PEMBIMBING
Tanggal Praktikum
: 2 November 2015
: VII
Nama
Kelas
(141424024)
(141424025)
(141424027)
: 2A-TKPB
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrient
essensial kemudia di tempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan PH yang tepat
akan segera berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan
konsentrasi mikroba. Melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba melakukan
biosintesis molekul-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya. Kecepatan
pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap substrat (media pertumbuhan) yang
disediakan dan kondisi lingkungannya.
1.1 Tujuan Percobaan
Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakan jamur dan bakteri.
Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter, dan media
jamur
dan
bakteri
(counting
chamber,
paltting
koloni
atau
spektrofotometer).
Memahai pola pertumbuhan jamur dan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kinetika Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu makhluk hidup.
Pada dasarnya pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran, dan jumlah sel. Pada
mikroorganisme pertumbuhan sel dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan
populasi, jumlah sel bertambah sangat cepat dengan waktu yang cepat pula.
Mikroorganisme dapat tumbuh dibawah pengaruh fisik, kimia, dan kondisi nutrient. Pada
nutrient yang cocok mikroorganisme menguraikan nutrient dari media dan mengubahnya
dalam komposisi-komposisi biologi. Sebagian dari nutrient-nutrient digunakan untuk
memproduksi energi dan sebagian lagi digunakan untuk biosintesis dan pembentukkan
produk. Pertambahan massa sel seiring dengan waktu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Substrat + Sel/mikroorganisme Mikroorganisme + Produk
Pertumbuhan mikroorganisme merupakan contoh yang baik pada suatu reaksi
autokatalis. Pertumbuan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk menggandakan massa atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat berbeda dengan
waktu ganda sel, karena massa sel dapat meningkat tanpa peningkatan jumlah sel. Laju
pertumbuhan ditunjukkan langsung oleh konsentrasi sel dan penambahan jumlah sel
(biomassa) yang merupakan keluaran yang normal dari reaksi tersebut. Namun demikian,
bila pada suatu lingkungan tertentu interval antara massa sel atau penggandaan jumlah
konstan dengan waktu, maka organisme itu tumbuh pada kecepatan eksponensial. Laju
pertumbuhan mikroorganisme dicirikan dengan laju pertumbuhan spesifik (specific
growth rate) dinyatakan sebagai berikut:
dCx/dT = Cx
dimana
= waktu
Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi mempercepat fase
adaptasi
Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada dalam
bentuk spora dan bukan sel vegetatif maka bila ia ditanam dalam medium
dengan kondisi lingkngan yang baik , ia akan berubah menjadi bentuk sel
vegetatif dan ini memerlukan sedikit waktu
Mutan yag baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan lingkngan
yang baru.
2.2.2.
lingkungannya, sel mulai membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran sel
dapat mencapai maksimum serta mulai adanya aktivitas metabolisme.
2.2.3.
kurva logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami
reaksi metabolisme yang maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient
esensial ada dalam keadaan cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi
metabolisme utama dari pertumbuhan. Pada saat ini paling sensitif terhadap
lingkungan.
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x
melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau
mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. konstan dan selnya membelah diri
dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan
seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
a. Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrient dan kondisi lingkungan yang sama
maka di dalam medium baru populasi sel ini akan langsung mengalami fasa
logaritma tanpa mengawali pertumbuhan dengan fasa pertumbuhan
awal/pertumbuhan dipercepat.
b. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel minimum
dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan sangat aktif,
sintesa makrmolekul dari komponen sel berlomba dengan waktu.
2.2.4.
Phase)
Pada fasa ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam medium
sudah sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan mungkin
beracun atau menhambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini pertumbuhan sel
tidak stabil, api jumlah populasi masih naik karena jumla sel yang tumbuh masih
lebih banyak daripada jumlah sel yang mati.
2.2.5.
terdapat atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu terjadinya penumpukan racun
akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi
kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh sehingga
jumlah sel menjadi konstan.
2.2.6.
2.2.7.
Suhu Minimum
Suhu Optimum
Suhu Maksimum
Psikrofil
- 15o C.
10o C.
20o C.
Psikrotrof
- 1o C.
25o C.
35o C.
Mesofil
5 10o C.
30 37o C.
40o C.
Thermofil
40o C.
45 55o C.
60 80o C.
Thermotrof
15o C.
42 46o C.
50o C.
memiliki
karakteristik
sendiri-sendiri
di
dalam
e) Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air
tidak hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi
pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga
kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan
mikroba
f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari
dan dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang
langsung mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk
mematikan pertumbuhan mikroba.
g) Tekanan Osmosis
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp.
3.1.1 Bahan yang digunakan:
a. Kultur murni bakteri Lactobacillus sp. dalam agar miring NA (Nutrient Agar).
b. 60 ml media cair steril untuk starter/inokulum.
c. 520 mL media pertumbuhan. Komposisi 600 mL media pertumbuhan (60 mL
untuk inokulum, 20 mL untuk blanko, 520 mL untuk media petumbuhan ) :
3.1.2
Nutrient
Konsentrasi (gr)
Glukosa
16,08
Pepton
Beef Ekstrak
6,4
Yeast Ekstrak
3,2
KH2PO4
1,6
MgSO4.7H2O
Aquadest
800 mL
3.1.3
a.
Langkah Kerja
Persiapan
Siapkan erlenmeyer 1000 ml, dan 100 ml
untuk media pertumbuhan + 1 untuk
inokulum, 100 ml untuk blanko
Pipet
Inkubasi (shake)
Pada T=37oC; 100rpm,
24 jam
a. Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab, masker, dan
penutup kepala.
b. Jangan tinggalkan pemanas (hot plate atau water bath) tanpa pengawasan.
c. Hindari ceceran atau tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek listrik.
d. Hati-hati dengan penggunaan pembakar spiritus.
e. Lakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1
68,1
A=0,1669
2
Sampel 2
A=log
1
T
A=log
1
64,6
A=0,1898
Sampel 3
Waktu (jam)
0
1
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Transmitansi (%)
68,1
64,6
56,1
54,3
52,6
52,4
56,2
57,2
59,9
Absorbansi
0,1669
0,1898
0,2510
0,2652
0,2790
0,2807
0,2503
0,2426
0,2226
A=log
1
T
A=log
1
56,1
A=0,2510
4
Sampel 4
A=log
1
T
A=log
1
54,3
A=0,2652
Sampel 5
A=log
1
T
A=log
1
52,6
A=0,2790
6
Sampel 6
A=log
1
T
A=log
1
52,4
A=0,2807
Sampel 7
A=log
1
T
A=log
1
56,2
A=0,2503
8
Sampel 8
A=log
1
T
A=log
1
57,2
A=0,2426
Sampel 9
A=log
1
T
A=log
1
59,9
A=0,2226
Kurva Kalibrasi
Absorbansi pada 600 nm
0,06
0,18
0,28
0,39
0,57
0,83
0,92
1,08
1,21
1,34
Kurva Kalibrasi
1.6
1.4
1.2
f(x) = 0.16x - 0
1
Absorbansi
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
Konsentrasi Bakteri
Persamaan garis: y=0,1574 x 0,0035
1
Sampel 1
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,1669+0,0035
0,1574
x=1,08
2
g
l
Sampel 2
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,1898+0,0035
0,1574
x=1,23
g
l
Sampel 3
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2510+0,0035
0,1574
x=1,62
4
g
l
Sampel 4
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2652+ 0,0035
0,1574
x=1,71
5
g
l
Sampel 5
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2790+0,0035
0,1574
x=1,79
6
g
l
Sampel 6
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2807+0,0035
0,1574
x=1,81
7
g
l
Sampel 7
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2503+0,0035
0,1574
x=1,61
8
g
l
Sampel 8
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2426+0,0035
0,1574
x=1,56
9
g
l
Sampel 9
y=0,1574 x 0,0035
x=
y+ 0,0035
0,1574
x=
0,2226+0,0035
0,1574
x=1,44
g
l
1.00
0.50
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Waktu (jam)
ln X
0,2053
0,4807
0,5348
0,5849
0.5000
0.4000
ln X 0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.5
1.5
Waktu (jam)
=slope
0,1926
jam
2.5
3.5
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik pada bakteri
dan fasa fasa pertumbuhan bakteri. Bakteri yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
Lactobacillus sp. Pengukuran biomassa dilakukan dengan metoda spektrofotometri yaitu
metoda yang didasarkan pada kekeruhan dari sampel yang diambil pada interval waktu
tertentu. Metoda ini dilakukan dengan cara mengukur absorbansi dari tiap sampel dengan
alat spektrofotometer. Nilai absorbansi tiap sampel yang didapat kemudian diplot ke kurva
standar sehingga didapatkan berat sel kering.
Pada percobaan ini, dibuat media pertumbuhan yang komposisinya sama dengan media
produksi. Hal ini karena hasil yang diinginkan berupa biomassa, bukan metabolit. Dalam
percobaan ini digunakan media yang terdiri dari glukosa sebagai sumber karbon, KH2PO4
sebagai sumber fosfat, Mg2SO4.7H2O. Media untuk bakteri terutama mengandung substrat
bahan organik, seperti beef extract sebagai sumber protein, dan
sumber vitamin.
Setelah pembuatan media pertumbuhan dan produksi dilakukan inokulasi bakteri pada
media pertumbuhan, kemudian disimpan dalam incubator shaker selama 24 jam yang
tujuannya untuk menoptimalkan pertumbuhan bakteri. Selanjutnya media pertumbuhan
dipindahkan dalam media produksi. Setelah berada dalam media produksi dilakukan
sampling setiap 30-60 menit sekali. Hasil sampling kemudian diuukur nilai absorbansinya
dengan spektrofotometri.
Hasil pengukuran absorbansi sampel didapat kurva pertumbuhan bakteri, sehingga dapat
diketahui fase-fase pertumbuhan bakteri sebagai berikut:
Fase lag, yang terjadi setelah proses inokulasi, dialami oleh bakteri pada t=0 jam sampai
t=1 jam. Fase ini merupakan fase adaptasi bakteri. Fase lag pendek menunjukkan bakteri
didapatkan slope (kemiringan) kurva yang merupakan nilai dari atau laju pertumbuhan
spesifik
0,1926
jam
Fase stasioner, pada fase ini nutrien sudah berkurang sehingga kurva yang dihasilkan
mendatar. Fase ini berlangsung dari t=3 jam sampai t=3,5 jam.
Fase kematian bakteri berlangsung pada t=3,5 jam sampai t=4,5 jam. Pada fase ini terjadi
penurunan jumlah sel.
Berdasarkan percobaan yang diperoleh dari kurva eksponensial, laju pertumbuhan
spesifik ()
0,1926
jam