Anda di halaman 1dari 9

Khalifah Ketiga

Daulah Abbasiyah: Muhammad Al-Mahdi (775-785 M)

Ketika khalifah Abu Ja'far Al-Manshur meninggal di tengah perjalanan untuk


menunaikan ibadah haji, Al-Mahdi sedang berada di Baghdad mewakilinya
mengurus kepentingan negara. Di sanalah Al-Mahdi mendengar kabar kematian
ayahnya

tercinta

sekaligus

pengangkatan

dirinya

sebagai

khalifah.

Setelah merasa mampu menguasai kesedihannya, ia berpidato di hadapan


orang banyak. Di antara isi pidatonya, Sesungguhnya Amirul Mukminin adalah
seorang hamba yang diminta, lalu dia penuhi permintaan itu. Rasulullah Saw
pernah menangis saat berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Kini aku
berpisah dengan sosok yang agung, kemudian aku diberi beban yang sangat
berat. Hanya kepada Allah aku mengharap pahala untuk Amirul Mukminin, dan
hanya kepada-Nya aku memohon pertolongan untuk memimpin kaum
Muslimin.
Al-Mahdi dikenal sebagai sosok dermawan, pemurah, terpuji, disukai rakyat
serta banyak memberikan hadiah-hadiah. Selain itu, ia juga mengembalikan
harta-harta yang dirampas secara tidak benar. Ia lahir pada 129 H. Ada juga yang
mengatakan 126 H. Ibunya bernama Ummu Musa binti Al-Manshur AlHimyariyah.
Al-Mahdi adalah khalifah pertama yang memerintahkan ulama untuk
menulis buku menentang orang-orang Zindiq dan mulhid (ingkar). Menurut
Adz-Dzahabi seperti dikutip Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa, dialah
yang pertama kali membuat jaringan pos antara Irak dan Hijaz.

Berbeda dengan pemerintahan ayahnya yang penuh dengan perjuangan


melawan berbagai kesulitan untuk menstabilkan keadaan negara, masa
pemerintahan Al-Mahdi bisa dikatakan masa kejayaan dan kemakmuran. Rakyat
dapat hidup dengan tenteram dan damai. Sebab negara pada waktu itu berada
dalam keadaan stabil dan mantap. Keuangan negara terjamin dan tidak ada satu
pun gerakan penting dan signifikan yang mengancam keselamatan negara.
Masa pemerintahan Al-Mahdi dimulai dengan pembebasan para napol
(narapidana politik) dan tapol (tahanan politik). Kebanyakan dari golongan
Alawiyah (pendukung Ali), terkecuali para kriminal yang dipenjarakan menurut
undang-undang

yang

berlaku.

Pembangunan yang dilakukan di masa itu meliputi peremajaan bangunan


Kabah dan Masjid Nabawi, pembangunan fasilitas umum, pembangunan
jaringan pos yang menghubungkan kota Baghdad dengan kota-kota besar Islam
lainnya.
Di antara kebijakan Al-Mahdi adalah menurunkan pajak bagi golongan kafir
dzimmi, juga memerintahkan pegawai-pegawainya untuk tidak bersikap kasar
ketika memungut pajak, karena sebelumnya mereka diintimidasi dengan
berbagai

cara

agar

membayar

pajak.

Penaklukan di masa Khalifah Al-Mahdi meliputi daerah Hindustan (India)


dan penaklukan besar-besaran terjadi di wilayah Romawi. Selain itu, Al-Mahdi
juga bersikap keras terhadap orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islam,
yaitu mereka yang menganut ajaran Manawiyah Paganistik (penyembah cahaya
dan kegelapan) atau lebih dikenal dengan sebutan kaum Zindiq. Setelah itu
sebutan Zindiq dialamatkan kepada siapa saja yang mulhid atau para ahli bidah.

Gerakan lain yang muncul pada masa kepemimpinannya adalah gerakan


Muqanna Al-Khurasani yang menuntut dendam atas kematian Abu Muslim AlKhurasani. Selain itu, gerakan ini merupakan percobaan Persia untuk merebut
kembali kekuasaan dan pengaruh dari bangsa Arab, khususnya Bani Abbasiyah.
Al-Muqanna mengajarkan kepada para pengikutnya tentang pengembalian ruh
ke dunia dalam jasad yang lain, yang lebih dikenal dengan reinkarnasi. Tentu
saja

gerakan

ini

sangat

sesat

dan

menyesatkan.

Kemunculan Al-Muqanna menimbulkan kekhawatiran khalifah, selain


karena para pengikutnya yang bertambah banyak, mereka juga sering
memenangkan peperangan menghadapi kaum Muslimin serta menawan
Muslimah dan anak-anak. Oleh sebab itu, Al-Mahdi mengirim pasukan besar
menghadapi

gerakan

tersebut.

Terjadilah pengepungan di sebuah kota di mana Al-Muqanna bersembunyi.


Pengepungan itu berlangsung cukup lama. Di luar perkiraan pasukan Al-Mahdi,
sebuah aksi bunuh diri massal dilakukan Al-Muqanna bersama pengikutpengikutnya,

yaitu

dengan

cara

membakar

diri.

Pada tahun 159 H, Al-Mahdi mengangkat kedua anaknya, Musa Al-Hadi


dan Harun Ar-Rasyid, sebagai putra mahkota secara berurutan. Pada tahun 169
H, Al-Mahdi meninggal dunia. Ia memerintah selama 10 tahun. Satu riwayat
menyebutkan dia meninggal karena jatuh dari kudanya ketika sedang berburu.
Riwayat lain mengatakan dia meninggal karena diracun.

Nama: Afik Aneka Putri (03)


Kelas:VIII D

Khalifah ke 11

Daulah Abbasiyah: Al-Muntashir, Khalifah


Enam Bulan
Al-Muntashir memiliki wajah manis, mata indah, hidung mancung, dan
tinggi semampai. Dia sangat kharismatik, cerdas, dan gemar melakukan
kebaikan-kebaikan serta tidak suka berbuat zalim. Ia memperlakukan keturunan
Ali bin Abi Thalib dengan baik, membolehkan kembali ke Makam Husain bin
Ali bin Abi Thalib yang pernah dilarang oleh pendahulunya, Khalifah AlMutawakkil.
Al-Muntashir Billah (861-862 M) bernama asli Muhammad dan sering
dipanggil Abu Ja'far atau Abu Abdillah. Ia adalah anak Al-Mutawakkil bin ArRasyid, ibunya seorang wanita mantan budak berasal dari Romawi bernama
Habasyiyah.
Ia dilantik menjadi khalifah kesebelas Bani Abbasiyah pada Syawwal 247 H.
Dia memberhentikan dua saudaranya; Al-Mu'taz dan Al-Mu'ayyad dari posisi
sebagai putra mahkota setelah ditetapkan sebelumnya oleh Al-Mutawakkil.
Pemecatan ini dilakukan atas desakan Wazir Washif dan Panglima Begha yang
berasal

dari

Turki.

Ketika akan memecat keduanya dari bursa calon khalifah, dengan terangterangan Al-Muntashir mengatakan kepada kedua saudaranya itu bahwa dia
dipaksa

oleh

Wazir

Washif

dan

Panglima

Begha.

Di hadapan rakyatnya, Al-Muntashir menunjukkan sikap baik, dermawan,


adil, jujur dan penyabar, sehingga ia disenangi rakyat. Kata-kata hikmah yang

pernah ia lontarkan antara lain, "Kelezatan pengampunan itu jauh di atas


kelezatan membuat kesulitan-kesulitan. Dan sejelek-jelek perbuatan orang yang
mampu

dan

kuasa

adalah

membalas

dendam."

Khalifah Al-Muntashir bekerjasama dengan orang-orang Turki untuk


merebut kekuasaan dengan cara membunuh ayahnya, Al-Mutawakkil, karena
pencopotan dirinya dari putra mahkota. Namun saat kekuasaan telah diraih, AlMuntashir justru mulai menjelek-jelekkan orang Turki sehingga mereka
berencana

membunuh

Al-Muntashir.

Upaya pembunuhan yang dilakukan orang-orang Turki terhadap AlMuntashir adalah dengan cara memperalat seorang dokter istana yang bernama
Ibnu Thayfur dengan imbalan
melakukan

aksinya

saat

uang sebanyak 30.000 dinar. Dokter tersebut


mengoperasi

Khalifah

Al-Muntashir

dengan

menggunakan pisau beracun. Ada juga yang menyebutkan bahwa kematian AlMuntashir karena dicekik. Riwayat lain menyatakan bahwa Al-Muntashir
meninggal

karena

memakan

buah

beracun.

Tak banyak yang bisa dilakukan Khalifah Al-Muntashir. Dia hanya memerintah
selama kurang lebih enam bulan, sampai akhirnya dibunuh oleh orang-orang
Turki

yang

dulu

membantunya

membunuh

ayah

sendiri.

Al-Muntashir meninggal pada 5 Rabiul Awwal 248 H, saat berumur kurang


lebih 26 tahun. Saat kematian menjelang, ia berkata, "Wahai ibuku, telah
lenyaplah dunia dan akhirat dari diriku. Kubunuh ayahku, maka aku pun kini
dibunuh."
Kematian Al-Muntashir tak jauh beda dengan kematian Kaisar Persia yang
bernama Syairawaih. Dia membunuh ayahnya lalu berkuasa hanya sekitar enam
bulan. Al-Muntashir membunuh ayahnya dan memerintah hanya sekitar enam
bulan

pula,

kemudian

dibunuh.

Ada kisah menarik terkait hal ini. Suatu ketika, Khalifah Al-Muntashir
meminta pembantunya mengeluarkan permadani dari dalam gudang ayahnya
untuk dibentangkan. Ketika salah satu permadani itu dibentangkan, ternyata ada
bungkusan di dalamnya dengan gambar seorang laki-laki Persia dengan kepala
bermahkota.

Di

sekitarnya

terdapat

tulisan

bahasaPersia.

Khalifah Al-Muntashir meminta tulisan itu dibaca dan diterjemahkan.


Ketika melihat tulisan itu, seorang penerjemah mengernyitkan dahinya. Semula
ia tak mau membacakan, tetapi karena dipaksa khalifah, akhirnya ia
membacanya. Tulisan itu berbunyi, "Saya adalah Syairawaih anak Kisra
Hurmuz. Saya telah membunuh ayah saya dan saya tidak menikmati
kekuasaankecuali

enam

bulan

saja."

Mendengar hal itu, wajah Khalifah Al-Muntashir langsung berubah merah. Ia


pun langsung memerintahkan untuk membakar permadani itu. Dan sejarah pun
mencatat, Khalifah Al-Muntashir yang pernah membunuh ayahnya pun tewas.
Usia pemerintahannya hanya enam bulan!

Nama: Devi Arinka (11)


Kelas: VIII D

Khalifah ke 13

Al-Mutaz

Billah,

Muhammad

bin

al-

Mutawakkil(252 H-255H)
Al-Mutaz Billah bernama Muhammad namun ada juga yang menyebutnya Zubair.Dia biasa
dipanggil dengan Abu Abdillah bin Al-Mutawakkil bin al-Mutashim bin ar-Rasyid. Dia
dilahirkan pada tahun 252 H.Ibunya adalah mantan seorang budak yang berasal dari Romawi
yang bernama Qabihah.Dia dilantik sebagai khalifah tatkala al-Mustain mengundurkan diri
dari kursi khilafah.Dia dilantik pada tahun 252 H pada saat umurnya baru menginjak sembilan
belas tahun.Dalam sejarah tidak ada seorang pun yang menjadi khalifah yang umurnya lebih
mudah darinya.
Dia berparas tampan, Ali bin Harb, salah seorang guru al-Mutaz dalam bidang hadits
mengatakan : Saya tidak pernah melihat seorang khalifah pun yang lebih tampan
daripadanya.
Dia adalah khalifah pertama yang menghiasi kendaraannya dengan emassetelah khalifah
sebelumnya hanya menghiasinya dengan perak yang sangat tipis.
Pada masa kekhilafahannya Asynas, orang yang diangkat oleh al-Watsiq sebagai
penguasa di Sulthanah meninggal dunia.Dia meninggalkan uang sebanyak lima ratus ribu
dinar.Yang dia ambil pada masanya.Kemudian dia memberhentikan Muhammad bin Abdullah
ath-Thahir dari jabatannya.Selanjutnya dia mencopot saudaranya sendiri al-Mutaz Abu
Ahmad lalu dia diasingkan ke Wasith.Dia juga memecat Bugha asy-Syarabi.Bugha kemudian
melakukan pemberontakan setahun setelah pemecatannya karena dia menolak pemecatan
tersebut.Dia terbunuh dalam peperangan dan kepalanya di bawa kehadapan al-Mutaz.
Pada bulan Rajab di tahun ini pula al-Mutaz mencopot adiknya al-Muayyid dari
posisinya, kemudian dia menyiksa dan memborgolnya hingga beberapa hari kemudian dia
mati.Al-Mutaz merasa khawatir kalau sekiranya orang-orang mengatakan bahwa dialah
pembunuhnya atau dia sengaja telah merencanakan tindakan jahat kepada saudaranya

tersebut.Maka dia bersegera mendatangkan para hakim agar para hakim tersebut menyaksikan
bahwa dia bukanlah pembunuhnya.
Al-Mutaz sangat tidak senang terhadap orang-orang Turki.Kejadian tersebut bertepatan
dengan kesepakatan para pemimpin mereka untuk datang menemui al-Mutaz dan berkata :
Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya kami memerlukan biaya untuk memindahkan Shalih
bin Yusuf.
Al-Mutaz yang takut kepada Shalih bin Washif segera meminta uang yang banyak
kepada ibunya untuk membantu mereka memindahkan Shalih bin Washif, namun ibunya
menolak dengan sangat.Pada saat itu harta di Baitul Mal telah habis terkura.
Karena permintaannya yang tidak di gubris, akhirnya orang-orang Turki segera
melakukan kesepakatan untuk menggulingkan kekuasaan al-Mutaz.Hal tersebut juga
mendapat sambutan dari Shalih bin Washif dan Muhammad bin Bugha.Akhirnya mereka
segera datang menuju al-Mutaz.Orang-orang Turki tersebut meminta kepada orang yang ada
diistana untuk mengeluarkan al-Mutaz.Akhirnya al-Mutaz keluar dan berkata : Saya baru
meminum obat dan saya sekarang dalam keadaan lemah.
Hingga akhirnya orang-orang itu meminta menyerangnya dan mereka menyeret kakinya
serta memukulinya dengan jarum penyemat.Orang-orang tersebut kemudian membiarkan alMutaz di tengah terik matahari, kemudian mereka juga menampari wajah al-Mutaz seraya
berkata : Katakan olehmu bahwa kamu mengundurkan diri.
Lalu mereka menghadirkan hakim Ibnu Abi Syaiwarib dan beberpa orang saksi untuk
bersaksi pada pencopotan al-Mutaz dari khilafah.Setelah itu mereka menghadirkan
Muhammad bin al-Watsiq dari Baghdad ke pusat pemerintahan yang pada saat itu berada di
Samura.Muhammad sendiri sebelumnya merupakan orang yang sengaja disingkirkan oleh alMutaz.Kemudian al-Mutaz menyerahkan khilafah kepadanya dan membaiat Muhammad bin
al-Watsiq.
Akan tetapi para pemberontak tersebut masih melakukan aksinya dengan biadab,
mereka memasukkan al-Mutaz kedalam kamar mandi dan membiarkannya selama lima
hari.Setelah

keluar

al-Mutaz

sangat

kehausan,

namun

orang-orang

tersebut

membiarkannya.Setelah itu dia dikeluarkan dari kamar mandi tersebut dan memberinya

minum es.Setelah meminum air yang sangat dingin tersebut dia pun meninggal.Maka alMutaz adalah orang pertama yang meninggal karena kehausan.
Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Syaban pada tahun 255 H.Sedangkan ibunya yang
bernama Qabihah menyembunyikan dirinya pada saat anaknya terbunuh.Namun pada bulan
Ramadhan dia muncul kembali dan memberikan uang kepada Shalih bin Washif dalam jumlah
yang sangat besar.Jumlahnya adalah sejuta tiga ratus ribu dinar.Dia juga memberikan Zamrud,
mutiara dan yaqut merah serta perhiasan lainnya.Qabihah membuat alat kecantikan wanita
dengan harga dua juta dinar.
Tatkala Ibnu Washif melihat perbuatannya tersebut dia berkata : Semoga Allah
menjelekkannnya.(Makna Qabihah disini adalah jelek)Dan biarkan anaknya mati terbunuh
demi membela uang yang hanya berjumlah lima puluh ribu dinar dan saat itu dia
memilikinya.
Akhirnya orang-orang mengambilnya dan dia diasingkan ke Makkah.Qabihah tinggal di
Makkah dalam waktu beberapa lama.Dan dia baru pulang ke Samura pada saat pemerintahan
al-Mutamid.Dia meninggal pada tahun 264 H.
Beberapa tokoh yang meninggal di masa pemerintahannya antara lain : Sari Saqathi,
Harun bin Said al-Ayli, ad-darimi pengarang kitab hadits al-Musnad (yang dikenal dengan
musnad ad-Darimi)serta al-Atabi pengarang kitab al-Masail al-Atbiyyah sebuah buku yang
sangat berpengaruh di kalangan madzhab Maliki.Dan masih banyak tokoh lainnya.

Nama: Elsa Ayu Dewi Lestari ( 13 )


Kelas: VIII D

Anda mungkin juga menyukai