Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016


MODUL

: Kinetika Pertumbuhan Bakteri

PEMBIMBING

: Dwi Nurwantoro Nur. Ir., MT.

Tanggal Praktikum

: 2 November 2015

Tanggal Penyerahan : 10 November 2015


Oleh :
Kelompok

: VII

Nama

: 1.Nur Afinayani Linawati

Kelas

(141424024)

2. Rd. Ahmad Fadilah

(141424025)

3. Rizka Rismayani Setiawan

(141424027)

: 2A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrient
essensial kemudia di tempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan PH yang tepat
akan segera berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan
konsentrasi mikroba. Melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba melakukan
biosintesis molekul-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya. Kecepatan
pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap substrat (media pertumbuhan) yang
disediakan dan kondisi lingkungannya.
1.1 Tujuan Percobaan
Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakan jamur dan bakteri.
Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter, dan media

pertumbuhan jamur dan bakteri.


Menguasai dan terampil memilih metode yang tepat untuk menetukan konsentrasi
biomassa

jamur

dan

bakteri

(counting

chamber,

paltting

koloni

atau

spektrofotometer).
Memahai pola pertumbuhan jamur dan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba

(X) terhadap waktu (t).


Menguasai dan dapat menetukan fasa-fasa pertumbuhan jamur dan bakteri.
Dapat menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik () jamur dan
bakteri.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kinetika Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu makhluk hidup.
Pada dasarnya pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran, dan jumlah sel. Pada
mikroorganisme pertumbuhan sel dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan
populasi, jumlah sel bertambah sangat cepat dengan waktu yang cepat pula.
Mikroorganisme dapat tumbuh dibawah pengaruh fisik, kimia, dan kondisi nutrient. Pada
nutrient yang cocok mikroorganisme menguraikan nutrient dari media dan mengubahnya
dalam komposisi-komposisi biologi. Sebagian dari nutrient-nutrient digunakan untuk
memproduksi energi dan sebagian lagi digunakan untuk biosintesis dan pembentukkan
produk. Pertambahan massa sel seiring dengan waktu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Substrat + Sel/mikroorganisme Mikroorganisme + Produk
Pertumbuhan mikroorganisme merupakan contoh yang baik pada suatu reaksi
autokatalis. Pertumbuan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk menggandakan massa atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat berbeda dengan
waktu ganda sel, karena massa sel dapat meningkat tanpa peningkatan jumlah sel. Laju
pertumbuhan ditunjukkan langsung oleh konsentrasi sel dan penambahan jumlah sel
(biomassa) yang merupakan keluaran yang normal dari reaksi tersebut. Namun demikian,
bila pada suatu lingkungan tertentu interval antara massa sel atau penggandaan jumlah
konstan dengan waktu, maka organisme itu tumbuh pada kecepatan eksponensial. Laju
pertumbuhan mikroorganisme dicirikan dengan laju pertumbuhan spesifik (specific
growth rate) dinyatakan sebagai berikut:
dCx/dT = Cx
dimana

Cx = Konsentrasi sel dalam gram/liter


t

= waktu

= laju pertumbuhan spesifik dalam jam-1


Dengan membuat grafik In Cx terhadap t, maka didapat tg = .

Metode-metode yang digunakan untuk evaluasi populasi mikroorganisme yaitu:


a. Metode langsung : perhitungan jumlah sel (menggunakan mikroskop), counting
chamber, dan dengan penetapan bahan kering seluler.
b. Metode tidak langsung : turbidimetri, spektrofotometri, dan pengenceran.
Metode-metode tersebut digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk lebih jelasnya dapat diamati dengan kurva
pertumbuhan yaitu sebagai berikut :
Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme

2.2 Fasa-Fasa Kinetika Pertumbuhan

2.2.1. Fase Lag


Fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium dan merupakan
suatu periode adaptasi. Pada fasa ini sebagian besar mikroba menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungan barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel,
bahkan sebagian selnya mati, hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup.
Sintesis enzim sudah terjadi. Selama fase ini massa sel dapat berubah tanpa
adanya suatu perubahan jumlah sel. Dapat juga terjadi fase awal yang palsu
bilamana inokulum yang diberikan terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas
yang rendah. Suatu saat bila perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel
bergerak kearah fase tumbuh. Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial
atau fase logaritmik. Ciri daripada fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan
populasi karena sel mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta
bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.
Faktor penentu fase lag:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan; jika medium sama dengan medium
sebelumnya, waktu adaptasi pendek atau tidak ada, jika sangat berbeda pelu
waktu untuk sintesis enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme
(pembentukan enzim induktif).
b. Kondisi starter/inokulum
-

Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi mempercepat fase
adaptasi

Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada dalam
bentuk spora dan bukan sel vegetatif maka bila ia ditanam dalam medium
dengan kondisi lingkngan yang baik , ia akan berubah menjadi bentuk sel
vegetatif dan ini memerlukan sedikit waktu

Mutan yag baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan lingkngan
yang baru.

2.2.2.

Fasa Petumbuhan Dipercepat (Decelerated Growth Phase)


Pada fasa ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, sel mulai membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran sel
dapat mencapai maksimum serta mulai adanya aktivitas metabolisme.
2.2.3.

Fasa Eksponensial (Exponential/ Logarithmic Growth Phase )


Pada fasa ini pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti

kurva logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami
reaksi metabolisme yang maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient
esensial ada dalam keadaan cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi
metabolisme utama dari pertumbuhan. Pada saat ini paling sensitif terhadap
lingkungan.
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x
melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau
mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. konstan dan selnya membelah diri
dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan
seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
a. Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrient dan kondisi lingkungan yang sama
maka di dalam medium baru populasi sel ini akan langsung mengalami fasa
logaritma tanpa mengawali pertumbuhan dengan fasa pertumbuhan
awal/pertumbuhan dipercepat.

b. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel minimum
dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan sangat aktif,
sintesa makrmolekul dari komponen sel berlomba dengan waktu.
2.2.4.

Fasa Pertumbuhan Diperlambat (Negative Decelerated Growth

Phase)
Pada fasa ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam medium
sudah sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan mungkin
beracun atau menhambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini pertumbuhan sel
tidak stabil, api jumlah populasi masih naik karena jumla sel yang tumbuh masih
lebih banyak daripada jumlah sel yang mati.
2.2.5.

Fasa Stationer (Stationary Phase)


Pada fasa ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Jumlah sel baru sebagai

hasil reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati.Ini menyebabkan


grafiknya linier dan sejajar dengan absisnya.Reproduksi sel masih terjadi selama
fasa ini menggunakan cadangan makanan yang ada dalam protoplast sebagai
building blocks pembangun sel yang baru.Karena kekurangan nutrisi, sel
kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh
pada fasa logaritmik.Pada fasa ini lebih tahan terhadap keadaan ekstrim, seperti
panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia.Muncul modifikasi struktur biokimiawi
sel.
Bila dilanjutkan, beberapa kejadian masih mungkin timbul meskipun
pertumbuhan telah terhenti, metabolisme dan akumulasi produk masih terjadi di
dalam sel atau di dalam cairan. Massa sel total dapat tetap konstan, tetapi jumlah
sel hidup cenderung menurun. Pada saat ketahanan hidup menurun, lisis sel
mungkin terjadi dan massa sel akan menurun
Lisis sel akan menyebabkan terjadinya suatu medium yang kompleks dari
produk-produk hasil lisis, oleh karena itu suatu pertumbuhan yang sekunder,
disebut pertumuhan kriptik akan erjadi. Sering juga terjadi metabolik sekunder
yang kurang penting terbentuk oleh enzim-enzim yang sebelumnya tidak

terdapat atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu terjadinya penumpukan racun
akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi
kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh sehingga
jumlah sel menjadi konstan.
2.2.6.

Fasa Kematian Dipercepat


Pada fasa ini jumlah kematian sel mulai dipercepat.

2.2.7.

Fasa Kematian (Death Pahse)


Pada fasa ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun,

sedangkan jumlah kematian (mortalitas) sel semakin banyak.Kematian ini


desebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk, terutama oleh
makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel
(metabolit sekunder). Pada fase ini nutrisi dalam medium sudah habis, energi
cadangan dalam sel habis. Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan
habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga
mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial.Lamanya fasa ini
tergantung pada species dari mikrobanya dan kondisi lingkungannya sendiri.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba. Berikut ini
faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba :
a) Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil
logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat

tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini.Oleh karena itu, prinsip daripada


menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
b) Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme.Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara
yang berlawanan:
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti,
kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal tersebut, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,yaitu:
a) Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b) Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat
dan optimum (disebut juga suhu inkubasi).
c) Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas,
maka mikroba digolongkan menjadi:
Tabel 1 :Penggolongan Bakteri menurut suhu
Kelompok

Suhu Minimum

Suhu Optimum

Suhu Maksimum

Psikrofil

- 15o C.

10o C.

20o C.

Psikrotrof

- 1o C.

25o C.

35o C.

Mesofil

5 10o C.

30 37o C.

40o C.

Thermofil

40o C.

45 55o C.

60 80o C.

Thermotrof

15o C.

42 46o C.

50o C.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga


macam, yaitu :
a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60 oC selama 10-20 menit tapi
kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
c) Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada
kisaran ph 8,0 8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak.
d) Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme

memiliki

karakteristik

sendiri-sendiri

di

dalam

kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:


Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

e) Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air
tidak hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi
pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga
kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan
mikroba
f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari
dan dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang
langsung mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk
mematikan pertumbuhan mikroba.
g) Tekanan Osmosis

Sel-sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semifermiabel.Membran


ini dapat melewatkan air masuk ke dalam sel begitu pula sebaliknya membrane ini
mampu menahan zat-zat yang larut di dalam cairan dimana sel-sel itu berada.Untuk
tidak masuk ke dalam sel atau menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk keluar
dari sel. Sel-sel merupakan suatu unit osmosis yang kecil yang responsive terhadap
perbahan-perubahan pada cairan dalam lingkungan.
2.4 Bakteri Lactobacillus sp.
Lactobacillus adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau
mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam
laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubah laktosa dan
gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan tidak
berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina
dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari
flora usus. Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan
materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya
bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa
anggota genus ini telah memiliki genom sendiri.
Beberapa spesies Lactobacillus sering digunakan untuk industri pembuatan yogurt,
keju, sauerkraut, acar, bir, anggur (minuman), cuka, kimchi, cokelat, dan makanan hasil
fermentasi lainnya, termasuk juga pakan hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan
asam, dibuat dengan "kultur awal", yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan
bakteri asam laktat yang berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili,
terutama L. casei dan L. brevis, adalah dua dari sekian banyak organisme yang
membusukkan bir. Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan
fermentasinya dengan membentuk asam laktat.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp.
3.1.1 Bahan yang digunakan:
a. Kultur murni bakteri Lactobacillus sp. dalam agar miring NA (Nutrient Agar).
b. 60 ml media cair steril untuk starter/inokulum.
c. 520 mL media pertumbuhan. Komposisi 600 mL media pertumbuhan (60 mL
untuk inokulum, 20 mL untuk blanko, 520 mL untuk media petumbuhan ) :

3.1.2

Nutrient

Konsentrasi (gr)

Glukosa

16,08

Pepton

Beef Ekstrak

6,4

Yeast Ekstrak

3,2

KH2PO4

1,6

MgSO4.7H2O

Aquadest

800 mL

Alat yang digunakan:


1. 1 buah erlenmeyer 1000 mL
2. 2 buah erlenmeyer 100 mL untuk tempat inokulum dan blanko
3. 10 buah botol sampel (sterilisasi dengan alkohol)
4. 10 buah pipet steril 10 mL
5. Spektrofotometri Laboo

3.1.3
a.

Langkah Kerja
Persiapan
Siapkan erlenmeyer 1000 ml, dan 100 ml
untuk media pertumbuhan + 1 untuk
inokulum, 100 ml untuk blanko

Campurkan semua bahan


kedalam erlemeyer dengan
penambahan aquades 800 ml

Pisahkan 200mL larutan yang dalam


erlenmeyer 100 ml sebagai inokulum
dan 100 ml sebagai blanko

Lakukan sterilisasi selama


kurang lebih 20 menit

Siapkan 10 buah botol sampel,


sterilkan dengan alkohol

b. Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan


5 mL media cair

Pipet

Masukkan dalam tabung yang berisi kultur murni


bakteri

Tuangkan ke dalam erlenmeyer yang berisi media yang telah steril


untuk inokulum

Inkubasi (shake)
Pada T=37oC; 100rpm,
24 jam

Masukkan inokulum kedalam 600 mL


media pertumbuhan steril, inkubasi selama
7 hari
Lakukan sampling setiap 30-60 menit
sekali
Pipet 10 mL sampel, masukkan
kedalam botol sampel steril

Catatan : semua pekerjaan dilakukan secara aseptis

c. Penentuan kurva pertumbuhan dengan penentuan absorbansi sampel


Siapkan 10 sampel
dalam botol sampel
Masukkan sampel
kedalam kuvet
untuk diukur
absorbansinya
Konversikan absorbansi yang didapatkan
menjadi berat sel kering (gunakan kurva
standar antara absorbansi dan berat sel kering)
Hitung berat sel kering
masing-masing sampel

Buat Kurva antara X (berat


biomassa (gram)/volume media
(Liter)) terhadap waktu (jam)

Buat kurva ln X (pada fasa eksponensial)


terhadap waktu (jam) untuk menentukan
laju pertumbuhan spesifik

3.2 Keselamatan Kerja

a. Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab, masker, dan

penutup kepala.
b. Jangan tinggalkan pemanas (hot plate atau water bath) tanpa pengawasan.
c. Hindari ceceran atau tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek listrik.
d. Hati-hati dengan penggunaan pembakar spiritus.
e. Lakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data dan Pengamatan


Sampel ke1
2
3
4
5
6
7
8
9

4.2 Pengolahan Data


Absorbansi Sampel
1 Sampel 1
1
A=log
T
A=log

1
68,1

A=0,1669
2

Sampel 2
A=log

1
T

A=log

1
64,6

A=0,1898

Sampel 3

Waktu (jam)
0
1
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5

Transmitansi (%)
68,1
64,6
56,1
54,3
52,6
52,4
56,2
57,2
59,9

Absorbansi
0,1669
0,1898
0,2510
0,2652
0,2790
0,2807
0,2503
0,2426
0,2226

A=log

1
T

A=log

1
56,1

A=0,2510
4

Sampel 4
A=log

1
T

A=log

1
54,3

A=0,2652

Sampel 5
A=log

1
T

A=log

1
52,6

A=0,2790
6

Sampel 6
A=log

1
T

A=log

1
52,4

A=0,2807

Sampel 7
A=log

1
T

A=log

1
56,2

A=0,2503
8

Sampel 8
A=log

1
T

A=log

1
57,2

A=0,2426

Sampel 9
A=log

1
T

A=log

1
59,9

A=0,2226

Kurva Kalibrasi
Absorbansi pada 600 nm
0,06
0,18
0,28
0,39
0,57
0,83
0,92
1,08
1,21
1,34

Konsentrasi Bakteri (g/l)


0,40
1,09
1,81
2,50
3,72
5,31
5,89
6,90
7,79
8,40

Kurva Kalibrasi
1.6
1.4
1.2

f(x) = 0.16x - 0

1
Absorbansi

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

konsentrasi bakteri (g/l)

Konsentrasi Bakteri
Persamaan garis: y=0,1574 x 0,0035
1

Sampel 1
y=0,1574 x 0,0035
x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,1669+0,0035
0,1574

x=1,08
2

g
l

Sampel 2
y=0,1574 x 0,0035
x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,1898+0,0035
0,1574

x=1,23

g
l

Sampel 3
y=0,1574 x 0,0035
x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2510+0,0035
0,1574

x=1,62
4

g
l

Sampel 4
y=0,1574 x 0,0035

x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2652+ 0,0035
0,1574

x=1,71
5

g
l

Sampel 5
y=0,1574 x 0,0035
x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2790+0,0035
0,1574

x=1,79
6

g
l

Sampel 6
y=0,1574 x 0,0035

x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2807+0,0035
0,1574

x=1,81
7

g
l

Sampel 7
y=0,1574 x 0,0035
x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2503+0,0035
0,1574

x=1,61
8

g
l

Sampel 8
y=0,1574 x 0,0035

x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2426+0,0035
0,1574

x=1,56
9

g
l

Sampel 9
y=0,1574 x 0,0035
x=

y+ 0,0035
0,1574

x=

0,2226+0,0035
0,1574

x=1,44

g
l

Kurva Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp.

Kurva Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp.


2.00
1.50

Konsentrasi bakteri (g/l)

1.00
0.50
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Waktu (jam)

Penentuan Laju Pertumbuhan Mikroba Spesifik (


Waktu (jam)
1
2
2,5
3

Konsentrasi Bakteri (X)


1,23 g/l
1,62 g/l
1,71 g/l
1,79 g/l

ln X
0,2053
0,4807
0,5348
0,5849

Kurva Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp. pada Fasa Eksponensial


0.7000
0.6000

f(x) = 0.19x + 0.04

0.5000
0.4000
ln X 0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.5

1.5

Waktu (jam)

=slope

0,1926
jam

2.5

3.5

4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik pada bakteri
dan fasa fasa pertumbuhan bakteri. Bakteri yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
Lactobacillus sp. Pengukuran biomassa dilakukan dengan metoda spektrofotometri yaitu
metoda yang didasarkan pada kekeruhan dari sampel yang diambil pada interval waktu
tertentu. Metoda ini dilakukan dengan cara mengukur absorbansi dari tiap sampel dengan
alat spektrofotometer. Nilai absorbansi tiap sampel yang didapat kemudian diplot ke kurva
standar sehingga didapatkan berat sel kering.
Pada percobaan ini, dibuat media pertumbuhan yang komposisinya sama dengan media
produksi. Hal ini karena hasil yang diinginkan berupa biomassa, bukan metabolit. Dalam
percobaan ini digunakan media yang terdiri dari glukosa sebagai sumber karbon, KH2PO4
sebagai sumber fosfat, Mg2SO4.7H2O. Media untuk bakteri terutama mengandung substrat
bahan organik, seperti beef extract sebagai sumber protein, dan

yeast extract sebagai

sumber vitamin.
Setelah pembuatan media pertumbuhan dan produksi dilakukan inokulasi bakteri pada
media pertumbuhan, kemudian disimpan dalam incubator shaker selama 24 jam yang
tujuannya untuk menoptimalkan pertumbuhan bakteri. Selanjutnya media pertumbuhan
dipindahkan dalam media produksi. Setelah berada dalam media produksi dilakukan
sampling setiap 30-60 menit sekali. Hasil sampling kemudian diuukur nilai absorbansinya
dengan spektrofotometri.
Hasil pengukuran absorbansi sampel didapat kurva pertumbuhan bakteri, sehingga dapat
diketahui fase-fase pertumbuhan bakteri sebagai berikut:
Fase lag, yang terjadi setelah proses inokulasi, dialami oleh bakteri pada t=0 jam sampai
t=1 jam. Fase ini merupakan fase adaptasi bakteri. Fase lag pendek menunjukkan bakteri

cepat beradapatasi dengan lingkungan barunya.


Fase eksponensial dialami bakteri dari t=1 jam sampai t=3 jam. Dari fasa eksponensial
tersebut diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena terjadi penambahan jumlah sel
yang sangat besar pada waktu tersebut ditandai dengan peningkatan kurva yang sangat
tajam (menanjak). Dari fasa ini dibuat kurva antara ln X terhadap waktu, sehingga

didapatkan slope (kemiringan) kurva yang merupakan nilai dari atau laju pertumbuhan

spesifik

0,1926
jam

Fase stasioner, pada fase ini nutrien sudah berkurang sehingga kurva yang dihasilkan

mendatar. Fase ini berlangsung dari t=3 jam sampai t=3,5 jam.
Fase kematian bakteri berlangsung pada t=3,5 jam sampai t=4,5 jam. Pada fase ini terjadi
penurunan jumlah sel.
Berdasarkan percobaan yang diperoleh dari kurva eksponensial, laju pertumbuhan

spesifik ()

0,1926
jam

Anda mungkin juga menyukai