Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017

PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI


MODUL : Korosi Galvanik
PEMBIMBING : Ir. Gatot Subianto

Tanggal Praktikum :5
Oktober 2016
Tanggal Penyerahan : 19

Oleh :
Kelompok : VIII
Nama : 1. Rizka Rismayani Setiawan (141424027)
2. Ryan Muhamad (141424028)
3. Weni Widyastuti (141424030)
4. Yudit Farisan Zul Fahmi (141424031)
Kelas : 3A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peristiwa korosi dapat terjadi karena faktor-faktor penyebabnya yang berbeda-beda.
Penggunaan konstruksi logam yang berbeda jenis dalam industri dapat menimbulkan korosi
galvanik akibat perbedaan potensial dari kedua logam tersebut. Dengan mempelajari korosi
galvanik dapat memahami proses anodik dan katodiknya serta memprediksi logam yang
lebih korosif.

1.2 Tujuan
1. Dapat menjelaskan prinsip korosi galvanik.
2. Dapat menentukan logam yang berperan sebagai katodik dan sebagai anodik pada
peristiwa galvanik.
3. Dapat menghitung laju korosi logam dalam lingkungan yang berbeda (larutan yang
berbeda).

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Korosi Galvanik
Korosi galvanik dapat didefinisikan adanya kontak antara dua logam yang berbeda
dalam larutan elektrolit. Dalam korosi ini logam yang lebih mulia atau logam yang
potensialnya lebih positif tidak terkorosi, sedangkan logam yang potensialnya lebih terkorosi
menjadi terkorosi.

Efek korosi galvanic biasanya dapat diabaikan jika perbedaan potensialnya lebih kecil
dari 50 mV. Potensialnya bukan berasal dari hasil perhitungan secara teori atau dari daftar
potensial standar, melainkan berasal dari potensial yang dihitung berdasarkan perbandingan
kualitatif atas aktivitan logam-logam. Potensialnya disebut potensial korosi. Tetapi potensial
korosi ini tidak dapat dijadikan patokan bahwa akan terjadi distribusi korosi pada pasangan
dua buah logam yang tergalvanisasi. Sebagai contoh, baja karbon berat akan larut lebih cepat
dalam larutan yang asam dan memiliki potensial yang lebih positif dibandingkan baja karbon
ringan.

Namun dalam beberapa kasus, efek galvanic akan cenderung rendah jika perbedaan
potensialnya cukup besar, karena adanya lapisan oksida yang melindungi logam-logam yang
berada di deretan logam mulia (logam yang bertindak sebagai katodik dan mengalami reaksi
reduksi). Penggabungan dua buah logam tak sejenis juga perlu diperhatikan ukuran masing-
masing logam disamping perbedaan potensialnya. Sebaiknya digabungkan antara anoda kecil
dan katoda besar, dan hindari penggabungan antara anoda besar dan katoda kecil karena
sangat berbahaya. Beda kecilnya ukuran logam yang bertindak sebagai anoda atau katoda
mempengaruhi kecepatan arus yang menjadi factor pemicu laju korosi. Logam dengan
potensial korosi yang lebih negatif akan terkorosi lebih intensif, sedangkan logam lainnya
yang lebih nobel atau mulia laju korosinya akan menurun. Peningkatan laju korosi logam
yang lebih aktif (misalnya Al) dan penurunan laju korosi logam yang lebih bersifat katodik
(misalnya Fe) digambarkan secara skematik dalam Gambar 4.2.
Gambar 2.1. Diagram skematik sel

2.2 Penyebab Korosi Galvanik


1. Lingkungan, meliputi:
a. Lingkungan air, misalnya air yang asam atau basa.
b. Kontak dengan larutan yang berkonduktivitas tinggi, contohnya air laut.
Serangannya dimulai dari bagian yang berkontak dan terus memanjang ke seluruh
bagian logam.
c. Udara luar (korosi atmosferik), misalnya kontak dengan oksigen, udara yang
lembab atau dingin.
d. Penyerangan daerah sekitar terhadap logam yang berkontak. Korosi ini lebih
berbahaya dari korosi akibat larutan.
2. Logam itu sendiri, meliputi:
a. Penggabungan logam sejenis yang tidak diisolasi
b. Perbedaan potensial
c. Luas relatif logam

2.3 Mekanisme Korosi Galvanik


Pada korosi galvanik ini terjadi reaksi anodik dan katodik. Logam yang lebih mulia lebih
berfungsi sebagai katodik sedangkan logam yang kurang mulia berfungsi sebagai anodik.
Korosi terbentuk pada logam yang bertindak sebagai anodik.
Adapun reaksi yang terjadi adalah:
a. Reaksi anodik pada korosi logam:
M Mn+ + ne
b. Reaksi katodik, yang ada beberapa kemungkinan:
1. Evolusi Hidrogen
2H+ + 2e H2 dalam lingkungan asam
2H2O + 2e H2 + 2OH- dalam lingkungan basa

2. Reduksi Oksigen Terlarut


O2 + 4H+ + 4e 2H2O dalam lingkungan asam
O2 + 4H+ + 4e 4OH- dalam lingkungan basa/netral
3. Reduksi Oksidator Terlarut
Fe3+ + e Fe2+

2.4 Pengendalian Korosi Galvanik.


1. Dilakukan sistem pengecatan dan pelapisan yang sesuai.
Pengecatan dan pelapisan adalah cara tertua dan yang paling banyak digunakan
dalam mengatasi korosi, tetapi pengecatan sekali tidak akan mengatasi korosi
semuanya. Pelapisan protektif harus diseleksi sesuai dengan struktur logam yang akan
diproteksi.
Langkah-langkah pengecatan sebagai berikut:
a. Pesiapan permukaan logam yang akan dilapisi
Tahap ini meliputi pengampelasan permukaan logam. Pengampelasan ini
bertujuan untuk membersihkan permukaan dari kotoran dan debu. Permukaan logam
ini juga tidak boleh dalam keadaan basah.

b. Pencampuran cat yang sesuai


Instruksi pabrik pembuat catbharus diikuti, karena pencampuran thinner cat yang
tidak sesuai akan mengurangi daya proteksi terhadap korosi secara signifikan. Cat
yang berkualitas memberikan hasil yang memuaskan.

2. Mengisolasinya, contoh untuk gabungan baja-aluminium


Pengisolasian ini dimaksudkan untuk mencegah aliran arus diantara dua logam
yang berbeda. Adapun material yang digunakan sebagai isolator adalah barang non
logam atau insulator nonabsorbent. Sebagai contoh, digunakan plastik atau keramik
untuk mengisolasi mur yang melewati plat (plat aluminium) sebagai pengganti serat
atau kertas yang menyerap air.

3. Proteksi Katodik dan Anoda Tumbal Terjadi


Logam yang kurang mulia (anoda) dikorbankan untuk melindungi logam yang
lebih mulia. Logam yang kurang mulia (anoda) akan terkorosi lebih dahulu.

4. Passivasi (Pembentukan Lapisan Pasif)


Lapisan pasif adalah suatu selaput untuk melindungi logam dari korosi lebih
lanjut dan lapisan tersebut tidak melekat dengan kuat, contoh lapisan Fe 2O3. Adapun
logam-logam yang dapat membentuk lapisan pasif antara lain: Besi, Krom,
Aluminium, Titanium, dan Molibdenum.
Jika lapisan ini pecah, akan menyebabkan proses korosi menjadi lebih cepat.
Adapun penyebab pecahnya lapisan pasif ini adalah:
a. lingkungan yang terlalu agresif (misalnya: terdapat klorida yang mengakibatkan
terbentuk flok-flok gram)
b. terjadi benturan
c. lapisan pasif yang terbentuk terlalu tipis
2.5 Perhitungan Laju Korosi
Laju korosi dapat dihitung dengan rumus :

Laju korosi:
m
Dimana : A.t.
m : berat yang hilang (gr)
A : luas permukaan (cm2)
t : waktu (jam)
: densitas logam (gr/cm2)
r : laju korosi (mpy)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :

N Jumla
o Alat h
1 Gelas kimia 1000 mL, 6 buah
Avometer (alat ukur tegangan
1 buah
2 listrik)

3 Pipet volume 1 buah


4 Timbangan elektronik 1 buah

5 Batang pengaduk 1 buah


6 Penggaris 1 buah
10
Kertas amplas
7 buah
8 Aqua gelas bekas 9 buah

3.1.2 Bahan :

No Bahan Jumlah
1 Logam baja (Fe) 6 buah
2 Logam seng 3 buah
3 Logam Cu 3 buah
4 Larutan NaCl 3,56 gpl 1000 mL
5 Larutan HCl 1 M 1000 mL
6 Air keran 1000 mL

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Persiapan Benda Kerja
Siapkan logam Fe, Cu, Zn

Celupkan logam-logam tersebut kedalam HCl 10% untuk


mmpermudah proses amplas

Ampelas dengan menggunakan ampelas halus


Mengukur luas permukaan dan menimbang berat logam Fe, Zn dan Cu

Bersihkan lemak dan kotoran yang menempel pada logam dengan


tissue
Lar. NaCl Logam Cu
Logam Fe 3,56gpl
3.2.2 Persiapan Larutan
Membuat larutan proses NaCl 3,56 gpl untuk 2 gelas

Mengukur
Membuat potensial
larutan masing-masing
proses HCl logam
1 M untuk 2 gelas

Menyiapkan air keran sebanyak 2 gelas

Logam Fe Logam Cu
Lar. NaCl 3,56gpl

Mengukur potensial sel

3.2.3 Tahapan percobaan


Perendaman logam Fe dan Cu dalam larutan NaCl selama 7 hari

Penimbangan dan pengukuran potensial sel

Menghitung laju korosi logam

Mengulangi langkah tersebut dengan larutan HCl dan air keran


BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1. Data Pengamatan


Larutan Awal Setelah 7 hari Logam Setelah 7 hari
NaCl Larutan tidak Larutan menjadi Pada permukaan besi
berwarna berwarna keruh Fe terdapat warna hitam
kecoklatan oleh kecokelatan.
endapan kecil-kecil.
Seluruh permukaan seng
Jumlah endapan
Zn menjadi berwarna
sedikit.
kehitaman.
Larutan menjadi Fe Permukaan besi menjadi
berwarna keruh berwarna hitam
kecoklatan oleh kecokelatan.
endapan kecil-kecil.
Permukaan logam Cu
Jumlah endapan
warnanya sedikit memudar
sangat banyak.
Cu menjadi lebih pucat dari
warna semula (merah
kecoklatan).
Larutan tidak Larutan tidak Pada permukaan besi
berwarna berwarna, terdapat Fe menjadi berwarna
gelembung- kehitaman.
gelembung pada
Seluruh permukaan seng
kabel penghubung.
menjadi berwarna hitam
Zn kecokelatan, seng terkikis
hingga berlubang.
HCl Larutan tidak Hampir seluruh permukaan
berwarna, terdapat Fe besi menjadi berwarna
gelembung- kehitaman.
gelembung pada
Permukaan logam Cu
kabel penghubung.
warnanya sedikit memudar
Cu menjadi lebih pucat dari
warna semula (merah
kecoklatan).
Larutan tidak Larutan menjadi Pada permukaan besi
berwarna keruh kekuningan Fe terdapat warna kehitaman.
oleh endapan
Hampir seluruh permukaan
kuning. Jumlah
seng menjadi berwarna
endapan sedikit. Zn hitam kecokelatan, seng
terkikis hingga berlubang.
Larutan menjadi Permukaan besi menjadi
Air kran
keruh kekuningan Fe berwarna hitam
oleh endapan kecokelatan.
berwarna merah
Permukaan logam Cu
kecokelatan pada
warnanya sedikit memudar
dasar wadah.
Cu menjadi lebih pucat dari
Jumlah endapan
warna semula (merah
banyak
kecoklatan).
4.2. Data Pengukuran
E0Logam Berat (gr) E0sel (V) / SCE Laju
Panjang Lebar
Larutan Logam (V)/Cu- korosi
(cm) (cm) Awal Akhir Awal Akhir
CuSO4 (mpy)
Fe -0,549 4,9 1,9 9,9929 9,9739 5,32
+0.0744 0
Zn -1,01 2,8 2,3 0,9476 0,9189 12,81
NaCl
Fe -0,564 4,9 2 10,1564 10,1072 13,09
+0.5350 0
Cu -0,567 4,2 2 6,9929 6,9849 2,19
Fe -0,606 5 1,9 9,8880 9,5695 87,41
+0.5130 0 118,0
Zn -1,094 2,9 2 0,9701 0,7319
HCl 8
Fe -0,608 5,1 1,9 10,3587 10,0273 89,16
+0.0274 0
Cu -0,588 4,5 2,3 8,4801 8,4620 4,02
Fe -0,486 4,9 2 10,1836 10,1745 2,42
+0.5620 0
Air Zn -0,96 2,7 2,1 0,9262 0,9027 11,92
keran Fe -0,51 5 2 10,4102 10,3616 12,67
+0.2085 0
Cu -0,379 4,5 2,3 8,5486 8,5357 2,86

Penentuan logam yang bersifat anodik atau katodik

E0Logam
Larutan Logam Sifat logam
(V)/Cu-CuSO4
Fe -0,549 Katodik
Zn -1,01 Anodik
NaCl
Fe -0,564 Katodik
Cu -0,567 Anodik
Fe -0,606 Katodik
Zn -1,094 Anodik
HCl
Fe -0,608 Anodik
Cu -0,588 Katodik
Fe -0,486 Katodik
Air Zn -0,96 Anodik
keran Fe -0,51 Anodik
Cu -0,379 Katodik
Luas (cm2) W (gram)
Logam
PxL Berat awal berat akhir
Fe1 9,31 0,019
Zn1 6,44 0,0287
Fe2 9,8 0,0492
Cu1 8,4 0,008
Fe3 9,5 0,3185
Zn2 5,8 0,2382
Fe4 9,69 0,3314
Cu2 10,35 0,0181
Fe5 9,8 0,0091
Zn3 5,67 0,0235
Fe6 10 0,0486
Cu3 10,35 0,0129
BAB V
PENGOLAHAN DATA

m
Laju Korosi (r) = Axtx
Keterangan : m = berat yang hilang
A = luas permukaan
t = waktu
= densitas
r = laju

Laju Korosi
m A t
Larutan Logam (r)
gr cm 2
jam g/cm 3
mpy
Fe 0,019 9,31 168 7,874 5,32
Zn 0,0287 6,44 168 7,14 12,81
NaCl
Fe 0,0492 9,8 168 7,874 13,09
Cu 0,008 8,4 168 8,94 2,19
Fe 0,3185 9,5 168 7,874 87,41
Zn 0,2382 5,8 168 7,14 118,08
HCl
Fe 0,3314 9,69 168 7,874 89,16
Cu 0,0181 10,35 168 8,94 4,02
Fe 0,0091 9,8 168 7,874 2,42
Zn 0,0235 5,67 168 7,14 11,92
Air Kran
Fe 0,0486 10 168 7,874 12,67
Cu 0,0129 10,35 168 8,94 2,86
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VII
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bahan Ajar Korosi. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung: Bandung
Indarti, Retno. 2009. Jobbsheet Praktikum Teknik Pencegahan Korosi. Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Bandung: Bandung.
LAMPIRAN
m
Laju korosi ( r )=
A .t .

Contoh perhitungan :
Diketahui : t = 168 jam
Cu = 8,94 gr/ cm3
Fe = 7,874 gr/ cm3
Zn = 7,14 gr/ cm3
Laju korosi (r) = m/A x t x
keterangan: m = berat yang hilang (gram)
A = luas permukaan (cm2)
t = waktu (jam)
= densitas logam (gr/cm3)
r = laju korosi (mpy)

Konversi satuan cm/jam ke mils/year (mpy)

8760 hours mils


1 =
year year
3
10 mils
1
2,54 cm
3
gr cm 1
2

cm gr hour

Laju korosi Fe & Zn pada larutan NaCl


Pada Fe :
0,019 gram m
Laju korosi (r) = (9,31 cm2) 168 jam 7.874 gr /cm 3 A.t.
8760 jam
1
1 tahun
= 1,54 10 cm/jam 1 1000 mil
-6

2.54 cm

= 5,32 mpy

Anda mungkin juga menyukai