Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016

MODUL : Kinetika Pertumbuhan Jamur

PEMBIMBING : Dwi Nurwantoro Nur. Ir., MT.

Tanggal Praktikum : 27 Oktober 2015


Tanggal Penyerahan : 10 November 2015

Oleh :

Kelompok : VII

Nama : 1.Nur Afinayani Linawati (141424024)

2. Rd. Ahmad Fadilah (141424025)

3. Rizka Rismayani Setiawan (141424027)

Kelas : 2A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrient
essensial kemudia di tempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan PH yang tepat
akan segera berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan
konsentrasi mikroba. Melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba melakukan
biosintesis molekul-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya. Kecepatan
pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap substrat (media pertumbuhan) yang
disediakan dan kondisi lingkungannya.

1.1 Tujuan Percobaan


 Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakan jamur dan bakteri.
 Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter, dan media
pertumbuhan jamur dan bakteri.
 Menguasai dan terampil memilih metode yang tepat untuk menetukan konsentrasi
biomassa jamur dan bakteri (counting chamber, paltting koloni atau
spektrofotometer).
 Memahai pola pertumbuhan jamur dan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba
(X) terhadap waktu (t).
 Menguasai dan dapat menetukan fasa-fasa pertumbuhan jamur dan bakteri.
 Dapat menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik (µ) jamur dan
bakteri.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinetika Pertumbuhan


Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu makhluk hidup.
Pada dasarnya pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran, dan jumlah sel. Pada
mikroorganisme pertumbuhan sel dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan
populasi, jumlah sel bertambah sangat cepat dengan waktu yang cepat pula.
Mikroorganisme dapat tumbuh dibawah pengaruh fisik, kimia, dan kondisi nutrient. Pada
nutrient yang cocok mikroorganisme menguraikan nutrient dari media dan mengubahnya
dalam komposisi-komposisi biologi. Sebagian dari nutrient-nutrient digunakan untuk
memproduksi energi dan sebagian lagi digunakan untuk biosintesis dan pembentukkan
produk. Pertambahan massa sel seiring dengan waktu dapat digambarkan sebagai
berikut:

Substrat + Sel/mikroorganisme  Mikroorganisme + Produk

Pertumbuhan mikroorganisme merupakan contoh yang baik pada suatu reaksi


autokatalis. Pertumbuan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk menggandakan massa atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat berbeda dengan
waktu ganda sel, karena massa sel dapat meningkat tanpa peningkatan jumlah sel. Laju
pertumbuhan ditunjukkan langsung oleh konsentrasi sel dan penambahan jumlah sel
(biomassa) yang merupakan keluaran yang normal dari reaksi tersebut. Namun demikian,
bila pada suatu lingkungan tertentu interval antara massa sel atau penggandaan jumlah
konstan dengan waktu, maka organisme itu tumbuh pada kecepatan eksponensial. Laju
pertumbuhan mikroorganisme dicirikan dengan laju pertumbuhan spesifik (specific
growth rate) dinyatakan sebagai berikut:
dCx/dT = µ Cx
dimana : Cx = Konsentrasi sel dalam gram/liter

t = waktu

µ = laju pertumbuhan spesifik dalam jam-1

Dengan membuat grafik In Cx terhadap t, maka didapat tg α = µ.

Metode-metode yang digunakan untuk evaluasi populasi mikroorganisme yaitu:


a. Metode langsung : perhitungan jumlah sel (menggunakan mikroskop), counting
chamber, dan dengan penetapan bahan kering seluler.

b. Metode tidak langsung : turbidimetri, spektrofotometri, dan pengenceran.

Metode-metode tersebut digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena


pertumbuhan mikroorganisme. Untuk lebih jelasnya dapat diamati dengan kurva
pertumbuhan yaitu sebagai berikut :

Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme

2.2 Fasa-Fasa Kinetika Pertumbuhan


2.2.1. Fase Lag
Fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium dan merupakan
suatu periode adaptasi. Pada fasa ini sebagian besar mikroba menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungan barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel,
bahkan sebagian selnya mati, hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup.
Sintesis enzim sudah terjadi. Selama fase ini massa sel dapat berubah tanpa
adanya suatu perubahan jumlah sel. Dapat juga terjadi fase awal yang palsu
bilamana inokulum yang diberikan terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas
yang rendah. Suatu saat bila perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel
bergerak kearah fase tumbuh. Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial
atau fase logaritmik. Ciri daripada fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan
populasi karena sel mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta
bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.
Faktor penentu fase lag:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan; jika medium sama dengan medium
sebelumnya, waktu adaptasi pendek atau tidak ada, jika sangat berbeda pelu
waktu untuk sintesis enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme
(pembentukan enzim induktif).
b. Kondisi starter/inokulum
- Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi mempercepat fase
adaptasi
- Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada dalam
bentuk spora dan bukan sel vegetatif maka bila ia ditanam dalam medium
dengan kondisi lingkngan yang baik , ia akan berubah menjadi bentuk sel
vegetatif dan ini memerlukan sedikit waktu
- Mutan yag baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan lingkngan
yang baru.

2.2.2. Fasa Petumbuhan Dipercepat (Decelerated Growth Phase)


Pada fasa ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sel mulai membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran sel
dapat mencapai maksimum serta mulai adanya aktivitas metabolisme.

2.2.3. Fasa Eksponensial (Exponential/ Logarithmic Growth Phase )


Pada fasa ini pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti
kurva logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami
reaksi metabolisme yang maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient
esensial ada dalam keadaan cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi
metabolisme utama dari pertumbuhan. Pada saat ini paling sensitif terhadap
lingkungan.
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x
melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau
mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. µ konstan dan selnya membelah diri
dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan
seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
a. Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrient dan kondisi lingkungan yang sama
maka di dalam medium baru populasi sel ini akan langsung mengalami fasa
logaritma tanpa mengawali pertumbuhan dengan fasa pertumbuhan
awal/pertumbuhan dipercepat.
b. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel minimum
dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan sangat aktif,
sintesa makrmolekul dari komponen sel berlomba dengan waktu.

2.2.4. Fasa Pertumbuhan Diperlambat (Negative Decelerated Growth Phase)


Pada fasa ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam medium
sudah sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan mungkin
beracun atau menhambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini pertumbuhan sel
tidak stabil, api jumlah populasi masih naik karena jumla sel yang tumbuh masih
lebih banyak daripada jumlah sel yang mati.

2.2.5. Fasa Stationer (Stationary Phase)


Pada fasa ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Jumlah sel baru sebagai
hasil reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati.Ini menyebabkan
grafiknya linier dan sejajar dengan absisnya.Reproduksi sel masih terjadi selama
fasa ini menggunakan cadangan makanan yang ada dalam protoplast sebagai
building blocks pembangun sel yang baru.Karena kekurangan nutrisi, sel
kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh
pada fasa logaritmik.Pada fasa ini lebih tahan terhadap keadaan ekstrim, seperti
panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia.Muncul modifikasi struktur biokimiawi
sel.
Bila dilanjutkan, beberapa kejadian masih mungkin timbul meskipun
pertumbuhan telah terhenti, metabolisme dan akumulasi produk masih terjadi di
dalam sel atau di dalam cairan. Massa sel total dapat tetap konstan, tetapi jumlah
sel hidup cenderung menurun. Pada saat ketahanan hidup menurun, lisis sel
mungkin terjadi dan massa sel akan menurun
Lisis sel akan menyebabkan terjadinya suatu medium yang kompleks dari
produk-produk hasil lisis, oleh karena itu suatu pertumbuhan yang sekunder,
disebut pertumuhan kriptik akan erjadi. Sering juga terjadi metabolik sekunder
yang kurang penting terbentuk oleh enzim-enzim yang sebelumnya tidak
terdapat atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu terjadinya penumpukan racun
akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi
kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh sehingga
jumlah sel menjadi konstan.

2.2.6. Fasa Kematian Dipercepat


Pada fasa ini jumlah kematian sel mulai dipercepat.

2.2.7. Fasa Kematian (Death Pahse)


Pada fasa ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun,
sedangkan jumlah kematian (mortalitas) sel semakin banyak.Kematian ini
desebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk, terutama oleh
makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel
(metabolit sekunder). Pada fase ini nutrisi dalam medium sudah habis, energi
cadangan dalam sel habis. Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan
habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga
mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial.Lamanya fasa ini
tergantung pada species dari mikrobanya dan kondisi lingkungannya sendiri.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba


Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba. Berikut ini
faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba :
a) Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil
logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini.Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.

b) Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme.Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara
yang berlawanan:
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti,
kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal tersebut, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,yaitu:
a) Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b) Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat
dan optimum (disebut juga suhu inkubasi).
c) Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas,
maka mikroba digolongkan menjadi:

Tabel 1 :Penggolongan Bakteri menurut suhu

Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum Suhu Maksimum

Psikrofil - 15o C. 10o C. 20o C.

Psikrotrof - 1o C. 25o C. 35o C.

Mesofil 5 – 10o C. 30 – 37o C. 40o C.

Thermofil 40o C. 45 – 55o C. 60 – 80o C.

Thermotrof 15o C. 42 – 46o C. 50o C.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga


macam, yaitu :
a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60 oC selama 10-20 menit tapi
kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.

c) Keasaman atau Kebasaan (pH)


Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada
kisaran ph 8,0 – 8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak.

d) Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam
kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:

 Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.


 Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
 Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
 Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

e) Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air
tidak hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi
pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga
kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan
mikroba
f) Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari
dan dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang
langsung mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk
mematikan pertumbuhan mikroba.
g) Tekanan Osmosis
Sel-sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semifermiabel.Membran
ini dapat melewatkan air masuk ke dalam sel begitu pula sebaliknya membrane ini
mampu menahan zat-zat yang larut di dalam cairan dimana sel-sel itu berada.Untuk
tidak masuk ke dalam sel atau menahan zat terlarut dalam sitoplasma untuk keluar
dari sel. Sel-sel merupakan suatu unit osmosis yang kecil yang responsive terhadap
perbahan-perubahan pada cairan dalam lingkungan.

2.4 Jamur Aspergillus Niger


Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya
diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna
putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika
konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung
memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.

Klasifikasi Jamur :

Domain : Eukaryota
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : A. niger
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Pertumbuhan Jamur Aspergillus Niger


3.1.1 Bahan yang digunakan:
a. Kultur murni jamur Aspergillus Niger dalam agar miring PDA (Potato
Dextrose Agar)
b. 100 ml media cair steril untuk starter/inokulum dengan komposisi:
c. 16 buah erlenmeyer 100 ml yang berisi 50 ml media cair steril sebagai media
pertumbuhan dengan komposisi yang sama dengan media untuk starter.
Komposisi media pertumbuhan untuk 1000 mL (100 mL inokulum dan 850
mL untuk media pertumbuhan) :

Nutrient Konsentrasi

Sukrosa 142 gram

(NH4)CO3 7 gram

KH2PO4 1,4 gram

MgSO4.7H2O 1 gram

FeCl3 0,5 gram

Aquadest 1000 mL
d. Kertas saring 16 lembar.

3.1.2 Alat yang digunakan:


1. 16 buah Erlenmeyer 100 ml
2. 1 buah Gelas Kimia 2 liter
3. Corong gelas
4. Neraca analitik
5. Oven
6. Gelas ukur 50 ml

3.1.3 Langkah Kerja


a. Persiapan

Siapkan 17 erlemenyer 100 mL,


16 untuk sampel + 1 untuk
inokulum

Campurkan semua bahan kedalam


gelas kimia 2000mL dengan
penambahan aquades 1000 ml

Setelah seluruh bahan larut,


masukkan 50mL larutan kedalam
masing-masing erlenmeyer

Lakukan sterilisasi selama kurang


lebih 20 menit

Siapkan kertas saring, oven


selama ± 30 menit, kemudian
timbang berat kertas saring
kosong
b. Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan

5 mL media cair Pipet

Masukkan dalam tabung yang berisi kultur murni jamur

Tuangkan ke dalam erlenmeyer yang berisi media yang telah steril


untuk inokulum

Inkubasi (shake)
padaT=37oC; 150rpm, ± 24
jam

Masukkan inokulum keadalam masing-masing


erlenmeyer yang berisi 50 mL media
pertumbuhan
Lakukan pada semua erlenmeyer yang akan
mewakili satu interval waktu.

Inkubasi (shake)
pada suhu 37oC 150rpm

Lakukan sampling setiap 3 kali


sehari

Catatan : semua pekerjaan dilakukan secara aseptis


c. Penentuan kurva pertumbuhan dengan metoda berat sel kering

Tuangkan 100 ml sampel


hingga semua miselia
tersaring

Keringkan dalam oven


pada

T= 500C selama 24 jam

Timbang= sampai
beratnya konstan

Hitung berat
biomassa (gram)

Buat Kurva antara X (berat


biomassa (gram)/volume media
(Liter)) terhadap waktu (jam)

Buat kurva ln X (pada fasa


eksponensial) terhadap waktu
(jam)

Berat biomassa = (berat kertas saring+biomassa) – (berat kertas saring kosong)


3.2 Keselamatan Kerja

a. Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab, masker, dan
penutup kepala.

b. Jangan tinggalkan pemanas (hot plate atau water bath) tanpa pengawasan.

c. Hindari ceceran atau tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek listrik.

d. Hati-hati dengan penggunaan pembakar spiritus.

e. Lakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data dan Pengamatan

Tabel 4.1. Data Kinetika Pertumbuhan Ragi Metoda Berat Sel Kering
Massa Massa Massa Jamur +
Massa Volume Konsentras
Waktu Cawan Kertas Kertas Saring +
Jamur Sampel i Jamur
(jam) Petri Saring Cawan Petri
(gram) (liter) (g/l)
(gram) (gram) (gram)
0 76,84 0,35 77,51 0,32 0,05 6,40
2,4167 77,43 0,34 78,10 0,33 0,05 6,60
28,167 87,17 0,34 87,84 0,34 0,05 6,80
33,25 89,72 0,34 90,46 0,40 0,05 8,00
49,4833 75,36 0,35 76,37 0,66 0,05 13,20
52,75 88,69 0,36 89,90 0,85 0,05 17,00
55,55 73,13 0,36 74,68 1,19 0,05 23,80
74,25 72,83 0,34 74,71 1,54 0,05 30,80
76,25 89,20 0,34 91,21 1,67 0,05 33,40
79,25 75,74 0,35 77,90 1,81 0,05 36,20
145,817 73,86 0,35 77,74 3,53 0,05 70,60
147 99,28 0,36 102,49 2,85 0,05 57,00
147,25 73,30 0,36 75,75 2,09 0,05 41,80
4.2 Pengolahan Data

 Massa Jamur
1. Sampel 1
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =77,51 gram−0,35 gram−76,84 gram
massa jamur =0,32 gram
2. Sampel 2
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =78,10 gram−0,34 gram−77,43 gram
massa jamur =0,33 gram
3. Sampel 3
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =87,85 gram−0,34 gram−87,17 gram
massa jamur =0,34 gr am

4. Sampel 4
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =90,46 gram−0,34 gram−89,72 gram

massa jamur =0,40 gram

5. Sampel 5

massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]

−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =76,37 gram−0,35 gram−75,36 gram

massa jamur =0,66 gram

6. Sampel 6
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]
massa jamur =89,90 gram−0,36 gram−88,69 gram

massa jamur =0,85 gram

7. Sampel 7
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =74,68 gram−0,36 gram−73,13 gram

massa jamur =1,19 gram

8. Sampel 8
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =74,71 gram−0,34 gram−72,83 gram

massa jamur =1,54 gram

9. Sampel 9
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas s aring ]− [ massa cawan petri ]

massa jamur =91,21 gram−0,34 gram−89,20 gram

massa jamur =1,67 gram

10. Sampel 10
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =77,90 gram−0,35 gram−75,74 gram

massa jamur =1,81 gram

11. Sampel 11
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =77,74 gram−0,35 gram−73,86 gram

massa jamur =3,53 gram

12. Sampel 12
massa jamur =[ massa jamur +k ertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =102,49 gram−0,36 gram−99,28 gram

massa jamur =2,85 gram

13. Sampel 13
massa jamur =[ massa jamur +kertas saring+ cawan petri ]
−[ massa kertas saring ] −[ massa cawan petri ]

massa jamur =75,75 gram−0,36 gram−73,30 gram

massa jamur =2,09 gram

 Konsentrasi Jamur

1. Sampel 1
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,32 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter
Konsentrasi jamur =6,40 g /l

2. Sampel 2
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,33 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =6,60 g /l


3. Sampel 3
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,34 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =6,80 g /l

4. Sampel 4
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,40 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =8,00 g / l

5. Sampel 5
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,66 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =13,20 g /l

6. Sampel 6
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
0,85 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =17,00 g /l

7. Sampel 7
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,19 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =23,80 g /l


8. Sampel 8
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,54 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =30,80 g /l

9. Sampel 9
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,66 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =33,20 g /l

10. Sampel 10
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
1,81 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =36,20 g /l

11. Sampel 11
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
3,53 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =70,60 g /l

12. Sampel 12
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
2,85 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =57,00 g /l


13. Sampel 13
massa jamur
Konsentrasi jamur =
volume sampel
2,09 gram
Konsentrasi jamur =
0,05 liter

Konsentrasi jamur =41,80 g/l

 Kurva Pertumbuhan Jamur Asepergillus niger

Kurva Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger


80
70
60
Konentrasi jamur (g/l)

50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (jam)

Gambar 4.1. Kurva Hubungan Berat Sel Kering (x) Ragi Terhadap Waktu

 Penentuan Laju Pertumbuhan Mikroba Spesifik ( μ )

Waktu (jam) Konsentrasi Jamur (X) ln X


33,25 8,00 g/l 2,0794
49,4833 13,20 g/l 2,5802
52,75 17,00 g/l 2,8332
55,55 23,80 g/l 3,1697
74,25 30,80 g/l 3,4275
76,25 33,20 g/l 3,5086
79,25 36,20 g/l 3,5891
145,817 70,60 g/l 4,2570

Kurva Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger pada Fasa Eksponensial


5
4.5
f(x) = 0.02x + 1.9
4
3.5
3
2.5
ln X

2
1.5
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
waktu (jam)

Gambar 4.2. Kurva Penentuan Laju Pertumbuhan Maksimum Ragi

μ=slope

0,0181
μ=
jam

4.3 Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik pada
jamur dan fasa fasa pertumbuhan jamur. Jamur yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Aspergillus Niger. Pengukuran biomassa dilakukan dengan metoda gravimetri,
yaitu dengan menghitung berat sel kering. Metoda gravimetri digunakan karena jamur
terdiri dari hifa-hifa yang tidak bisa dihitung satu persatu selnya sehingga metoda
counting chamber maupun platting koloni tidak cocok untuk jamur. Metoda ini dilakukan
dengan cara menyaring sample dengan menggunakan kertas saring yang sudah konstan beratnya
kemudian dikeringkan didalam oven dan selanjutnya ditimbang beratnya agar diketahui berat sel
keringnya.

Pada percobaan ini, dibuat media pertumbuhan yang komposisinya sama dengan
media produksi. Hal ini karena hasil yang diinginkan berupa biomassa, bukan metabolit.
Dalam percobaan ini digunakan media yang terdiri dari sukrosa sebagai sumber karbon,
(NH4)CO3 sebagai sumber nitrogen, KH2PO4 sebagai sumber fosfat, Mg2SO4.7H2O, FeCl3
s ebagai sumber Fe.

Setelah pembuatan media pertumbuhan dan produksi dilakukan inokulasi jamur


pada media pertumbuhan, kemudian disimpan dalam incubator shaker selama 24 jam
yang tujuannya untuk menoptimalkan pertumbuhan jamur. Selanjutnya media
pertumbuhan dipindahkan ke dalam media produksi yang telah terbagi-bagi dalam
erlenmeyer 100 ml. Setelah berada dalam media produksi dilakukan sampling dengan
menyaring jamur dengan kertas saring yang sudah konstan beratnya karena telah
dikeringkan terlebih dahulu. Setelah disaring, sampel dikeringkan dalam oven dan
selanjutnya ditimbang agar dapat diketahui beratnya. Sampling dilakukan 3 kali sehari
selama beberapa hari.

Hasil pengukuran berat sampel, didapat kurva pertumbuhan jamur, sehingga dapat
diketahui fase-fase pertumbuhan jamur sebagai berikut:
 Fase lag, yang terjadi setelah proses inokulasi, dialami oleh jamur pada t=0 jam
sampai t=33,25 jam. Fase ini merupakan fase adaptasi jamur. Fase lag panjang
menunjukkan jamur sulit beradapatasi dengan lingkungan barunya.

 Fase eksponensial dialami bakteri dari t=33,25 jam sampai t=145,817 jam. Dari
fasa eksponensial tersebut diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena terjadi
penambahan jumlah sel yang sangat besar pada waktu tersebut ditandai dengan
peningkatan kurva yang sangat tajam (menanjak). Dari fasa ini dibuat kurva
antara ln X terhadap waktu, sehingga didapatkan slope (kemiringan) kurva yang

0,0181
merupakan nilai dari µ atau laju pertumbuhan spesifik μ=
jam
 Tidak ada fase stasioner pada hasil praktikum jamur percobaan ini. Hal ini dapat
terjadi karena pada saat jamur pada fase stasiosioner tidak disampling sehingga
fase tersebut tidak dapat teramati.
 Fase kematian bakteri berlangsung pada t=145,817 jam sampai t=147,25 jam.
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel.
Berdasarkan percobaan yang diperoleh dari kurva eksponensial, laju pertumbuhan

0,0181
spesifik (µ) μ=
jam

Anda mungkin juga menyukai