Disusun Oleh :
Sri Ayu Wulandari (125090201111008)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah kimia unsur dengan judul Kurva Pertumbuhan
Bakteri dan Sistem Kultur dengan baik dan lancar. Dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak terkait yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Selanjutnya kami sebagai penulis berharap agar penulisan makalah ini bermanfaat dan
menambah wawasan bagi mahasiswa Universitas Brawijaya Malang khususnya mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Kimia.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan sehingga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
Cover 1
Kata pengantar. 2
Daftar Isi.. 3
Pendahuluan
- Latar Belakang.. 4
- Rumusan Masalah. 4
- Tujuan 5
5. Pembahasan
- Pengertian pertumbuhan mikroba...................................................................... 7
- Kinetika pertumbuhan mikroba atau bakteri...................................................... 7
- Kurva pertumbuhan mikroba tau bakteri............................................................ 7
- Fase- fase pada kurva penumbuhan mikroba atau bakteri................................ 8
- Sistem atau metode kultur mikroba atau bakteri............................................... 11
- Teknik mengukur pertumbuhan populasi mikroba atau bakteri........................ 15
- Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba atau bakteri.......... 16
6. Penutup
- Kesimpulan.. 21
7. Daftar Pustaka ......................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehidupan makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan sekitar, terlebih
mikroorganisme. Salah satunya yaitu menyesuaikan dengan lingkungan sekelilingnya.
Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba seperti pada fungi dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan,
mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan untuk menunjang
pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai
tipe mikroba khususnya bakteri, tentunya diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor
lingkungan yang sesuai. Salah satu faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba yaitu faktor suhu, temperatur dan faktor kimia. Bakteri termasuk
jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Bakteri
merupakan mikroba yang mengalami pertumbuhan yang cepat ditandai dengan
pertumbuhan dengan membentuk semacam koloni. Waktu generasi pada setiap bakteri
tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai
berjam-jam atau berhari-hari. Pertumbuhan bakteri dalam suatu medium mengalami fasefase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner dan fase kematian.
1.2.
Rumusan Masalah
1) Jelaskan pengertian pertumbuhan mikroba?
2) Bagaimana kinetika pertumbuhan mikroba atau bakteri ?
3) Bagaimana kurva pertumbuhan mikroba tau bakteri ?
4) Jelaskan fase fase pada kurva penumbuhan mikroba atau bakteri ?
5) Bagaimana sistem atau metode kultur mikroba atau bakteri ?
6) Bagaimana teknik mengukur pertumbuhan populasi mikroba atau bakteri?
7) Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba atau bakteri ?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,
kinetika, kurva, fase-fase pada kurva pertumbuhan mikroba, sistem atau metode kultur
4
bakteri atau mikroba, teknik mengukur pertumbuhan populasi mikroba, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PERTUMBUHAN MIKROBA
Pertumbuhan secara umum dapat didefisinikan sebagai pertambahan secara teratur
semua komponen didalam sel hidup. Dengan demikian pertambahan ukuran yang
diakibatkanoleh bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan merupakan
pertumbuhan. Pertumbuhan makhluk hidup dapat juga ditinjau dari 2 sudut, yakni
pertumbuhan individu (sel) dan pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi (Purwoko,
2007).
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume sel serta bagianbagian lainnya, dapat juga diartikan sebagai penambahan kuantitas isi dan kandungan di
dalam sel. Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan akibat pertumbuhan individu.
Misalnya, dari satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dari sempat sel menjadi
delapan sel (Purwoko, 2007).
Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi
pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel dan pertumbuhan populasi,
serta sebagai satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi. Pertumbuhan dalam keadaaan
kesetimbangan bila terjadi secara teraturpada kondisi konstan, sehingga jumlah
pertambahan komponen kimia juga konstan (Purwoko, 2007).
Istilah pertumbuhan yang di gunakan pada bakteri adalah perubahan dalam
pertambahan total masa sel dan bukan pertumbuhan dalam suatu individu organisme saja.
Karena massa sel relatif sama pada siklus sel, maka pertumbuhan dapat juga didefinisikan
sebagai pertambahan jumlah sel. Kondisi pertumbuhan seimbang pada suatu pertumbuhan
pertambahan semua komponen selular secara teratur. Akibatnya pertumbuhan dapat
ditentukan tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur
jumlah berbagai komponen selular ( RNA, DNA dan Protein) dan juga produk-produk
metabolisme tertentu (Pelczar, 2005).
2.2. KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI
Kinetika pertumbuhan mikroba digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat
pertumbuhan mikroorganisme. Sifat pertumbuhan mikrobia dapat digambarkan dalam
bentuk kurva pertumbuhan populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam batch culture atau
continuous culture (Suriawiria, 2005).
A. Penumbuhan mikroba dalam sistem batch culture
Penumbuhan mikroba dalam sistem batch culture merupakan sistem kultur
tertutup (menggunakan tabung reaksi atau flask) tanpa adanya penambahan medium
baru ke dalam kultur. Mikrobia dalam sistem tertutup mengalami 4 fase pertumbuhan,
secara berurutan meliputi fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian.
Pertumbuhan mikrobia dalam sistem tertutup menyebabkan fase eksponensial mikrobia
sangat terbatas (Suriawiria, 2005).Tipe pertumbuhan mikrobia dalam batch culture
dapat dilihat pada Gambar 1.
pada jenis inokulum mikrobia, medium yang sedikit nutrisi dan kondisi pertumbuhan
mikrobia saat diinokulasikan (Schlegel, 1994).
Ada 3 alasan mikrobia kembali ke fase lag, yaitu (Schlegel, 1994):
1. Inokulum hidup yang digunakan berasal dari kultur medium lama (saat mikrobia
dalam fase stasioner) dipindahkan ke dalam komposisi medium baru yang sama.
Keadaan mikrobia kembali ke fase lag karena mikrobia sudah tidak memiliki
metabolit penting untuk menunjang kehidupannya. Oleh karena itu, mikrobia
membutuhkan rentang waktu untuk melakukan biosintesis kembali. Mikrobia
yang diinokulasikan mengalami kerusakan sel (tidak mati) akibat perubahan suhu,
radiasi atau bahan kimia toxic. Fase lag dibutuhkan mikrobia untuk memperbaiki
kerusakan sel nya.
2. Populasi mikrobia yang diinokulasikan berasal dari medium kaya nutrisi
dipindahkan ke dalam medium yang sedikit nutrisinya. Mikrobia membutuhkan
waktu untuk menghasilkan enzim baru yang digunakan untuk mensintesis
metabolit essensial.
3. Populasi mikrobia tidak akan mengalami fase lag jika inokulum yang digunakan
berasal dari populasi mikrobia yang mengalami pertumbuhan fase eksponensial
dan ditumbuhakan pada kondisi medium yang sama.
b. Fase Eksponensial
Pada fase eksponensial, populasi mikrobia mengalami pembelahan paling
tinggi dan konstan dalam waktu generasi yang pendek. Waktu generasi mikrobia
merupakan waktu yang dibutuhkan sel mikrobia untuk membelah menjadi 2 sel.
Setiap sel mikrobia akan membelah 2x lipat sehingga peningkatan jumlah populasi
selalu 2n, n adalah jumlah generasi. Pertambahan jumlah sel dalam populasi disebut
sebagai pertumbuhan mikrobia (Schlegel, 1994).
Berikut contoh pertambahan populasi mikrobia yang dapat di lihat pada Gambar 2.
adanya
pertumbuhan
eksponensial
dan
populasi
mengalami
konsentrasi produk tidak berubah walaupun waktu fermentasi makin lama. Laju
pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh perbandingan antara laju aliran medium dan
volume kultur disebut dengan Laju Dilusi (D) (Pratiwi, 2006).
Dengan menggunakan continuous culture, sel mikroba atau produk
metabolitnya dapat dipanen secara kontinyu. Continuous culture cocok untuk
diterapkan pada sistem produksi metabolit sel mikroba yang tidak berpengaruh pada
pertumbuhan selnya itu sendiri. Untuk industri bioteknologi berkapasitas besar,
continuous culture menghasilkan efisiensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan batch culture asalkan produk yang dihasilkan tidak berpengaruh negatif
terhadap mikroba penghasilnya (Pratiwi, 2006).
11
pembatas terhadap laju alir suplai medium sebagai faktor yang beroperasi secara
independen. Hal ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan materi dan pembatasan
substrat dalam bioreaktor (Scragg, 1988).
2. Hubungan antara konsentrasi substrat dan laju pertumbuhan
Monod adalah orang pertama yang mengkaji pengaruh konsentrasi substrat
tehadap laju pertumbuhan. Beliau menemukan bahwa ketika medium segar, yang
mengandung glukosa sebagai sumber karbon sekaligus sebagai sumber energi dan
dengan semua nutrien yang terkandung di dalamnya, diinokulasikan, siklus
pertumbuhan kembali berjalan (Mangunwidjaja, 2006).
13
15
mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh (Hadioetomo,
1993).
a). Spread plate method
Metode sebar (spread plate) merupakan metode penghitungan mikrobia
pada medium padat. Dalam metode spread plate ini, volume kultur yang disebar
tidak lebih dari 0,1 ml pada agar plate dan diratakan menggunakan alat yang
disebut glass spreader. Kemudian plate diinkubasi sampai terlihat koloni sehingga
jumlah koloni mikrobia dapat dihitung. Walaupun mikrobia tertanam dalam agar
plate, namun hasilnya sama dengan metode pour plate (Hadioetomo, 1993).
b). Pour plate method
Metode pour plate adalah metode agar cair yang digunakan untuk inokulasi
dalam petri dish. Volume kultur yang biasa digunakan 0,1-1,0 ml. Kultur mikrobia
dimasukkan ke dalam petri dish menggunakan pipet steril, kemudian medium agar
yang telah dilelehkan ( 45 oC dituangkan ke dalam petri dish yang telah berisi
kultur mikrobia. Selanjutnya dilakukan pemutaran petri dish agar kultur mikrobia
dan medium agar bercampur dengan rata. Koloni mikrobia akan tumbuh dan
tertanam di dalam medium, baik di permukaan atas maupun di bawah. Sehingga
metode pour plate ini cocok untuk menumbuhkan mikrobia anaerob (Hadioetomo,
1993).
c). MPN method
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan
data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri
tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah
sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran
jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa
sampel (Hadioetomo, 1993).
2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA
Pertumbuhan dan aktivitas mikrobia dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan.
Faktor-faktor tersebut dapat menjadi pembatas bagi kebutuhan hidup mikrobia. Jika
mikrobia berada di lingkungan yang sesuai, maka pertumbuhannya juga optimum.
Beberapa golongan mikrobia sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, sedangkan
yang lain resisten terhadap perubahan tersebut.
16
2. Suhu rendah
Apabila mikrobia dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan
metabolisme. Skibat-akibatnya adalah (Dwidjoseputro, 1998):
1. Cold shock, adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri,
terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik,
2. Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air
intraseluler,
3. Lyofilisasi, adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum
secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikrobia karena
air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
b. Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikrobia memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya,
biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikrobia
umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-0,999.
Mikrobia yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir
Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw
0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi
bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikrobia yang tahan kekeringan adalah yang
dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista (Darneti, 2006).
c. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
mikrobia diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis,
yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.
Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikrobia akan mengalami
plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan
akhirnya pecah. Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan mikrobia dapat
dikelompokkan menjadi (Darneti, 2006):
18
1. Mikrobia Osmofil : tumbuh pada kadar gula tinggi, contoh beberapa jenis khamir,
mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw =
0,94).
2. Mikrobia Halodurik : tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi (30 %).
3. Mikrobia Halofil : dapat tumbuh pada kadar garam yang tinggi, contoh: bakteri yang
termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium.
d. Buffer
Buffer merupakan campuran garam monobasik dan dibasik, contoh adalah buffer
fosfat anorganik dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffer adalah garam
dibasik akan mengabsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH.
Untuk menumbuhkan mikrobia pada media, memerlukan pH yang konstan, terutama pada
mikrobia yang dapat menghasilkan asam oleh karena itu buffer diperlukan untuk
mempertahankan pH pada kisaran tertentu yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba
(Darneti, 2006).
e. Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat
meracuni (toksis) karena mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat
pada kadar rendah. Ion-ion lain seperti ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat dapat
mengurangi pertumbuhan mikrobia tertentu dan sering digunakan dalam pengawetan
makanan, senyawa lain misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam sorbat (Budiyanto,
2005).
f. Listrik
Bila aliran listrik diberikan pada medium tumbuh mikroba akan menyebabkan
(Budiyanto, 2005) :
1. Terjadinya elektrolisis pada medium pertumbuhan.
2. Menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba, sel
mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis.
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pertumbuhan bakteri adalah perubahan dalam pertambahan total masa sel dan bukan
pertumbuhan dalam suatu individu organisme saja. Kinetika pertumbuhan mikroba digunakan
untuk menggambarkan sifat-sifat pertumbuhan mikroorganisme. Sifat pertumbuhan mikrobia
dapat digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan populasi mikroba yang ditumbuhkan
dalam batch culture atau continuous culture. Penumbuhan mikroba dalam sistem batch
culture merupakan sistem kultur tertutup (menggunakan tabung reaksi atau flask) tanpa
adanya penambahan medium baru ke dalam kultur. Mikrobia dalam sistem tertutup
mengalami 4 fase pertumbuhan, secara berurutan meliputi fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner dan fase kematian. Dalam kultivasi mikroba menggunakan teknik continuous
culture, mikroba ditumbuhkan secara terus menerus pada fase paling optimum untuk fase
pertumbuhan yaitu fase eksponensial dimana sel membelah diri dengan laju yang konstan,
massa menjadi dua kali lipat mengikuti kurva logaritmik. Pemberian nutrient secara kontinyu
dan untuk mempertahankan keadaan steady state dalam teknik kultivasi ini dapat dilakukan
dengan dua macam cara, yaitu: khemostat dan turbidostat. Ada beberapa cara perhitungan
secara langsung, dan metode tidak langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba adalah suhu, kandungan air, tekanan osmosis, buffer, ion-ion lain, listrik, radiasi, dan
getaran.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R. 2000. Food Microbiology. New York : University of Surrey Guildford
Budiyanto, MAK. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press
Darneti. 2006. Pengantar Mikrobiologi. Padang : Andalas University Press
Dwidjoseputro.1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Hadioetomo, Sri Ratna. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.Gramedia
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika
Mangunwidjaja, Djumali. 2006. Rekayasa Bioproses. Bandung: IPB Press
Pelczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press : Jakarta
Pratiwi, Slyvia T. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Erlagga : Jakarta
Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti
22