Anda di halaman 1dari 9

Nama : Firstyananda Wahyu Andita

NIM : 121160150

Mata Kuliah : Mikrobiologi Industri

Kelas :A

Dosen : Dr.Ir. Mahreni MT

A. Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme

Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut.

1. Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)

Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial, tetapi
dalam tahap masa persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan, apabila
mikroorganisme yang ditanami pada substrat atau medium yang sesuai, maka pertumbuhan
akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan mikroorganisme yang sudah tua
meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya mikroorganisme ini membutuhkan
masa persiapan atau fase lag. Waktu yang diperlukan pada fase ini digunakan untuk
mensintesa enzim. Sehingga mencapai konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan
pertumbuhan ekponensial. Fase ini berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari,
tergantung dari jenis mikroorganisme serta lingkungan yang hidup.

Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata
terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian) ataupun
fase-pengaturan jasad untuk suatu aktivitas didalam lingkungan yang mungkin baru.
Sehingga grafik selama fase ini umumnya mendatar.

Kalau G ( = waktu generasi rata-rata ) sama dengan t ( = waktu yang dibutuhkan dari
jumlah a menjadi b ) dibagi oleh a ( = jumlah keturunan ) sehingga:

G=t/n

= 0,301

log10a – -log10b

2. Fase tumbuh dipercepat (fase logaritme, fase eksponensial, logaritma phase)

Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah diri.masa ini disebut masa
pertumbuhan, yang setiap selnya tidak sama dalam waktu masa persiapan.Sehingga secara
berangsur-angsur kenaikan jumlah populasi sel mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase
pertumbuhan mikroorganisme.
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka
mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu sel sehingga
kurva meningkat dengan tajam (menanjak). Peningkatan ini harus diimbangi dengan banyak
faktor, antara lain:

Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta assosiasi
kehidupan di antara jasad yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.

Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam media, temperatur, kadar
oksigen, cahaya, dan lain sebagainya.

Kalau faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam seperti
gambar. Pada fase ini pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka pertumbuhan secara
ekponensial akan tercapai. Pada fase ini menunjukkan kemampuan mikroorganisme
berkembang biak secara maksimal. Setiap sel mempunyai kemampuan hidup dan
berkembang biak secara tepat. Fase pengurangan pertumbuhan akan terlihat berupa keadaan
puncak dari fase logaritmik sebelum mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah
individu mulai berkurang atau menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain
berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya jumlah kejenuhan pertumbuhan
jasad. Fase tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma mencapai puncaknya, maka zat-
zat makanan yang diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme akan mengakibatkan
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pada masa pertumbuhan ini reda atau dikatakan
sebagai fase tumbuh reda.

3. Fase stasioner

Pengurangan sumber nutrien serta faktor –faktor yang terkandung di dalam jasadnya
sendiri, maka sampailah puncak aktivitas pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampaui
lagi, sehingga selama fase ini, gambaran grafik seakan mendatar. Populasi jasad hidup di
dalam keadaan yang maksimal stasioner yang konstan.

4. Fase kematian

Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai jumlah yang
konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap maksimum pada masa tertentu. Setelah
masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel yang mati melebihi jumlah sel yang
hidup. Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami
penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel
tidak mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap hidup dalam
beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva dimana jumlah
individu secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ke titik awal
lagi.
Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak sesuai seperti yang sudah
diterangkan kalau faktor-faktor lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi persyaratan.
Beberapa penyimpangan yang sering terjadi pada gambaran kurva tersebut dapat diterangkan
sebagai berikut :

Pengaruh lingkungan terhadap kurva pertumbuhan

1. Kurva A : Menunjukkan terdapatnya fase lag yang cukup lama sebelum


mikroorganisme dapat tumbuh dan bertambah.
2. Kurva B : Menunjukkan tidak adanya fase lag, karena begitu ditanamkan, maka
pertumbuhan mikroorganisme dapat langsung ke fase logaritmik atau fase
eksponensial pertumbuhan.
3. Kurva C : Menunjukkan fase lag yang panjang atau lama serta tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru (mati).
4. Kurva D : adalah gambaran suatu kurva pertumbuahan mikroorganisme yang secara
kontinu terus menerus diberi tambahan sumber nutrient, sehingga ada kesinambungan
pertumbuhan walau makin lama mengarah kepada penurunan.

B. Reproduksi Mikroorganisme sebagai Komponen Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme ditentukan pula oleh kemampuan dalam mereproduksi sel.


Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara aseksual (yang paling umum) dan
secara seksual (terjadi pada beberapa individu saja). Pada bakteri misalnya, perkembang-
biakan secara aseksual terjadi secara pembelahan biner, yaitu sel induk membelah menjadi
dua selanak. Kemudian masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan
seterusnya hingga makin membanyak. Selama sel membelah maka akan terjadi keselarasan
replikasi DNA sehingga tiap-tiap sel anak akan menerima paling sedikit satu kopi (salinan)
dari genom.

Perbanyakan sel dengan cara pembelahan ini, kecepatannya ditentukan oleh waktu
generasi.Ada jenis yang mempunyai waktu generasi lambat atau lambat sekali. Ada pula yang
waktu generasinya sangat singkat atau cepat.
Tabel B.1 Waktu generasi mikroorganisme

Kelompok Jenis
Mikroorganisme Waktu Generasi
( Jam )
Bakteri heterotrofik:
Bacillus megatarium 0,58
Escherichia coli 0,28
Rhizobium meliloti 1,80
Treponema pallidum 34,0
Bakteri fotosintetik :
Chloropseupdomonas 7,0
Ethylicum 2,4
Rhodopseudomonas spheroids 5,0
Rhodospirillum rubrum
Ragi :
Saccharomyces cerevisiae 2,0

Tabel.B.2 Waktu generasi dan laju pertumbuhan spesifik berbagai organisme

Organisme Tg (Jam) K(jam-1)


Bakteri 0,3 2,3
Khamir 1,5 0,46
Kapang 3,0 0,23
Sel Tanaman 24 0,0287

Bakteri memang mempunyai cara-cara perkembang-biakan aseksual yang unik kalau


dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Juga didalam kecepatan perbanyakan dan
waktu generas, tetapi pembelahan sel mikroorganisme tidak saja terjadi hanya secara biner
sajamungkin pula dapat berbentuk multiple perkuncupan.

Ragi, seperti ragi untuk membuat kue atau roti Saccharomyces cerevisiae pembelahan ada
yang seperti bakteri (dari satu sel menjadi dua dst.) tetapi ada pula yang membentuk kuncup,
dimana tiap kuncup akan membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan
seterusnya sehingga akhirnya membentuk semacam mata rantai.

Virus tumbuh dan berkembang-biak di dalan sel hidup jasad lain, perbanyakan
individunya terjadi secara pembelahan atau replikasi DNA(gambar 47) Perkembang-biakan
aseksual dapat juga terjadi secara fragmentasi, yaitu pemotongan serat atau hifa atau filamen.
Misal yang terjadi pada jamur atau mikroalge. Filamen yang terpotong menjadi beberapa
bagian, tiap potongannya akan tumbuh dan berkembang pula seperti induknya. Perkembang-
biakan aseksual yang paling umum lagi adalah melalui spora. Spora yang dapat
diumpamakan seperti biji tanaman tinggi, dihasilkan dalam berbagai bentuk mikroorganisme.
Untuk bakteri, spora terbentuk didalam sel, sehingga dinamakan endospora. Sedang untuk
jamur misalnya, spora terbentuk diluar tubuh jasadnya, sehingga dinamakan eksospora. Kalau
spora jatuh ke tempat yang lembab maka ia akan berkecambah dan tumbuh menjadi individu
baru. Perkembang biakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta
secara terbatas pada bacteria, dapat terjadi secara :

1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.

2. Secara anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.

3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk yang sama.

Hasil perkawinan (fertilisasi) akan membentuk zigot (sel betina atau sel telur yang telah di
buahi oleh sel jantan atau sel sperma), yang kemudian zigot akan berkecambah membentuk
individu baru setelah mengalami pembelahan. Rangkaian kehidupan mikroorganisme yang
dimulai dari spora, spora berkecambah, membentuk massa sel ataupun tubuh buah kemudian
menghasilkan alat perkembang biakan kembali, disebut siklus atau daur hidup. Pada bacteria
siklus hidup kurang jelas rangkaianya, berbeda pada jamur dan mikro alga. Pada jamur
kompos (Agaricus bisporus), yaitu jenis jamur yang sudah dibudidayakan dan bernilai
ekonomi dengan nama mushroom atau champignon, siklus hidupnya sangat jelas mulai dari
spora yang berkecambah, membentuk massa hifa atau misellia, membentuk tubuh buah stadia
awal sampai membentuk tubuh buah yang nyata terlihat. Juga pada alga hijau
(Chlamydomonas) jenis alag yang banyak kita temukan pada bak aquarium ataupun pada
kolam ikan, serta pada protozoa (Trypanosoma gambiense) penyebab penyakit tidur yang
ditularkan melalui lalat tsese.

Di dalam siklus hidup, tahapan yang terjadi sejak spora berkecambah sampai
menghasilkan kembali alat perkembang biakan, akan di lalui tingkat perkembang biakan
secara seksual ataupun aseksual sesuai dengan sifat mikroorganisme. Faktor – faktor yang
mempengaruhi, khususnya factor lingkungan abiotik seperti :

1. Kelengkapan unsur yang terdapat di dalam media

2. pH media

3. Kadar air media

4. Temperatur

5. Cahaya

6. Sirkulasi oksigen

7. Kelembaban
B.1. Bakteri

Pada umumnya bakteri berkembang biak secara aseksual atau vegetatif yaitu dengan cara
membelah diri. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, bakteri akan membelah diri
dengan cepat. Pembelahan terjadi setiap 15-20 menit. Sehingga dalam waktu kurang lebih 7-8
jam bakteri sudah menjadi jutaan.

Proses pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase,yaitu:

1. Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada
arah memanjang.
2. Sekat tersebut diukuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak
selalu merupakan penyekat yang sempurna,ditengah-tengah sering ketinggalan suatu
lubang kecil, dimana protoplasma kedua sel baru masih tetap berhubung-hubungan.
Hubungan protoplasma ini disebut plasmodesmida.
3. Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera berpisah, yaitu
yang satu terlepas sama sekali dari pada yang lain, setelah dinding melintang
menyekat secara sempurna. Bakteri yang semacam ini merupakan koloni yang merata,
jika dipiara pada medium yang padat. Sebaliknya, bakteri-bakteri yang dindingnya
lebih kokoh tetap bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri macam ini
merupakan koloni yang kasar permukaannya.

B.2. Jamur

Perkembangbiakan jamur ditemukan dua macam,yaitu: aseksul dan seksual.

1. Secara aseksual

Dengan cara membelah diri atau bertunas, dilakukan oleh jamur yang bersel satu. Tunas yang
dihasilkan disebut blastospora.

Dengan fragmentasi, berupa potongan misselium atau hifa.

Dengan pembentukan konidia,yaitu ujung-ujung hifa tertentu membagi-bagi diri


membentuk :

a) bentuk-bentuk yang bulat ( konidiospora ) atau serupa telur (oidiospora)


b) bentuk empat persegi panjang ( artispora )
c) spora yang berdinding tebal,disebut klamidospora

2. Secara seksual

Perkembangbiakan secara seksual memerlukan 2 jenis jamur yang cocok. Untuk


kecocokan ini diberikan tanda + dan – Proses perkawinannya terdiri atas persatuan 2
protoplas ( plasmogami ) kemudian diikuti persatuan inti ( kariogami ). Jamur ada yang
menghasilkan alat kelamin jantan saja atau hanya alat kelamin betina saja,sehingga jamur
yang seperti ini disebut jamur berumah dua (diesi).jamur yang dapat menghasilkan alat
kelamin jantan dan alat kelamin betina disebut hermaprodit atu disebut berumah satu
(monoesi).

Alat kelamin disebut gametangium.gametangium menghasilkan se l kelamin jantan


disebut anteridium, sedangkan gametangium yang menghasilkan sel kelamin betina disebut
oogonium. Gamet jantan dan betina yang tidak dapat dibedakan disebut isogamet. Jika jelas
berbeda disebut anisogamet yang berciri besar dan kecil,atau heterogamet (bila beda jenis
kelamin). Pada jamur tingkat rendah dijumpai gamet – gamet yang dapat bergerak
(planogamet). Sel telur adalah suatu aplanogamet, sedangkan anterozoida adalah planogamet.

Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Persatuan planogamet

Merupakan persatuan 2 gamet yang dapat bergerak, untuk itu disebut planogametogami.
Kalau persatuan terjadi antara dua gamet yang berbeda ukuran, atau planogamet yang satu
dapat bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan itu disebut anisogametogami.

b. Kontak antara gametangium

Pada spesies jamur yang tidak menghasilkan sel kelamin, plasmogami dapat terjadi langsung
antara dua gametangium yang kompatiabel, sedang masing-masing gametangium selama
plasmogami terjadi tidak mengalami perubahan. Lewat suatu lubang atau saluran kecil yang
terjadi antara kedua gametangium yang mengadakan kontak. Mengalirlah inti atau inti-inti
dari anteridium ke oogonium.

c. Persatuan antara gametangium dengan gametangiogami

Pada gametangiogami terjadi perpindahan seluruh isi anteridium ke oogonium,dalam hal ini
ada dua cara : Pertama, antara anteridium dan oogonium terbentuk lubang atau saluran,
sehingga seluruh protoplast dari anteridium pindah ke oogonium lewat lubang atau saluran
tersebut. Kedua, gametangium luluh menjadi satu tubuh baru.

1) Spermatisasi

Beberapa jamur tingkat tinggi menghasilkan semacam konidia kecil berinti satu disebut
spermatia.spermatia dapat dibawa angin, air, serangga yang berguna untuk membuahi
gametangium betina.

2) Somatogami

Pada jamur tingkat tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin maupun sel kelamin dan
persatuan antara protoplas antara dua jenis yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap
hifa dari jenis yang satu dengan hifa jenis yang lainnya. Somatogami terdiri dari peristiwa.

a) Terjadinya inti diploid dalam miselium yang heterokariotik

b) Pembiakan inti diploid, bersama-sama dengan pembiakan inti-inti haploid dalam miselium
yang heterokariotik
c) Terjadi pemisahan inti haploid hingga terkurung dalam sel yang homo kariotik, kemudian
tumbuh menjadi miselium baru.

d) Terjadinya meiosis dan mitosis yang mengakibatkan adanya inti- inti haploid lagi.

C. Kinetika Pertumbuhan Mikroorganisme dalam suasana Aerob dan Anaerob

C.1. Kinetika Pertumbuhan Mikroorganisme dalam suasana Aerob

Kecepatan pertumbuhan spesifik dalam suasana aerob (dianggap tidak ada fase lag)

C.2 Kinetika Pertumbuhan Mikroorganisme dalam suasana Aerob

a) Suasana anaerob berlangsung mulai jam ke 4 – ke 21 atau ke 24

b) Dengan persamaan regresi ln (kadar sel) = 6.44 + (0.032 x waktu)

c) Misal dihitung dari jam ke 6 dan jam ke 24

d) Pada jam ke 6, maka ln (x6) = 6.632

e) Pada jam ke 24, maka ln (x24) = 7.208

Anda mungkin juga menyukai