita, istri dapat menajukan gugatan kepada pengadilan untuk perceraian dengan satu alasan
yang diidentifikasikan dalam hukum. Dasar ini meliputi:

a. Ketidakhadiran suami lebih dari satu tahun tanpa alasan yang dapat diterima atau tiga
tahun yang tidak disebabkan oleh hukuman penjara
b. Kerusakan yang disebabkan oleh istri, yang didasarkan posisi sosial ekonomi
c. Kegagalan suami untuk memenuhi kewajiban terhadap istri
d. Penyakit parah pada suami yang tidak disadari istri pada waktu pernikahan

Cara kedua bag perempuan untuk mendapatkan perceraian adalah melalui ketentuan
kontrak. Sejak tahun 2000, seorang wanita memiliki kemungkinan untuk memasukkan
ketentuan tersebut dalam kontrak pernikahannya. Mislanya ia dapat menetapkan bahwa
suaminya tidak akan menikahi istri lain atau ia diizikan bekerja diluar rumah. Ketika suami
melanggar ketentuan ini, seorang wanita memiliki hak untuk membubarkan ikatan perkawinan.
Jenis perjanjian kontraktual lainnya adalah bahwa lelaki tersebut menyerahkan talqnya kepada
istri. Sehingga ia dapat menceraikan dirinya sendiri secra sepihak. Namun dalam kenyataanya
perempuan Mesir memanfaatkan hak baru. Dalam bemtuk perceraian ketiga seorang istri dapat
meminta suaminya untuk menceraikannya dengan imbalan kompensasi finansial. Kompensasi
finansial dalam kasus ini bearti pengabaian pembayaran tunjangan atau sisa bagian dari mahar.
Perceraian ini disimpulkan engan persetujuan fisik.

Dibawah undang-undang baru tahun 2000, perceraian harus diterima secara sah oleh
hakim tanpa perlu persetujuan suami, ketika istri telah memenuhi kondisi berikut:

a. Ia kehilangan hak keuangannya

15
b. Ia mengembalikan hak suaminya dengan cepat saat kontrak pernikahan
c. Dia melewati masa rekonsiliasi
d. Dia secara eksplisit menyatakan dipengadilan bahwa ia benci tinggal bersama
suaminya.

Tipe dari perceraian yang telah mendapatkan ketenaran adalah permohonan


pembatalan pernikahan konversi atau kemurtadan salah satu pasangan. Terkait denag
aturan yang memungkinkan pernikahan agama campuran jika suaminya beragama islam,
tetapi menyatakan tidak ada pernikahan antara wanita muslim dengan pria non muslim.
Jika dalam pernikahan non muslim misalnya, wanita itu masuk islam, pernikahannya
dibatalkan. Hal yang sama berlaku untuk pasangan muslim dimana salah satu dari
keduanya terutama suaminya meninggalkan islam sehingga menjadi murtad.

Situasi ini terjadi dalam pernikahan non muslim untuk mendapatkan perceraian,
namun sejak 1990 telah digunakan sebagai instrument hukum untuk mendukung tuduhan
pelaku tuduhan prilaku yang tidak islami, karena murtad tidak datat dihukum berdasarkan
hukum Mesir. Pihak ketiga diminta untuk membatalkan pernikahan seorang karena
kemurtadannya. Kasus yang terkenal adalah kasus Nasr Abu Zayd seorang Profesor
universitas yang karyanya dianggap menghujat pada tahun 1996 yang diceraikan istrinya
atas dasar kemurtadannya. Dimana pihak ketiga bisa mengajukan kasus perceraian.
Tahun 2001 hanya jaksa penuntut umum yang bisa mengajukan kasus perceraian atas
dasar kemurtadan.

Konsekuensi perceraian

Setelah perceraian anak-anak berhak atas tunjangan (nafaqa) yang harus dibayar oleh
ayah. Sejak tahun 2000 pria yang tidak memenuhi kewajiban atas tunjangan akan
dihukum dengan hukuman penjara hingga tiga puluh hari. Hokum Mesir mengizinkan
dua jenis konpensasi finansial untuk mantan istri. Tergantung pada jenis perceraian.
Dalam hal penolakan regular atau perceraian yudisial, pria diharuskan untuk terus
mempertahankan mantan istri merekauntuk jangka waktu tiga bulan (iddah). Pria
berkewajiban untuk membayar konpensasi finansial (muta’) jika istri tidak berperan
dalam mebawa penolakan dan tidak menyetujuinya. Konpensasi ini dapat sama dengan
pemeliharaan untuk jangka waktu paling sedikit dua tahun. Wanita yang memulai
perceraian atau pelanggaran terhadap kontrak pernikahan tidak berhak atas konpensasi
finansial.

16
Berkenaan dengan anak-anak dari orang tua yang bercerai, perwalian dan hak asuh
anak mengacu pada pengawasan menyeluruh anak-anak dalam urusan keuangan dan hal
seperti sekolah. Perwalian terletak pada ayahdan tetap bersamanya setelah perceraian
sampai anak-anak dewasa. Perawatan anak-anak merupakan kewajiban para ibuyang
bercerai. Hukum Mesir hak ini berlaku untuk anak perempuan sampai usia dua belas
tahun dan untuk anak laki-laki sampai mereka usia sepuluh tahun. Setelah masa asuh
berlalu anak-ank dipindahkan kepengasuhan ayah mereka kecuali hakim menetukan
bahwa kepentingan terbaikmereka untuk tetap bersama ibu mereka. Dan untuk anak
perempuan diperpanjang sampai mereka menikah (umur 21 tahun) dan anak laki –laki
mencapai usia lima belas tahun.

Warisan

Hukum waris islam memiliki landasan agama yang kuat karena banyaknya aturan
waris yng ditur dalam Al-Quran dan sunah. Hukum wasiat di Mesir dan hokum waris
pada tahun 1943 dan 1946 didasarkan pada mazhab Hanafi. Meskipun penggunaan secara
selektif telah dibuat dari aturan sekolah hukum lainnya. Hukum wasiat menganut sistem
rumit dari bagian harta warisan.untuk di bagi dalam urutan tertentu diantara ahli waris
yang ditentukan oleh Al-Quran, ahli waris laki-laki dari pihak ayah, sepertiga dari harta
warisan akan di wariskan. Hukum-hukum ini berlaku untuk semua orang di Mesir.
Bahwa menurut hukum waris yang diwariskan perempuan berhak atas setengah dari
jumlah yang berhak untuk laki-laki jika mereka berdua menempati posisi warisan yang
sama. Oleh karena itu pernikahan antara muslimdan non muslim tidak bisa saling
mewarisi. Halangan ini karena berbeda agama.

Hukum Pidana

Pidana KUHP Mesir yang diadopsi pada tahun 1937 dipengaruhi oleh KUHP Italia.
Tetapi disebutkan dalam pasal 7 bahwa penerapannya tidak boleh melanggar hak yang
ditetapkan oleh syariah suatu pembatasan yang jarang diterapkan. Legislasi criminal
Mesir menerapkan banyak konsep aturan hukum yang mendasar seperti prinsip legalitas
kejahatan dan hukuman., anggapan tidak bersalah, persamaan senjata, dan hak untuk
pertahanan. Hukum pidana Mesir untuk criminal menuntut kegiatan misionaris yang
dilakukan oleh non muslim berdasarkan pasal 98 f KUHP, sementara kegiatan misionaris
yang dilakukan oleh muslim diperbolehkan.

Hukum nasional mesir

KUHP yang telah berlaku sejak tahun 1956. Izin parlemen yang diperlukan untuk
memperpanjang keadaan darurat yang diberikan sepatutnya setiap tiga tahun.
Pembenaran utama untuk perluasan adalah perang melawan terorisme dan ekstremisme
islam. Undang –undang ini memberi wewenang kepada presiden untuk menegakkan
tindakan yang bertentangan dengan hukum nasional, seperti membatasi kebebasan

17
berserikat, berkumpul, dan berekspresi, pencarian dan tempat dan penangkapan dan
penahanan diperpanjang terhadap orang yang dicurigai mengancam keamanan nasional.

Bidang hukum lain dan hukum ekonomi

Berdasarkan kebijakan liberalisasi ekonomi (infitah) yang dimulai oleh presiden


tujuannya perubahan legislasi dan amandemen hukum telah diperkenalkan yang
menghadirkan perubahan dratis dari struktur hukum yang beroriantasi sosialis.
Contohnya tahun 1999 komersial baru diumumkan secara resmi yang menggabungkan
perkembangan hukum terbaru dalam hukum komersial modern. Undang-undang lainnya
tenttang hukum investasi, perusahaan swasta, dan pasar saham sampai sekarang telah
ditemukan yang berbasis syariah.

Karena liberalisasi ekonomi, inisiatif komersial dan keuangan swsta telah meningkat
pesat sejak 1980. Cabang khusus yang mendapatkan populeritas dalam pengembangan ini
adalah bisnis keuangan berdasarkan prinsip-prinsip islam. Yang biasa disebut perbankan
islam atau keuangan islam. Prinsip ini guna menghindari riba dan larangan bunga, dan
telah menghasilkan penciptaan konstruksi hukum untuk kontrak keuangan yang
memenuhi persyaratan syariah.

Perjanjian internasional dan hak asasi manusia

Komitmen mesir terhadap hak asasi manusia dan perjanjian internasional patut dipuji.
Sejumlah perjanjian dan konvensi yang dimulai awal 1980. Mesir merupakan Negara
yang diperintah oleh rezim otoriter dimana hak-hak mendasar seperti larangan
penyiksaan dan perlakuan buruk, kebebasan berekspresi, dan proses hukum yang teratur.
Beberapa organisasi hak asasi manusia local dan internasional telah lama mengkritk hak
asasi manusia di Mesir. Khususnya terhadap penyiksaan, penahanan sewenang-wenang,
dan pengadilan yang tidak adil dihadapan pengadilan keamanan militer dan Negara.

Ada beberapa undang-undang diskriminatif terkait dengan monoritas non muslim.


Undang-undang yang berasal dari zaman Ottoman yang membatasi pembangunan gereja
dan ibadah terbuka untuk non muslim akhir-akhir ini telah dilongarkan. Peran syariah
dalam hal ini sangat terbatas. Pengecualian adalah hukum status pribadi, yang
mengandung cukup banyak gender dan ketidaksetaraan agama yang secara langsung
berasal dari ajaran islam. Aspek inilah yang juga terlihat dalam pemesanan yang didalam
ratifikasi perjanjian–perjanjian hak asasi manusia internasional. Perjanjian ini
menyatakan tidak boleh melanggar prinsip syariah.

Kasus pelanggaran hak asasi manusia yang rumit adalah pengingkaran terhadap
perempuan, kebiasaan lama yang sudah ada sebelum islam dan dipraktekkna oleh orang

18
Kristen maupun muslim Mesir. Menurut perkiraan lebih dari 95 persen anak perempuan
di Mesir. Pada 1990 Syekh al-Azhar, salah satu otoritas agama tertinggi di Mesir,
menyatakan praktek ini sesuai dengan islam. Pada tahun 2003 dewan nasional hak asasi
manusia yang berkantor pusat di Kairo melaporkan langsung kepada presiden. Dewan
tersebut mendapat kecaman keras oleh para aktivis local, yang berpendapat bahwa itu
merusak HAM di Mesir dengan menjadi alat propaganda bagi pemerintah untuk
memaafkan pelanggaran dan memberikan legitimasi pada undang-undang represif seperti
UU darurat yang diperbarharui.6

6
Jan Michiel Otto, Sharia Incorporated, (Amsterdam: Leiden University Press, 2010) hal. 53

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meskipun singkat Prancis menguasai Mesir dari tahun 1798-1801 para pemimpin
Mesir memodernisasi negara itu sesuai dengan model Eropa. Undang-undang
komprehensif yang sebagian besar berasal dari Prancis diperkenalkan dan
diimplementasikan dengan undang-undang baru. Menimbulkan dampak yuridiksi
pengadilan syariah menjadi terbatas. Meskipun terbatas penerapannya dalam hukum
nasional, syariah tetap penting karena sejajar dengan reformasi dan pemikiran Islam.
Modernisasi Islam bermaksud memodernisasi negara tetapi mereka tidak inngin
kehilangan karakter islamnya. Untuk mengadaptasi syariah ke zaman modern para
reformis Islam seperti al-Tahtawi dan Abduh berpendapat bahwa empat aliran hukum
Islam Sunni. Abad ke 20 hukum subtantif maupun hukum prosedural sebagian besar
masih berasal dari kode Prancis, kecualai hukum pernikahan. Karena hukum mengenai
pernikahan dan perceraian telah dikodifikasi. Bertujuan untuk meningkatkan posisi
perempuan. Pada kepemimpinan Nsser ideologi sekular dan sosialis mendorong untuk
menghapuskan pengadilan agama dan digantikan oleh pengadilan nasional, meskipun
hukum agama tidak dihapuskan seccara keseluruhan. Kekalahan Mesir pada perang enam
hari tahun 1967 memberi dorongan pada kebangkitan Islam karena banyak orang Mesir
mengangap kekalahan itu sebagai hukuman dari Allah karena telah menyimpang dari
ajarannya. Tekanan politik untuk menjadikan syariah meningkat dan Nesser memutuskan
agama sebagai tema nasional. Undang-undang yang sudah ada sebelumnya tidak
terpengaruh oleh tempat dan sekarang menjadi syariah, karena Mahkamah Konstitusi
Agung memutuskan pada tahun 1984 bahwa demi kepastian hukum hanya undang-
undang yang berprinsip syariah yang diberlakukan. Dan undang-undang baru tidak bisa
bertentangan dengan syariah. Namun pertimbangan syariah berlaku dalam ijtihad. Atas
dasar perkembangan ini, dapat disimpulkan bahwa sistem hukum Mesir telah ditemukan
suatu bentuk kompromi antara syariah dan hukum Barat. Unsur kritis bahwa hukum
perundang-undangan nasionalis harus otentik dan harus islami.

B. Saran

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat tambahan ilmu
tentang peradilan agama diberbagai negara muslim dan khususnya Mesir. Selain itu,
penulis juga berharap atas kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun untuk
melengkapi kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Atas kritkan dan sarannya
penulis ucapkan terimaksih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Dedi, 2007, Sejarah Hukum Islam, Bandung: Pustaka Setia

Djalil, Basiq ,2012, Peradilan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Michiel otto, jan, 2010, Sharia Incorporated, Amsterdam: Leiden University Press

Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Umat Islam, 1999. Jakarta: Raja Grafindo

Djainuri, Ahmad, 2001, Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, Surabaya: Al Iklas

Anshoruddin, 2016, peradialan di Republic Arab Mesir, diakses dari http://www.pta-


pontianak.go.id/e-documen/2016/peradilan%20Di%20Republik%20Arab-Mesir

21

Anda mungkin juga menyukai