THERMAL
Tujuan Instruksional
• Mengerti prinsip dasar proses termal
– Kinetika mikroba pembusuk (D, Z, LR)
– Penentuan nilai F0
– Menghitung waktu pengolahan
• Mampu mendata dan mendiskusikan pentingnya aplikasi pengolahan pada pada
industri pangan
• Mampu mendata dan mendiskusikan permasalahan tidak tepatnya pengolahan
panas produk pangan
Pendahuluan
Penggunaan panas dalam pengolahan pangan telah dilakukan sejak
zaman purbakala
Penggunaan panas u tujuan pengawetan th 1800 an; Napoleon
Bonaperte ; Nicolah Appert = proses Appertisasi
Th 1813 ; peter durand (mengawetkan makanan dalam kaleng)
Loius Pasteur (ahli mikrobiologi)
Berkembang teknologi pengalengan = teknologi pengawetan
PROSES TERMAL
...................
> pengawetan makanan
...................
> populer
Kenapa???
membunuh mikroba
inaktivasi enzim
menyebabkan perubahan warna, tekstur, flavor
menyebabkan perubahan daya cerna makanan
awet
PROSES TERMAL : APLIKASI DI INDUSTRI PANGAN
- pemasakan/cooking
- penghangatan kembali/rewarming
- pelelehan/thawing
- blansir/blanching
- pasteurisasi
- sterilisasi
PROSES THERMAL : Pasteurisasi
Proses termal yang dilakukan pada suhu tinggi, >100oC, dengan tujuan memusnahkan
spora patogen dan pembusuk
STERILITAS KOMERSIAL
• Kondisi dimana telah tercapai pemusnahan
• semua m.o. patogen dan pembentuk racun
• m.o yang dalam kondisi penyimpanan dan penanganan normal dapat
menyebabkan kebusukan
• Produk steril komersial mungkin masih mengandung “viable spores”, tetapi tidak
dapat tumbuh pada kondisi penyimpanan dan penanganan normal
PROSES TERMAL : STERILISASI
1. Pertumbuhan mikroorganisme
Factors Affecting the Growth of Some Foodborne Pathogens
(a)
For a genus as large as Salmonella, the aw lower limit for species growth may vary, e.g., S.
newport=0.941, S. typhimurium=0.945.
(b)
The value, though unreported, is probably close to other species of the genus.
(c)
NR denotes that no reported value could be found, but for most vegetative cells, an a w of >0.95 would
be expected.
(d)
Minimum aw unknown.
Makanan berasam tinggi
ph < 4,6
apel tomat
pir aprikot
plum sauerkraut
buah beri
dN
=- kN (1)
dt
dimana,
N= jumlah mikroba sisa yang masih hidup setelah waktu pemanasan t
t = waktu pemanasan (menit)
k = konstanta laju reaksi (konstanta laju pemusnahan m.o.)
Pers (1) diintegrasikan, maka diperoleh pers (2)
æNö
ln ç ÷ = - kt (2)
èN ø 0
æNö æNö kt
ln ç ÷ = - kt 2.303 log ç ÷ = - kt log N = log N -
èN ø0 èN ø
0
2.303
0
t æNö -t
log N = log N0 - atau log ç ÷ =
D è N0 ø D
Dimana : D =2.303/k, yaitu waktu penurunan desimal (decimal reduction time)
D (Decimal Reduction Time), menyatakan ketahanan panas mikroba /
sensitifitas mikroba oleh suhu pemanasan
Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu yang
diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu
sebesar 90% atau satu logaritmik.
10,000
1,000
100
D-value
10
D-value
Dari Gambar diatas, nilai D diperoleh dari penurunan jumlah
mikroba sebesar 1 siklus logaritma atau 90% penurunan.
Misalnya:
Penurunan jumlah mikroba dari 105 cfu/ml menjadi 104 akan
melewati 1 siklus logaritma atau menurun sebesar 90% (1D).
Sedangkan untuk menurunkan jumlah mikroba dari 105 cfu/
ml menjadi 103 cfu/ml akan melewati 2 siklus logaritma atau
penurunan sebesar 99.9% (2D)
Kematian Logaritmis
Kematian m.o. terjadi tidak sekaligus tetapi melalui tahap logaritmis
0 1.000.000 0 0 0
1 100.000 900.000 900.000 90
2 10.000 90.000 990.000 99
3 1.000 9.000 999.000 99.9
4 100 900 999.900 99.99
5 10 90 999.990 99.999
6 1 9 999.999 99.999
Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu standar.
Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya
menggunakan suhu standar 121oC, sedangkan untuk sel
vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan
suhu yang lebih rendah (80-100oC).
Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai
Do.
Tabel 2 memperlihatkan nilai Do dari beberapa jenis mikroba
yang sering digunakan sebagai standar dalam proses
pengalengan pangan.
Tabel 2. Nilai D dari beberapa jenis mikroba yang penting dalam
pengalengan pangan
Dari nilai D tersebut, maka kita dapat membandingkan
ketahanan panas mikroba.
Contoh:
nilai D pada 121.1oC (250oF) untuk Clostridium botulinum adalah
0.25 menit, sedangkan untuk Bacillus stearothermophilus adalah
sebesar 5 menit.
Artinya, untuk menurunkan jumlah C. Botulinum sebesar 90%
memerlukan waktu 0.25 menit, sedangkan untuk menurunkan
jumlah Bacillus stearothermophilus dengan jumlah yang sama
memerlukan waktu 5 menit.
KINETIKA > Contoh 1
............
Jawab :
t
Ingat ...........> log N = log N0 -
D
Untuk t = 1 menit :
6 60 detik
log N = log 10 -
15 detik
log N = 6 - 4 = 2
2
N = 10 = 100
Untuk t = 2 menit :
6 120 detik
log N = log 10 -
15 detik
log N = 6 - 8 = - 2
-2
N = 10 = 0.01 Peluang kebusukan!!
KINETIKA > Contoh 2
............
t æNö
Jawab : log N = log N0 - t = - D log ç ÷
D èN ø
0
Misalnya:
log
D
=
Tref - T .
DT Z
dimana :
DT = nilai D pada suhu tertentu (menit)
Do = nilai D pada suhu standar (referensi)
T = suhu pemanasan tertentu (oC atau oF)
Tref = suhu standar yang digunakan untuk nilai D0
Nilai Z dapat dinyatakan dalam satuan oC atau oF
Contoh, apabila nilai D0 dinyatakan pada suhu 121.1oC, maka Tref adalah 121.1oC, dan
nilai Z dinyatakan dalam oC.
Hubungan Nilai D dan Z
KINETIKA > 2 parameter kinetika
............
D dan Z .................
> perlu selalu diketahui dua-duanya!
Misal
Mikroba A mempunyai DA,250F = 0.5 menit
Mikroba B mempunyai DB,250F = 1 menit
Apa artinya?
ZA = 10oC; ZB = 20oC
Dalam disain proses termal, ada 2 hal yang harus diketahui, yaitu karakteristik
ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari medium pemanas ke
dalam bahan pada titik terdinginnya.
dimana :
Nt = jumlah populasi mikroba setelah proses termal t menit
No = jumlah populasi mikroba sebelum proses termal
Contoh 1:
Jawab:
Dengan menggunakan persamaan di atas, maka dapat dihitung:
Ini berarti bahwa telah terjadi pengurangan sebanyak 6 desimal atau sebesar
6 siklus logaritma. Karena untuk melakukan pengurangan sebanyak 1
desimal (1 siklus logaritma) diperlukan waktu sebesar D (untuk suhu
tertentu), maka proses untuk menghasilkan log (No/N) = 6 tersebut sama
dengan 6D atau 6 siklus logaritma.
Nilai Sterilisasi/Pasteurisasi (Nilai Fo)
F0 = S . Do
Nilai F pada suhu lain (misalnya pada suhu proses yang digunakan) dinyatakan
dengan nilai FT. Secara matematis, nilai FT dinyatakakan dengan persamaan ,
dimana nilai DT adalah pada suhu T yang sama.
FT = S . DT
Nilai F akan berubah secara logaritmik dengan berubahnya suhu pemanasan.
Untuk menghitung nilai F pada suhu lain, maka digunakan persamaan berikut:
Konsep 12D merupakan konsep yang umum digunakan dalam sterilisasi komersial
untuk menginaktifkan mikroorganisme yang berbahaya, yaitu Clostridium
botulinum.
Arti 12D adalah bahwa proses termal yang dilakukan dapat mengurangi mikroba
sebesar 12 siklus logaritma atau F=12D.
Bila bakteri C. botulinum memiliki nilai D121=0.25 menit, maka nilai sterilisasi (F0)
dengan menerapkan konsep 12D harus ekuivalen dengan pemanasan pada 121 oC
selama 3 menit.
Apabila produk pangan mengandung 103 cfu/ml mikroba awal, maka setelah
melewati proses 12D tersebut, maka peluang mikroba yang tersisa adalah 10 -9
cfu/ml.
FDA menetapkan bahwa untuk mencapai tingkat sterilisasi komersial
yang terjamin, jumlah bakteri dalam produk pangan setelah sterilisasi
harus mencapai 10-9 cfu/ml (artinya, peluang kebusukan adalah 1 per 1
milyar kaleng).
Dengan kata lain pemanasan pada suhu dan waktu tertentu telah
menginaktivasi mikroorganisme berbahaya sebanyak 5 desimal atau
peluang terjadinya kebusukan makanan dalam kaleng adalah sebesar
10-5.
Jawab:
N0 1
S = = =5
N 0 . 00001
F0 1 .2
D0 = = = 0. 24 menit
S 5
1. Nilai sterilisasi standar (F0) suatu proses termal adalah 2.88 menit. Jika
setiap kaleng mengandung 10 spora bakteri (D0=1.5 menit), hitunglah
peluang kebusukan dari kaleng tersebut oleh spora bakteri tersebut!