Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017

MODUL : Destilasi

PEMBIMBING : Dr. Ir. Ahmad Rifandi, MSc

Praktikum : 4 Oktober 2016

Penyerahan (Laporan) : 11 Oktober 2016

Oleh

Kelompok : 9

Nama : 1. Rahmad Catur Bayu Ragil (141411053)

2. Rd. Riana Gumelar Pratama (141411054)

Kelas : 3B D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat


Menjalankan peralatan unit destilasi dengan aman dan benar
Mampu menjelaskan flow diagram unit destilasi secara baik dan benar
Memperkirakan kebutuhan kukus (steam) untuk reboiler sebagai catu kalor
seoptimum mungkin
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Destilasi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dari


komponen yang akan dipisahkan. Destilasi sering digunakan dalam proses isolasi
komponen, pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen cair. Proses distilasi
didahului dengan penguapan senyawa cair dengan pemanasan, dilanjutkan dengan
pengembunan uap yang terbentuk dan ditampung dalam wadah yang terpisah untuk
mendapatkan distilat. Dasar proses destilasi adalah kesetimbangan senyawa volatil
antara fasa cair dan fasa uap.
Distilasi sendiri dibagi menjadi tiga jenis proses yaitu kontinyu, batch, dan semi
batch/kontinyu.

1. Distilasi Kontinyu

Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan campuran


diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya cairan yang tidak berubah menjadi
uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan yang menjadi uap
bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar kolom untuk diumpankan
ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas dikembalikan lagi ke dalam kolom dan
yang tidak langsung mengalir keluar menjadi produk bawah. Untuk gas hasil distilasi
selanjutnya dikondensasikan menjadi cairan yang disebut dengan produk distilasi.
Sedangkan gas yang tidak terkondensasi selanjutnya dikembalikan ke dalam kolom
distilasi untuk diproses kembali. Pada proses distilasi secara kontinyu dikenal dengan
istilah bagian rectifying dan bagian stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian
atas setelah gas keluar dari kolom distilasi dan bagian stripping adalah proses bagian
bawah setelah cairan keluar dari kolom distilasi. Biasanya dalam kolom ini digunakan
untuk memisahkan umpan multikomponen untuk menghasilkan dua atau lebih produk
murni.

2. Distilasi Batch
Proses distilasi ini merupakan proses yang paling tua yang diketahui untuk
memisahkan suatu cairan campuran. Pada zaman dahulu proses ini seering digunakan
untuk menyuling minuman beralkohol, minyak parfum, untuk farmasi dan penghasil
minyak tanah. Selain itu proses ini juga digunakan untuk memproduksi bahan kimia
yang bagus dan spesialis. Metode ini dipakai hanya untuk sekali proses saja, setelah
itu proses pembersihan alat kemudian proses distilasi dapat dimulai kembali.
Sekarang ini metode distilasi batch merupakan metode yang sering digunakan dalam
berbagai industri kimia. Alat pada distilasi batch berbeda bentuknya dengan alat
distilasi kontinyu yaitu pada bagian stripping di distilasi kontinyu dihilangkan pada
proses distilasi batch. Pada bagian ini diganti dengan aliran umpan menuju kolom
pada distilasi batch. Selain itu pada bagian retifying output produk di distilasi
kontinyu hanya satu, sedangkan pada distilasi batch ada 2 produk dan 1 produk
intermediet. Alat ini digunakan pada proses distilasi batch secara konvensional. Tentu
sekarang sudah ada modifikasi terhadap metode distilasi batch saat ini dengan adanya
penelitian-penelitian mengenai optimasi distilasi batch. Prinsip kerja dari distilasi
batch adalah pertama-tama umpan masuk melalui bawah kolom. Setelah itu
dipanaskan yang mana menghasilkan gas yang akan naik keatas kolom. Cairan yang
tidak menguap akan tetap dibawah sampai pemanasan selesai. Gas hasil pemanasan
akan keluar dari kolom lalu dikondensasikan menjadi cairan yang diinginkan,
sedangkan gas yang tidak dapat terkondensai akan dikembalikan ke kolom. Akan
tetapi hasil dari distilasi pertama belum 100% murni. Untuk itu hasil distilasi pertama
dapat didistilasi kembali untuk mendapatkan produk dengan kemurnian yang lebih
tinggi dari produk sebelumnya. Modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch
distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan
produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa keuntungan:

a. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Beberapa peralatan
pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian atau instrumentasi biasanya
memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar dapat digunakan pada skala
industrial. Di bawah batas minimum tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan
tingkat kesulitan operasinya akan semakin tinggi.

b. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika dilaksanakan


secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang mampu menangani
fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh dan mahal harganya.
Peralatan distilasi curah dapat dipandang memiliki fleksibilitas operasi
dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alasan
mengapa peralatan distilasi curah sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna
untuk memperoleh kembali pelarut maupun digunakan pada pabrik skala pilot.

3. Distilasi Semi-Batch/Kontinyu

Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan prinsip


kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu. Contohnya adalah dimana terjadi
kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat perbedaan pada
pengumpanan bahan baku. Dimana pengumpanan bahan baku hampir sama prinsip
kerjanya pada proses distilasi kontinyu.

Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan setimbang


yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini
akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari komponen yang lebih mudah
menguap (A) dan komponen yang kurang mudah menguap (B).
Karena pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam keadaan buble
temperature dan dew temperature, dengan komposisi uap ditunjukkan pada
Gambar 2, sedangkan komposisi uap dan cairan yang ada dalam kesetimbnagan
ditunjukkan pada Gambar 3.
Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik
didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen
yang kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga y A selalu lebih
besar daripada harga xA. Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di
atas atau di bawah titik didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut
azeotrop maksimum seperti dapat dilihat pada Gambar 5 sedangkan campuran
kedua disebut azeotrop minimum seperti pada Gambar 6. Dalam kedua hal, y A
tidak selalu lebih besar daripada harga xA, ada kesetimbangan uap cairan dengan
yA selalu lebih kecil daripada xA. Pada titik azeotrop, yA sama dengan xA dan
campuran cairan dengan komposisi sama dengan titik azeotrop tidak dapat
dipisahkan dengan cara distilasi.
Gambar 2 Kesetimbangan uap cair pada temperatur buble dan temperatur dew

x A,1 dan yA,1 adalah komposisi cairan


dan uap pada keadaan setimbang.

Gambar 3 Komposisi uap dan cairan pada kesetimbangan

Gambar 5 Titik azeotrop maksimum dalam kurva kesetimbangan


Gambar 6 Kurva azeotrop minimum dalam kesetimbangan
BAB III

METODOLODI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Unit Destilasi

Gambar 1. Flowsheet Distilation

2. Etanol-air 3 dirigen
3. Air pendingin
4. Steam
5. Stopwatch
6. Selang
7. Pompa tangan portable
8. Sarung tangan
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Tahap Start-Up
a. Pengisian umpan
Umpan dimasukan ke dalam labu (T1), di mana pada percobaan ini umpan yang
digunakan adalah ethanol-air, sebanyak 3 drum.
b. Membuka katup udara tekan
Hal ini dilakukan untuk mengkonsumsikan tekanan pada setiap instrumen yang
menggunakan sistem pneumatik sehingga dapat difungsikan secara baik. Di samping
itu dengan adanya udara tekan maka akan menghilangkan kotoran/ debu-debu pada
bagian dalam panel kontrol yang dapat mengganggu kinerja kontrol instrumen
pengendali.
c. Pengaktifan kontrol panel
Kontrol panel diaktifkan sebagai suatu instrumen yang akan mengatur
pengoperasian alat dari unit distilasi secara elektrik ataupun secara pneumatik. Pada
kontrol panel ini kita atur laju keluar air pendingin dengan suhu yang kita set pada
suhu tertentu dan katup akan beroperasi secara otomatis. Pada kontrol panel ini
terdapat tombol On-Off untuk pompa.
d. Membuka katup-katup air pendingin
Kolom pendingin diisi dengan air pendingin dengan cara mengatur besarnya
bukaan pada bagian inlet secara manual. Kolom pendingin harus terisi terlebih dahulu
sebelum dilakukan proses pemanasan diaktifkan agar tidak terjadi over-heating pada
unit distilasi yang akan menyebabkan kegagalan operasi distilasi ataupun kerusakan
alat.
e. Pemanasan menggunakan preaheater
Umpan dipompa menggunakan pompa P2 ke pemanasan awal (preaheater). Setelah
preheater terisi oleh umpan, valve steam dibuka untuk pemanasan. Pembukaan dan
penutupan valve steam terus dikontrol secara manual sampai umpan dalam labu
umpan habis.
f. Pengaliran umpan ke dalam tangki penampung
Umpan dialirkan kedalam tangki tampung dengan melalui by-pass pada proses
sirkulasi dan masuk melalui bagian tengah kolom dengan membuka valve dan
mengaktifkan pompa (P3) melalui panel kontrol sehingga aliran akan menuju tangki
penampungan (T3) dan akan tersirkulasi melalui pemanas.
g. Pengaliran steam
Pengaliran steam diberikan agar terjadi proses pemanasan pada bagian pemanas.
Pengisian steam dilakukan denga cara membuka valve steam pada pipa berwarna abu-
abu dengan laju alir uap yang harus terkontrol dan dapat terlihat pada FI 24. Pada
operasi distilasi kali ini tidak dilakukan pengaliran steam ke preheater, sehingga tidak
adanya pemanasan awal terhadap umpan.

3.2.2 Tahap Operasi

Pada tahap ini dilakukan proses distilasi setelah unit distilasi dipersiapkan dengan
melakukan start-up terlebih dahulu. Pada tahap ini umpan mengalami suatu rangkaian
perlakuan untuk dimurnikan. Pada percobaan ini laju umpan 280 l/jam. Kemudian umpan
akan masuk kedalam tangki penampungan T3.
Dengan pompa P3 umpan (campuran ethanol-air) di tangki penampungan T3
disirkulasikan masuk kedalam reboiler yang akan menaikan suhunya menjadi 100 o C dengan
bantuan steam. Oleh karena umpan pada tangki penampungan sudah berada diatas titik
didihnya, maka ethanol akan menguap dari T3 melalui kolom pemisahan P2 yang terdiri dari
12 tray. Uap ini akan berkontak dengan air yang baru akan masuk dari T1 menuju kolom
penampungan T3, sehingga ada air yang akan ikut menguap dan ada sebagian yang turun
kebawah menuju tangki penampungan. Uap yang naik keatas akan melalui pendingin
sehingga suhunya akan turun dan terkondensasi. Kemudian pada pendingin terdapat aliran
counter-current air pendingin yang masuk pada suhu 25o C (TR 1) agar terjadi perpindahan
panas secara efektif. Uap yang mengalami pendinginan akan mengembun dan tertampung
pada T2, sedangkan air pendingin tadi akan mengalami kenaikan suhu (TR3) karena adanya
perpindahan panas. Pada praktikum ini dilakukan reflux total.

3.2.3 Tahap Shut Down


a. Mematikan laju alir steam
Setelah operasi selesai untuk mengakhiri proses distilasi maka pada tahap shut
down hal utama yang harus dimatikan adalah laju alir steam. Hal ini dilakukan agar
suhu pada unit distilasi terkontrol secara baik dan tidak akan terjadi over-heating.
b. Mematikan pompa P3
Pompa P3 dapat dimatikan melalui kontrol panel jika temperatur pada tangki
penampungan sudah mencapai 50C. Hal ini dilakukan agar suhu akhir tidak terlalu
tinggi sehingga peralatan akan aman pada proses pengosongan (pembuangan) juga
dimaksudkan untuk keselamatan operator.

c. Mematikan tombol power pada kontrol panel


Mematikan kontrol panel dilakukan jika sudah tidak ada instrumen lain yang
digunakan

d. Menutup valve udara tekan

3.2.4 Pada Panel Pengendali


Proses Pemanasan
1. Tekan tombol hijau pada pompa umpan [P2] dan alur laju 280 lt jam
hingga umpan masuk ke preheater.
2. Buka katup kukus [steam] kearah pemanas mula [preheater] (katup kukus ke
arah Reboiler/FFE masih tertutup), diperkirakan tidak sampai terlalu besar
tapi sudah mendidih [ temperatur umpan masuk 75 -85oC ]
3. Perhatikan jangan sampai pemanas mula/preheater dalam keadaan kosong/
tanpa umpan selama masih ada pemanasan / kukus.
4. Setelah umpan pada tangki umpan habis, matikan pompa umpan [P2] dan
tutup katup kukus [steam] kearah pemanas mula [preheater].
5. Mulai stop watch sebagai t = 0
6. Setelah 5 menit [sudah ada hasil dari umpan di tangki sump] ambil
pembacaan pada TR 23, TI 25, TR 26.
7. Tekan/ nyalakan pompa sump/ tampung P3 atur laju 400 lt/jam pada FI28
8. Buka katup kukus yang menuju reboiler [T1124 pada termometer lokal]
setelah interval 30 menit.
9. Ambil pembacaan pada TR 23. TI 25, TR 26 setiap interval 5 menit selama
30 menit.

Flowchart
Mulai

Persiapan

Proses Destilasi

Reflux

Produk

Produk

Destilat

Selesai
BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan Unit Destilasi

Unit Destilasi

Unit destilasi ini dibagi dalam 5 sektor dam 1 sistem kontrol pengendali sebagai berikut :
1. Sektor 1 adalah sektor pengumpanan / feed area.
2. Sektor 2 adalah sektor jalur zat yang dipanaskan.
3. Sektor 3 adalah sektor jalur pemanas.
4. Sektor 4 adalah sektor kolom fraksionasi.
5. Sektor 5 adalah sektor sistem pendingin.
6. Sistem kontrol pengendali.
4.1.2 Penjelasan
1. Sektor 1

Sektor 1 merupakan sektor yang menujukkan pengaliran umpan.Pada sektor ini terdapat
penampung umpan T1 dan pompa yang mengalirkan umpan menuju preheater. Setelah
itu umpan akan masuk kedalam kolom fraksionasi.Adapun keterangan alat pada gambar
diatas adalah sebagai berikut :
a) T1 (Feed Tank)
Untuk menampung cairan umpan (etanol-air) sebelum disirkulasikan atau dialirkan
ke sumptank.

b) P2 (Feed Pump)
Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (etanol-air) ke dalam kolom distilasi
sehingga akhirnya cairan tersebut masuk ke dalam sumptank.

c) A1 (Vapor Trap)
Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang keluar dari pre-heater.

d) W5 (Pre-Heater)
Sebagai pemanas awal cairan umpan.

e) W4 (Distilat Cooler)
Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas
f) TR-13 (Temp Feed)
Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi.

g) FI-14 (Flow Distilat)


Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan.

h) FI-17 (Flow Feed)


Untuk mengukur laju alir umpan.

i) Va-1.1-Va-1.12 (Valve)
Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu.

2. Sektor 2

Sektor 2 menunjukkan reboiler yang berfungsi untuk memanaskan kembali umpan.


Umpan ini akan tertampung pada sump tank T3. Umpan yang tertampung pada T3
merupakan umpan yang akan dan sudah dipanaskan pada reboiler. Proses pemanasan
yang terjadi yaitu umpan akan dialirkan oleh P3 dan cairan akan mengalir menuju
reboiler (W2). Lalu, cairan panas dan uap akan masuk ke sump tank. Adapun keterangan
alat pada sector 2 adalah sebagai berikut :
a) P3 (Pompa Sirkulasi)
Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung (sumptank) ke reboiler.
b) Va 2.5 (Feed from P3)
Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke reboiler.

c) W2 (Reboiler)
Merupakan tempat terjadinya pemanasan.

d) W3 (Cooler)
Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari Sump Tank.

e) T3 (Sump Tank)
Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah dipanaskan. Pada
bagian atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan masuk ke kolom
distilasi.

f) TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom)


Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke reboiler.

g) TR 26 (Temperature Sumptank Vapor)


Untuk mengukur temperature di dalam Sump Tank.

h) F128 (Flow Feed Recycle)


Untuk mengukur laju alir cairan menuju reboiler.

3. Sektor 3
Sektor 3 menunjukkan aliran steam yang akan digunakan untuk memanaskan reboiler.
Proses berlangsung dengan membuka aliran steam, lalu membuka aliran udara tekan
pada panel control. Kemudian control valve akan terbuka pada bukaan tertentu yang
mengatur laju alir steam yang akan masuk ke reboiler. Adapun keterangan alat pada
sector 3 adalah sebagai berikut :
a) W2 (Reboiler)
Untuk memanaskan cairan umpan dengan menggunakan steam yang tidak
kontak secara langsung dengan cairan yang akan dipanaskan.

b) A2 (Steam Trap)
Untuk mengambil kondensat yang keluar dari reboiler.

c) FI 27 (Flow Condensat)
Untuk mengukur laju alir kondensat.

d) FI 24 (Evaporator Steam Supply)


Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk ke reboiler.

e) TR 23 (Evaporator Steam Supply)


Untuk mengukur suhu steam yang masuk reboiler

f) TI 25 (Evaporator Steam Outlet)


Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari reboiler.

g) V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply)


Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk ke reboiler.

4. Sektor 4

Sector 4 menunkukkan kolom fraksionasi, dimana terjadi kontak antara fluida panas dan
fluida dingin. Fluida panas merupakan uap dari hasil pemanasan umpan yang akan
menguap keatas dan kontak dengan fluida dingin yang mengalir dari atas kebawah. Uap
yang terkondensasi akan mengalir melalui lempeng membentuk film tipis yang akan
kembali kontak dengan uap panas. Adapun keterangan alat yang terdapat pada sektor 4
adalah sebagai berikut :
a) TR 8 (Temperature Column Top Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas

b) TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor)


Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua.

c) TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor)


Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama.

d) PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure)


Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah.

e) PR 6 (Column Top Absolute Pressure)


Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.

5. Sektor 5

Sektor 5 menunjukkan system pendinginan dimana umpan yang telah dipanaskan akan
menjadi uap dan masuk ke kolom fraksionasi lalu uap akan didingnkan oleh kondensor
dan akan terkondensasi yang kemudian ditampung dalam penampung destilat sebagai
produk. Adapun keterangan alat pada sektor 5 adalah sebagai berikut :
a) W1 (Condenser)
Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan dikarenakan
adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk

b) V1 (Condenser Cooling Water)


Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor

c) F14 (Condensor Cooling Water)


Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor

d) F5 (Condensor Cooling Water flow observer)


Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis.
e) TR 1 (Condensor water Supply Temperature)
Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor

f) TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry)


Untuk mengukur temperatur cairan yang di reflux.

g) TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)


Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor

h) TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)


Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya terlalu
tinggi maka alarm akan menyala.

i) TRC 3 (Condensor Water Outlet)


Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.

6. Sistem kontrol pengendali


Sektor 6 menunjukkan panel pengontrol dari seluruh operasi destilasi. Adapun alat yang
terlibat dalam sistem control pengendali adalah sebagai berikut :
a) 2 Controller yaitu Pressure Controller (PIC) dan Temperature Controller
Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan yang
diinginkan

b) 2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang


menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan Pressure
Recorder yang ada pada alat distilasi.
c) Tombol on-off
Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed pump) dan P3
(sump pump)

d) Main Switch
Untuk mensupply udara tekan

e) Control Air Pressure Switch


Untuk membuka aliran udara tekan

4.2 Pengolahan Data


Perhitungan Kalor lepas steam

Kalor yang dilepas oleh steam pemanas dirumuskan sebagai berikut.

Kalor lepas steam = Kalor awal steam Kalor Kondensat +

Kalor Kondensasi Kalor steam sisa

Q1=[ m1 hg ][ m1 a hf ] + [ m1 b h fg ]
Dengan hg = Energi dalam (entalpi) kukus pada Temperatur TR 23
hf = Energi dalam kondensat pada temperatur kondensat keluar TI 25
hfg = Kalor laten kondensasi kukus pada temperatur kondensasi
hg, hf, hfg didapatkan di tabel uap [uap jenuh]
m1 = laju massa kukus terpakai (kg/jam)
m1a = laju massa kondensat saja (kg/jam)
m1b = laju massa kukus tidak terpakai dalam kg/jam [m1 - m1a ]
hgb = Energi dalam [entalpi] kukus sisa pada temperatur kukus keluar
Keterangan, bisa diasumsikan semua kukus mengalami kondensasi. m 1b = 0
dan m1a = m1
Menghitung kalor awal steam
Q awal steam=[ m1 h g ]

m1 atau FI 24 (kg/jam) TR 23 (0C) hg (kj/kg) Q (kj/jam)


131 124 2711 354779
Massa jenis= 934,9 kg/m3 (pada suhu 124oC) berdasarkan Perrys Chemical
Engineering Handbook tahun 1999

Menghitung Kalor kondensat


Q kondensat=[ m 1 a hf ]
Massa jenis = 962 kg/m3 (pada suhu 95oC) berdasarkan Perrys Chemical Engineering
Handbook tahun 1999

m1a atau FI 27 (kg/jam) TI 25 (0C) hf (kj/kg) Q (kj/jam)


93 95 398 37014

Menghitung Kalor Kondensasi


Q kondensasi= [ m1 b h fg ]
hfg =hg hf
m1b atau m1 m1a (kg/jam) hfg (kj/kg) Q (kj/jam)
38 2377 90273
Menghitung Kalor lepas steam
Q1=Q awal steamQ kondensat +Q kondensasi

Jenis Kalor Nilai Q (kj/jam) Q1 lepas steam (kj/jam)


Q awal steam 354779 408038
Q Kondensat 37014
Q kondensasi 90273

Kalor Diterima
Kalor yang diterima oleh umpan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q2=[ m3 Cp2 dT 2 ] + [ m4 ]
Dengan, m3 = laju massa produk dalam (kg/jam)
m4 = laju massa kondensat (kg/jam)
Cp2 = Kapasitas panas umpan pada temperatur TI22
Cp3 = Kapasitas panas umpan [yang akan teruapkan] pada temperatur
umpan TI22
dT2 = Selisih temperatur umpan dan produk [TI22-TR26]
Qa=[ m3 Cp2 dT 2 ]

FI 28 Laju alir Cp2 TI 22 TR 26 dT2 Qa


(kg/m3) (kj/kg.K (0C) (0C) (0K) (kj/h)
(L/jam) massa FI
)
28 (kg/h)
280 733 205.24 24.7 56 89 33 167291.124

Massa jenis pada suhu 800C = 733 kg/m3

Qb=[ m4 ]

Laju alir massa kondensat FI Pada TI 25 (kJ/kg) Qb


(kj/h)
27 (kg/h) (m4)
85.56 (fraksi cair) 398 34052
7.44 (fraksi uap) 2645 19679
Total 53731

Q2=Qa+ Qb+Qc

Qa (kj/h) Qb (kj/h) Q2 (kj/h)


167291.124 53731 221022.124

Jumlah panas steam yang dibutuhkan (Qse)


Qse =Q1Q 2
= 408038 - 221022.124
= 187015.876
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan
Distilasi merupakan proses pemisahan cairan berdasarkan prinsip perbedaan titik
didih (volatilitas), pada praktikum ini dilakukan pada campuran etanol dan air. Distilat dari
proses ini memiliki nilai kadar etanol yang lebih tinggi dari nilai etanol ketika berada pada
umpan. Dalam proses ini, umpan dididihkan sehingga terjadi proses penguapan, yang
kemudian dikondensasi agar didapat fasa cair dari distilat.

Alat distilasi skala pilot plant yang digunakan dalam praktikum ini memiliki sistem
operasi yang kontinyu, karena pada proses operasinya pemasukan umpan dan pengeluaran
produk dilakukan secara kontinyu. Sedangkan pada proses distilasi batch atau sederhana
umpan dimasukan hanya pada awal operasi dan produk dikeluarkan secara kontinyu. Unit
distilasi secara batch dan kontinyu dapat dilakukan dengan refluks maupun tidak. Perbedaan
antara unit distilasi pilot plant dengan sederhana terletak pada laju alir umpan, refluks,
kapasitas serta proses pradistilasi (preheater). Pada unit distilasi pilot plant, laju alir umpan
dapat diatur sesuai kehendak user sedangkan pada distilasi secara sederhana tidak dapat
diatur karena sudah disediakan dalam jumlah tertentu dalam sebuah wadah. Pada unit distilasi
pilot plant terdapat unit preheater yang berfungsi untuk memanaskan umpan yang akan
masuk kedalam reboiler, sehingga reboiler tidak memerlukan energi yang besar untuk
memanaskan umpan.

Unit distilasi pilot plant memiliki sebuah diagram sehingga user dapat mengetahui
aliran maupun indikator yang terdapa pada unit distilasi secara keseluruhan. Gambar diagram
aliran pada sebuah unit disebut dengan PFD (Process Flow Diagram) yang merupakan simbol
grafis yang menyatakan porse serta langkah-langkah yang disimbolkan dengan urutan yang
menghubungkan masing masing langkah tersebut dengan tanda panah. PFD ini berfungsi
memberikan informasi yang lebih mudah untuk operator (user). Setiap sektor pada unit
memiliki peran dan fungsi dalam proses distilasi. Unit distilasi terbagi menjadi beberapa
sektor:

1. Sektor 1: Jalur Pengumpanan

2. Sektro 2: Sump Tank (jalur zat yang dipanaskan)


3. Sektor 3: Jalur pemanas

4. Sektor 4: kolom kontak

5. Sektor 5: Sistem pendingin atau kondensor

6. Sektor 6: Panel kontrol

Data yang diambil dari proses distilasi diantaranya laju alir steam masuk dan keluar
beserta suhu, laju alir umpan masuk dan keluar beserta suhu dan kemudian indeks bias.
Indeks bias berfungsi untuk mengetahui konsentrasi etanol yang berada pada umpan,
sehingga ketika proses berlangsung dapat diketahui nilai dari fasa uap dan cair yang ada.
Nilai dari laju alir beserta suhu berfungsi untuk mengetahui kalor yang berpindah pada
proses. Ketika proses berlangsung, terjadi sebuah kendala yang disebabkan adanya pressure
drop yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan kebocoran steam. Hal tersebut dapat terjadi
karena ketika proses refluks, air yang mengalir dari kolom teratas melewati packing packing
dibawahnya, sehingga uap tidak dapat melewatinya, yang kemudian tekanan dari uap tersebut
berusaha mencari jalan keluar. Seharusnya pada proses distilasi yang semi otomatis tersebut,
tekanan dapat diatur, akan tetapi karena respon yang lambat, menyebabkan terjadinya
kebocoran.
DAFTAR PUSTAKA

McCabe, Warren L. dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid I. Jakarta : PT. Erlangga.
Perry Robert, dan Green Don. 1999. Perrys Chemical Engineers Handbook New York: Mc Graw
Hill
Sihab, Fahmy.2016. Distilasi Batch. scribd.com/doc/314275588. [9 Oktober 2016].
Anonim. Distilasi. Departemen Teknik Kimia ITB. http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-
content/uploads/2009/02/modul-205-distilasi.pdf. [9 Oktober 2016]
Lampiran

Dari grafik diatas, diukur menggunakan penggaris. Sehingga diketahui:

Garis cair (biru hingga garis bubble point) sebesar 6.7 cm

Garis uap (merah hingga garis dew point) sebesar 0.6 cm

Maka:

panjang cair 6.7


= =0.92
panjang seluruh 7.3

Sehingga fasa cair 92% dan fasa uap 8%.

Anda mungkin juga menyukai