Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian pertumbuhan sel


Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel
sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan
bersifat irreversible atau tidak dapat bali dan dapat diukur. Sedangkan Pengertian
Perkembangan adalah proses perubahan menuju kedewasaan melalui proses
pertumbuhan dan diferensiasi. Perkembangan tidak dapat diukur

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai peningkatan komponen-komponen


seluler. Terdapat dua macam pertumbuhan sel,yaitu pertumbuhan yang berakibat
peningkatan ukuran sel tetapi tidak jumlah sel .Dan yang ke dua adalah pertumbuhan
yang diikuti dengan peningkatan jumlah sel. Dalam hal yang pertama, inti sel
membelah tetapi tidak diikuti oleh pembelahan sel. Organisme dalam golongan ini
biasa disebut organisme koenositik(coenocytic)atau multiseluller. Sedangkan
organisme yang termasuk dalam golongan kedua membesar dan membelah
menghasilkan dua progeny dengan ukuran yang kurang lebih sama

Berbagai faktor kimia maupun fisika dapat mempengaruhi pertumbuhan


sel ,antara lain pH, suhu, konsentrasi oksigen, tekanan, radiasi dan aktivitasair
(wateractivity)

B. Kurva pertumbuhan
Kurva pertumbuhan sel dapat dipelajari dalam sistem invitro“BATCHCULTURE”.
Sistem ini adalah sistem tertutup dimana sel ditumbuhkan dalam satu batchmedia,
tanpa penambahan media baru selamain kubasi. Dikarenakan tidak adanya
penambahan media baru selama inkubasi maka konsentrasi nutrisi akan berkurang
sedangkan konsentrasi limbah(wasteproduct) akan meningkat. Pertumbuhan sel secara
binary fission dapat diplotkan sebagai jumlah sel waktu inkubasi
1. Fase lag
Pada saat pertama kali organisme ditumbuhkan pada media kultur yang baru biasanya
tidak segera didapati peningkatan jumlah atau masa sel. Walaupun demikian sel tetap
mensintesis komponen seluller. Fase lag dapat terjadi karena beberapa faktor antara
lain karena sel yang sudah tua dan kekurangan ATP, essential cofactor serta ribosom.
Substansi-substansi ini harus terlebih dahulu disintesis sebelum pertumbuhan
berlangsung. Kemungkinan yang lain adalah media pertumbuhan yang berbeda
dengan media pertumbuhan sebelumnya
2. Fase eksponensial
Fase ini disebut juga dengan fase log. Organisme tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum tergantung pada sifat genetik, medium dan kondisi
pertumbuhan. Kecepatan pertumbuhan konstant, sel membelah dan meningkat
jumlahnya(doubling) dalam interval yang teratur. Pada fase ini sel mempunyai
kesamaan sifat kimia dan fisiologi sehingga banyak digunakan dalam studi-studi
biokimia dan fisiologi.
3. Fase stationer
Pada fase ini kurva pertumbuhan berhenti dan kurva horisontal. Hal ini disebabkan
ketidak seimbagan nutrient danO2, keseimbangan jumlah sel yang membelah dan
yang mati, tipe oganisme serta akumulasi limbah toksiks eperti asam laktat. Bakteri
mampu tumbuh pada maksimum populasi sel(celldensity) 1xsel/ml sedangkan
protozoa dan algahanya mampu tumbuh pada tingkat populasi 1x106sel/ml.
4. Fase kematian
Pada fase kematian adanya perubahan lingkungan tumbuh seperti kehabisan nutrisi
dan akumulasi limbah toksik menjadi faktor penyebab menurunnya jumlah sel hidup.
Sel mengalami kernatian dalam pola logaritmik.

C. Siklus kehidupan sel


Siklus kehidupan sel adalah periode dari reproduksi sel sampai reproduksi
berikutnya. Bila sel mamalia tidak dihambat dan diproduksi secepat kemampuannya,
siklus kehidupan ini berlangsung selama 10 sampaai 30 jam. Siklus kehidupan sel
dihentikan oleh serangkaian kejadian fisik yang berbeda, disebut mitosis yang
menyebabkan pembagian sel menjadi dua sel anak baru. Akan teetappi, tahaap mitosis
yang sesungguhnya, berlangsung hanya kira-kira 30 menit, sehingga lebih dari 95%
siklus kehidupan sel yang bereproduksi dengan cepatpun ddiwakili oleh interval di
antara mitosis, disebut interfase. Kecuali pada keadaan khusus reproduksi sel yang
cepat, factor-fakktor penghambat hampir selalu memperlambat atau menghentikan
siklus hidup sel yang tidak terhambat.

Oleh karena itu, berbagai sel tubuh yang berbeda, dalam keadaan yang
sebenarnya, memiliki periode siklus hidup yang bervariasi daari palingsingkat 10 jam
untuk sel-sel sumsum tulang yang sangant ternagsang samppai seluruh masa hidupa
tubuh manusia untuk sel saraf.

D. Mitosis
Mitosis, seperti juga siklus sel, terbagi menjadi beberapa tahap. Tahap-tahap ini dapat dilihat
pada gambar :

1. PROPHASE
Pada tahap ini kromosom mengalami kondensasi dalam inti sel. Mikro tubul
sitoplasma berpisah, benang-benang mitosis terbentuk dibagian luar inti sel diantara
sentromer yang terpisah.
2. PROMETAPHASE
Membrane inti sel pecah nampak sebagai vesikie membrane(sepertiRE), benang
mikrotubul masuk kedaerah inti sel. Kinetochores(kompleksprotein) mengalami
pendewasaan pada sentromer dan melekat pada beberapa benang mikrotubul yaitu
mikrotubul kinetochore.
3. METAPHASE
Pada tahap ini mikrotubul kinetochore mengarahkan kromosome ditengah-tengah
diantara dua kutub spindle

4. ANAPHASE
Pasangan kinetochores pada kromosom berpisah menuju tiap kutub. Terdapat dua
pergerakan yang dapat dibedakan yaitu
Anaphase A, dimana mikro tubulkinetochore memendek dan Anaphase B, dimana
mikro tubulpolar memanjang dan dua kutub spindle semakin menjauh.
5. TELOPHASE
Anak kromosome tiba dikutub, mikro tubulkinetochores menghilang. Mikro
tubulpolar masih memanjang dan membran intiter bentuk kembali. Kromatin yang
terkondensasi bergerak menjauh, inti sel/nucleoli(yanghilangpadaprophase) terbentuk
kembali.
6. CYTOKINESIS
Pada tahap ini sitoplasma terbagi dalam proses yang disebut“cleavage”. Bagian
tengah sel saling menyatu membentuk“cleavagefurrow”. Pada proses ini mid body
masih tetap ada sampai pada akhirnya menyempit dan putus membentuk dua anak sel.
E. Diferensiasi Sel
Diferensiasi merupakan sebuah proses umum dalam sel induk dewasa yang
membelah dan berdiferensiasi menjadi sel anak yang lebih khusus. Ada berbagai jenis
sel dalam tubuh manusia. Dalam sebuah sel yang dapat berdiferensiasi menjadi semua
jenis sel yang membentuk tubuh dikenal sebagai sel pluripotent. Sel-sel ini dikenal
sebagai sel embrionik pada hewan dan mamalia, sebuah sel yang dapat berdiferensiasi
menjadi hampir semua jenis tipe sel, termasuk sel-sel plasenta dikenal sebagai sel
totipoten.

Proses yang menyebabkan sekumpulan sel menjadi berbeda-beda dalam dalam


struktur, fungsi dan prilaku. Diferensiasi berlangsung waktu embrio, berkat
diferensiasi suatu indifidu bentuk definitif jadi terdiri atas berbagi macam jaringan.
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur, fungsi dan prilaku
sama. Jaringan berasosiasi membantuk sistem.Seluruh sistem berhimpun membina
tubuh suatu organisme.

Diferensiasi terjadi pada seluruh mahluk hidup. Dengan diferensiasi terjadilah


pembagian aktifitas tubuh, sehingga menjadi efektif. Pada makalah ini, kita akan
membahas tentang sifat dasar diferensiasi sel, tempat diferensiasi, faktor diferensiasi,
dan apa saja yang mempengaruhi proses diferensiasi sel.
F. Sifat sifat dasar diferensiasi
Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah fungsi
khusus yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu embrio,
berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas berbagai macam
jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur, fungsi, dan
prilaku sama.Jaringan berasosiasi membentuk alat, dan alat berasosiasi pula
membentuk sistem.Seluruh sistem berhimpun membina tubuh suatu organisme.Proses
diferensiasi adalah proses terbentuknya sifat-sifat yang baru atau menghilangnya sifat
yang tidak ada sehingga sel mendapat sifat dan struktur yang baru. Jadi diferensiasi
menekankan pada perubahan kualitatif.Dengan adanya diferensiasi perbedaan struktur
dan sifat-sifat pada sel, jaringan dan organ.

Dengan diferensiasi terjadilah spesialisasi bagi berbagai populasi sel anak.Spesialisasi itu
terjadi baik intra maupun ekstraseseluler. Spesialisasi intra ialah:

1. Sel otot mengandung mikrofilamen aktin dan myosin yang banyak dan tersusun
berjajar rapat, disertai dengan banyaknya mitokondria yang perlu untuk sumber energi
bagi proses berkerut-kerut.
2. Sel kelenjar penghasil enzim mengandung retikulum endoplasma kasar yang banyak
dan alat golgi yang besar.
3. Sel epitel kulit mengandung retikulum endoplasma banyak dan giat memeroduksi
serat keratin.
4. Sel saraf memiliki bentuk khas, yaitu panjang halus seperti serat dan mampu
mengalirkan rangsangan listrik maupun kimia, pada ujung serabut dihasilkan cairan
kimia. Pada ujung serabut dihasilkan cairan kimia yang disebut neurotransmitter.
G. Tahapan diferensiasi
Dalam diferensiasi terjadi kedalam beberapa tahapan yaitu pada tingkat pertumbuhan
embrio.Seperti zigot, blastula, grastula, tubulasi, organogenesis.

 Zigot

Zigot adalah ovum yang fertilisasi dibuahi spermatozon. Bagian atas ovum Amphioxus,
disebut kutub animal terdapat daerah ooplas (sitoplasma ovum) yang nantinya akan menjadi
bakal ektoderm. Bagian bawah kutub ovum disebut kutub vegetal ooplas yang akan menjadi
bakal mesoderm. Sedangkan bagian samping antara kedua kutub akan menjadi bakal
endoderm. Eksoderm bakal tumbuh menjadi epidermis dan saraf.Endoderm bakal menjadi
lapisan lendir saluran pencernaan bersama kelnjar dan paru, mesoderm bakal menjadi
jaringan pengikat, penunjang, otot, alat dalam.

 Blastula

Terjadi pada tingkat pertumbuhan embrio, terbentuk daerah kelompok sel yang akan
menjadi jaringan utama tubuh. Setelah berdiferensiasi, pupolasi sel menjadi epidermis, saraf,
notokord (sumbu penyokong primer), mesoderm.Diferensiasi mulai terjadi pada kelompok
sel. Blastomer (sel blastula) sebelah bakal jadi endoderm, sebelah atas bakal jadi ektoderm,
dan bagian tengah bakal menjadi mesoderm.

 Gastrula

Pada tingkat gastrula, embrio sudah mengandung 3 lapis benih yang terdiri dari sel-sel
yang tersusun di daerah tertuntu tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.Pada
tingkat grastula, baru berupa daerah sel sedangkan pada tingkat gastrula sudah membentuk
lapisan yang sangat jelas.Diferensiasi berlanjut dengan terbentuknya 3 lapis benih yaitu
ektoderm sebelah luar, endoderm sebelah dalam dan mesoderm di tengah.

 Tubulasi

Pada tingkat tubulasi, ketiga lapis benih, sudah berupa bumbung sehingga merupakan
bumbung epidermis yang melingkup seluruh permukaan tubuh. Bumbung saraf bagian depan,
bakal jadi otak dan yang belakang bakal bakal jadi batang saraf punggung. Bumbung
endoderm menjadi lapisan lendir saluran pencernaan, dan bumbung mesoderm akan
membentuk otot, alat dalam dan rongga tubuh. Diferensiasi makin rinci pada tingkat
tabulasi.Lapisan ektoderm membentuk bumbung epidermis/kulit dan bumbung saraf, lapisan
endoderm membentuk bumbung saluran pencernaan, dan lapisan mesoderm membentuk
berbagi bumbung dan saluran pada berbagi alat dalam.

 Organogenesis

Pada tingkat organogenesis, diferensiasi lebih rinci lagi, di sini sudah terbentuk seluruh
macam jaringan dan alat tubuh secara lengkap, sehingga pada saat kelahiran anak sudah
dalam bentuk yang tetap.Pada beberapa Vertebrata rendah, seperti ikan dan amfibi masih ada
tingkat berudu, sebagai bentuk tetap.

Bumbung mengalalami diferensiasi lagi berbentuk berbagai alat.Bumbung saraf


membentuk bagian-bagian otak dengan kuncup indera.Bumbung endoterm berdiferensiasi
membentuk saluran pencernaan dan saluran pernapasaan termasuk kelenjar hati dan pankreas.
Bumbung mesoderm berdiferensiasi membentuk otot , tulang, ginjal, gonad, jaringan
pengikat, serta darah bersama pembuluh dan jantung.

H. Faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi


 Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar sel. Faktor ekstrinsik
terdiri dari supali bahan metabolis dan elektrolit, gas pernapasan, gravitasi, suhu, sinar
matahari, pH, letak sel dan kadar zat induktor dan mesoderm. Protoplasma,
merupakan bahan sel anak, sebagian besar terdiri dari protein dan lemak.Lemak
membina membran bersama protein, sedangkan protein sendiri membina sebagian
besar organel dan bahan produksi.Oleh sebab itu dalam pertumbuhan dan diferensiasi,
sintesa protein memegang peran utama.Arah diferensiasi ditentukan pada arah atau
bentuk sintesa protein.Factor intrinsic dan ekstrinsik diferensiasi di atas berpengaruh
secara langsung atau tidak langsung terhadap sintesa protein.
 Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam sel. Faktor intrinsik
berada dalam inti dan sitoplasma.Faktor dalam inti adalah kromatin. Faktor dalam
sitoplasma sangat kompleks, terutama berupa enzim, kadar metabolit dan elektrolit,
serta komposisi suatu organel.
Hormon menjadi faktor diferensiasi ketika embrio sudah menempuh tahap
organogenesis.Hormon mungkin dihasilkan oleh tubuh embrio sendiri, atau dihasilkan
oleh tubuh induk, yang mengalirkannya ke tubuh embrio melalui plasenta (pada
mamalia). Hormon steroid dapat merembes masuk sel, terus ke dalam inti dan
merangsang ADN untuk melakukan transkripsi atau replikasi untuk persiapan
bermitosis. Hormon non-steroid merangsang zat reseptor pada plasmalemma, dan
secara estafet menyampaikan rangsangan kepada ADN inti untuk aktif bertranskripsi
atau replikasi.
RESPON RADANG DAN PEMULIHAN JARINGAN

Inflamasi adalah suatu respons protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal
jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal
( Robbins,2004 ). Respons radang terdiri dari sel dan protein plasma dalam sirkulasi, sel
dinding pembuluh darah, dan sel serta matriks ekstraseluler jaringan ikat disekitarnya.
A. INFLAMASI AKUT
Inflamasi akut merupakan respons segera dan dini terhadap jejas yang dirancang untuk
mengirimkan leukosit ke tempat jejas. Leukosit membersihkan setiap mikroba yang
menginvasi dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik. Proses ini memiliki dua
komponen utama :
1. Perubahan vaskular
a. Perubahan pada kaliber dan aliran pembuluh darah
Perubahan dalam kaliber pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan aliran darah
(vasodilatasi) dan perubahan struktur yang memungkinkan protein plasma untuk
meninggalkan sirkulasi (peningkatan permeabilitas vaskular). Perubahan ini terjadi lebih
cepat setelah jejas terjadi. Setelah vasokonstriksi sementara dalam beberapa detik, terjadi
vasodilatasi arteriol mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal
(hiperemia) pada aliran darah kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah menyebabkan
timbulnya warna merah (eritema) dan hangat yang secara khas terlihat pada inflamasi akut.
Selanjutnya mikrovaskulatur menjadi lebih permeable sehingga cairan kaya protein masuk ke
dalam ekstravaskuler, akibatnya sel darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik
sehingga meningkatkan viskositas darah dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik
perubahan ini digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati
oleh eritrosit ( proses statis ). Leukosit terutama neutrofil mulai keluar dari aliran darah dan
berakumulasi disepanjang permukaan endotel pembuluh darah ( proses marginasi) kemudian
leukosit menyelip diantara sel endotel dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah
menuju jaringan interstisial.
b. Peningkatan permeabilitas vaskular
Pada tahap awal inflamasi, vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang bertambah menigkatkan
tekanan hidrostatik intravaskular dan pergerakan cairan (transudat) dari kapiler. Transudat
pada dasarnya merupakan ultrafiltrat plasma darah dan mengandung sedikit protein, akan
tetapi transudasi segera menghilang dengan meningkatnya permeabilitas vaskular yang
memungkinkan pergerakan cairan kaya protein dari sel kedalam interstisium (eksudat).
Hilangnya cairan kaya protein ke dalam ruang perivaskular menurunkan tekanan osmotik
intravaskular dan meningkatkan tekanan osmotik cairan interstisial sehingga mengalirkan air
dan ion kedalam jaringan ekstravaskular dan menimbulkan akumulasi cairan yang disebut
edema.
2. Peristiwa yang terjadi pada sel
Urutan kejadian ekstravasasi leukosit dari lumen pembuluh darah ke ruang ekstravaskular
dibagi menjadi :
a. Marginasi dan rolling
Marginasi adalah proses akumulasi leukosit di tepi pembuluh darah. Selanjutnya, leukosit
berguling-guling pada permukaan endotel dan untuk sementara melekat pada endotel, proses
ini disebut dengan rolling.
b. Adhesi dan transmigrasi antar sel endotel
Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel (adhesi) sebelum merayap diantara
sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruang ekstravaskular (diapedesis).
Diapedesis leukosit terjadi secara menonjol di venula pembuluh darah sistemik, hal itu juga
terjadi di kapiler pada sirkulasi pulmonal. Setelah adhesi kuat pada permukaan endotel,
leukosit bertransmigrasi terutama dengan merembes diantara sel pada intercellular junction.
c. Migrasi pada jaringan terhadap suatu rangsang kemotaktik
Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju tempat jejas mendekati
gradien kimiawi pada suatu proses yang disebut kemotaksis. Kedua zat endogen dan eksogen
dapat bersifat kemotaktik terhadap leukosit meliputi produk bakteri yang dapat larut,
khususnya peptida dengan N-formilmetionin termini, komponen sistem komplemen terutama
C5a, produk metabolisme asam arakidonat terutama leukotrien Badan sitokin, terutama
kelompok kemokin (misalnya IL-8). Molekul kemotaksis mengaktivasi leukosit dengan
melakukan fagositosis, dengan langkah-langkah : pengenalan dan perlekatan leukosit pada
sebagian besar mikroorganisme yang difasilitasi oleh protein serum disebut opsonin, lalu
terjadi penelanan dengan pembentukan vakuola fagositik, selanjutnya pembunuhan dan
degradasi material yang ditelan oleh kerja hidrolase asam lisosom.
B. INFLAMASI KRONIS
Merupakan inflamasi yang memanjang (berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun), dan terjadi inflamasi aktif, jejas jaringan dan penyembuhan secara serentak.
Inflamasi kronik berkembang dari inflamasi akut. Perubahan ini terjadi ketika respons akut
tidak teratasi karena agen cedera yang menetap atau karena gangguan penyembuhan normal,
ditandai hal-hal berikut :
1. Infiltrasi sel mononuklear (radang kronik) yang mencakup makrofag, limfosit dan sel
plasma.
2. Destruksi jaringan, sebagian besar diatur oleh sel radang.
3. Repair, melibatkan proliferasi pembuluh darah baru (angiogenesis) dan fibrosis.

Inflamasi kronik dapat terjadi pada keadaan :


1. Infeksi virus
2. Infeksi mikroba persisten
3. Pajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik
4. Penyakit autoimun

C. TIPE-TIPE EKSUDAT RADANG


Eksudat adalah cairan atau bahan yang terkumpul dalam suatu rongga atau ruang jaringan
akibat proses radang . Setiap jenis proses radang terbentuk jenis eksudat yang berbeda –
beda , dipengaruhi oleh beratnya reaksi,penyebab dan lokasi lesi. Secara garis besar eksudat
dibagi tiga ,yaitu :
1. Eksudat Nonselular
a. Eksudat Serosa, merupakan eksudat jernih, mengandung sedikit protein akibat radang
yang ringan. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan pada luka lepuh.
Penimbunan eksudat serosa yang serupa sering ditemukan di dalam rongga tubuh, seperti
rongga pleura atau rongga peritoneum dan walaupun tidak mencolok, eksudat serosa
menyebar melalui jaringan ikat.
b. Eksudat fibrinosa, merupakan eksudat yang mengandung banyak fibrin sehingga mudah
membeku. Eksudat fibrinosa sering dijumpai di atas permukaan serosa yang meradang seperti
pleura dan pericardium.
c. Eksudat Musinosa, jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk di atas permukaan membran
mukosa, tempat sel-sel yang dapat menyekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dari eksudat
lain karena eksudat ini merupakan sekresi selular bukannya dari sesuatu yang keluar dari
aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan eksudat musinosa
tidak lebih merupakan percepatan proses fisiologis dasar. Contohnya : pilek yang menyertai
berbagai infeksi pernafasan atas.
2. Eksudat Selular
a. Eksudat Neutrolitik
1) Eksudat purulen, adalah eksudat neitrofilik yang paling sering dijumpai terutama
terdiri atas Polimorfonuklear (PMN), dalam jumlah yang begitu banyak sehingga lebih
menonjol daripada bagian cairan dan proteinosa. Dibentuk sebagai respons terhadap infeksi
bakteri; eksudat ini juga terdapat dalam respons terhadap banyak cedera dan secara mencolok
terjadi hampir di semua tempat pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.
2) Eksudat Supuratif, adalah kombinasi agregasi neutrofil dan pencairan jaringan-
jaringan dibawahnya . Perbedaan signifikan antara peradangan supuratif dan purulen adalah
bahwa pada peradangan supuratif terjadi nekrosis liquefaktif pada jaringan dibawahnya.
3. Eksudat campuran
Adalah campuran eksudat selular dan nonselular, dan dinamakan sesuai
campurannya,diantaranya adalah :
a. Eksudat fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN
b. Eksudat mukopurulen, terdiri atas musin dan PMN
c. Eksudat serofibrinosa, dan seterusnya.

D. TIPE DAN FUNGSI MEDIATOR RADANG


Pada proses radang, walaupun penyebabnya berbeda-beda, namun reaksi yang terjadi sama,
hal ini dimungkinkan karena adanya zat mediator kimia yang menentukan reaksi yang terjadi.
Aktivitas biologik spesifik mediator terjadi melalui pengikatan reseptor pada sel target.
Mediator ini merangsang sel target untuk melepaskan molekul efektor sekunder. Asal
Mediator:
A. Mediator yang berasal dari sel:
Sumbernya adalah trombosit, netrofil, monosit/makrofag dan sel mast dan dijumpai dalam
dua bentuk, yaitu :
1. Bentuk yang siap pakai (disekresikan saat aktivasi) yaitu sebagai granula intrasel
(granul dalam sel) misalnya histamine dalam sel mast
2. Bentuk yang harus disintesis terlebih dahulu bila ada stimulus/rangsang (disintesis
secara de novo) misalnya prostaglandin.
Mediator yang berasal dari sel ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :
1. Amin Vasoaktif ( vasoactive amine ):
- Histamin: tersebar luas terutama dalam sel mast yang berdekatan dengan pembuluh
darah, basofil dan trombosit sirkulasi. Tersimpan dalam sel mast granula sel mast dan
dilepaskan apabila terjadi cedera fisik (trauma/panas), reaksi imunologik, reaksi anafilaksis
dan lain sebagainya. Zat ini terutama berperan pada saat permulaan proses radang dan
menyebabkan dilatasi arteriol, serta peningkatan permeabilitas kapiler fase cepat, yang
menginduksi kontraksi endotel venula dan interendotelial gap.
- Serotonin: berefek sama dengan histamin. Ditemukan teruama dalam granula
trombosit, dilepaskan bila terjadi agregasi trombosit.
2. Metabolit yang berasal dari asam arakidonat.
Zat yang berasal dari asam arakidonat misalnya prostaglandin, lekotren, zat lipid yang
bersifat kemitaktik. Pembentukan asam arakidonat akan dihambat oleh obat–obat golongan
steroid. Pembentukan prostaglandin akan dihambat oleh obat–obat aspirin dan indomethacin.
Prinsip kerja zat – zat ini juga seperti zat lainnya yaitu: Vasokonstiksi, vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas, kemotaksis.
3. Limfokin merupakan zat aktif hasil sel T akibat reaksi imunologik.
Termasuk kelompok ini ialah interferon dan interleukin. Interferon mempunyai kemampuan
antiviral dan anti tumor.
4. Nitrogen monoksida (NO) merupakan mediator yang baru ditemukan,
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah, dihasilkan oleh sel endotel dan makrofag.
5. Radikal bebas yang berasal dari oksigen.
Zat – zat ini cenderung menimbulkan kerusakan pada jaringan karena zat – zat ini dapat
menyebabkan:
- Kerusakan sel endotel yang secara tidak langsung akan menyebabkan meningkatnya
permeabilitas
- Tidak aktifnya antiprotease sehingga kerusakan jaringan akan makin luas.
- Meningkatnya proses kemotaksis.
B. Mediator asal plasma:
Ada dalam bentuk prekursor dan perlu diaktifkan untuk dapat berfungsi. ada 2 sistem yaitu
sistem kinin dan sistem komplemen.
1. Sistem kinin
Akan menghasilkan bradikinin dan proses fibrinolisis / koagulasi.
- Bila plasma mengenai kolagen atau endotoksin, maka faktor hageman (disintesis
oleh hati) akan diaktifkan. Rangkaian akhir ialah terbentuknyabradikinin. Bradikinin
berperan mirip histamin. Yaitu meningkatkan permeabilitas kapiler vaskular, vasokonstriksi
otot polos (bronkus) dan vasodilatasi arteriol . Nyeri terutama diakibatkan oleh bradikinin.
- Faktor hageman akan mengaktifkan sistem pembekuan darah, yang menyebabkan
aktifasi troombin, yang selanjutnya memecah fibrinogen terlarut dlam sirkulasi untuk
menghasilkan bekuan fibrin yang tidak mudah larut. Pada proses ini terbentuk fibrinogen
fibrinopeptida yang mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah meningkat dan aktifitas
kemotaktik lekosit. Proses fibrinolisis akan menyebabkan pembekuan yang bermanfaat untuk
menjerat kuman.
2. Sistem Pembekuan
Saat faktor Hageman teraktivasi sedang menginduksi pembekuan, secara bersamaan juga
mengaktifkan sistem fibrinolisis. Mekanisme ini sebagai kontraregulasi proses pembekuan
dengan memecah fibrin sehingga dapat melarutkan bekuan fibrin. Tanpa mekanisme ini
pembekuan akan terus berlanjut dan tidak dapat dihentikan di seluruh pembuluh darah
bahkan oleh cedera ringan.
3. Sistem komplementer
Terdiri atas kaskade protein plasma yang berperan penting, baik dalam imunitas maupun
inflamasi. Pada imunitasfungsinya untuk membentuk MAC (Membran Attack Complex)
untuk membuat lubang pada membran mikroba yang menginvasi. Sistem komplemen akan
membentuk C3a dan C5a serta C5b yang mempunyai efek kemotaktik pada netrofil, monosit,
eosinofil, dan basofil. Efek lain ialah meningkatkan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi
(menginduksi sel mast untuk melepaskan histamin) serta mempunyai peranan dalam
fagositosis (oleh neutrofil dan makrofag) berupa opsonisasi.

Anda mungkin juga menyukai