Anda di halaman 1dari 43

 Mikroorganisme umumnya melakukan

reproduksi atau berkembang biak secara


aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan
membelah diri ( Amitosis), namun juga
sering terjadi pula penyatuan materi gen
secara parasexual
 Perkembang-biakan aseksual lainnya adalah melalui spora.
 Untuk bakteri, spora terbentuk didalam sel, sehingga
dinamakan endospora.
 Sedang untuk fungi misalnya, spora terbentuk diluar tubuh
jasadnya, sehingga dinamakan eksospora.
 Perkembang biakan secara seksual, umumnya terjadi pada
fungi dan mikro alga serta secara terbatas pada bacteria,
dapat terjadi secara :
1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.
2. Anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.
3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai
bentuk yang sama.
 Pada bakteri dapat terjadi proses reproduksi dengan cara
paraseksual, yaitu pemindahan matei genetik dari satu
bakteri ke bakteri lain tanpa menghasilkan zigot.
 Proses paraseksual yang terjadi pada bakteri dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi.
 Transformasi
 Pemindahan sebagian materi genetik ke bakteri lain melalui
proses fisiologis yang kompleks.
 Konjugasi
 Pemindahan secara langsung materi genetik antara dua sel
bakteri melalui jembatan sitoplasma.
 Transduksi
 Pemindahan materi genetik dengan perantara virus.
 Terdapat 2 jenis pembelahan sel yaitu:
 pembelahan biner dan
 pertunasan (budding).

 Pembelahan
biner adalah pembelahan
yang menghasilkan 2 sel sama besar
 pertunasan adalah pembelahan yang
menghasilkan 2 sel yang tidak sama besar
(sel yang besar disebut induk dan sel yang
kecil disebut anak).
 Pada
fungi terdapat suatu deviasi dari
pembelahan biner yang disebut
pembelahan filamentus.
 Pembelahan atau pertumbuhan filamentus
adalah pembelahan sel filamen (sel tubulus
dan panjang), di mana hasil pembelahan
tidak terpisah melainkan tetap menjadi
suatu bagian utuh organisme tersebut.
 Hal
ini masuk akal karena fungi/kapang
merupakan mikroba bersel banyak.
 Tahap-Tahap Pembelahan Mitosis
 Tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri
dari profase, metafese, anafase, telofase
dan interfase.
 Meiosis I dan II
 Tahap meiosis I terdiri dari interfase,
profase I, metafase I, anafase I, telofase I,
dan sitokinesis I.
 Sel Pada pembelahan (biner) sel akan memperbesar
ukurannya mencapai ukuran ideal untuk pembelahan sel.
 Selama proses pertambahan ukuran sel terdapat beberapa
kejadian di dalam sel termasuk replikasi kromosom dan
sintesis dinding sel untuk perpanjangan sel.
 Pada dasarnya pembelahan sel dimulai setelah pembelahan
kromosom. Namun pembelahan sel dapat dimulai tanpa
menunggu selesainya pembelahan kromosom.
 Lokasi pembelahan pada dinding sel bukan di sembarang
tempat. Hal ini ditunjukkan oleh adanya mesosom yang
berindikasi pada lokasi atau tempat pembelahan
berlangsung.
 Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai
berikut.
1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh
tegak lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding
melintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.
 Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali.
Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan
setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk
koloni. Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan
pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan
berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan
anakan sel.
 Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan
kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme
yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti
pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel,
pertambahan berat atau massa dan parameter lain.

 Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan


sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi
pertumbuhan populasi mikroba
 Bakteri membelah diri
dalam waktu 20-90
menit  Syarat mikroba tumbuh
 Ragi : 90-120 menit
 Kapang : 4-8 jam  Ada sel hidup
 Ada sumber energi
 Ada nutrisi dan faktor
pertumbuhan
 Tidak ada inhibitor
atau toksin
 Kondisi fisiko kimia
yang mendukung
fisiko-
 Dari hasil pembelahan sel secara biner: 1
sel menjadi 2 sel
 2 sel menjadi 4 sel : 21 menjadi 2² Atau 2n
 4 sel menjadi 8 sel 2² menjadi 23 atau 2x2x2

 Dari hal tersebut dapat dirumuskan


menjadi:
 N = N0 2n
 N: jumlah sel akhir, N0: jumlah sel awal, n:
jumlah generasi
 Fase Adapatasi (Lag phase)
 Fase Perbanyakan (Logaritma atau
eksponensial)
 Fase Statis/Konstan
 Fase Kematian
 Ketika sel dalam fase statis dipindahkan ke
media baru, sel akan melakukan proses
adaptasi.
 Proses adaptasi tersebut meliputi sintesis enzim
baru yang sesuai dengan medianya dan
pemulihan terhadap metabolit yang bersifat
toksik (misalnya asam, alkohol, dan basa) pada
waktu di media lama.
 Fase lag bisa panjang atau singkat tergantung
kondisi lingkungan dan sifat mikroorganisme
 Setelah sel memperoleh kondisi ideal dalam
pertumbuhannya, sel melakukan pembelahan.
 Karena pembelahan sel merupakan persamaan
eksponensial, maka fase tersebut disebut fase eksponensial.
 Pada fase perbanyakan jumlah sel meningkat sampai pada
batas tertentu (tidak terdapat pertambahan bersih jumlah
sel), sehingga memasuki fase statis.
 Pada fase perbanyakan sel bakteri bertambah mengikuti
pola atau persamaan eksponensial, yaitu Nt=No2^n.
 Di mana Nt adalah populasi bakteri pada waktu ke-t; No
adalah populasi awal bakteri, dan n adalah jumlah generasi.
 Pada fase ini terbentuk senyawa metabolit
 Jumlah sel yang hidup dan mati adalah sama
 fase dimana bakteri sudah tidak melakukan pembelahan
lagi.
 Beberapa alasan yang dapat dikemukaan adalah nutrien
habis, akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol, asam,
dan basa), penurunan kadar oksigen, penurunan nilai aw
(ketersediaan air) dan kekurangan ruang gerak.
 Pada fase statis biasanya sel melakukan adaptasi terhadap
kondisi yang kurang menguntungkan. Adaptasi itu dapat
menghasilkan senyawa yang diinginkan manusia misalnya
antibiotika dan antioksidan
 Penyebab utama kematian adalah autolisis sel
dan penurunan energi seluler.
 Beberapa bakteri hanya mampu bertahan
beberapa jam selama fase statis dan akhirnya
masuk ke fase kematian, sedangkan ada bakteri
yang mampu bertahan sampai harian bahkan
mingguan pada fase statis dan akhirnya masuk
ke fase kematian.
 Beberapa bakteri bahkan mampu bertahan
sampai puluhan tahun sebelum mati dengan
mengubah sel menjadi spora
Fase lag Fase logaritma / Fase pertumbuhan Statis/konstan Fase kematian
eksponential
• Tidak ada pertambahan • Aktivitas metabolik • Fase dengan kecepatan • Kecepatan
populasi konstan pertumbuhan yang stabil pertumbuhan terus
berkurang
• Kecepatan pertumbuhan Fase ini dimulai jika • Beberapa sel mati • Kematian sel
nol/lebih dari nol tetapi belum kecepatan pertumbuhan sedangkan yang lainnya bakteri
mencapai maksimum mencapai maksimum tumbuh dan membelah

• Fase adaptasi terhadap • Keadaan pertumbuhan • Fase maksimum •Sel bakteri yang
lingkungan baru seimbang dikarenakan : – mati lebih cepat
Kekurangan nutrien dari pada
Akumulasi hasil terbentuknya sel-
metabolisme akhir sel baru
• Sel bakteri memerlukan • Massa dan jumlah sel
bahan-bahan penting atau bertambah secara
enzim enzim yang perlu eksponential dengan laju/
disintesis sehingga substransi waktu generasi konstan
interselular bertambah

• Sel mengalami perubahan • • Biakan dalam keadaan


dalam komposisi kimiawi dan paling homogen dengan sel-
bertambah ukurannya sel yang semuanya tumbuh
pada kecepatan dan interval
yang sama
 Ada kalanya setelah fase stasioner beberapa saat
terjadi lisis pada sel yang telah mati menyebabkan
keluarnya produk/isi sel yang lisis dapat menjadi
nutrisi bagi sebagian sel yang masih hidup sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan baru (cryptic
growth)
 Fase reproduksi virus dibagi menjadi 2
yaitu :
 1. Siklus Litik
 2. Siklus Lisogenik
Siklus litik atau daur litik merupakan siklus reproduksi
pada virus yang puncaknya ditandai dengan matinya sel inang.
Pada saat membran dinding sel inang pecah atau lisis, virus-
virus baru yang terbentuk di dalam sel
inang akan keluar dan siap untuk menginfeksi sel inang yang baru.
Siklus litik pada virus bakteriofage, dimulai
ketika ekor bakteriofage menancap pada bagian luar
permukaan sel E. coli.
Selanjutnya, pembungkus ekor
akan masuk lebih dalam menembus membran sel.
Melalui ekor tersebut, virus menyuntikkan DNA virus
ke dalam sel E. coli. Sekali DNA virus masuk, sel E.coli
mulai mengekspresikan gen- gen virus.
Salah satu gen pertama
yang diekspresikan oleh sel E. coli adalah gen untuk menghasilkan
enzim penghancur DNA sel E. coli sendiri.
 Pada siklus Ini, dinding sel bakteri tidak akan segera lisis.
 Pada siklus lisogenik, materi genetik virus diproduksi di
dalam sel bakteri tanpa menghancurkan inangnya.
 Tahap awal dari siklus ini adalah virus bakteriofage
menempel pada dinding sel bakteri
 Kemudian melalui ekornya disuntikkan DNA ke dalam sel
bakteri
 DNA virus kemudian menyisip ke dalam DNA bakteri
 DNA virus ini bersifat laten (tidak aktif membelah) DNA
baru ini disebut profage
 Profage kemudian mengadakan replikasi
 Apabila keadaan lingkungan menguntungkan, profage akan
memasuki tahap selanjutnya yakni siklus litik
 Pada tahap tersebut, terjadi biosintesa yang diakhiri dengan
pembentukan dan pelepasan virus-virus baru.
 Hal-hal penting yang harus dipikirkan sebelum menganalisa
sampel untuk diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:
1. Memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada dalam sampel
per satuan volum.
2. Memilih metode yang cocok sehingga dihasilkan data yang
akurat.
3. Mengetahui jenis/golongan mikroorganisme yang akan dihitung,
misalnya bermaksud akan menghitung yeast, bakteri, atau bakteri
genus tertentu saja.
4. Menentukan media pertumbuhan yang cocok.
5. Benar-benar mengetahui perbedaan morfologi koloni antara
bakteri, yeast dan molds.
6. Mencari tahu standar/ batas ambang/ jumlah maksimum aman
jika sampel yang dianalisa memerlukan referensi tersebut.
7. Memperkirakan jumlah sampel (volum/berat) yang perlu
ditampung pada saat pengambilan sampel yang disesuaikan
dengan sample size dari metode teretentu.
1. Pengenceran
2. Ruang hitung
3. Turbidometri/Nefelometer
 Dengan pengenceran disiapkan beberapa buah tabung
yang berisi aquades steril sebanyak 9 ml ke dalam masing-
masing tabung, kemudian ditambahkan 1 ml sampel yang
mau diuji secara bertahap yaitu
 1) 1 ml sampel kedalam tabung pertama hingga konsentrasi larutan dalam
tabung pertama menjadi 10 -1.
 2) 1 ml d ari tabung pertama ketabung kedua, hingga konsentrasi larutan
dalam tabung kedua menjadi 10 -2.

 Dari tiap-tiap tabung kemudian diambil 1 ml larutan dan


ditambahkan kedalam cawan petri yang berisi media padat
 Pertumbuhan koloni yang kemudian tumbuh pada tiap-tiap
cawan dihitung.
 Didalam cara perhitungan ini harus diperhitungkan factor-
faktor kerapatan koloni. Karena kalau pertumbuhan terlalu
rapat maka biasanya sulit dipertanggung jawabkan hasilnya,
juga pertumbuhan yang terlalu jarang.
 Metode hitungan cawan (Total Plate
Count) dilakukan dengan cara melarutkan
sampel asli dalam berbagai serial
pelarutan.
 Kemudian masing-masing hasil pelarutan di
biakan pada agar, dengan teknik pour plate
ataupun spread plate.
 Setelah itu, inkubasi dilakukan dan koloni di
amati pada cawan agar dan dihitung
sebagai jumlah total koloni yang
membentuk unit (CFU= coloni forming unit)
 Untuk melaporkan suatu analisis mikrobiologi digunakan
suatu standar yang disebut “Standard Plate Count” yang
menjelaskan cara menghitung koloni pada cawan serta cara
memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni
dalam suatu contoh.
 Cara menghitung koloni pada cawan sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung
jumlah koloni antara 30 sampai 300
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan
suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya
diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.
3. Suatu deretan koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal
dihitung sebagai satu koloni
 Koloni adalah kumpulan dari mikroba yang memilki kesamaan sifat-sifat
seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya.
 Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di
permukaan medium adalah:
1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun
ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya
rata, ada yang tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan
medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada
yang permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang
permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan
kering
 Metode MPN (Most Probable Number) digunakan
medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan
dilakukan berdasarkan pada jumlah tabung yang positif
yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada
suhu dan waktu tertentu.
 Metoda ini berdasarkan atas pengenceran.
 Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan, atau timbulnya gas di
dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada
posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentukan gas.
 Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga
tau lima seri tabung.
 Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan
ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan
juga lebih banyak.
Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah :
 bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel
 sel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam
bentuk rantai atau kumpulan (bakteri coliform termasuk E.
coli terpisah sempurna tiap selnya dan tidak membentuk
rantai).
 media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri
target dalam suhu dan waktu inkubasi tertentu sehingga
minimal satu sel hidup mampu menghasilkan tabung positif
selama masa inkubasi tersebut.
 jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang
hidup (viable) saja. Sel yang terluka dan tidak mampu
menghasilkan tabung positif tidak akan terdeteksi.
 Yaitu hasil pengenceran tidak ditanamkan kedalam
cawan yang berisi media, tetapi diteteskan dalam
ruang penghitung.
 Pemeriksaan selanjutnya dibawah mikroskop
terhadap sel mikroba yang terdapat dalam kolom-
kolom penghitung.
 Keuntungannya yaitu bahwa sel mikroba baik yang
masih hidup ataupun yang sudah mati akan terhitung
secara langsung.
 Sedangkan kerugiannya kesalahan menghitung akan
didapatkan kalau system pegencerannya tidak
homogen lagi.
 Hemasitometer adalah metode perhitungan secara
mikroskopis.
 Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1
mm².
 Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak
sedang dengan panjang 0,05 mm.
 Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak
kecil.
 Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi
400 kotak kecil.
 Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm.
 Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume
ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per
satuan volume dapat diketahui.
• Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah
bakteri dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer.

• Bakteri menyerap cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan


oleh ukuran dan jumlah).

• Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya


dalam biakan cair, terjadi peningkatan kekeruhan dalam biakan.

• Kekeruhan dapat disebut optical density (absorbsi cahaya, biasanya


diukur pada panjang gelombang 520 nm – 700 nm).

• Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah


organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga
pengukuran optical density (ditentukan dengan spektrofotometer).

Anda mungkin juga menyukai