Oleh :
Kelompok : VII
Kelas : 2A-TKPB
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrient
essensial kemudia di tempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan PH yang tepat
akan segera berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan
konsentrasi mikroba. Melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba melakukan
biosintesis molekul-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya. Kecepatan
pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap substrat (media pertumbuhan) yang
disediakan dan kondisi lingkungannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
t = waktu
b) Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme.Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara
yang berlawanan:
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti,
kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal tersebut, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,yaitu:
a) Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b) Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat
dan optimum (disebut juga suhu inkubasi).
c) Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas,
maka mikroba digolongkan menjadi:
d) Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam
kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
e) Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air
tidak hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi
pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga
kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan
mikroba
f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari
dan dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang
langsung mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk
mematikan pertumbuhan mikroba.
g) Tekanan Osmosis
Sel-sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semifermiabel.Membran
ini dapat melewatkan air masuk ke dalam sel begitu pula sebaliknya membrane ini
mampu menahan zat-zat yang larut di dalam cairan dimana sel-sel itu berada.Untuk
tidak masuk ke dalam sel atau menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk keluar
dari sel. Sel-sel merupakan suatu unit osmosis yang kecil yang responsive terhadap
perbahan-perubahan pada cairan dalam lingkungan.
Klasifikasi Jamur :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : A. niger
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Nutrient Konsentrasi
(NH4)CO3 7 gram
MgSO4.7H2O 1 gram
Aquadest 1000 mL
d. Kertas saring 16 lembar.
Inkubasi (shake)
padaT=37oC; 150rpm, ± 24
jam
Inkubasi (shake)
pada suhu 37oC 150rpm
Timbang= sampai
beratnya konstan
Hitung berat
biomassa (gram)
a. Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab, masker, dan
penutup kepala.
b. Jangan tinggalkan pemanas (hot plate atau water bath) tanpa pengawasan.
c. Hindari ceceran atau tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek listrik.
Tabel 4.1. Data Kinetika Pertumbuhan Ragi Metoda Berat Sel Kering
Massa Massa Massa Jamur +
Massa Volume Konsentras
Waktu Cawan Kertas Kertas Saring +
Jamur Sampel i Jamur
(jam) Petri Saring Cawan Petri
(gram) (liter) (g/l)
(gram) (gram) (gram)
0 76,84 0,35 77,51 0,32 0,05 6,40
2,4167 77,43 0,34 78,10 0,33 0,05 6,60
28,167 87,17 0,34 87,84 0,34 0,05 6,80
33,25 89,72 0,34 90,46 0,40 0,05 8,00
49,4833 75,36 0,35 76,37 0,66 0,05 13,20
52,75 88,69 0,36 89,90 0,85 0,05 17,00
55,55 73,13 0,36 74,68 1,19 0,05 23,80
74,25 72,83 0,34 74,71 1,54 0,05 30,80
76,25 89,20 0,34 91,21 1,67 0,05 33,40
79,25 75,74 0,35 77,90 1,81 0,05 36,20
145,817 73,86 0,35 77,74 3,53 0,05 70,60
147 99,28 0,36 102,49 2,85 0,05 57,00
147,25 73,30 0,36 75,75 2,09 0,05 41,80
4.2 Pengolahan Data
Massa Jamur
1. Sampel 1
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =77,51 gram−0,35 gram−76,84 gram
massa jamur =0,32 gram
2. Sampel 2
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =78,10 gram−0,34 gram−77,43 gram
massa jamur =0,33 gram
3. Sampel 3
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =87,85 gram−0,34 gram−87,17 gram
massa jamur =0,34 gr am
4. Sampel 4
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
5. Sampel 5
6. Sampel 6
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =89,90 gram−0,36 gram−88,69 gram
7. Sampel 7
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
8. Sampel 8
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
9. Sampel 9
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas s aring ]− [ massa cawan petri ]
10. Sampel 10
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
11. Sampel 11
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
12. Sampel 12
massa jamur =[ massa jamur +k ertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
13. Sampel 13
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
Konsentrasi Jamur
1. Sampel 1
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,32 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
Konsentrasi jamur =6,40 g /l
2. Sampel 2
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,33 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
4. Sampel 4
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,40 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
5. Sampel 5
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,66 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
6. Sampel 6
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,85 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
7. Sampel 7
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,19 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
9. Sampel 9
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,66 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
10. Sampel 10
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,81 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
11. Sampel 11
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
3,53 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
12. Sampel 12
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
2,85 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (jam)
Gambar 4.1. Kurva Hubungan Berat Sel Kering (x) Ragi Terhadap Waktu
2
1.5
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
waktu (jam)
μ=slope
0,0181
μ=
jam
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik pada
jamur dan fasa fasa pertumbuhan jamur. Jamur yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Aspergillus Niger. Pengukuran biomassa dilakukan dengan metoda gravimetri,
yaitu dengan menghitung berat sel kering. Metoda gravimetri digunakan karena jamur
terdiri dari hifa-hifa yang tidak bisa dihitung satu persatu selnya sehingga metoda
counting chamber maupun platting koloni tidak cocok untuk jamur. Metoda ini dilakukan
dengan cara menyaring sample dengan menggunakan kertas saring yang sudah konstan beratnya
kemudian dikeringkan didalam oven dan selanjutnya ditimbang beratnya agar diketahui berat sel
keringnya.
Pada percobaan ini, dibuat media pertumbuhan yang komposisinya sama dengan
media produksi. Hal ini karena hasil yang diinginkan berupa biomassa, bukan metabolit.
Dalam percobaan ini digunakan media yang terdiri dari sukrosa sebagai sumber karbon,
(NH4)CO3 sebagai sumber nitrogen, KH2PO4 sebagai sumber fosfat, Mg2SO4.7H2O, FeCl3
s ebagai sumber Fe.
Hasil pengukuran berat sampel, didapat kurva pertumbuhan jamur, sehingga dapat
diketahui fase-fase pertumbuhan jamur sebagai berikut:
Fase lag, yang terjadi setelah proses inokulasi, dialami oleh jamur pada t=0 jam
sampai t=33,25 jam. Fase ini merupakan fase adaptasi jamur. Fase lag panjang
menunjukkan jamur sulit beradapatasi dengan lingkungan barunya.
Fase eksponensial dialami bakteri dari t=33,25 jam sampai t=145,817 jam. Dari
fasa eksponensial tersebut diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena terjadi
penambahan jumlah sel yang sangat besar pada waktu tersebut ditandai dengan
peningkatan kurva yang sangat tajam (menanjak). Dari fasa ini dibuat kurva
antara ln X terhadap waktu, sehingga didapatkan slope (kemiringan) kurva yang
0,0181
merupakan nilai dari µ atau laju pertumbuhan spesifik μ=
jam
Tidak ada fase stasioner pada hasil praktikum jamur percobaan ini. Hal ini dapat
terjadi karena pada saat jamur pada fase stasiosioner tidak disampling sehingga
fase tersebut tidak dapat teramati.
Fase kematian bakteri berlangsung pada t=145,817 jam sampai t=147,25 jam.
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel.
Berdasarkan percobaan yang diperoleh dari kurva eksponensial, laju pertumbuhan
0,0181
spesifik (µ) μ=
jam