Anda di halaman 1dari 88

SITOLOGI

PENDAHULUAN
Kata Histology berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata Histos yang berarti
jaringan dan kata Logia/Logos yang berarti ilmu pengetahuan/ ilmu yang mempelajari.
Jadi secara harafiah dapat diartikan bahwa Histology adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang jaringan.
Dari pengertian tersebut kemudian muncul suatu pertanyaan, yakni apa yang tercakup
dalam istilah histology dewasa ini ? Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata Anatomi dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Anatomi Makroskopik
yang artinya struktur tubuh yang dapat dilihat dengan mata telanjang, kelompok kedua
Anatomi Mikroskopik artinya struktur tubuh yang hanya dapat dilihat dengan memakai
alat bantu yaitu mikroskop.
Anatomi mikroskopik dikenal dengan istilah Histologi. Materi pembahasan pada anatomi
mikroskopik dikelompokkan menjadi tiga. Kelompok pertama adalah Histology (ilmu
yang mempelajari tentang jaringan), kelompok kedua adalah Organology (ilmu yang
mempelajari tentang organ), dan kelompok ketiga adalah Sitology (ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk sel). Kelompok ketigan ini (sitologi) merupakan cikal
bakal perkembangan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan struktur molekuler sel,
misal, ilmu Biology Molekuler. Ilmu Biology Molekuler dalam penerapan sering
digunakan dalam teknology dibidang kedokteran yaitu Teknik Rekayasa Genetika.
Jadi Histologi tidak hanya mempelajari mengenai jaringan/organ juga mempelajri sel
baik itu struktur baupun fungsinya, bahkan mempelajari sampai ketingkan sel/molekuler.
Oleh karena itu histology merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang lain seperti : Patology,
VirologylImunology, Biok.imia, fisiolgy dll.
BAB II SITOLOGI
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos artinya ilmu pengetahuan.
Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel. Definisi sel adalah sel merupakan
unit struktural yang terkecil dari mahluk hidup yang terdiri dari segumpal protoplasma
dan inti sel. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga pada
tahun 1930 ditemukan mikroskop elektron. Definisi sel selanjutnya berbunyi Sel adalah
merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di dalam
suatu lingkungan yang mati .
Tanda-tanda sel itu hidup ada beberapa kriteria antara lain:
1. Sel dapat bersifat iritabel, artinya sel dapat menujukkan respon terhadap stimuli baik
secara kimiawi maupun listrik. Contohnya adalah sel saraf dan sel otot.
2. Sel dapat bersifat konduktivitas, artinya sel mampu meneruskan rangsangan.
Contohnya sel saraf dan sel otot.
3. Sel dapat bersifat kontraktivitas, artinya sel dapat memendekkan protoplasma ke satu
arah (terlihat saat pembelahan sel)
4. Sel dapat bersifat absorbsi, sifat ini dapat dimiliki oleh semua jenis sel.
5. Sel mempunyai sifat sekresi, sifat ini paling baik dimuliki oleh sel-sel kelenjar, selain
itu juga mempunyai sifat ekskresi. Contoh sel yang kurang/tidak mempunyai sifat
ini adalah sel otot dan sel saraf.
6. Sel mempunyai kemampuan respirasi, artinya sel mempunyai kemampuan menangkap
oksigen untuk kebutuhan metabolisme di dalam sel.
7. Sel mempunyai sifat pertumbuhan dan perbanyakan, perbanyakan sel berarti dapat
membelah diri dan selama perkembangannya dapat menjadi banyak bentuk sifat
ini disebut multipoten. Contoh sel yang bersifat multipoten adalah sel mesenchym
yang pada akhirnya mengalami defrensiasi artinya sel tersebut telah menuju suatu
proses spesialisasi dan bertambah besar.
Kegiatan/perubahan-perubahan yang terjadi pada protoplasma/sitosol dapat terlihat
secara langsung pada mahluk bersel satu, tapi pada mahluk tingkat tinggi hal tersebut
sulit dilihat, hal ini dikarenakan sel tersebut mengalami spesialisasi sel.
Akibat spesialisasi sel maka terjadi antara lain:
1. Terjadi hubungan yang erat antara bentuk dan fungsinya.
2. Bagian-bagian tubuh menjadi tergantung satu dengan yang lainnya.
3. Hilangnya potensi sel, artinya hilangnya kemampuan sel untuk berubah bantuk.
Di alam semesta ini kita mengenal 2 jenis sel bila dilihat struktur selnya (inti sel) yaitu :
1. Sel prokariota, tipe sel ini mempunyai inti tidak sejati atau tidak mempunyai inti.
Di dalam inti sel tidak ada/ada bagian-bagian sel yang tidak jelas. Tipe
sel ini dapat dijumpai pada sel bakteri atau sel darah merah (erytrocyt).
Sel Prokariota mempunyai struktur internal yang sangat sederhana
seperti:
Tidak mempunyai organel yang terbungkus membran.
Tidak mempunyai inti sel yang terbungkus membran.
Struktur DNA tidak membentuk komplek dengan Histon

2. Sel Eukariota, sel ini mempunyai inti sel sejati. Contoh sel tanaman, sel mahluk
hidup tingkat tinggi. Inti sel eukariota di dalamnya dijumpai:
Chromatin: merupakan serabut-serabut DNA yang secara erat terikat
dengan histon.

Jadi pada hewan tingkat tinggi di dalam tubuhnya terdapat tiga jenis sel yaitu:
1. Sel-sel yang sudah ada sejak lahir. Sel seperti ini sudah mempunyai spesialisasi
yang sangat tinggi dan semakin bertambahnya umur maka jumlahnya juga
makin berkurang. Jenis sel-sel seperti ini dijumpai pada sel-sel otak, sel-sel
ovum.
2. Sel-sel yang dalam perkembangan selanjutnya akan mengalami proses defrensiasi
secara bertahap dan kontinyu, namun setelah sel tersebut sudah mencapai umur
tertentu maka sel itu akan dilepaskan dari tubuh. Contoh, sel epitel pada saluran
cerna, epitel vesica urinaria, sel epitel kulit.
3. Ada juga sel-sel yang sudah mengalami spesialisasi tinggi, tapi dalam keadaan
tertentu dapat menjadi muda lagi. Contoh sel-sel pada organ hati, sel-sel organ
kelenjar.
MORFOLOGI SEL
Pada mahluk tingkat tinggi terdapat berjuta-juta sel yang berbeda bentuk, ukuran, isi sel,
dan afinitasnya terhadap berbagai macam zat warna. Pada sel yang masih hidup aktivitas
isi sel (sitoplasma) tidaklah tetap melainkan selalu berubah-ubah sesuai dengan aktivitas
sel tersebut,
Ukuran sel tidaklah tetap juga tergantung dari aktivitas sel saat itu, sel yang aktif atau sel
yang sedang istirahat (stadium interpase) berbeda ukurannya maupun bentuknya. Namun
demikian sudah ada patokan rentang besarang ukurannya, misal: sel eritrosit ( 3 20
mikron ), sel leukosit ( 8 20 mikron ), sel ovum mamalia ( 100 150 mikron ), sel otot
polos panjangnya ( 15 200 mikron ).

SITOPLASMA
Sitoplasma umumnya terlihat homogen tapi pada beberapa daerah ada terlihat granuler,
fibriler atau vakuoler. Sitoplasma sebenarnya mengandung berbagai bangunan kecil yang
fungsinya berbeda-beda pula, hal inilah yang menujukkan perbedaan penampilan
sitoplasmanya pada saat pengecatan sel. Perbedaan penampilan ini dikarenakan
dikarenakan variasi jumlah dan jenis organel yang terkandung di dalam sitoplasma.
Pada sel hidup istilah cytoplasmic matrix juga disebut hyaloplasmic. Hyaloplasma
berdasarkan komposisi penyusun dan kepekatan (struktur) yaitu:
1) Ektoplasma : terletak di bagian perifir dari sitoplasma (dekat dengan membran sel),
mempunyai konsistensi kekentalan yang sangat pekat berbentuk gel ( jel ). Pada
cairan ini tidak dijumpai/bebas dengan adanya organel-organel sel maupun benda-
benda inklusi, selain itu cairan ini mempunyai sifat tiksotropi artinya cairan tersebut
dapat berubah konsistensinya menjadi lebih pekat daripada gel yang disebut sol.
Konsistensi seperti sol ini sifatnya revelsibel. Perubahan tiksotropi ini terjadi apabila
sel tersebut terkena pengaruh mekanik dari luar sel. Contoh sel yang mempunyai
kemampuan tiksotropi yang tinggi adalah sel amuba, sel-sel yang mempuyai sifat
fagositik ( leukosit, makrofag, sel RES, gian cel, plasma sel, dll. ).
2) Endoplasma : letaknya ada di sebelah dalam dari ektoplasma. Cairan ini mempunyai
sifat konsistensi lebih cair dibandingkan dengan gel tapi lebih pekat daripada air,
selain itu cairan ini tidak mempunyai sifat tiksotropi. Cairan ini
mengandung/dijumpai adanya organel-organel sel dan cytoplasmic inclution.
Organel-organel ini disebut organoid ( organelles ). Jadi organoid tidak lain adalah
merupakan benda-benda kecil yang tetap berada di dalam sel dan terorganisasi yang
mempunyai fungsi spesifik untuk proses metabolisme dalam mengatur kelangsungan
kehidupan sel.


Organel-organel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
A. Organella yang terbentuk dari membran (mempunyai membran)
1) Membran sel
Pada sel hewan dinding sel disebut dengan membran sel kerena komposisi
penyusunnya sebagian besar berupa lipid. Membran sel ini disebut juga
dengan istilah membran plasma / plasmalemma. Beberapa peneliti (buku)
plasmalemma tidak digolongkan ke dalam organoid, namun ada juga
beberapa peneliti memasukkan ke dalam golongan organoid, hal ini dilihat
dari strutur dan fungsinga yakni berperan pada saat pembelahan sel,
regenerasi sel, dan penyerapan zat. Penyerapan/masuknya zat berupa cairan
ke dalam sel disebut pinositosis dan masuknya materi berupa benda sifatnya
tetap disebut fagosistosis.
Sifat-sifat membran sel antara lain:
Mempunyai permiabilitas yang sangat tinggi
Tersusun dari 3 komponen :1) lipid ( phospolipid, glikolipid,
cholesterol) 2) protein ( proteni integral, protein periferal ) 3)
karbohidrat ( karbohidrat dapat terikat dengan protein maupun
lipid ).
Mempunyai kemampuan untuk mengontrol terhadap keluar masuknya
informasi dari maupun ke dalam sel
Mempunyai active site untuk proses transformasi energi
Membran sel terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop cahaya karena
membran sel mempunyai ketebalan antara 8 10 nm. Dengan ketebalan
tersebut tidak tampak pada pemeriksaan mikroskop kecuali potongannya
sedikit miring, namun dengan mikroskop elektron membran sel mudah terlihat.
Dengan menggunakan mikroskop elektron ternyata membran sel terlihat 3
lapis, hal ini sesuai dengan prinsip mikroskop elektron apa bila materi itu padat
elektron akan terlihat gelap sedangkan bila kurang padat elektron terlihat
terang. Karena terlihat seperti tersusun 3 lapis maka disebut juga tri laminar
membran yakni pada bagian luar yang tersusun oleh lipid yang kepekatan
elektronnya lebih tinggi maka akan terlihat gelap, pada bgian tengah kepadatan
elektronnya rendah terlihat lebih terang, dan pada bagian dalam tersusun juga
oleh lipid maka terlihat pula belap. Dengan seiring perkembangan ilmu
pengetahuan ternyata membran sel dapat dipisahkan dengan zat ditergen. Hasil
pemisahan tersebut ternyata membran sel terdiri dari dua lapis rantai lipid yaitu
asam lemak rantai panjang tidak jenuh (lipid acid ansaturated) dan protein.
Phospolipid struktur molekulnya ada yang bersifat polar (dapat dilalui air) yang
menghadap keluar (digambarkan sebagai kepala) dan satu lagi bersifat non-
polar (tidak dapat ditembus air) yang berada di sebelah bawahnya
(digambarkan sebagai ekor). Lapisan lipid yang satunya (di bawah) letaknya
terbalik yakni non-polar menghadap ke luar (atas) dan gugus polar menghadap
ke dalam (bawah). Teori ini yang sampai kini diyakini kebenarannya yaitu teori
Bilayer Lipid. Jadi sifat hydrophylic ada disebelah luar (karena gugus polar dari
phospolipid) dan sifat hydrophobic ada disebelah dalam (karena gugus
nonpolar dari rantai hidrokarbon) ini terdapat pada membran bagian luar
sedangkan membran bagian dalam posisinya terbalik.
Protein membran berfungsi sebagai:
- sebagai pompa ion
- sebagai ion cenel (pintu gerbang)
- sebagai enzim
- sebagai reseptor
- sebagai perekat/penghubung antar sel
Gugus karbohidrat terikat pada protein/lipid yang menonjol ke permukaan sel
disebut glikokalik (extrinsic cell coat), karbohidrat berperan untuk membantu
protein dalam kemampuannya untuk mengenal sesuatu, sehingga cell coat
tersebut berfungsi sel menjadi bersifat selektif dan permiabel, sifat spesifik, dan
sifat adhesif (melekat).



GAMBAR: foto mikroskop elektron membran sel

2) Retikulum Endoplasmik
Retikulum endoplasmik terdapat dua bentuk yang berbeda baik struktur
maupun fungsinya yakni yang berbentuk butiran-butiran kasar disebut Rough
endoplasmik retikulum (RER) dan satunya lagi berbentuk buluh/gelembung
disebut smooth endoplasmik (SER) berupa butiran halus. Smooth endoplsmik
dapat juga berbentuk gelembung pipih (cysternae) yang membentuk suatu
jalinan disebut retikulum. Perkembangan teori terkhir ternyata retikulum
endoplasmik dianggap sebagai proliferasi dari kerioteka interna (membran inti
bagian luar). Dengan pengecatan HE akan memberikan kesan warna biru/violet
(sifat basa) sehingga disebut juga komponen basofil sitoplasma, ini terlihat
jelas pada sel-sel otot (disebut ergastoplasma) selain itu juga terlahat jelas pada
sel kelenjar. Pada sel saraf retikulum endoplasmik disebut benda-benda Nissl.
Rough Endoplasmik retikulum (RER) diidentikkan dengan ribosoma.




RIBOSOMA :



Ribosoma mersifat basofil, sehingga sitoplasma menjadi bersifat basofil karena
begitu banyaknya jumlah ribosom di dalam sitoplasma. Ribosoma merupakan
pusat pembentukan protein. Robosoma merupakan tempat untuk merangkai
asam-asam amino menjadi peptida atau protein. Dengan mikroskop elektron
ukuran ribosoma berkisar antara 10 20 nm dengan komposisi RNA sebanyak
60 % dan protein sebanyak 40 %, karena komposisi inilah yang menyebabkan
ribosom bersifat basopilik. Ribosom pada mamalia mempunyai koefisien
sedimen (kecepatan dalam pengendapan) sebesar 80S (satuan Swedberg)
butiran besar dari ribosom satuan sedimennya sebesar 60S dan butiran becil
sebesar 40S. Pada proses pembentukan protein ribosom melekat pada mRNA
Gambar:

SER tersusun berupan gelembung-gelembung pipih berupa lembaran-lembaran
dengan permukaan yang halus tanpa adanya ribosom (bentuk vesikuler), dari
jalinan-jalinan tersebut terbentuklah vesikel yang mengangkut bahan-bahan
untuk disintesis di RER dan selanjutnya diteruskan ke Golgi komplek.
Jumlah SER untuk setiap jenis sel tidak sama, hal in penting fungsinya untuk
menghasilkan sekret baik itu berupa hormon maupun nonhormon, misal,
- biosintesis hormon steroid/testosteron oleh sel Leydig
- biosintesis hormon progesteron oleh sel-sel korpus luteum
- sintesis lipid/detoksifikasi oleh sel-sel hati (hepatocyt)
- biosistesis hormon glukagon oleh sel-sel pankreas, hormon ini berfungsi
merangsang terbentuknya membran baru (terbentuknya retikulum
endoplsmik baru). Pada hati glukagon diperlukan untuk perombakan
glikogen menjadi glukosa.
- Pada sel-sel eptel usus berperan dalam absorbsi lipid.
- Pada otot skelet/jantung (RER disebut retikulum sarkoplasma) yang
secara aktif mengatur kadar kalsium disekitar miofibril, sehingga
berperan dalam membantu proses kontraksi otot.
Smooth Endoplasmik Retikulum (SER) mempunyai peranan yang berbeda-
beda sesuai dengan jenis selnya.


3) GOLGI KOMPLEK
Pada tahun 1889 seorang ahli saraf dari Italia bernama Camillo Golgi
menemukan organel pada sel saraf kucing dan burung dengan menggunakan
metoda pengecatan perak nitrat. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa setiap
sel memiliki organel ini (golgi komplek) yang di dalamnya mengandung
lipoprotein. Beberapa buku/penulis gilgi komplek mempunyai banyak nama
seperti: Golgi Net, Aparatus Retikularis Golgi, Internal Retikuler Apparatus.
Golgi komplek berbentuk pipih yang tersusun seperti jala, dimana pada bagian
yang memanjang pada lempeng golgi disebut saculus. Dengan mikroskop
elektron golgi komplek letaknya tidak sama untuk semua jenis sel, misal: pada
sel kelenjar terletak di atas inti (dekat inti) yakni berbatasan dengan kutub
bebas dari sel, pada sel saraf letaknya mengelilingi inti, pada sel pankreas
letaknya tidak menentu. Perkembangan selanjutnya dimana golgi komplek
yang telah kompak (dewasa) menghadap kutub bebas dari sel, dan dari tempat
ini melepaskan butiran-butiran sekret yang disebut juga sebagai butir Golgi (
Golgi granules) atau Vakuola Golgi atau Vesikel Pemindah. Butir-butir tersebut
pada saat dilepaskan berwarna cerah namun lama kelamaan berubah warna
menjadi gelap. Butir-butir yang telah menjauhi Golgi disebut Butir Zymogen.
Fungsi dari Golgi Komplek adalah:
- tempat proses sintesis
- tempat pemekatan (membentuk struktur protein)
- tempat proses penambahan gugus/senyawa
- tempat penyimpanan sementara hasil produk
Fungsi ini jelas terlihat aktivitasnya pada sel-sel kelenjar maupun sel-sel
endokrin. Selanjutnya protein/sekrit yang dihasilkan mengalami pengaktifan,
setelah itu barulah dikeluarkan dari sel atau digunakan sendiri oleh selnya
untuk eksistensi sel
4) LISOSOMA
Dahulu organel in kurang mendapat perhatian, namun dekade terakhir ini
banyak diselidiki karena perannya yang sangat penting dalam mempertahankan
sel. Hasil penyelidikan diketahui organel lisosoma berupa kantong-kantong
kecil berdiameter antara 0,15 0,8 mikron, di dalamnya mengandung ensim
pencernaan bagi sel. Ensim tersebut bersifat hidrolitik yang bekerja aktif pada
situasi sedikit asam ( PH 5 ), sehingga ensim ini disebut Hidrolisa Asam.
Dengan demikian lisosoma merupakan organel dalam sel yang berperan dalam
proses penghancuran.
Lisosoma ada 2 tipe yaitu: 1) Lisosoma primer: berisi berisi ensim hidrolitik. 2)
Lisosoma sekunder: merupakan peleburan antara lisosoma primer dengan
berbagai gelembung substrat. Lisosoma primer berkembang yang berasal dari
perkembangan dari Aparatus Golgi, dan selanjutnya menjauhi Golgi.
Heterofagosom terbentuk akibat invaginasi membran plasma yang mengelilingi
benda asing, sedangkan Vakuola Krinofagi adalah merupakan peleburan dari
gelembung sekrit yang telah mengalami penuaan atau kerusakan dengan
lisosom primer. Lisosoma Sekunder sekrit yang ada di dalamnya dapat
dikeluarkan dari selaput atau masih tetap ada di dalamnya, hal ini disebut
Lisosom pembentuk pigmen lipofuksin.
Jenis ensim yang terkandung di dalamnya adalah:
Acid phospatase
Acid ribonuclease
Acid deoxyribonuclease
Cathepsin
Peroksidase.
Ensim yang terkandung di dalam organel lisosoma dapat
memecah/menghancurkan protein, DNA, RNA, karbohidrat, dan lemak. Sintesa
ensim tersebut diduga terjadi di dalam Endoplasmik Retikulum dan selanjutnya
tersimpat dalam kantong penyimpan.
MITOKONDRIA
Mitokondria telah lama sudah diketahui oleh para ilmuan baik itu mitokondria
yang berasal dari tanaman maupun dari mahluh hidup (eukariota). Pada tahun
1890 oleh Altman menemukan mitokondria sebagai butiran-butiran kecil
seperti benang dan dapat bergerak aktif serta dapat membelah diri tanpa diikuti
oleh pembelahan sel. Pembelahan mitokondrian diperkirakan melalui
pembelahan yang sangat sederhana yakni pembelahan Amitosis.
Mitokondria mempunyai sangat bervariasi bentuknya tergantung dari
aktivitasnya, dapat berbentuk bulat, oval, dan bahkan memanjang dengan
ukuran birkisar antara 2 3 mikron.
Dengan mikroskop elektron mitokondria terlihat mempunyai dua (2) lapisan
membran yaitu lapisan di sebelah luar disebut outer membran dengan ketebalan
7 nm (nanometer) dan lapisan sebelah dalam disebut inner membran yang
tebalnya 8 nm. Diantara membran luar dan membran dalam terdapat matrik
berupa cairan yang merupakan tempat terjadinya siklus creb. Pada inner
membran dapat membentuk lipatan-lipatan ke arah dalam. Lipatan ini disebut
Krista. Kepadatan krista tergantung dari aktivitas mitokondria, kalau
aktivitsnya tinggi maka lipatan krista akan tampak lebih banyak dan
mitokondria terlihat memanjang. Pada inner membran terdapat partikel-partikel
yang mrupakan elementary unit untuk kelangsungan proses reaksi oksidasi-
reduksi, phosphrilasi oksidatif, dan proses pembentukan ATP. Selain itu juga
terdapat ion-ion anorganik sperti Ca, P, Mg, yang berguna untuk memelihara
keseimbangan ion di dalam sel, selain itu juga terdapat ensim seperti sitokrom
dan flavoprotein yang mengandung ion Fe untuk mengatur respirasi sehingga
kedua ensim ini dikenal sebagai ensim resipirasi, selain itu juga terdapat ensim
Koensim Q dan ensim Oksidatif Fosforilase.



Pada matrik dijumpai ensim kreb ( Krebscitric acid cycle enzymes ) dan ensim
untuk sintesis protein/lipid, selain itu juga ditemukan DNA dan RNA untuk
pembelahan sel (sebagai materi genetik). Hasil pemetaan gen pada DNA
mitokondria ternyata susunan nukleotida berbeda dengan susunan nukleotida
pada DNA inti sel, namun demikian susunan nukleotida (mtDNA) sama persis
dengan susunan nukleotida (mtDNA) dari orang tuanya (Ibunya). Dengan
adanya materi genetik serta ensim-ensim untuk pembelahan sel ada di
dalamnya maka mitokondrian dapat mengadakan pembelahan. Pembelahan
mitokondria bersifat semiotonom, artinya dapat dikatakan mitokondria
merupakan sel lain yang hidup di dalam sel yang hidup secara bersimbiose.
Pembelahannya tidak tergantung dari informasi dari inti sel namun untuk
kelangsungan hidupnya dibawah kendali inti sel.
6) PEROKSISOM ( MIROBODIES )
Organel ini dahulu belum mendapat perhatian walaupun telah diketemukan
lewat pemeriksaan dengan elektron mikroskop berbentuk bulat. Belakangan ini
justru mendapat perhatian yang tinggi mengingat telah diketemukan ensim
yang terkandung di dalamnya. Butiran-butiran pekat elektron.Ensim yang
terkandung di dalamnya : Katalase, hidrogen peroksida, urat oksidase, D-
aminooksidase. Fungsi organel ini mengatur pemakaian oksigen di dalam sel,
proses metabolik, proses detoksifikasi, dan pemecahan asam lemak menjadi
asetil-CoA ( sangat jelas terlihat pada sel hati).
B. Organella yang tidak terbentuk dari membran (tidak mempunyai membran)
Organel yang tidak terbentuk dari membran sering disebut dengan kerangka sel
(cytoskleton). Kerangka sel ini membentuk jalinan komplek yang berfungsi untuk
mempertahankan bentuk sel, stabilitas sel, gerakan sel (waktu pembelahan sel), dan
membantu pada proses mitosis
Yang termasuk organel ini antara lain:
1. SENTRIOLA
Organel sentriola asal usulnya tidak terbentuk dari membran (tidak mempunyai
membran sel). Pada stadium interpase tampak sepasang berbentuk granul berukuran
antara 0,5 10 mikron. Selama memasuki tahap mitosis sentriola dikelilingi oleh
massa yang cerah disebut Centromer. Benang-benang halus yang memancar dari
centriola disebut Aster yang merupakan /dikenal dengan Pusat Sel .
Dengan menggunakan mikroskop elektron ternyata bentuk sentriola berbentuk
kantong silinder tidak seperti anggapan semula berbentuk granul. Bentukkan
kantong silinder ini mempunyai diameter 150 mm (milimikron) dan panjang 300
500 mm dengan unjung yang satu terbuka dan ujung lainnya tertutup. Melalui
penampang melintang tampak adanya 9 bangunan sub-unit yang tersusun
longitudinal (paralel longitudinal) dan tiap sub-unit memiliki 3 buluh-buluh halus
yang tersusun sedemikian rupa, sehingga pada potongan melintang tampak adanya 3
lingkaran yang berdekatan . Bagian paling dalam disebut buluh A lalu buluh B dan
buluh C yang paling luar. Buluh A dari 9 sub-unit memilik i jarak yang sama satu
dengan yang lainnya yang membentuk lingkaran dengan lingkaran 150 mm
Buluh A dari sub-unit yang satu akan berhubungan dengan buluh C dari sub-unit
yang terdekat, sehingga memberika gambaran seperti roda bergerigi, sehingga
sumbu dari setiap sentriola membentuk diplosom tersusun tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Di dalam sentriola juga ditemukan senyawa aktin dan miosin,
sehingga sentriola dapat memanjang maupun memendek sesuai dengan aktivitasnya.
2. MIKROTUBULUS
Mikrotubulus microtubules mempunyai nama lain adalah Cytoplasmic microtubules.
Pada stadium interpase sangat sedikit dan berperan sebagai kerangka sel, sehingga
dapat mempertahankan bentuk sel (sel erytrocyt). Pendapat lain menyatakan bahwa
mikrotubulus membantu dalam perubahan bentuk sel (sel Leukocyt dan sel
Makrofag). Pada stadium mitosis mikrotubulus jumlahnya sangat banyak. Di bawah
mikroskop elektron mikrotubulus terlihat seperti tabung kecil dengan diameter 220
270 Amstrom dengan ketebalan dindingnya 50 70 Amstrom. Pada pase mitosis
terlihat dari kutub ke kutub sel atau dari kutub ke kromosom dengan jumlah 12
buah dengan jarak satu dengan yang lainnya 55 60 Amstrom. Pada sel saraf (axon)
mikrotubulus disebut juga Neurotubulus dengan ukuran sedikit lebih besar dari pada
neurofilamen yang berjalan longitudinal. Neurotubulus berfungsi untuk
pertumbuhan penjuluran sel saraf yang sedang berkembang, begitu pula untuk
membantu transport berbagai organel dari perkarion ke tepi.
3. FILAMEN
Filamen merupakan komponen dari fibril yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil.
Filamen yang terdapat pada sel mempunyai diameter 30 60 Amstrom. Pada sel
kulit (daerah epidermis ) filamen membentuk tonofibril yang merupakan bahan
pembentuk keratin. Fungsi utama filamen adalah untuk kontraksi sel, ini jelas
terlihat pada sel otot, tapi pada sel yang lainnya (bukan sel otot) fungsinya belum
jelas. Sementara ini diduga filamen membantu dalam perpindahan/memindahkan
komponen-komponen sitoplasmik. Letaknya tersebar di dalam sitosol oelh karena
itu para ahli juga menduga juga dapat berfungsi sebagai penyokong sel
(cytoskeleton)

C. CYTOPLASMIC INCLUSION
Cytoplasmik inklusi mempunyai nama lain yaitu Paraplasma. Paraplasma bersifat
sementara, artinya bangunan ini berada di dalam sel hanya sementara dan akan
dikeluarkan dari sel pada saat-saat tertentu atau dirombah menjadi bentuk lain,
bentukan ini merupakan benda yang sifatnya mati/senyawa, misal yang berupa
cadangan ( lemak, glikogen), berupa pigmen ( melanin, hemosiderin), atau berupa
granul-granul sekretorik ( yang isinya dapat berupa protein/ensim, hormon).
Paraplasma tidak dijumpai pada semua sel, tapi hanya ada pada sel-sel tertentu saja.
NUKLEUS
Nukleus atau inti sel dianggap sebagai pusat pengatur aktivitas sel, sedangkan di
stoplasma merupakan tempat matabolisme sel berlangsung. Bentuk inti umumnya
berbentuk mendekati bulat, tapi pada sel neutrofil (polinuklier) intinya terlihat
bergelambir. Sebenarnya bagian lobus satu dengan lobus inti lainnya dihubungkan oleh
selaput penghubung tipis, sehingga pada saat pengecatan kadang penghubung ini tidak
tercat dan akhirnya inti sel terlihat lebih dari satu (polinuklier)
Untuk melihat bagian-bagian sel yang terkandung di dalamnya akan terlihat bila sel
berada dalam stadium interpase (istirahat).

Hal-hal yang tampak umumnya adalah:
1. MEMBRAN INTI
Dinding inti terdiri dari dua lapis, antara lapis yang satu dengan lapis lainnya
terdapat ruang antara yang berisi bahan amorf dan berjarak 40 70 nm (nanometer).
Lapisan tersebut adalah: a) karioteka eksterna, b) ruang perinuklier, c) karioteka
interna.
Ruangan yang terbentuk dari dua lapis tersebut disebut dengan istilah Sisterna
Perinuklier. Kedua karioteka (membran) mempunyai kepadatan elektron yang
berbeda yakni karioteka eksterna (membran bagian luar dengat dengan sitoplasma)
kurang padat elektron dan pada pada lapis ini banyak diketemukan ribosum yang
melekat dan endoplasmik retikulum. Pada karioteka interna di bagian dalamnya
terdapat polipeptida yang merupakan tempat pertautan dari kromatin. Membran inti
terdapat pori-pori yang mempunyai diameter 300 1000 Angstrom dengan jarak
antara 0,1 0,2 mikron. Penelitian lebih jauh, diketehui lubang/pori tersebut dilapisi
oleh selaput yang sangat tipis berupa chenel material berbentuk filamen. Filamen ini
diperkirakan berfungsi mirip sebagai diafragma.
2. NUKLEOLUS
Nukleolus disebut juga Plasmosum. Plasmosum bentuknya bulat berjumlah 1 4.
Nukleolus di dalam inti dapat bergerak, oleh karena itu sel yang mempunyai
nukleolus lebih dari satu ( sel hati ) kadang terlihat di bawah mikroskop hanya satu
atau dua, hal ini karena pergerakan nukleulus yang posisinya kebetulan
sejajar/berhimpitan. Nukleolus kaya akan RNA, DNA, dan protein, hal ini
dikarenakan di da;am nukleolus merupakan tempat materi genetik (Gen)/DNA.
Dengan menggunakan mikroskop elektron nukleolus terlihat ada 3 zona yaitu: 1)
pars Granulosa, 2) pars Fibrosa, dan 3) Pars Kromosomal. Pars Granulosa dan Pars
Fibrosa kaya dengan Ribonukleoprotein yang merupakan prekursor ribosum yang
akan dibentuk, sedangkan pars Kromosomal kaya dengan DNA.
RNA-ribosomal (rRNA) di daerah pars kromosomal diubah dan disimpan sementara
di daerah pars Fibrosa dan selanjutnya diteruskan ke pars Granulosa sebelum
akhirnya dilepaskan ke dalam sitoplasma.
3. KROMATIN
Kromatin mudah diwarnai dengan pengecatan HE yang tampak berwarna ungu
(basofil). Kromatin di dalam inti letaknya menyebar. Dari peyebarannya dapat
dikelompokkan menjadi 3 daerah yaitu:
Kromatin tepi: berupa granul-granul di sekitar karioteka interna
Lempeng-lempeng kromatin: letaknya tersebar di antara dinding inti dan
nukleolus
Kromatin pembungkus nukleolus: letaknya mengelilingi nukleolus
Pada pembelahan sel (stadium interfase) kromatin berkumpul membentuk benang-
benang halus yang disebut KROMOSOM. Tapi ada juga kromatin yang tidak
tampak pada stadium ini dan masih merupakan bagian dari kromosom disebut
EUKROMATIN. Istilah Heterokromatin tidak lain merupakan kromatin dari segmen
kromosom berupa benang-benang halus yang tampak selama stadium interpase.
Belakangan diketemukan kromatin kelamin yang tidak lain dalah kromatin sex atau
Barr Bodies tampak berupa granul-granul basofilik terletak dekat dengan nukleolus,
kromatin ini diduga merupakan peleburan dari hetrokromatin yang berasal dari dua
kromosom-X. Terlihat jelas pada sel soma dari individu betina.
4. KARIOLIMFE
Kariolimfe disebut juga Nukleuplasma yang berupa cairan proyein dengan
konsistensi lebih pekat bila dibandingkan sitoplasma. Apa bila inti mengalami
kelainan/perubahan berupa: kariopiknosis, karioreksis, dan kariolisis itu merupakan
pertanda bahwa seltersebut telah mengalami kalainan patologik.
REPIKLASI GEN
Replikasi gen adalah merupakan perbanyakan/dupliksi gen, kejadian ini ditemukan pada
saan pembelamah sel baik itu pembelahan mitosis maupun pembelahan meiosis. Peneliti
mayakini bahwa pada kromosom terdapat gen-gen pembawa informasi genetik. Pada saat
itu belum banyak diketahui bagai mana bentuk gen itu. Kemudian pada tahun 1928
seorang akhli mikrobiologi berkebangsaan Inggris bernama Griffith. Dengan
menggunakan bakteri Diplococcus pneumonia meneliti tentang materi genetik bakteri
tersebut, kesimpulan yang didapat adalah pembawa informasi genetik adalah DNA.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Oswold Avery pada tahun 1944 di Institut
Rokefeller New York dengan menggunakan bakteri yang sama tapi dengan metoda yang
berbeda (lebih canggih) yaitu bakteri strain patogen diambil materi genetiknya lalu
dimurnikan dan akhirnya dimasukkan ke dalam sel bakteri nonpatogen, hasilnya bakteri
nonpatogen itu menjadi patogen, dengan demikian diyankni pembawa informasi genetik
itu adalah DNA.
Sampai disini disepakati bahwa Gen itu adalah: bagian atau segmen dari DNA yang
berperan sebagai pembawa informasi gentik melalui pembentukan secara tidak langsung
molekul-molekul protein. Kemudian timbul pertanyaan bagaimanakah bentuk DNA itu,
ini belum bisa dijawab. Kemudian tahun 1953 oleh James D. Watson dan Francis Crick
dapat menjawab pertanyaat tersebut yang terkenal dengan sebutan Postulat Watson and
Crick yaitu:
1. Struktur DNA terdiri dari dua rantai polinukleotida yang berbentuk helix berputar ke
kanan melingkari satu sumbu membentuk helix berganda.
2. kedua rantai berpasangan satu dengan yang lainnya dalam posisi anti paralel dan arah
rantai yang satu dengan rantai yang lainnya berlawanan arah.
3. kedua rantai helix melingkar tersebut sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat
dipisahkan kecuali dengan perlakuan.
4. Gugus-gugus basa purin dan pirimidin dari kedua rantai terletak di bagian dalam dan
basa-basa dari rantai pertama berpasangan dengan basa-basa dari rantai kedua.
5. Basa-basa tersebut berpasangan sedemikian rupa sehingga basa Adenin (A)
berpasangan dengan Timin (T) dan Guanin (G) berpasangan dengan Citosin (C).
6. Pasangan-pasangan tersebut terjadi karena adanya ikatan hidrogen antara basa dari
rantai pertama dengan rantai kedua.
7. Pasangan basa pada rantai yang satu dengan rantai kedua merupakan pasangan
kompementer.


Setelah diketahui postulat ini barulah perkembangan di bidang sel sangat maju, bahkan
dapat menggunakan DNA untuk melacak penyakit-penyakit keturunan dan sekaligus
dapat memperbaiki kelainan DNA yang mengalami kelainan tersebut.
PERTUMBUHAN DAN PEMBELAHAN SEL
Pertumbuhan sel adalah hasil sintesis biokimiawi dari protoplasma, disini terjadi
penambahan jumlah protoplasma pada sel. Replikasi gen tidak lain adalah duplikasi DNA
yang berlangsung pada stadium interpase. DNA berperan aktif dalam menentukan
kehidupan dan arah sel dan dari DNA dapat disintesa RNA dan pada akhirnya dibentuk
protein.
Pembelahan sel melalui 3 cara yaitu:
1. Pembelahan Amitosis
2. Pembelahan Mitosis
3. Pembelahan Miosis
PEMBELAHAN AMITOSIS
Pembelahan amitosis disebut juga pembelahan secara langsung ( direct cell division ).
Pembelahan secara amitosis berlangsung sangat sederhana dan dalam waktu yang sangat
singkat. Pembelahan dimulai dari pembelahan inti kemudian diikuti oleh pembagian
sitoplasmanya. Cara pembelahan amitosis tidak diikuti dengan pembelahan/duplikasi
kromosom. Pembelahan cara ini banyak ditemukan pada binatang tingkat rendah, juga
pada bakteri.
PEMBELAHAN MITOSIS
Pembelahan mitosis menghasilkan dua sel anak yang sama persis dengan sel induk, sifat-
sifat genetiknya juga sama. Ditinjau dari sitologi modern, mitosis dipandang sebagai
replikasi DNA. Proses mitosis pada sel/organ tubuh berlangsung secara kontinyu dengan
kecepatan yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh:
Jenis kelamin
Macam organ
Suhu, baik suhu tubuh maupun suhu di luar tubuh
Kondisi fisiologis individu
Menurut De Robert mitosis meliputi 5 tahap al: interpase, propase, metapase, anapase,
dan telopase.
1. PROPASE
Pada pase ini terlihat perubahan-perubahan pada inti sel dan sitoplasma. Perubahan-
perubahan yang dapat diamati adalah:
a. Inti sel membesar dan kromonemata memendek sehingga tampak seperti benang-
benag halus.
b. Sentriola membelah menjadi dua, kemudian menunju ke masing-masing kutub
sel. Dari sentriola ini keluar benang-benag halus.
c. Pada akhir stadium profase, kariotek mulai lenyap tapi belum sempurna sehingga
kromosum mulai terlihat tapi belum kompak, kromosom terlihat agak panjang
dan langsing (belum berkontraksi sempurna).




2. METAPASE
Pada stadium metapase, kromosum sudah berkontraksi sempurna (kompak) dan
sudah memisahkan diri ke bidang ekuator. Pada stadium ini tampak kromosom
bergerak menuju kutub masing-masing, pada akhir metafase membran inti sudah
lenyak sama sekali.



3. ANAPASE
Pada stadium anapase terjadi pembelahan kromosom secara longitudinal dan
belahannya menuju ke masing-masing kutub, pemindahan kromosom ini diduga
karena pengaruh protein yang berada di dalam mikrotubulus. Sel terlihat
menggelembung mendekati oval.



4. TELOPASE
Pada stadium telopase awal, sentriola sudah berada pada kutub-kutub sel dan
selanjutnya diikuti dengan munculnya inti pada sel anakan. Nukleulus muncul
kembali dari nukleoler organizer. Sebelum memasuki stadium interfase, kromosom
membelah diri dan kembali dari bentuk uliran ke bentuk benang. Kariotek terbentuk
kembali dan diikuti dengan terbetuknya membran inti. Selanjutnya diikuti dengan
terbentuknya organel-organel sitoplasmik. Pada akhir stadium telofase teleh
terbentuk dua anak sel yang membawa materi genetik yang idendik.


5. INTERPASE
Stadium interpase merupakan tahap istirahat, keadaan ini dipergunakan untuk
tumbuh dan penambahan sitoplasma dan paraplasma. Waktu yang diperlukan pada
stadium ini trgantung jenis. Sel-sel muda diperlukan waktu yang lebih singkat bila
dibandingkan sel tua. Jenis sel epitel mempunyai ewaktu yang singkat bila
dibandingkan dengan sel saraf.
Sebetulnya pada stadium interfase dikatakan fase insirahat tidaklah tepat, karena
pada stadium ini justru terjadi serangkaian perubhan untuk mempersiapkan diri
untuk membelah berikutnya. Oleh karena itu pada stadium ini terbagi menjadi 3 fase
yaitu:
Pase G
1
: disebut pase presintesis DNA
Pase S : disebut pase sintesis DNA
Pase G
2
: disebut pase pasca duplikasi DNA


PEMBELAHAN MEIOSIS
Menurut konsep lama meiosis diartikan sebagai pembelahan reduksi, hal in mungkin
disebabkan jumlah kromosom sel anak mengalami pengurangan menjadi setengah jumlah
kromosom sel induk. Kini konsep itu telah ditinggalkan. Konsep terbaru menyatakan,
bahwa meiosis terjadi proses crossing over kromosom. Pada proses ini kromosom tidak
mengalami reduksi baik pada pembelahan pertama maupun pembelahan kedua, tapi yang
terjadi sebenarnya adalah berupa distribution of chromosomes. Artinya, pembelahan
reduksi tidak tepat, hanya terjadi distribusi/penyebaran dari kromosom..
Pembelahan meiosis meliputi dua tahap antara lain:
Tahap pertama : terjadi distribution and redistribution bagian kromosom.
Tahap kedua : Pada tahap ini sama dengan pembelahan mitosis.
Tahap pembelahan pertama dapat diamati 4 tahap ( sama seperti pembelahan mitosis)
hanya pada tahap stadium propase memerlukan waktu yang lebih lama, karena di
dalamnya terbagi lagi menjadi 4 substadium yaitu:
1. Stadium Leptoten : pada stadium ini kromosom tampak jelas berbentuk filamen.
2. Sadium Zygoten : pada stadium ini kromosom yang homolog saling berkumpul dan
mulai berpasangan.
3. Stadium Pakhiten : kromosom homolog yang berpasangan tersebut menempatkan diri
secara longitudinal, sehingga tiap pasangnya disebut: bivalen. Selanjutnya terjadi
pembelahan secara longitudinal dan akhirnya terbentuk 4 kromonemata. Selanjutnya
terjadi crossing over (pindah silang).Terjadinya pindah silang bagian-bagian
kromosom dengan pola tertentu. Artinya terjadi pertukaran gen secara acak sehingga
terbentuk 4 anak sel dengan membawa gen yang berbeda satu dengan lainnya.
4. Stadium Diploten : setelah crossing over (pindah silang) selesai, terjadilah proses
pemisahan antara kromosom homolog, tapi proses pemindahan kromatid agak
mengalami kesulitan karena terjadi proses terminasi. Setelah itu diikuti dengan
lenyapnya membran inti.
Setelah itu berakhirlah stadium propase dan selanjutnya diikuti pase selanjutnya (
metapase, anapase, dan telopase)
Tahap pembelahan kedua, menjelang pembelahan kedua terjadi interpase secara singkat.
Setelah itu kembali terjadi serangkaian pembelahan seperti pada pembelahan mitosis
biasa. Bedanya denga pembelahan pertama terletak pada pembelahan stadium propase,
dimana pada pembelahan kedua stadium propase berjalan singkat dan seterusnnya diikuti
dengan satium berikutnya. Jadi sel anak yang dihsilkan pada pembelahan meiosis
terbentuk 4 sel anak yang haploid dengan membawa kombinasi gen-gen yang berbeda.
Meiosis yang berlangsung pada sel spermatogonia (spermatogenesis) dan sel oogonia
(oogenesis) pada prinsipnya adalah sama, hanya saja pembelahan pada spermatogonia
menghasilka 4 spermatozoa dengan morfologik identik tapi mempunyai gen-gen yang
tidak sama. Sedangkan pada sel oogonia hanya terbentuk satu oocyt (ovom) yang besar
(fungsional) tiga lainnya mengalam atrisia karena pembagian sitoplsma yang tidak
merata. Pembagian sitoplasma yang tidak merata ini terjadi pada stadium telopase
pertama dan stadium telopase kedua.


Meiosis spermatogonia






I. JARINGAN EPITEL

Bab I
PENDAHULUAN
Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan kuliah yang
mempelajari struktur jaringan tubuh dalam setiap organ tubuh. Untuk mempelajarinya
diperlukan pengetahuan mendasar tentang jenis-jenis jaringan yang ada dalam tubuh,
khususnya jaringan epitel. Dalam jaringan, pada umumnya terdapat 3 komponen dasar
yang menyusunnya yaitu
8. Sel : merupakan komponen yang bersifat hidup dalam jaringan dan merupakan Unit
Struktural dan Fungsional yang terkecil dari organisme.
9. Substansi interseluler : bersifat tidak hidup dan sebagai hasil produksi sel. Sebagai
nampak dari peranannya maka substansi ini terdapat diantara sel-sel dalam
jaringan. Bentuk fisiknya : dapat sebagai substansi dasar, karena tidak berbentuk
dan dalam keadaan setengah padat. Juga dapat sebagai serabut.
10. Cairan : merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa
cairan jaringan dan sebagainya.
Jaringan epitel, merupakan sistem yang tersusun oleh 2 macam komponen pokok yaitu
4. Sel yang telah mengalami diferensasi khas.
5. Substansi interselular yaitu bahan antara sel-sel,yang bersifat khas pula dan merupakan
penunjang bagi sel dalam jaringan.

Bab II
JARINGAN EPITEL
Jaringan ini terdiri dari kumpulan atau deretan sel-sel yang sangat rapat susunannya
sehingga membentuk suatu lembaran/ lapisan yang substansi interselulernya sangat
sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit. Deretan sel ini melapisi
permukaan jaringan atau alat, baik dari luar maupun dalam organ (melapisi rongga alat),
tapi juga digunakan untuk kelenjar.
Istilah Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting
(nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada
permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-punting
(papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah.
Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah deretan
sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis, tempat sel epitel melekat.

Membrana basalis ini dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar jaringan ikat
di bawah epitel yang langsung berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana
basalis dianggap sebagai hasil produksi langsung sel epitel. Membrana basalis tidak dapat
dilihat dengan mikroskop optik dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin (H.E.),
Membrana basalis bersifat permeabel, sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya
dapat merespon epitelium melalui membrana ini.

Mikroskop elektron memperlihatkan, bahan membrana basilis tersusun oleh:
Lamina basalis, yang merupakan lapisan di bawah sel epitel setebal 500-800 A terdiri
atas filamen tipis dengan diameter 30-40 A Filamen membentuk anyaman dalam
substansi dasar membrana basalis dan berhubungan langsung dengan membran
dasar sel epitil terdekat.
Lamina fibroretikularis, yang merupakan serabut kecil-kecil sebagai serabut retikuler,
di sebelah luar lamina basalis.
Substansi dasar yang mengandung protein polisakarida.

Gambar Membrana Basalis (Mikroskop Elektron)
A: Lamina Basalis; B: Lamina fibro retikuler; C: Serabut kolagen; D: Membrana Basalis

Epitel berasal dari lembaran/ lapisan embrio yaitu dari lapisan ektoderm misalnya epitel
permukaan kulit tubuh. Dari lapisan entoderm misalnya epitel dinding duodeum. Dari
lapisan mesoderm ada 2 yaitu : Endothelium yang merupakan susunan sel-sel yang
membatasi permukaan dalam pembuluh darah,jantung dan pembuluh limfe.,
Mesothelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar
yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritoneum,
pleura, dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu tempat epitel dapat melekuk,
menjadi batang atau pipa sehingga menjadi epitel kelenjar.

ASAL-USUL EPITEL.
Sebagian besar epitel tumbuh dari lapisan ektoderm dan entoderm, walaupun ada
sejumlah epitel yang berasal dari mesoderm. Dari lapisan ektoderm misalnya epitel kulit
dan derivatnya seperti rambut, bulu, cakar, kuku, tanduk, jengger, gelambir, invaginasi
kulit. Dari lapisan endoderm : melapisi bagian dalam tubuh, misalnya epitel dinding
duodenum. Pada umumnya mesoderm yang terdapat di antara ektoderm dan entoderm
embrio akan menjadi jaringan pengikat atau otot. Sedangkan epitel yang berbentuk
membran dan berasal dari mesoderm ada 2 yaitu : endotelium yang merupakan susunan
sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe.
Mesotelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar
yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritonium, pleura
dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu tempat epitel dapat melekuk, menjadi
batang atau pipa sehingga menjadi epitel kelenjar.

Dari uraian ini maka jaringan epitel dapat menjadi 2 kelompok yakni :
I. Epitel pelapis yaitu epiteliumsuperfisiale yang bersifat membran atau lembaran/lapisan.
II. Epitel kelenjar yaitu epitelium glandulare.

I. EPITEL PELAPIS :

Epitel ini dapat dikelompokan dan diberi nama berdasarkan patokan tertentu.
1. Berdasarkan bentuk sel epitel:
4. Epitelium squamousum dengan epiteliocytus squamous: pipih/gepeng
5. Epitelium kuboideum dengan epiteliocytus cuboideus.: kuboid.
6. Epitelium kolumnar dengan epiteliocytus columnaris: silindris.
Untuk melihat bentuk sel epitel tersebut tidak cukup melihat dari arah permukaan epitil
yang kebanyakan berbentuk poligonal. Namun yang penting bentuk pada potongan tegak
lurus permukaannya.

Sel pipih/ gepeng/ squamous:
Karena berbentuk sebagai sisik ikan maka disebut sel squamuos. Dengan demikian
ukuran tinggi/tebal kurang dari ukuran panjang dan lebar selnya. Pada potongan tegak
lurus permukaan (melintang), epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian
tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Sedangkan apabila dilihat dari permukaan epitil
tampak sel-selnya berbentuk poligonal


Gambar Epitel pipih selapis
Sel kuboid:
Mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sekarang nampak sebagai bujur
sangkar. Biasanya inti berbentuk bulat terletak ditengah sel. Dari permukaan, epitel
bentuk selnya nampak poligonal.

Gambar epitelium kuboid selapis.
Sel kolumner/silindris:
Mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan epitelnya
nampak selnya berbentuk poligonal biasanya inti yang berbentuk oval terletak agak
kearah basal.

Gambar epitel silindris selapis.

2. Berdasarkan Jumlah Lapisan Sel Epitel:
Epitelium simpleks: selapis (seperti contoh gambar di atas)
Epitelium stratifikatum/kompleks: berlapis-lapis. Berlapis, hanya sel-sel dasar (basal)
saja mencapai membrana basalis.

Gambar skematis tipe-tipe epitelium

Epitelium pseudostratifikatum/pseudokompleks: Semua berlapis. Melihat letak deretan
inti sel-sel,seakan-akan epitel ini berlapis,namun sebenarnya tidak berlapis, sebab
semua sel bersandar pada membrana basilis : hanya ukuran tinggi sel-sel berbeda-
beda.

Gambar Epitel Pseudokompleks bersilia.

Epitelium transitionale: Epitil peralihan. Jenis epitil ini terutama dimiliki oleh alat
berongga yang dapat mekar jika bertambah isi. Oleh karena itu bentuk sel berlapis
yang kolumner dapat berubah menjadi kuboid rendah jika alat penuh isi. Ciri khas
epitil ini adalah bahwa lapisan permukaan yang membatasi lumen dilengkapi
dengan sel-sel khusus,berbentuk bulat,yang akan menjadi sel payung jika alat
mengembang. Contoh dijumpai pada ureter dan Vesika urinaria.

Gambar epitel transisional

3. Berdasarkan Jumlah dan Bentuk Sel Epitel dikenal:
Epitelium simpleks squamosum/epitel selapis pipih. Contoh : lapisan luar kapsula
glomeruli pada ginjal, labyrinth, endotelium, permukaan dalam menbrana
tympani, retetestis, vasa darah dan limfa, duktus alveolaris dan alveoli paru,
mesotelium rongga tubuh,pars descendens ansa henle pada ginjal. Seluruh sel
yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan.

Gambar epitelium pipih selapis

Epitelium simpleks kuboideum/epitel kuboid selapis susunannya terdiri atas selapis sel
yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah. Contoh : pada plexus
choroideus di ventriculus otak, folikel glandula thyroidea, epitel germinativum
pada permukaan ovarium, epitel pigmentosa retinae, ductus exretorius beberapa
kelenjar.

Gambar epitelium kubus selapis

Epitelium simpleks columnare/epitel silindris selapis: susunannya terdiri atas selapis
sel-sel yang berbentuk silindris dengan inti yang berbentuk oval tampak terletak
pada satu deretan. Contoh : pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari
lambung sampai anus, vesica fellea, ductus exretorius beberapa kelenjar. Epitel
pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sebagai
sekresi,karena diantarannya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir.
Bahkan pada beberapa tempat terdapat hampir seluruh epitelnya terdiri atas sel
kelenjar yang berbentuk sebagai piala,sekarang dinamakan sel piala (goblet sel)

Gambar Epitelium silindris selapis dengan goblet sel

Epitelium squamosum compleks/epitelium stratificatum squamosum/epitel gepeng
berlapis: Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Pada potongan tegak lurus
permukaan (melintang) terlihat berbagai bentuk sel yang menyusunnya, walaupun
disebut epitel gepeng. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel yang terletak pada
lapisan permukaan,sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya
berubah. Sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang
terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana
basalis. Diatas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral
yang makin mendekati permukaan makin memipih.Epitel jenis ini sangat cocok
untuk berfungsi proteksi,tetapi sebaliknya kurang cocok untuk fungsi sekresi.
Oleh karena itu, apabila pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan,
bukanlah berasal dari epitil itu sendiri melainkan berasal dari kelenjar yang
terdapat dibawah epitil. Karena berlapis dan tebal,maka kemungkinan timbul
gangguan nutrisi.Sekarang epitil jenis ini dibedakan 2 macam yaitu :
Epitelium stratificatum squamosum noncornificatum/epitel gepeng berlapis tanpa
keratin (tanpa penandukan). Epitel ini terdapat pada permukaan basal,misalnya
pada covum oris, oesofagus, cornea, conjuntiva, vagina dan urethrae feminina.
.
Gambar epitel pipih berlapis tanpa penandukan
Epitelium stratificatum squamosum cornificatum/epitel gepeng berlapis berkeratin
penandukan). Struktur epitel ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin,
kecuali sel-sel permukaannya mengalami perubahan menjadi suatu lapisan yang
mati yang tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan tersebut
merupakan lapisan keratin. Jenis epitel ini diketemukan pada permukaan
epidermis kulit.

Gambar epitel pipih berlapis yang mengalami penandukan
Mempelajari epitel gepeng berlapis dapat dilihat lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit
sebagai berikut :
Stratum basale : merupakan lapisan dasar,sel berbentuk silindris pendek atau kubus.
Dalam sitoplasmannya terdapat butir-butir pigmen melanin.
Stratum spinosum : lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral.
Pada pengamatan dengan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan selnya berduri
(spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome.
Stratum granulosum : lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat
dengan sunmbu panjangnya sejajar permukaan. Didalam sel-selnya terdapat butir-
butir keratolin,oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahn faali.
Stratum lusidum : lapisan ini kadang-kadang tidak jelas karena tampak sebagai garis
jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti
yangtelah mati yang mengandung zat yang dinamakan eleidin dalam
sitoplasmanya.
Stratum korneum : merupakan lapisan yang teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat
eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, bagian-
bagian epidermis dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang
dinamakan stratum disjunctum.
Epitelium silindrikum kompleks/epitel silindris berlapis/stratified columnar
epithelium.Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang
teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membrana
basalis. Lapisan sel-sel dibawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan
bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Contoh : pada fornix conjunctiva,
urethrae pars kavernosa, peralihan oropharynx ke larynx. Pada permukaan sel dari
lapisan teratas dilengkapi dengan silia, misalnya pada facies nasalis falatum
molle, larynx dan esofagus dari fetus.

Gambar epitel silindris berlapis (terlihat melapisi dinding lumen)

Epitelium kuboideum kompleks/epitel kubus berlapis.Merupakan epitil berlapis yang
terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid.
Contoh : pada dinding antrum folikuli ovarii, duktus exkretorius glandula parotis.

Gambar Epitelium kuboid berlapis.

Epitelium cylindricum pseudocompleks/epitel silindris bertingkat/epitil silindris
berlapis semu. Epitil ini sepintas lalu, mirip epitil berlapis, namun apabila
diperhatikan secara seksama ternyata tidak berlapis. Epitil jenis ini pun
mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran
tinggi sehingga epitil ini disebut epitil silindris berlapis semu bersilia. Contoh :
dijumpai pada trachea, broncus yang besar, ductus deferens.


Gambar Epitel silindris berlapis semu

EPITEL KHUSUS

1. Epitel bersilia: ada 2 macam silia yaitu silia bergerak (kinosilia), gerak sendiri contoh
pada spermatozoa dan gerak zat lain contoh pada sel respiratorius dan oviduk.
Silia tidak bergerak (stereosilia), seperti mikrovili panjang-panjang saling
bergandengan melalui anastomosis yang fungsinya memperluas permukaan
skretorik. Contoh pada duktus epididimis.
2. Neuroepitelium: Sel epitel ini mengalami deferensiasi sehingga dapat menghantarkan
stimulus, mempunyai rambut seperti silia. Contoh dapat dijumpai pada organ
gustus (pengecap), epitel olfaktorius.
3. Epitel berpigmen: epitel yang berfungsi dalam penangkapan sinar matahari. Contoh
pada retina mata.
4. Myoepitelium: epitel ini mengandung myofibril (serabut otot) sehingga dapat
berkontraksi. Terbentuk dari sel mio-epitel, dimana sel ini terdapat antara kutub
dasar sel epitel kelenjar dan membrana basalis, berbentuk bintang memeluk sel
kelenjar, mengandung filamen kontraktil, sel ini dianggap ikut membantu
memeras sekret keluar dari kelenjar. Disebut juga sebagai sel keranjang karena
sel mioepitel diduga berfungsi membantu mendorong sekrit kelenjar ke dalam
ductus excretorius, apalagi terlihat bahwa tonjolan-tonjolan sitoplasmanya yang
panjang mengelilingi Pars secretoria membentuk anyaman sebagai keranjang.
5. Endotelium: Epitel ini mempunyai bentuk pipih selapis, menjadi dinding terdalam dari
pembuluh darah dan limfe. Fungsi endotelium sebagai media pertukaran zat
antara pembuluh darah dengan ruang jaringan ikat.
6. Mesotelium: Bentuk epitel ini mirip dengan endotelium, yang merupakan susunan sel-
sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ
tertentu misalnya yang melapisi peritoneum, pleura dan pericardium.
7. Retikuler epitelium: epitel ini membentuk jala / retikuler. Contoh dapat dijumpai pada
timus dan organ-organ pembentuk darah.
8. Synsisium: merupakan epitel dengan batas sel mengabur. Pada pembentukan epitel,
batas samping sel-sel dapat mengabur, sukar dilihat, sehingga pada pemeriksaan
preparat dengan pengecatan Haematoksilin-Eosin (HE), epitelnya hanya dapat
dikenal dengan melihat inti-inti sel yang berderet-deret. Contoh pada vili
choriales plasenta.


STRUKTUR KHUSUS PADA PERMUKAAN SEL EPITEL

Pengkhususan struktur pada permukaan sel epitel merupakan modifikasi pada permukaan
lateral, bagian basal dan bagian apeks. Terjadinya modifikasi untuk berbagai fungsi
seperti mengikat epitelium yang satu dengan yang lainnya, difusi antar sel, untuk
penghalang (barier) antar sel, masuknya zat-zat dari lumen yang dibatasi oleh jaringan
dibawahnya, untuk komunikasi antar sel, untuk mengisi celah antar sel pada tempat
tertentu dan merambatkan listrik.

Modifikasi pada permukaan lateral/ sisi sel epitel.

Merupakan hubungan antar sel-sel epitel yaitu cara perlekatan satu sel dengan tetangga
bermacam-macam disebut junctio intercellularis, ada 2 macam yaitu Junctio
intercellularis simpleks dan Junctio intercellularis kompleks. Junctio intercellularis
simpleks: sederhana, berupa gambaran serupa jari-jari kedua tangan yang saling terjalin
disebut junctio intercellularis digitiformis, yang berfungsi memperluas dan memperkuat
perlekatan antar sel. Contoh pada epitelium pipih selapis. Sedangkan junctio-
intercellularis kompleks merupakan bangunan yang cukup kompleks disebut Junctional
Complex yaitu: Zonula occludens (Tight Junction), Zonula adhaerens (Intermediate
junction), Desmosome (Macula adhaerens), Nexus (Gap junction).
Istilah Macula merupakan daerah kecil berupa bercak sedangkan Zonula dimaksud
apabila daerah tersebut melingkari sel sebagai gelang. Istilah Adhaerens dimaksudkan
untuk struktur khusus pada membran sel yang berdekatan dengan jarak antara 200 A- 250
A, di dalam celah antara sel tersebut berisi bahan yang diduga berguna untuk melekatkan
satu sama lain. Istilah Occludens diterapkan untuk sel-sel yang berhadapan sedemikian
dekatnya sehingga masing-masing membran plasmanya berhimpitan langsung tanpa
dipisahkan oleh celah. Gap junction merupakan bentuk hubungan antar sel yang
dipisahkan oleh celah yang sempit sebesar 20 A.

Zonula occludens/ Tight junction/ Pentalaminar junction:
Terletak pada permukaan epitel, dimana celah antara 2 sel sangat sempit karena membran
sel melebur. Mempunyai daya penutup, sehingga bahan ekstrasel tidak mungkin melintas
dari bagian permukaan ke bagian dasar epitel. Jadi fungsi Zonula occludens rupanya
untuk memisahkan celah ekstraselluler dengan lumen yang dibatasi oleh epitel
bersangkutan. Dengan demikian pengangkutan bahan-bahan dari lumen haruslah melalui
permukaan bebas sel.

Zonula adhaerens/Intermediate junction:
Letaknya di bawah zonula occludens, dimana ada suatu ruang yang memisahkan
membran tersebut sebesar 150 A dan terisi oleh polisakarida yang padat. Fungsinya untuk
perlekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain (sebagai
rangka sel) dan membantu proses pengaliran zat-zat.

Desmosome/ Macula adhaerens.
Letaknya di bawah zonula adhaerens, biasanya berbentuk bulat atau oval. Bentuk
hubungan tersebut memberikan kesan bahwa dua sel yang berdekatan tersebut menempel
satu sama lain. Di daerah tersebut membrana plasma dari kedua sel berjalan sejajar
dengan jarak 200 A 250 A. Sitoplasma di dekat bangunan tersebut tampak lebih padat
elektron, tetapi lebih ke dalam sitoplasmanya kurang padat dengan mengandung filamen.
Diungkapkan bahwa filamen tersebut tidak berakhir dalam bagian yang padat elektron
melainkan memutar kembali sebagai huruf U. Adanya bahan glikoprotein dalam celah
ekstraseluler terbukti bahwa di daerah tersebut terwarnai. Di tengah-tengah celah tersebut
terdapat lapisan padat elektron yang memisahkan, tetapi belum jelas bahan apa yang
menyusunnya. Fungsi desmosome rupanya sebagai tempat penempelan mekanik antar 2
sel yang berdekatan. Sebagai contoh banyak dijumpai pada epitel berlapis yang banyak
mengalami tekanan seperti pada epitel dermis dan pada cervix, juga epitel simpleks
kolumner.

Nexus/Gap junction/Macula communicans.
Termasuk hubungan interseluler yang mempunyai katagori hubungan komunikasi antar
sel. Terdapat sebagai celah antara sel endotel pada dinding kapiler. Sel ini banyak
memiliki mikrofilamen kontraktil, sehingga diduga sel sendiri juga kontraktil. Ini
berakibat bahwa lebar celah tersebut dapat diatur sesuai dengan keperluan pertukaran zat
melalui dinding kapiler. Pada beberapa jaringan, penggandengan sel melalui nexus
menunjukkan fungsi yang menonjol. Misalnya penggandengan secara listrik akan
mensinkronkan kontraksi otot jantung dan otot polos yang perlu untuk peristaltik.

Modifikasi pada permukaan basal sel epitel.

Membrana basalis:
Merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang terdapat di bawah
permukaan basal semua epitel, walaupun ketebalannya tidak selalu sama. Membrana
basalis yang paling tebal terdapat di bawah epitel yang sering mengalami gesekan seperti
misalnya epidermis kulit.
Invaginasi basal:
Merupakan bagian basal dari membran terlihat sebagai bangunan yang berkelok-kelok.
Fungsinya untuk memperluas permukaan sekresi dan absorbsi. Contohnya pada sel-sel
tubuli ginjal.
Caveolae:
Pada bagian basal dari sel ada bangunan seperti tonjolan ke dalam.
Hemidesmosome:
Bangunan yang terdapat di bagian dasar sel epitelyang berdekatan dengan jaringan
pengikat di bawahnya, dimana bentuknya menyerupai desmosome tetapi hanya separuh.

Modifikasi pada permukaan apex/ permukaan bebas sel epitel.

Mikrovili.
Merupakan tonjolan sitoplasma berbentuk silindris yang terdapat pada permukaan bebas
sel epitel. Tonjolan-tonjolan tersebut dinamakan berbeda-beda. Misalnya yang terdapat
pada tubulus kontortus proksimalis, pleksus khoroideus dan plasenta sebagai brush
border, karena berbentuk bulu sikat. Sedangkan tonjolan yang terdapat pada epitel usus
dinamakan striated border, karena tampak bergaris-garis. Fungsi mikrovili yaitu
memperluas permukaan agar dapat meningkatkan daya absorbsi sel-sel epitel usus. Pada
permukaan mikrovili usus terdapat enzim yang berguna untuk memecahkan bahan-bahan
makanan agar dapat diabsorbsi.

Stereosilia.
Merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat panjang. Jenis mikrovili ini terdapat
pada permukaan epitel duktus epididimis dan duktus deferens yang berfungsi mengatur
keadaan lingkungan untuk pematangan spermatozoa.

Kinosilia.
Biasanya dinamakan sebagai silia saja, merupakan tonjolan yang berbentuk sebagai bulu
halus dan bersifat motil (bergerak). Kemampuan bergerak tersebut disebabkan karena
adanya struktur khusus yang berbeda dengan stereosilia. Sebuah silium tertanam dalam
suatu bangunan yang dinamakan korpuskulum basale. Apabila dibuat potongan melintang
melalui batang di luar sel, di dalamnya terdapat susunan mikrotubuli yaitu sepasang di
tengah dan 9 pasang di sekelilingnya. Silia dapat diketemukan pada epitel traktus
respiratorius, oviduk dan uterus.

Krusta.
Merupakan pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas sel epitel misalnya pada
epitel transisional dengan maksud melindungi sel terhadap pengaruh kimiawi di luarnya.

Kuticula.
Merupakan bahan yang disekresikan oleh sel epitel yang kemudian diletakkan sebagai
kerak di luar sel epitel. Ini dapat ditemukan sebagai kapsula lentis.

II. Epitel Kelenjar

II. EPITEL KELENJAR/ EPITHELIUM GLANDULARE

Sel epitel yang mampu mengeluarkan sekret disebut sel kelenjar atau epitheliocytus
secretorius atau glandulocytus. Jika sel-sel ini membentuk epitel maka terjadilah
epithelium glandulare. Epitel ini bersama dengan jaringan lain dapat membentuk kelenjar
atau glandula.
KLASIFIKASI KELENJAR
Berdasarkan pemanfaatan hasil kelenjarnya secara garis besar dibedakan
menjadi kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Krin berasal dari kata krinos yang
berarti memisahkan atau menghasilkan. Kelenjar eksokrin dimaksudkan untuk kelenjar-
kelenjar yang biasanya mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya
yang selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Apabila hasilnya
diangkut oleh pembuluh darah atau pembuluh limfa, maka kelenjar demikian dimasukkan
kedalam kelenjar endokrin atau kelenjar hormon. Karena kelenjar hormon tidak memiliki
saluran keluar kadang-kadang dinamakan juga sebagai kelenjar buntu dan hasilnya
dinamakan hormon. Namun bagi beberapa kelenjar endokrin yang tidak mempunyai
saluran keluar tidak dapat dimasukkan sebagai kelenjar hormon.
Kedua jenis kelenjar yang disebutkan diatas kesemuanya berasal dari membran
epitel yang menutupi permukaan,yang pada suatu saat tumbuh masuk ke dalam jaringan
pengikat dibawahnya. Kelompok sel-sel epitel yang mengadakan invasi tersebut
selanjutnya memperbanyak diri dan berdiferensasi untuk membentuk kelenjar. Biasanya
dalam pembentukan kelenjar eksokrin masih tetap dipertahankan hubungannya dengan
epitel permukaannya, sedang untuk kelenjar endokrin sudah tidak lagi berhubungan.
Kelenjar eksokrin : kelenjar ini melepaskan sekret melalui saluran kelenjar
(duktus ekskretorius), misalnya kelenjar ludah atau langsung dalam rongga alat
berdekatan, misalnya pada kelenjar dinding usus. Sel penghasil sekret dinamakan
eksokrinosit.
Kelenjar endokrin: kelenjar ini melepaskan sekret langsung ke dalam pembuluh
darah atau limfe, dan diangkut ke alat atau jaringan sasaran. Contoh pada kelenjar
thyroidea, kelenjar suprarenalis. Sel penghasil sekret atau hormon dinamakan
endokrinosit.

Berdasarkan jumlah sel, kelenjar digolongkan menjadi
Kelenjar uniseluler:
Kelenjar ini hanya tersusun oleh 1 sel. Kelenjar jenis ini tidak mempunyai
saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel permukaan, misalnya pada epitel
usus sebagai sel piala atau sel cangkir atau goblet cell.
Kelenjar multiseluler:
Terdiri atas banyak sel, umumnya membentuk kelenjar.

Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini
dibedakan menjadi:
Kelenjar intraepitelial, yaitu membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel
permukaan tanpa saluran kelenjar (lihat gambara). Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada
epitel mukosa lambung dan rongga hidung.

Kelenjar ekstraepitelial; jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat
dalam jaringan pengikat. Pada kelenjar jenis ini, dapat dibedakan 2 bagian yaitu: Pars
secretoria adalah bagian yang menghasilkan sekrit dan Duktus ekskretorius adalah
saluran yang menampung sekrit dari pars sekretoria.
Berdasarkan bentuk Pars sekretorianya, dapat dibedakan menjadi: Kelenjar
tubuler, yang berbentuk pipa., Kelenjar alveoler yang berbentuk sebagai labu., dan
Kelenjar asiner yang bentuknya mirip kelenjar alveoler tetapi lebih bulat. Kelenjar
tubuler masih dibedakan menjadi : tubuler lurus, tubuler bergelung dan tubuler
bercabang.

Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel Pars sekretorianya, dibedakan menjadi:
Kelenjar monotyche, yang terdiri atas 1 lapis sel (misalnya pada kelenjar keringat) dan
Kelenjar polyotyche, yang terdiri atas beberapa lapis sel (misalnya kelenjar sebasea).
Berdasarkan bentuk duktus excretoriusnya, dapat dibedakan: Kelenjar
sederhana, karena duktus ekskretoriusnya tidak bercabang dan Kelenjar kompleks, karena
duktus ekskretoriusnya bercabang-cabang. Dengan memperhatikan bentuk Pars sekretoria
dan duktus exkretorius , dalam tubuh dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu:
1. Kelenjar tubuler sederhana (Simple tubular gland):
a. Kelenjar tubuler lurus (misal: kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (misal: kelenjar sudorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (misal: kelenjar uterina)
2. Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveolar gland): kelenjar ini terdapat
selalu bercabang (misal: kelenjar sub-mandibularis, kelenjar duodenalis brunneri).
3. Kelenjar alveoler sederhana (simple alveolar gland): contohnya pada kelenjar sebasea yang
terdapat pada kulit dan kelenjar meibomi pada kelopak mata.
4. Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland) : Kelenjar ini mempunyai pars
skretoria yang berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang bercabang yang akhirnya
bermuara dalam satu saluran utama. Contoh pada testis.
5. Kelenjar tubulo-alveoler kompleks (Compound tubulo-alveolar gland): Kelenjar ini
mempunyai pars sekretoria berbentuk alveoler dan beberapa saluran keluar yang
bermuara dalam saluran keluar utama. Contoh pada kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis.
Berdasarkan cara pembentukan dan pelepasan sekret dikenal:
Kelenjar Merokrin: Isi lain sel kelenjar tidak diikutsertakan dalam sekret,
sehingga sel sama sekali tidak rusak.Contoh pada Pars exocrin Pancreatis, kelenjar
sudorifera.


Kelenjar Holokrin: Semua isi sel diikutsertakan dalam sekret. Contoh pada
kelenjar sebasea (kelenjar minyak), Sel-sel gamet jantan dan betina.



Kelenjar Apokrin: Pada sekret diikutsertakan isi bagian puncak sel, yang
menjadi rusak. Contoh pada kelenjar axillaris, kelenjar sirkumanale.

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi:
Kelenjar Sitogen yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya.
Contoh pada testis dan ovarium.
Kelenjar Nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel.
Dari jenis kelenjar ini , dibedakan menjadi: Kelenjar Mukosa, kelenjar Serosa dan
kelenjar Seromukosa (campuran).

Kelenjar Mukosa.
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya piramidal dengan bagian
puncahnya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai bahan pembentuk
lendir. Inti sel berbentuk gepeng terdesak di daerah basal. Apabila premusin telah
dilepaskan oleh sel kelenjar, maka bahan tersebut berubah menjadi mukus lendir.
Diantara kelenjar-kelenjar yang termasuk jenis ini , ada yang berbentuk uniseluler yaitu
sel Piala.
Kelenjar Serosa:
Kelenjar ini menghasilkan sekretnya yang encer jernih yang berbentuk sebagai albumin,
kadang-kadang mengandung enzim. Sel-sel Serosa juga berbentuk piramidal dengan inti
berbentuk bulat yang terletak agak di tengah. Butir-butir sekretoris bersifat asidofil. Di
bagian basal sel terdapat granular endoplasmis reticulum sehingga pada pengamatan
dengan mikroskop cahaya, tampak gambaran yang bergaris-garis. Contoh pada kelenjar
pankreas, kelenjar parotis.
Kelenjar Campuran:
Kelenjar yang merupakan campuran dari sel-sel kelenjar Mukosa dan Serosa. Kadang-
kadang sel-sel mukosa terdesak oleh sel serosa sehingga membentuk gambaran sebagai
bulan sabit yang dinamakan Demiluna Gianuzzi. Contoh pada kelenjar Submandibularis,
kelenjar sublingualis.




Gambar : (A) Kelenjar Serosa ; (B) Kelenjar Mukosa;(C) Kelenjar Seromukosa
(campuran);(D) Kelenjar Demiluna.
Fungsi Jaringan epitel:
1. Sebagai penutup dan perlindungan (proteksi), karena epitel melapisi permukaan dalam
dan luar tubuh.
2. Sebagai alat absorbsi, misalnya epitel membatasi permukaan dalam usus selain berfungsi
perlindungan juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan
yang bekerja secara selektif.
3. Sebagai lubrikasi, sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus tetap
basah, sehingga epitel yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu,
misalnya epitel yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
4. Sebagai alat sekresi, dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.
5. Sebagai alat indera, misalnya epitelium sensorium.

DAFTAR PUSTAKA

Bloom W., and W. Fawcett, 1976. Tex Book of Histology ed. B. Saunders Company
Philadelphia London.

Dellmann H.D and E.M Brown, 1976. Tex Book of Histology. Lea and Febiger
Phladelphia.

Mariono SH di Fiore, 1981. Atlas of Human Histology. Lea and Febiger, Philadelphia.

Subowo, 1992. Histologi Umum . Pusat Antar Universitas-Ilmu Hayati Institut Teknologi
Bandung.


JARINGAN IKAT

JARINGAN IKAT
Jaringan ikat memiliki variasi yang sangat luas berdasarkan morfologi, letak geografis
dan strukturnya. Fungsi utama adalah sebagai penghubung jaringan. Secara embriologis,
jaringan ikat berasal dari mesoderm. Dari lapis mesoderm ini, sel multipoten pada
embryo atau dikenal dengan sebutan mesenkim berkembang menjadi jaringan
penyambung, jaringan ikat, tulang, dan darah.
Komponen jaringan ikat terdiri atas sel dan matriks ekstra seluler. Ekstra seluler tersebut
teridi atas substansi dasar dan serabut jaringan ikat. Sel jaringan ikat merupakan
komponen penting pada beberapa jenis jaringan ikat, sedangkan serabut jaringan ikat juga
merupakan komponen penting pada tipe jaringan ikat yang lainnya. Walaupun demikian,
ketiga komponen jaringan ikat memegang peran penting di dalam jaringan ikat.
Fungsi Jaringan Ikat
Jaringan ikat mempunyai banyak fungsi, namun yang paling utama adalah sebagai
penunjang dan pengikat, media untuk pertukaran, pertahanan tubuh, dan penyimpan
lemak. Fungsi sebagai penunjang karena jaringan ikat dapat membentuk kapsula yang
membungkus organ yang sekaligus menunjang fungsi organ tersebut. Jaringan ikat juga
berperan sebagai media pertukaran hasil metabolik dalam jaringan dan zat nutrisi serta
oksigen di dalam darah dan pada beberapa sel dalam tubuh. Fungsi pertahanan dan
proteksi diperan kan oleh beberapa sel jaringan ikat seperti sel fagositik, sel
immunokompeten, dan sel penghasil substansi khusus dalam tubuh.
Pada setiap jaringan ikat terdapat 3 unsur utama, yaitu
1. Sel jaringan ikat
2. Substansi dasar
3. Serabut jaringan ikat
Sel Jaringan Ikat
Pemerian sel jaringan ikat didasarkan atas penampilannya dalam jaringan ikat. Sel
jaringan ikat dibagi dalam dua kategori yaitu sel yang tetap (fixed cells) dan sel kelana
(transien cells atau wandering cells). Sel tetap merupakan sel yang tetap berada di tempat.
Sel tetap sifatnya stabil dan berumur panjang. Yang termasuk ke dalam sel tetap adalah :
Fibroblas, Perisit, sel lemak, sel mast, dan makrofag. Sedangkan sel kelana adalah sel
yang berasal dari sumsum talang dan ikut sirkulasi aliran darah. Sifat sel kelana adalah
berumur pendek. Sel kelana akan migrasi ke jaringan ikat karena adanya rangsangan.
Yang termasuk ke dalam sel kelana adalah Sel plasma, mackrofag, limfosit, neutrofil,
eosinofil, basofil, dan monosit.
Jenis-jenis sel tetap :
1. Fibroblas :
Salah satu jenis sel yang paling banyak terdapat pada jaringan ikat longgar. Diperkirakan
berperan sebagai sel penghasil serabut dan substansi dasar. Fibroblas merupakan sel
besar, bercabang-cabang yang dari samping berbentuk seperti gelendong. Cabang-
cabangnya langsing. Inti lonjong atau memanjang dan kromatin halus. Pada sedian
histologi, gambaran sel tidak begitu jelas dan ciri inti digunakan sebagai pedoman untuk
menentukannya.
Fibroblas muda, secara aktif mengahsilkan protein, sitoplasma bersifat basofilik. Pada
Fibroblas tua, dan relatif yang kurang aktif sitoplasmanya jarang, dan hanya basofilik
lemah. Fibroblas tua atau yang kurang aktif kadang-kadang disebut fibrosit. Fibroblas
diperkirakan sebagai sel tetap pada jaringan ikat, tetapi mereka tetap bisa tumbuh dan
bergenerasi.
2. Perisit
Merupakan sel yang berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi. Perisit adalah
sel perikapiler dengan posisi tetap pada sel endothel kapiler darah dan vena kecil. Sel ini
berbentuk memanjang dan dikelilingi oleh lamina basalis yang terus berhubungan dengan
membran basalis kapiler. Perisit mempunyai kompleks Golgi, mitokondria, mikrotubulus
dan filamen. Perisit mempunyai karakteristik seperti sel endothel dan sel otot polos yaitu
mengandung aktin, myosin dan tropomyosin. Karena itu, fungsi perisit dihubungkan
dengan proses kontraksi yang mengatur aliran darah pada kapiler. Pada kejadian tertentu
sperti terjadinya perlukaan, perisit kemungkinan dapat berubah menjadi sel otot polos dan
sel endotjel pada kapiler darah.
3. Sel Lemak
Sel lemak sering disebut adiposit, dan berasal dari sel mesenkim yang tidak mengalami
diferensiasi. Fungsi sel lemak adalah untuk mensintesis dan menyimpan triglyserida. Ada
dua jenis sel lemak yakni sel unilokular yaitu mengandung satu unit sel lemak dan
ukurannya besar dan membentuk jaringan lemak putih. Sedangkan sel lemak yang
dibentuk oleh banyak unit lemak namun ukurannya kecil disebut multilokular dan
membentuk jaringan lemak coklat. Penyebaran lemak putih lebih banyak dibanding
dengan lemak coklat. Sel lemak putih berbentuk bulat atau polihedral dengan diameter
120 m. Sel lemak coklat berbentuk poligonal.

4. Sel Mast
Sel Mast tersebar luas pada jaringan ikat, tetapi cenderung mengelompok kecil-kecil pada
pembuluh darah. Mudah dikenal karena terdapat granula pada sitoplasmanya. Bentuk sel
lonjong, tidak beraturan dan kadang-kadang memiliki kaki semu pendek. Inti sel kecil
dan tidak mencolok. Sel Mast menghasilkan antikoagulan yaitu heparin, histamin yang
mengakibatkan vasodilatasi, dan serotonin yang berperan sebagai vasokonstriktor. Selain
itu, sel Mast melepaskan mediator seperti faktor anafilaktif dan pengaktif trombosit.
5. Makrofag :
Sering disebut histiosit. Populasi sel ini hampir sama dengan fibroblas. Makrofag
kebanyakan ditemukan pada daerah yang kaya pembuluh darah. Bentuk sel tidak
beraturan dan cabang-cabangnya pendek. Bila dirangsang, dapat melakukan gerakan
amuboid dengan kaki-kaki palsu terjulur ke segala arah. Merupakan tipe sel pengembara.
Inti berbentuk lonjong , kadang-kadang berlekuk, lebih kecil dari inti
fibroblas.Sitoplasma berwarna gelap. Sel ini mempunyai kemampuan menelan. Makrofag
berperan untuk pertahanan tubuh karena dapat bergerak dan berdaya fagositosis. Juga
berperan dalam reaksi imunologis. Makrofag menghasilkan sejumlah substansi penting
seperti, lisozim, elastase, kolagenase, dan interferon.
Jenis Sel Pengembara
1. Sel Plasma
Sel ini mirip limfosit. Sitoplasmanya lebih banyak dan bersifat basofilik dengan
inti terletak eksentris. Ukuran sel ini besar dengan diameter 20 m. Kromatin
inti menggumpal di tepi dan tersusun menyerupai ruji roda pedati. Sel ini sering
terdapat pada membran serosa dan jaringan limfoid dan banyak pada tempat
radang. Sel Plasma merupakan deferensiasi khusus dari limfosit. Sel ini
menghasilkan antibodi.
2. Limfosit.
Umumnya, sel darah putih ini bersirkulasi pada aliran darah. Akan tetapi sering
migrasi melawati kapiler darah menuju ke jaringan ikat khususnya pada saat
terjadinya peradangan.
3. Neutrofil
Sel yang berperan di dalam fagositosis dan penghancur bakteri pada daerah radang.
Hasil dari proses ini akan terbentuk nanah, yaitu pengumpulan jaringan yang
telah mati.

4. Eosinofil
Eosinofil bersama dengan neutrofil juga berperan pada peradangan terutama pada
kejadian terinfestasi cacing serta pada kejadian reaksi alergi
Sel Pigmen : sel sel yang mengandung pigmen jarang ditemukan pada jaringan
ikat longgar, namun biasa dijumpai pada jaringan ikat padat. Beberapa dari sel
pigmen tersebut adalah Melanosit. Berperan dalam mengahasilkan melanin, yaitu
penyerap sinar cahaya.
Substansi Dasar
Substansi dasar ini membentuk matriks. Substansi intersel memberi kekuatan dan
penyokong bagi jaringan dan berfungsi sebagai medium untuk perembesan cairan
jaringan.
Substansi intersel amorf berbentuk gel kaku dan berperan membantu untuk memberikan
kekuatan dan sokongan pada jaringan dan media untuk difusi nutrisi. Bahan amorf terdiri
atas glikosaminoglikans (polisakarida yang mengandung gula amino) dan glikoprotein.
Glikosaminoglikans yang banyak pada jaringan ikat adalah: asam hialuronat, kondroitin
sulfat, dermatan sulfat, keratan sulfat, heparan sulfat. Sedangkan, proteoglikan pada
jaringan ikat adalah : fibronektin, laminin, dan kondronektin.
Serabut Jaringan Ikat
Dalam jaringan ikat terdapat 3 jenis serabut, yakni serabut kolagen, serabut elastin, dan
serabut retikuler. Ketiga jenis serabut ini dibedakan berdasarkan penampilan dan sifat
kimianya. Semua serabut merupakan protein.
1. Serabut Kolagen,
Terdapat pada semua jenis jaringan ikat. Terdiri atas protein kolagen. Pada keadaan segar
berwarna putih. Diameternya berkisar antara 1-12 mikron. Beberapa serabut bergabung
menjadi berkas serabut yang lebih besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat
kuat. Susunan serabut kolagen bergelombang, karenannya bersifat lentur.
Benang serabut kolagen yang paling halus yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya
adalah fibril dengan tebal kurang lebih 0,3 sampai 0,5 m. Selanjutnya fibril ini disusun
oleh satuan serabut yang lebih kecil yang disebut miofibril dengan diameter 45 sampai
100nm. Miofibril ini hanya terlihat dengan mikroskop elekron dan tampak mempunyai
garis melintang khas dengan periodisitas 67 nm.
Serabut kolagen memiliki daya tahan tarik tinggi. Serabut kolagen dijumpai pada tendon,
ligamen, kapsula, dll. Serabut ini bening dan terlihat garis memanjang. Bila kolagen
direbus akan menghasilkan gelatin. Serabut kolagen dapat dicerna oleh pepsin dan enzim
kolagenase. Paling tidak telah dikenal 2 jenis serabut kolagen dengan variasi pada urutan
asam amino dari rantai (alfa). Dari 20 jenis tersebut, ada 6 tipe kolagen yang yang
paling utama dan secara genetik berbeda. Keenam tipe kolagen tersebut adalah :
1. Tipe I : tipe kolegen yang paling banyak ditenukan. Terdapat pada jaringan ikat
dewasa, tulang, gigi dan sementum
2. Tipe II : kolagen tipe ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan unsur utama
penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan pada kartilago hyalin dan elastik
3. Tipe III : Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa jenis jaringan ikat.
Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada jaringan retikuler
4. Tipe IV : terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan diperkirakan merupakan
hasil sel-sel yang langsung berhubungan engan lamina tersebut
5. Tipe V : terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen tipe I
6. Tipe VI : terdapat pada basal lamina
2. Serabut Elastin
Serabut elastin terlihat sebagai pita pipih atau benang silindris panjang dan sangat elastis.
Daya elastisitas ini disebabkan karena serabut elastin mengandung protein elastin. Elastin
merupakan material amorf yang kandungan utamanya adalah asam amino glysin dan
prolin. Serat elastin tidak terpengaruh oleh air panas atau dingin atau larutan asam dan
alkali. Tertapi dapat dicerna secara enzymatik oleh enzym elastase pankreas. Ukurannya
antara 1-4 mikrometer. Lazimnya bercabang dan membentuk jalinan. Dalam keadaan
segar, serabut elastin berwarna kekuning-kuningan. Dengan pengecatan HE serabut
elastin berwarna merah jambu. Terdapat pada organ yang memerlukan daya elastisitas
,yaitu daun telinga, pita suara, trakea, ligamentum nukhe, kulit dan pembuluh arteri.



Gambar : Serabut Elastin
3. Serabut Retikuler
Serat retikuler adalah serat kolagen yang sangat halus tersusun membentuk suatu
kerangkan penyokong seperti jala atau retikulum. Serabut retikuler terdiri atas fibril
kolagen (kolagen tipe III) yang dibalut oleh proteoglikan dan glikoprotein. Akan tampak
bila dicat dengan garam perak. Bentuknya lembut dan membentuk jalinan. Ditemukan
pada kapiler, serabut otot, serabut saraf, jaringan lemak dan hepatosit.
Kategori Jaringan Ikat :
Sifat jaringan ikat sangat bervariasi. Penampilannya tergantung pada proporsi relatif san
susunan unsur sel, substansi, dan serabut jaringan ikat. Berdasarkan perkembangannya,
sel, serabut dan matrik, jaringan ikat dibagi menjadi Jaringan ikat Embrional dan Jaringan
ikat Dewasa seperti terlihat pada Tabel1.
Tabel 1. Klasifikasi Jaringan Ikat
A. Jaringan Ikat Embryonal
1. Jaringan Ikat Mesenkim
2. Jaringan Ikat Mukosa
B. Jaringan Ikat Dewasa
1. Jaringan Ikat Longgar
2. Jaringan Ikat Padat
a. Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur
b. Jaringan Ikat Padat Teratur
1. Kolagen
2. Elastik
3. Jaringan Retikuler
4. Jaringan Lemak
JARINGAN IKAT EMBRIONIK
1. Mesenkim
Hanya ditemukan pada jaringan embryo dan terdiri dari sel mesenkim, memiliki
penjuluran panjang saling berhubungan membentuk jalinan tiga dimensi. Matriks
jaringan ikat cukup banyak dan pada tahap-tahap awalnya adalah cairan yang dapat
mengental tetapi kemudian mengandung serabut-serabut halus. Sel mesenkim
mempunyai inti lonjong. Sel mesenkim dapat menumbuhkan organ tubuh.


Gambar Jaringan Ikat Mesenkim
2. Jaringan Ikat Mukosa
Selnya membentuk jalinan, matriknya diisi oleh massa gel terutama mengandung asam
hyaluronat. Jaringan ikat ini telah mengandung serabut kolagen terutama tipe I dan III
serta fibroblast. Jaringan ikat ini dikenal juga dengan nama Whartons jelly. Terdapat
pada hipodermis embrio dan tali pusar. Pada dewasa terdapat pada lipatan omasum dan
glans penis.


Gambar : Jaringan Ikat Mukosa

JARINGAN IKAT DEWASA
Memiliki sel, serabut dan matrik. Serabut pada jaringan ikat dewasa berbeda dalam jenis,
kuantitas dan ukurannya.
1. Jaringan Ikat Longgar.
Jaringan ikat longgar dikenal juga dengan nama Jaringan Ikat Areolar. Jenis jaringan ikat
ini banyak ditemukan pada hewan dewasa. Jaringan ikat ini menciri dengan banyak
ditemukan adanya substansi dasar dan cairan jaringan. Jaringan ikat ini juga banyak
mengandung sel dan serabutnya longgar. Serabutnya adalah kolagen, elastis dan retikuler.
Jumlah serabutnya tergantung orientasi, susunan dan kuantitasnya. Jaringan ikat longgar
banyak mengandung sel pengembara seperti makrofag, sel mast dan sel yang tidak
berdeferensiasi. Jaringan ini banyak dijumpai pada pembuluh darah, saraf, diantara
berkas otot, di bawah epitel. Fungsi jaringan ini sebagai pengisi, penunjang dan bantalan.




Gambar : Jaringan Ikat Longgar
2. Jaringan Ikat Padat
Jumlah serabut lebih banyak dari sel dan matrik. Jaringan ikat padat dibagi menjadi 2,
yaitu Jaringan Ikat Padat teratur dan Tidak teratur.
Jaringan Ikat Padat Teratur, mengandung terutama serabut kolagen. Serabut kolagen
paling banyak dan tersusun saling menyilang. Populasi sel yang utama adalah fibroblast.
Banyak dijumpai pada organ seperti : kapsula paru-paru, kapsula hati, ginjal, limpa,
testis, fasia, aponeurosa, perikardium dan dermis.

Gambar : Jaringan Ikat Tidak Teratur
Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur, terdapat dua bentuk tergatung macam serabutnya. Pada
tendon dan ligamen mayoritas kolagen sedangkan pada ligamentum nukhe serabut elatis
yang utama.
3. Jaringan Retikuler
Terdiri dari sel retikuler dan serabut kolagen tipe III, yang saling berhubungan
membentuk jalinan tiga dimensi. Terdapat pada jaringan limfoid dan mieloid.
4. Jaringan Lemak,
Merupakan bentuk jaringan khusus dimana selnya mampu menimbun lemak. Ada dua
macam yaitu lemak coklat dan lemak putih.

Jaringan lemak putih terbagi atas septa berbentuk jaringan ikat longgar menjadi
kelompok sel lemak disebut lobulus. Tiap sel dikelilingi oleh serabut kolagen dan
retikuler. Diameter sel lemak 200 m dan mengandung satu unit lemak. Sitoplasma tipis
dan inti pipih.


Gambar : Lemak Putih

Jaringan Lemak Coklat, selnya lebih kecil dari lemak putih. Unit-unit kecil lemak
tersebar pada sitoplasma. Kadar sitokrom tinggi, sehingga warnanya coklat. Banyak
dijumpai pada rodensia dan binatang berhibernansi.





Gambar : Lemak Coklat

JARINGAN OTOT

JARINGAN OTOT

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik
dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Jaringan otot terdiri atas
susunan sel-sel yang panjang tanpa komponen lain (Subowo, 2002).
Dellman dan Brown (1989) mengatakan bahwa sel-sel khusus jaringan otot
memiliki bangun khusus yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi. Bentuknya
memanjang membentuk serabut. Berdasarkan bentuk serta bangunnya, sel otot disebut
serabut otot. Tetapi serabut otot tentu berbeda dengan serabut jaringan ikat karena serabut
jaringan ikat bersifat ekstraseluler.
Serabut otot tersusun dalam berkas, sumbunya paralel dengan arah kontraksi.
Dalam serabut otot banyak terdapat fibroprotein dalam sarkoplasma yang mudah
menyerap zat warna untuk sitoplasma (Dellman dan Brown, 1989).
Terdapat tiga jenis otot yaitu : otot polos yang merupakan bagian kontraktil
dinding alat jeroan, otot skelet (otot rangka) yang melekat pada tubuh, berorigo dan
berinsersio pada bungkul tulang, dan otot jantung yang merupakan dinding jantung
(Genneser, 1994). Dengan gambaran mikroskopik, pada sayatan memanjang otot
kerangka dan otot jantung pada myofibrilnya terdapat garis-garis melintang yang khas
sedangkan pada otot polos tidak (Dellman dan Brown, 1989).
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh lain. Hal
ini disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan kontraksi dapat
berlangsung bila ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh saraf atau oleh pengaruh
lain. Kontraksi dapat terjadi karena adanya energi kimia berupa ATP yang terbentuk pada
sel otot. Kontraksi terjadi sangat dipengaruhi oleh 2 jenis protein yaitu aktin dan myosin.
Interaksi dari 2 protein tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot. Kedua
protein ini menyusun myofilamen dari otot.
Adanya fibril serta pola susunannya maka otot dibedakan menurut
morfologinya, yakni :
11. Otot polos ( Smooth muscle)
12. Otot serat melintang (Striated muscle), meliputi:
A. Otot kerangka (Skeletal muscle), yang dibagi menjadi:
a. Otot pucat (White muscle)
b. Otot merah (Red muscle).
B. Otot jantung (Cardiac muscle).
Otot polos dan otot jantung mendapat inervasi dari susunan saraf otonom,
karena aktivitasnya bersifat involunter, dan sering disebut sebagai otot tidak sadar.
Sedangkan otot kerangka mendapat inervasi dari susunan saraf pusat (serebrospinal),
aktivitasnya bersifat volunter, disebut otot sadar.
OTOT POLOS
Satuan/serabut otot polos umumnya disebut sel, karena memenuhi kreteria
sel. Bentuknya seperti kincir (spindle-shaped) dengan ujung runcing atau bercabang.
Ukurannya bervariasi, ukuran terbesar pada uterus pada masa pregnansi 12x600m, dan
yang terkecil ditemukan pada arteri-arteri keci 1x10m. Intinya 1 (satu) dan berbentuk
lonjong dengan ujung tumpul. Pada otot polos yang sedang berkontraksi bentuk inti
sering bergelombang.
Secara mikroskopis inti otot polos agak sulit dibedakan dengan fibroblast, tapi
bila diperhatikan dengan teliti keduanya jelas berbeda. Inti otot polos memiliki ujung
tumpul dan mengambil warna sedikit pucat, sedangkan fibroblast intinya agak runcing
dan mengambil warna lebih kuat.
Bangun Histologi:
Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
6. Membran Plasma:
Membran plasma pada otot sering disebut sarkolema (Sarcolemma). Dengan
mikroskop cahaya kurang jelas, tetapi dengan mikroskop elektron tampak
sebagai selaput ganda (double membrane), masing-masing:
Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom. Ruang intermedier, kira-
kira 25 Angstrom
Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.
Pada daerah hubungan posisi antara otot polos, selaput luar tampak menyatu.
Hubungan ini dianggap lebih serasi dari pada hubungan antar sel dengan
desmosoma. Hubungan ini berperanan memperlancar transmisi impuls untuk
kontraksi dari satu otot ke otot yang lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa
tenaga yang terjadi pada waktu kontaksi dapat dipindahkan ke lain alat tubuh
melalui serabut kolagen atau elastis.
7. Sitoplasma
Sering disebut sarkoplasma (Sarcoplasma). Sarkoplasma bersifat eosinofilik,
mengandung :
Organoid, antara lain :
- Mitokondria yang mengitari inti - Endoplasma retikulum
- Apparatus Golgi - Miofibril
- Sentriol
Paraplasma, seperti glikogen, lipofusin.
Yang menarik perhatian adalah myofibril karena peranannya dalam kontraksi.
Miofibril pada otot polos sangat halus, dengan pewarnaan H.E. sulit dilihat.
Dengan mikroskop elektron tampak miofilamen Miosin berdiameter 5 m, dan
Aktin 3 m. Sarkoplasma di dekat inti bebas dari filament dan di bagian tepi
banyak pinocytic vesicle . Filamen tersebut berakhir di daerah pekat sarkolema.
Filamen aktin dan myosin juga terdapat pada pada otot polos, berkontraksi
dengan adanya adenosine trifosfat. Susunan filament aktin dan myosin pada
otot polos belum jelas, berbeda dengan otot skelet.
Inti
Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat
terjadi kontraksi.


Susunan Otot Polos :
Pada organ tubuh lazimnya berkelompok membentuk lamina muskularis
(lambung, usus, uterus), tunika media (pembuluh darah), muskularis mukosa (usus),
Tetapi dapat pula soliter (sendiri) misalnya pada villi usus halus, stroma kelenjar kelamin
jantan.
Hubungan antar otot polos ditunjang oleh endomisium (Endomysium), yang
mengandung serabut kolagen dan retikuler yang cukup halus dan jarang terdapat sel-sel
jaringan ikat di dalamnya. Dengan pewarnaan khusus misalnya PAS serabut retikuler
tampak jelas, bahkan membungkus/mengitari otot polos. Hubungan antar otot polos
dengan penyatuan selaput luar disebut Nexus , melalui hubungan inilah impuls dapat
berpindah dengan cepat.
Pemisahan masing-masing sel (serabut) otot polos dilakukan dengan
menggunakan asam nitrat. Asam nitrat ini berfungsi melakukan maserasi endomesium.
Otot polos terdapat pada:
Alat jeroan berupa lamina muskularis dan muskularis mukosa, misalnya usus, lambung
dan esophagus
Saluran pernapasan, misalnya bronchus, broncheolus, dan trachea
Dinding pembuluh darah, membentuk tunika media
Saluran urogenital, misalnya pelvis renalis, vesika urinaria, ureter, duktus deferens,
epididimis dll.
Kulit : muskulus arektorpili
Mata : muskulus siliaris, muskulus konstriktor dan dilatator pupile.
Fungsi
Kontraksi otot polos disebabkan oleh empat faktor:
1) Neksus
2) Tarikan mekanik yang bersifat lokal
3) Pengaruh hormonal mis. Oksitosin
4) Inervasi saraf otonom
Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang.
Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan gejala
kejang (Spasmus).
Secara embriologik otot polos berkembang dari mesenkhim atau mesoderm,
kecuali pada iris (mata) dan kelenjar keringat berasal dari ektoderm. Perkembangan
dimulai dari mioblas yang selanjutnya membelah secara mitosis yang menghasilkan otot
polos.
OTOT KERANGKA
Satuan otot kerangka (skelet) umumnya disebut serabut (fibers) dan bukan
sel. Bentuk serabut silindris dan memiliki banyak inti sel yang terletak di tepi, berbatasan
dengan sarkolema. Pada manusia panjang serabut berkisar antara 3-4 cm, sedangkan pada
hewan dapat mencapai 12 cm. Diameter berkisar antara 10-150. Bentuk panjang dan
diameter serabut otot kerangka tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
- Jenis hewan (spesies)
- Keadaan gizi (state of nutrition)
- Umur, jenis kelamin dan cara kerja hewan yang bersangkutan.

Bangun Histologi
A. Sarkolema:
Pengamatan dengan mokroskop cahaya tampak sebagai selaput tipis dan tembus
cahaya (transparan), tetapi dengan mikroskop elektron tampak adanya selaput ganda
(double membrane), yakni
- Selaput luar, setebal 40 Angstrom
- Ruang antara, setebal 20 Angstrom
- Selaput dalam, setebal 40 Angstrom
Selaput luar mirip membrane basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput
dalam (plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak
(lipid). Secara umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap
asam dan alkali. Serabut-serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas
serabut otot primer disebut fasikulus, yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat
(endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam fasikulus yaitu: serabut otot,
sel endotel, perisit, fibroblast dan miosatelit.



B. Sarkoplasma:
Sarkoplasma (Cytoplasmic matrix) mengandung:
Organoida, a.l.:
- mitokondria (sarcosomes) - ribosom
- Apparatus golgi. - myofibril
-Endoplasmik retikulum
Paraplasma, a.l.:
- lipid - glikogen - myoglobin
Selain itu terdapat pula enzim sitokrom oksidatif. Mitokondria terdapat berbatasan
dengan sarkolema dan dekat inti di antara myofibril. Sarkoplasmik retikulum
bersifat agranuler (Smooth ER.), karena ribosom pada otot kerangka terdapat bebas
dari matriks. Sisterna pada sarkolasmik retikulum terjalin pararel dengan myofibril,
yang pada interval tertentu membentuk pertemuan dengan jalinan transversal,
disebut triade. Penelitian pada otot salamander (Amblistoma punctatum) , triade ini
terdapat mengitari garis Z (Zwischenschreibe). Pada hewan lain dan manusia tiap
sarkomer memiliki dua triade di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I
(isotrop). Organoida ini berfungsi menyalurkan impuls dari permukaan otot
kerangka ke dalam serabut yang lebih dalam letaknya.


Myofibril
Dengan mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki bagian cerah (cakram I) dan
gelap (caktam A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia).
Inilah yang memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun
otot jantung. Garis melintang ini dapat diamati pada:
- Otot kerangka yang masih hidup
- Otot segar tanpa menggunakan pewarnaan
- Otot setelah mengalami fiksasi dan di warnai
Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap myofibril
memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.
Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:
Filament Miosin
Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom
dan panjangnya 1,5 . Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A.
Filamen ini tersusun pararel dan berenang bebas dalam matriks. Bagian tengah
agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari myosin adalah sebagai enzim katalisator
yang berperanan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini
digunakan untuk kontraksi.
Filamen Aktin
Panjangnya 1 dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z.
Bagian tengahnya langsing dan elastis. Filamen ini membentuk cakram I,
meskipun sebagian masuk ke dalam cakram A. Aktin dan myosin tersusun
sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet.
Pada sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan H
bahkan garis M.
Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc:
Berupa garis tipis dan gelap yang membagi cakram I sama rata. Daerah antara 2
garis Z disebut sarkomer yang panjangnya sekitar 1,5.
Garis H (Helleschreibe):
Terdapat dalam cakram A. Merupakan bagian agak cerah di kanan-kiri garis M,
yang bebas dari unsur aktin.
Garis M (Mittelschreibe):
Terdapat di tengah-tengah cakram A, suatu garis yang disusun oleh bagian
tengah filamen myosin yang menebal.
Jadi dalam 1 sarkomer terdapat garis-garis Z-I-A-H-M-H-A-I-Z (tepatnya interval
antara 2 garis Z, 1 pita A, dan dari 2 garis I).


C. Inti:
Dalam satu serabut otot kerangka terdapat banyak inti, dapat ratusan. Pada mamalia
bentuk inti memanjang, terletak langsung di bawah sarkolema pada otot pucat,
sedangkan pada otot merah letaknya lebih dalam lagi.
Secara umum pada mamalia posisi inti di tepi, tetapi pada insekta dan vertebrata
tingkat rendah posisi inti terletak di tengah, seperti halnya otot jantung..
Pada otot kerangka dikenal dua bentuk otot, yaitu:
a. Otot merah (Tipe I)
Otot merah memiliki myofibril relative sedikit, tetapi sarkoplasma dan
mitokondria relative banyak serta mioglobin dengan jumlah yang banyak
bila dibandingkan dengan otot pucat. Miofibril membentuk lapang
Cohnheim (Cohnheims field), mengelompok dengan batas yang jelas.
Dalam sarkoplasma banyak butir-butir lemak halus sehingga berasfek
seperti lumpur.
b. Otot pucat (Tipe II)
Otot pucat memiliki myofibril banyak dan sarkoplasma dan mitokondria
relative sedikit. Miofibril tidak membentuk lapang Cohnheim (Cohnheims
field) seperti pada otot merah. Otot jenis ini memiliki kandungan
mioglobin lebih sedikit dari pada otot merah. Posisi inti lebih superficial
langsung di bawah sarkolema. Otot pucat bekerja cepat dan kuat, tetapi
cepat lelah. Kuda-kuda pacu arab lebih banyak memiliki otot pucat
dibandingkan dengan kuda kerja misalnya kuda belgia yang memiliki otot
kekar. Muskulus pektoralis mayor burung merpati adalah otot pucat,
sedangkan muskulus pektoralis minor adalah otot merah.
Kedua macam otot rangka ini pada mamalia dan manusia umumnya bercampur,
tetapi susunanya secara terperinci belum dilaporkan dengan tuntas.


Susunan Otot
Susunan serabut otot kerangka dalam membentuk muskulus ditunjang oleh
jaringan ikat. Tiap serabur dikelilingi oleh endomisium, suatu jaringan ikat halus dengan
serabut retikuler dan kapiler. Sejumlah serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat pekat
dengan banyak serabut kolagen disebut fasikulus , sedangkan pembungkusnya disebut
perimisium. Di luar perimisium diisi oleh jaringan ikat longgar yang memberikan
kelonggaran bagi vasikulus untuk bergerak. Beberapa fasikulus bergabung membentuk
muskulus dan dibalut oleh jaringan ikat pekat disebut epimisium, sedangkan fasia
terdapat disekitarnya.
Sebelum otot bertaut pada bungkul tulang baik pada origo dan lebih-lebih pada
insersio, terdapat tendon. Di daerah peralihan antara otot dan tendon endomisium,
perimisium berangsur-angsur menebal untuk kemudian membentuk serabut tendon. Pada
daerah peralihan ini terdapat tendon spindle yang memiliki ujung saraf.
Kontraksi Otot Kerangka
Perubahan bentuk dalam rangka mekanisme kontraksi otot sekelet telah lama
diselidiki baik dalam keadaa hidup maupun pada yang telah dimatikan. Dari kedua
pengamatan tersebut ditarik kesimpulan bahwa pada waktu kontraksi berlangsung otot
memendek dan membesar.
Bagaimana proses berlangsungnya pemendekan dapat dijelaskan dengan
meneliti struktur serta susunan miofilamen, sebagai hasil penelitian dengan menggunakan
mikroskop elektron. Satuan myofibril yang terkecil disebut sarkomer, yang pada
kontraksi sarkomerpun ikut memendek dan memanjang pada waktu relaksasi. Perubahan
ini dirumuskan dengan istilah sliding-filaments mechanism of contraction yaitu:
pada permulaan kontraksi cakram I mulai menyempit yang selanjutnya lenyap bila
serabut otot tersebut berkontraksi kira-kira 50%. Daerah H dalam cakram A juga ikut
lenyap, sebaliknya panjang cakram A praktis tidak mengalami perubahan baik pada
waktu kontraksi maupun relaksasi. Hal ini disebabkan karena cakram A hanya memendek
sedikit sekali bila sarkomer berkontraksi. Penebalan cakram Z disebabkan berkumpulnya
bahan pekat yang kuat mengambil zat warna, yang selanjutnya dikenal sebagai
contraction band. Pendapat lain mengatakan bahwa cantraction band disebabkan oleh
crumpling and folding ujung-ujung filament myosin pada cakram Z.
Hipotesa lain mengungkapkan bahwa kontraksi otot skelet terjadi karena
folding and coiling filament aktin, dan bukan secara sliding. Hal ini didasarkan dengan
daerah H yang tetap tampak jelas meskipun otot berkontraksi.
Kontraksi otot diprakarsai dengan pelepasan ion kalsium dari sarkoplasmik
reticulum. Selanjutnya ion kalsium tersebut merangasang aktivitas adenosin trifosfat
(ATP), yang kemudian terjadi hidrolisa molekul ATP menjadi ADP dan pelepasan energi.
Energi inilah yang dipakai untuk kontraksi. Ion kalsium yang hanya bekerja sebagai
katalisator selanjutnya ditangkap kembali oleh sarkoplasmik reticulum.
Dasar Molekul Kontraksi Otot
Filamen-filamen aktin terdiri dari suatu protein (BM= 43.000) yang berbentuk
bola (globular) dan disebut aktin G. Molekul-molekul aktin G ini tersusun seperti
untaian mutiara, bersama-sama membentuk suatu filament aktin F (serat), yang
membentuk double helix dengan suatu puntiran tiap 36 nm. Alur pilinan ganda ini
merupakan struktur dasar dari filamen-filamen aktin.
Protein-protein pengatur tertentu berikatan pada filament-filamen aktin.
Protein-protein tersebut adalah tropomiosin (bergelung melingkar satu sama lain),
merupakan molekul protein dengan panjang 40 nm, terletak dalam alur yang terbentuk
antara kedua untaian filamen aktin F. Protein lainnya adalah troponin yang terletap pada
kedua ujung tropomiosin. Ada 3 sub unit troponi: troponin I, troponin T, dan troponin
C.
Filamen-filamen myosin, terdiri atas protein myosin (BM= 460.000), dan
panjang molekulnya 150 nm. Dengan menggunakan enzim tripsin molekul-molekul
myosin dapat diuraikan dalam 2 subunit: meromiosin ringan (LMM) yang berbentuk
batang dengan panjang 85 nm, dan meromiosin berat (HMM). Meromiosin berat terdiri
atas bagian yang berbentuk batang yang membentang terus ke dalam bagian LMM, dan
struktur globular pada bagian ujungnya yaitu kepala myosin. Molekul myosin lentur
karena kedua sub unit dapat bergerak antara satu dan lainnya.
Filament-filamen myosin terdiri atas kumpulan padat molekul-molekul myosin
dengan bagian yang berbentuk gagang terbentang sejajar dengan sumbu panjang
filament. Kepala myosin terletak pada ujung dari molekul ynag bersebrangan dengan
garis M dan dengan memakai mikroskop elektron terlihat membentuk gambaran seperti
jembatan. Polarisasi dari filament-filamen myosin dengan kepala-kepala menjauhi garis
M diyakini sebagai alasan mengapa proyeksi atau jembatan-jembatan melintang tak
terdapat pada bagian tengah pita H, sehingga terbentuk pita H semu (daerah kosong
dari Huxley)
Kepala-kepala myosin tersusun dalam suatu spiral sepanjang filament myosin
dengan jarak 42 nm tiap putaran spiral. Hal ini menghasilkan pembentukan 6 baris kepala
myosin pada permukaan filament myosin.
Kejadian-kejadian molekuler selama kontraksi
Fragmen-fragmen meromiosin berat dapat berikatan dengan salah satu
ujungnya pada tempat tertentu pada filament aktin yang terdapat setiap 36 nm. Hal ini
adalah sama betul dengan preodisitas aktin, dan sekarang diyakini bahwa setiap kepala
myosin selama kontraksi arahnya miring berkontak dengan filament aktin terdekat.
Selama kontraksi, filament aktin bergeser lebih jauh dari pada jarak antara 2 kepala
myosin yang berturutan. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut : setelah terikat pada
suatu tempat perlekatan pada filament aktin, setiap kepala myosin mengangguk ke arah
garis M, sehingga filament aktin tertarik pada jarak tertentu ke arah garis M. Segera
sesudah itu, kepala myosin dilepaskan dari tempat perlekatan dan kembali ke posisi
semula tegak lurus tehadap fragmen meromiosin yang berbentuk batang. Pada posisi ini
kepala myosin berhubungan dengan tempat perlekatan berikutnya yang terletak
sepanjang filament aktin, tidak jauh dari tempat tersebut, setelah itu kepala myosin
kembali mengangguk ke arah garis M dan seterusnya. Dengan demikian filament aktin
tertarik selangkah demi selangkah ke arah garis M. Anggukan-anggukan kepala myosin
disebabkan oleh suatu perubahan kekuatan pengikatan antara kepala dan bagian batang
molekul meromiosin akibat pengikatan pada filament aktin.
ATPase yang terdapat pada kepala myosin akan memecah ATP sehingga
tersedia energi yang digunakan untuk kontraksi. Sebelum kontraksi otot, suatu potensial
aksi merambat sepanjang sarkolema dan dari sini diteruskan ke bagian dalam serat
melalui tubulus T . Potensial aksi dari tubulus-tubulus T menyebabkan perubahan pada
potensial membran dalam sisterna terminal reticulum sarkoplasma dan ini
menyebabkan pelepasan pada ion-ion Ca dari reticulum ke dalam sarkoplasma
seklilingnya (dalam keadaan istirahat sebagian besar Ca dalam serat terpusat pada
sisterna terminal reticulum sarkoplasma). Ion-ion Ca ini berikatan pada troponin
(troponin C) yang mempunyai afinitas sangat kuat terhadap ion-ion Ca ini. Selama
keadaan istirahat, kompleks troponin (toponin I)-tropomiosin menghambat tempat
perlekatan pada filament aktin untuk kepala-kepala myosin, mungkin secara fisik
menutupi kepala-kepala myosin tersebut. Melalui pengikatan ion-ion Ca pada molekul
troponin, molekul ini diperkirakan berubah bentuk. Dengan demikian hambatan tempat
perlekatan pada filament aktin oleh kompleks troponin-tropomiosin ditiadakan. Kapala-
kepala myosin kemudian dengan segera secara fisik berhubungan dengan tempat-tempat
perlekatan aktin dimana mencetuskan pergeseran filament-filamen. Kontraksi ini
berlangsung terus selama ion-ion Ca dalam sarkoplasma konsentrasinya masih cukup
tinggi. Akan tetapi dengan memakai pompa Ca aktif di dekat membrane reticulum
sarkoplasma ion-ion Ca terus menerus dan secara aktif dipompakan ke dalam sisterna
longitudinal reticulum berlangsung kira-kira 20 mili detik, kemudian konsentrasi Ca
dalam sarkoplasma menurun sampai tingkat paling rendah (kurang dari 10M) yang
terdapat selama keadaan istirahat. Dengan demikian pengikatan ion-ion Ca pada troponin
terhenti, dan kompleks troponin-tropomiosin kembali menghambat tempat-tempat
perlekatan pada filament aktin, jadi serat ini dipertahankan dalam keadaan istirahat.
Kebutuhan energi untuk transfort aktif ion-ion Ca ke dalam reticulum
sarkoplasma tersedia dari pemecahan ATP, dan karena itu kontraksi dan relaksasi
keduanya membutuhkan ATP. Rangkaian perangsangan/ kontraksi melalui system tubulus
T menerangkan mengapa semua myofibril pada serat otot diaktivasi secara serentak dan
hampir bersamaan dengan merambatnya potensial aksi pada sarkolema.
Hubungan neuromuscular
Daerah perlekatan antara ujung suatu serat saraf motorik dengan satu serat otot
kerangka disebut lempeng akhir motorik (motor end plate). Dengan memakai impregnasi
garam-garam logam, dapat diperlihatkan pada sajian mikroskop cahaya bahwa ujung satu
serat saraf motorik bercabang-cabang menjadi sejumlah cabang halus yang menuju ke
tiap serat otot. Setiap cabang membentuk suatu penebalan seperti lempengan kecil yaitu
lempeng akhir motoris ini juga dapat terlihat dengan mikroskop cahaya (seperti juga
dengan mikroskop elektron) memakai reaksi histokimia untuk menentukan adanya enzim
asetilkolinesterase, yang terletak di daerah ini. Terdapat suatu cekungan yang di sebut
celah sinaptik primer, yang di dalamnya terdapat ujung akson. Di bawah setiap celah
sinaptik primer, tampak suatu jajaran cekungan ke dalam serat otot, yang disebut celah
sinaptik sekunder.
Dengan memakai ME, sel-sel Schwann tampak pada permukaan ujung akson.
Akan tetapi, sel-sel Schwann ini tak ada pada celah sinaptik dimana aksolema
(plasmalema akson) dan sarkolema berbatasan satu sama lainnya (meskipun melalui
suatu lapisan antara dari glikoprotein). Celah sinaptik sekunder membentuk invaginasi
sarkolema dari celah sinaptik primer. Dalam aksoplasama tampak sejumlah vesikel
dengan diameter 50nm. Vesikel-vesikel ini sesuai dengan vesikel sinaptik pada sinaps-
sinaps biasa. Sarkoplasma mengandung banyak mitokondria dan nucleus tetapi yang
lainnya tidak khas.
Lempeng akhir motoris dapat dianggap sebagai suatu modifikasi sinaps.
Vesikel sinaptik mengandung asetilkolin yang berfungsi sebagai substansi transmitter
selama penghantaran rangsang saraf dari akson ke sarkolema. Suatu potensial aksi yang
mencapai lempeng akhir menyebabkan pelepasan asetilkolin dari vesikel ke celah sinaps.
Setelah asetilkolin berdifusi dalam celah sinaps, molekul asetilkolin terikat pada molekul
reseptor pada membrane post synaptic (sarkolema), yang menyebabkan pembentukan
potensial lempeng akhir dan prambatan selanjutnya dari suatu potensial aksi sepanjang
sarkolemma. Asetikolin dihidrolisa dalam beberapa mdet. oleh asetilkolinesterase yang
terletak di membrane post-sinaptik.
Serat-serat otot dan tendon keduanya mengandung bahan akhir sensoris yang
kompleks yang disebut gelendong otot (muscle spindle) dan tendon organ. Keduanya
dijabarkan pada bagian badan-badan akhir sensoris.



OTOT JANTUNG
Miokardium (Myocardium) jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut
otot jantung yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk jalinan. Semula otot
jantung dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa
otot jantung tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut serabut . Bangun
otot jantung dan otot kerangka tidak sama dalam beberapa asfek. Hubungan otot jantung
melalui discus interkalatus cukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsing untuk
memperoleh satu serabut secara terpisah. Pada otot kerangka maupun otot polos hal ini
masih mungkin dilakukan.
Penelitian dengan mikroskup cahaya menunjukkan bahwa otot jantung
memiliki serabut yang bercabang, yang berhubungan satu dengan yang lain melalui
ujungnya. Hubungan mana sangat kuat sehingga memberikan asfek sebagai sinsisium,
dan pada endomisium banyak pembuluh darah. Diameter serabut kira-kira 10-14 pada
hewan dewasa dan 5-8 pada yang baru lahir. Pada keadaan patologik misalnya
hipertropi jantung diameter dapat meningkat sampai 20. Panjangnya sulit diukur.
Penelitian dengan mikroskop elektron, bentuk sinsisium tidak tampak, tetapi
hubungan antara serabut (sel) dapat dipelajari dengan cukup jelas. Pada discus
interkalatus terdapat desmosoma, zonula okludens, zonula adherens. Yang terakhir ini
sebenarnya tidak membentuk zona secara jelas hanya berupa daerah yang tidak teratur.
Bangun Histologi
Seperti halnya dengan otot polos dan kerangka, otot jantung memiliki bagian-
bagian sebagai berikut:
a) Sarkolema
Keadaannya hampir mirip dengan sarkolema otot kerangka, dinding luarnya mirip
membran basal dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan tendon
(chorda tendinae) atau katup jantung. Dibagian lain berhubungan langsung dengan
endomisium. Sel-sel yang dijumpai pada otot jantung: serabut otot (miosit), sel
endotel, perisit, dan fibroblast
b) Sarkoplasma
Pada garis besar hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relative
memiliki sarkoplasma lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah.
Mitokondria, lipid, lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di
sekitar inti. Garis-garis melintang hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun
susunan miofilamen tersusun secara acak. Sistem T cukup jelas pada otot jantung
berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan lamina basalis di daerah cakram
Z. Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi impuls.
Sarkoplasmik reticulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa dianataranya
berhubungan dengan system T.
c) Inti
Berbeda dengan otot kerangka, pada otot jantung inti terdapat di tengah.
Diskus Interkalatus
Berupa penebalan di daerah cakram Z, yang sebenarnya adalah daerah
hubungan antara serabut otot jantung. Tebalnya dapat mencapai 0,5 berbentuk tangga.
Penelitian dengan mikroskup elektron menunjukkan adanya bentuk mirip desmosoma,
zonula okluden, zonula aderen, meskipun yang terakhir ini bentuknya tidak teratur. Pada
desmosoma, miofilamen berakhir pada lapis protein permukaan serabut (myofilamentous
incertion plaques). Di daerah melintang terdapat pula penyatuan antara selaput luar
berbentuk macula occludens. Bentuk ini nampak pula di daerah memanjang disebut
fasciae occludentes. Daerah ini diduga berperan didalam transmisi impuls dari satu
serabut ke serabut yang lain.




Serabut Purkinje
Pada jantung selain terdapat otot untuk kontraksi terdapat pula bentuk
modifikasi yang berfungsi sebagai pengatur rangsangan (stimulus) ke seluruh penjuru
jantung, yang dikenal sebagai serabut purkinje. Secara histologik dapat dibedakan
dengan otot jantung biasa sebagai berikut:
Diameter serabut purkinje lebih besar dari otot jantung.
Miofibril jauh lebih sedikit dan tersusun di bagian tepi sejajar dan agak mengulir. Pada
batas serabut tampak lebih jelas. Bentuk garis melintang tidak jelas pada serabut
purkinje.
Inti lebih besar dan pucat. Dalam satu serabut sering terdapat 2 inti berdampingan.



Serabut purkinje menyusun diri dalam berkas, dengan ruang Ebert-Bellajev dibagian tepi
serabut. Secara elektron mikroskopis struktur discus interkalatus tidak jelas pada otot
jantung biasa, sebab ujungnya berhubungan dengan otot jantung biasa. Di daerah ini
perubahan bentuk berlangsung secara bertahap.


Daya regenerasi otot jantung sangat sedikit, jadi persembuhan luka selalu
diikuti dengan terjadinya parut ( scar). Yang perlu dicatat bahwa ada teori yang
mengatakan bahwa sejumlah serabut (sel) otot jantung semenjak lahir tetap. Pertumbuhan
organ jantung sebenarnya hanya panambahan diameter serta panjang yang dibarengi
dengan penambahan endomisium. Jadi jumlah serabut tidak bertambah. Keadaan serupa
terjadi pada kasus hipertropi jantung yang bersifat patologik.
Ekstrak jantung embrio diduga dapat menaikkan daya regenerasi otot jantung
yang rusak karena trauma.

DAFTAR PUSTAKA

Dellmann, H.D. dan E.M. Brown (1989). Buku teks Histologi Veteriner I. 3
rd
Ed.
Penerjemah Jan Tambayong. Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Genneser, F. (1994). Buku teks Histologi. Jilid I. Binapura Aksara. Jakarta.

Mariano (1986). Atlas of Human Histology. 5
th
Ed. Department of Anatomy, University
of Alabama.

Slomianka, L (2006). Blue Histology-Muscle. School of Anatomy and Human Biology-
University of Western Australia

Subowo. (2002). Histologi Umum. 1
st
Ed. Bumi Aksara. Jakarta.

JARINGAN SARAF

Jaringan syaraf mempunyai fungsi utama sebagai berikut:
1. Sebagai alat komunikasi di dalam tubuh:
Fungsi ini terlihat dari kemampuan jaringan syaraf dalam menerima, maerubah
rangsangan (stimulus) menjadi impuls dan selanjutnya menyalurkan keseluruh
syaraf dan berakhir pada syaraf pusat.
2. Sebagai alat koordinasi:
Semua aktivitas syaraf yang dimiliki ini diperlukan adanya koordinasi yang
dilakukan oleh jaringan syaraf itu sendiri.
Kedua fungsi ini sangat erat hubungannya dalam menjalankan keselarasan fungsional
untuk segala kegiatan hidup sehari-hari, sehingga individu tersebut dapat menyesuaikan
dirinya terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Pokok pembahasan jaringan syaraf ada dua aspek yaitu:
A. Organisasi jaringan syaraf
B. Morfologi jaringan syaraf
A. ORGANISASI JARINGAN SYARAF
Unit struktural jaringan syaraf yang merupakan bentuk satu kesatuan yang disebut
NEURON. Unit kesatuan itu dapat berupa unit genetik, unit morfologik, dan unit tropik
sistem syaraf. Bentuk kesatuan tersebut (Neuron) terdiri dari badan sel (cyton/soma) dan
penjuluran sitoplasma. Penjuluran sitoplasma ini sering disebut Neurit (axon) dan
Dendrit, sedangkan perikaryon merupakan bagian badan sel disekeliling nukleus.
Selajutnya neuron bersama-sama dengan neuroglia yang bertindak sebagai sel-sel
penunjang membentuk jaringan syaraf. Hubungan antara neuron sebagai pengantar
impuls terjadi melalui sinaps. Jadi sinaps merupakan tempat hubungan neuron dengan
neuron yang lainnya. Neuron menghantarkan impuls hanya kesatu arah saja yang dikenal
dengan istilah Polarisasi Dinamik.
Doktrin Neuron :
1. Tiap neuron berasal dari stem sel embrional yaitu neuroblast yang memiliki informasi
genetik untuk menjalankan fungsinya.
2. Tiap neuron adalah unit struktural yang terpisah secara jelas dengan unit neuron
lainnya yang mengadakan kontak dengan unit-unit lainnya.
3. Unit-unit tersebut membentuk seperti rantai sel-sel yang merupakan mekanisme
konduksi sistem syaraf.
4. Tiap neuron bertanggung jawab untuk nutrisi, metabolisme, dan pemeliharaan bagian
komponen dirinya sendiri
Jaringan syaraf yang terdapat pada susunan syaraf pusat seperti cerebrum (otak besar),
cerebellum (otak kecil), dan medulla spinalis akan dibahas lebih lanjut pada mata ajaran
ORGANOLOGI.
B. MORFOLOGI JARINGAN SYARAF
Neuron mempunyai banyak tipe namun demikian mempunyai hungsi utama sama yakni
menerima stimuli dari dalam lingkungan (interosepsi) dan menerima stimuli dari luar
(exterosepsi). Kemampuan iritabilitas dan konduktivitas yang tinggi dari sitoplasmanya
merupakan pendukung utama fungsi neuron tapi kemampuan regenerasinya sangat kecil.
Sel yang erat hubungannya dengan kelangsungan hidup/fungsional jaringat syarah adalah
sel neuroglia. Sel neuroglia memegang peranan untuk proteksi, nutrisi , dan integritas
struktural jaringan syaraf .
KLASIFIKASI NEURON
Neuron memiliki berbagai variasi ukuran, bentuk, jumlah prosesus sel, dan panjang
prosesus sel. Morfologik neuron yang bermacam-macam ini menggambarkan adanya
adaptasi terhadap perubahan fungsional yang terjadi sangat bervariasi.
Neuron dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu neuron transmisi dan neuron sekretorik.
A. Neuron Transmisi
Merupakan bagian terbesar dari neuron. Sel neuron ini memiliki dendrit, badan sel,
dan sebuah axon. Berdasarkan atas banyaknya penjuluran neuron transmisi ada
beberapa tipe antara lain:
a. Neuron Unipoler Sejati: neuron ini hanya memiliki sebuah axon, tipe ini terdapat
terbatas pada sistem saraf yang sedang berkembang. Selain itu juga ada yang tampak
penjuluran yang keluar dari badan sel dan kemudian baru terjadi pemisahan antara
neurt dan dendrit. Apabila penjuluran tersebut pendek dan segera terpisah disebut
neuron pseudo-unipoler. Tipe neuron ini umumnya bersifat sensoris. Axon dan
dendritnya bersatu dekat dengan badan selnya, tapi di badan sel masih terlihat
terlihat sedikit terpisah sebelum penjuluran itu menyatu. Pada retina mata terdapat
sel amacrin yang tidak memiliki axon, sehingga neuron ini juga disebut neuron-
anaxonik.
b. Neuron Bipoler : neuron ini memiliki sebuah dendrit utama dan sebuah axon yang
terletak pada kutub badan sel yang berlawan. Disini jelas terlihat dua penjuluran
yang terpisah jelas keluar dari badan selnya, dimana yang satu sebagai neurit (axon)
dan satunya lagi sebagai dendrit. Contoh neuron tipe ini terdapat pada: retina mata,
ganglion vestibulare, Ganglion spinale, sel olfaktorius.
c. Neuron Multipoler : Neuron ini mempunyai banyak penjuluran, tapi yang jelas
terlihat hanya satu akan berfungsi sebagai axon dan selebihnya sebagai dendrit. Tipe
ini paling banyak ditemukan. Pada susunan syaraf pusat terbatas dijumpai pada:
neuron piramidal, sel Purkinje, dan neuron motoris dari cornua ventralis tulang
belakang.



Bila dilihat dari panjang pendeknya penjuluran, banyak sedik tipe percabangannya
neuron multipoler dibedakan lagi menjadi:
(a) neuron golgi tipe I : disebut juga tipe Deiter. Tipe ini memiliki banyak dendrit
dan sebuah axon yang panjang yang berakhir membentuk percabangan yang
komplek disebut axon terminal atau telodendron. Dijumpai pada syaraf perifir yakni
neuron preganglionik simpatik dan parasimpatik, neuron postganglionik simpatik.
(b) neuron golgi tipe II : neuron ini mempunyai banyak dendrit dan sebuh axon yang
pendek dan berakhir tidak jauh dari badan selnya. Umumnya terdapat pada
substansia grisea dan tidak sampai memasuki daerah substansia alba. Axon
terminalnya disebut juga neuropodia. Contohnya terdapat pada: neoron di daerah
kortek serebri, kortek serebelli, dan retina mata.
Neuron neurosekretorik
Adalah sel-sel syaraf spesifik yang mempunyai kemampuan mensintese, dan
kemudian mentransport benda Herring melalui axonnya yang selanjutnya
membebaskan berbagai zat (hormon) ke dalam darah. Hubungan antara sel ini
dengan vasa darah disebut organ neurohemal. Beberapa sel neurohemal
neuropypophyse (hypopise pars posterior) menghasilkan oxytocin dan anti diuretik
hormon (ADH) . Selain itu ada juga sel neurohemal yang terdapat pada
hypothalamusyang menghasilkan releasing factors (releasing hormon).


Morfologi sel syaraf:
Bentuk sel syaraf (perikaryon) umumnya bulat, dapat juga polihidral dengan diameter
birkisar antara 4 150 mikron. Intinya bulat dan besar, kromatin relatif sedikit terletak di
daerah eksentris sehingga nukleus terlihat sedikit pucat. Anak inti (nukleolus) umumnya
satu mengandung RNA dan protein dasar, sehingga nukleolus bisa bersifat basofil atau
asidopil tergantung jenis pengecatan yang dipakai
Perikaryon atau badan sel syaraf , mempunyai sitoplasma disebut neuroplasma,
sedangkan pada axon/dendrit disebut aksoplasma. Di dalam plasma terdapat organel-
organel sel seperti aparatus golgi, mitokondria, sentriola, paraplasma (pigmen/lemak),
dan neurofibril. Selain itu juga terdapat butiran-butira di dalamnya mengandung zat
sejenis protein/hormon yang disebut juga Benda Nissl yang terletak pada perbatasan
badan sel dengan dendrit atau axon namun tidak dijumpai pada axon. Penelitian lebih
lanjut dilaporkan bahwa Benda Nissl tidak lain adalah endoplasmik retikulum dengan
bitir RNA. Benda Nissl jumlahnya pada badan sel sangat bervariasi tergantung aktivitas
sel syaraf tersebuit, misal, pada keadaan lelah jumlahnya sedikit atau istirahat jumlahnya
sangat banyak dan tidak dijumpai dalam keadaan patologik. Peristiwa
hilangnya/berkurangnya benda Nissl ini disebut Khromatolisis. Khromatolisis ini bersifat
reversibel. Bervariasinya benda Nissl merupakan ciri utama berbagai tipe neuron.
Garanul-granul tersebut (benda-benda Nissl) sebenarnya merupakan kelompokan RER,
ribosom bebas dan polysoma. Sehubungan kebanyakan neuron tidak menghasilkan
protein untuk transport ekstraseluler. Maka dengan adanya benda Nissl yang jumlahnya
berubah-ubah adalah cukup membingungkan. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam
satu hari neuron dan memperbaiki 1/3 dari jumlah proteinnya dan benda Nissl
diperkirakan berperan dalam proses pembentukan protein. Proses kromatolisis dibarengi
dengan bertambahnya ribosom, RER, dan polysoma maka proses kromatolisis juga dapat
diangga sebagai proses restorasi neuron itu sendiri. Pada pangkal axon di daerah
perikaryaon tercat/terlihat terang karena kepadatan elektron rendah, daerah ini disebut
axon-hillock
Berdasarkan klasifikasi Bodian secara fungsional neuron dapat dibagi dalam 3 zona :
1. Zona dendritik: adalah daerah neuron yang merupakan subjek dari stimulus eksitasi
dan inhibisi. Termasuk dalam zona ini adalah: dendrit, badan sel, dan segmen
permukaan axon. Impuls yang datang ke zona ini dapat menimbulkan atau tidak
menimbulkan adanya aksi potensial dan respon bersifat bertingkat.
2. Zona Axonik: adalah meliputi segmen arborisasi ujung syaraf. Daerah ini merupakan
bagian konduksi yang bersifat all or none
3. Zona Telodendritik: adalah meliputi modifikasi terminal yang memungkinkan
terjadinya transfer secara listrik atau kimia ke neuron berikutnya atau ke organ
efektor. Respon bersifat bertingkat.


DENDRIT
Dendrit berfungsi untuk memperluas permukaan neuron, mirip dengan cabang-cabang
pohon. Dendrit biasanya lebih pendek dibandingkan dengan axon, bercabang-cabang
secara kontunyu hingga terkecil. Permukaan dendrit maupun badan sel tertutupoleh
spina atau gemmula yang merupakan hubungan synaps dengan axon terminal dari
sel syaraf lainnya. Isi sitoplasma sama dengan sitoplasma badan sel. Benda Nissl
hanya terbatas pada bagian proximal dendrit.
AXON
Axon atau axis silinder timbul dari axon hillock di perikarion. Prosesus yang tunggal ini
permukaannya licin dan diameter ukurannya konstan. Sebelum berakhir pada efektor
terlebih dahulu bercabang-cabang membentuk telodendron. Membran plasma axon
disebut juga axolemma. Segmen permulaan tempat munculnya dari badan sel
merupakan tempat permulaan myelinisasi, selain itu di tempat ini mempunyai
ambang exitasi yang lebih rendah dibandingkan pada dendrit dan badan sel. Nodus
ranvier terdapat pada beberapa tempat disepanjang axon bermyelin dan merupakan
tempat diskontinyu dari selubung myelin.. Pada tempat tersebut axon disebungi oleh
processus sitoplasmik sel glia. Pada Nodus Ranvier axon menebal. Secara
fungsional Nodus Ranvier merupakan konduksi saltatorik impuls yaitu tempat
meloncatnya gelombang depolarisasi dari satu nodus ke nodus berikutnya. Organel
seperti mitokondria, neurotubulus, neurofilamen, SER, dan benda Nissl tidak
dijumpai pada axon hillock maupun pada axon. Karena panjangnya prosesus maka
akan terjadi masalah transportasi impuls maupun zat-zat lainnya. Aliran material ada
2 macam yaitu material yang mengalir dari badan sel disebut somatopugal
(retrograde) dan aliran materian ke badan sel disebut somatopetal (anterograde).
Aliran somatopugal ada 2 macam yaitu: aliran axoplasmik lambat dan aliran axoplasmik
cepat. Sebagian besar material dalam axoplasma bergerak lambat dengan kecepatan
0,5 5 mm/hari, hal ini diperlukan dalam mengangkut material yang besdar untuk
pemeliharaan, penggantian organela yang sud ah tua atau untuk reparasi axon.
Namun ada juga material yang mengalir dengan kecepatan 10 200 mm/hari yang
merupakan aliran cepat. Aliran cepat ini menggunakan bantuan organel neurotubulus
sebagai alat transport. Material yang diangkut dengan cepat ini digunakan untuk
keperluan berlangsungnya fungsi synaps axon. Sehubungan sifat badan sel yang
tanggap terhadap perubahan axon terjadi juga aliran somatopetal (anterograde)
TRANSFER INFORMASI
Neuron mengalami modifikasi untuk menimbulkan dan mengkonduksikan
informasi ke seluruh tubuh dalam bentuk pesan elektrik. Hal yang sama pentingnya yaitu
kemampuan neuron untuk mentransfer informasi ke organ efektor dan atau neuron.




Transfer informasi terjadi dengan 2 cara mekanisme:
1. Mekanisme transfer transmisi elektronik
2. Mekanisme transfer elektrokimia
MEKANISME TRANSMISI ELEKTRONIK
Transmisi elektronik pada jaringan syaraf terjadi pada tempat spesifik disebut efapses
elektrotonic junctions atau disebut juga sinapses elektronik. Pada jaringan lain misal nexi
disebut Gap junctions. Ruang yang terbentuk adalah sangat sempit sehingga tidak ada
perbedaan konsentrasi ion antara kedua sel tersebut. Stimulus yang melalui efapses tidak
perlu mengalami polarisasi untuk mengalirkan materi dari satu sel ke sel yang lainnya,
sehingga aliran listrik dapat berjalan dengan cepat.
MEKANISME ELEKTROKIMIA
Sinapses merupakan tempat transmisi elektrokimia terjadi dan bersifat lebih umum
dibandingkan dengan efapses. Aktivitas listrik pada membran sel syaraf presinaptik
menyebabkan dibebaskannya substansi neurotransmiter yang melintasi ruang interseluler
dan menghubungkan sisi reseptor pada membran sel post sinaptik. Persatuan antara sel
neurotransmiter dengan sisi reseptor akan mengakibatkan perubahan yang dapat bersifat
exitasi ataupun inhibisi. Proses pembebasan baik secara difusi maupun persatuan
substansi transmiter pada sisi reseptor mengakibatkan waktu transmisi terhabat.
Hambatan ini disebut Hambatan sinapses.
Ujung axon merupakan elemen membran presinaptik, sedangkan organ efektor
merupakan membran postsinaptik. Kedua membran ini dipisahkan oleh ruang interseluler
(celah sinaptik/synaptic cleft) yang lebarnya 6 20 nm dan mengandung material yang
padat elektron dan filamen halus. Pada bidang membran postsinaptik terdapat penebalan
yang disebabkan karena adanya filamen, dan penebalan ini disebut subsynaptic web.
Pada ujung presinaptik terdapat mitokondria, neurofilamen, neurotubulus, dan vesikula
sinaptik. Sitoplasma yang padat dapat ditemukan pada membran pre- maupun
postsinaptik, kadang dapat juga dijumpai hanya pada salah satunya. Tidak seperti pada
efapses maka sinapses kimia bersifat polar (aliran satu arah) yaitu sesalu dari membran
presinapstik ke membran postsinaptik.
Bagian presinaptik axis silinder meluas membentuk bentukan seperti bola lampu atau
seperti kancing baju. Perluasan pada ujung axon disebut boutons terminauuk sedangkan
perluasan sepanjang axis silinder disebut boutons passage. Kedua macam perluasan ini
dapat dijumpai pada axon dari serabut syaraf tak bermyelin atau pada nodus Ranvier dari
serabut syaraf bermyelin.
Ujung axon dapat membentuk sinapses dengan berbagai bagian neuron lain yaitu:
1. axo-somatik
2. axo-dendritik
3 axo-axonal
4. dendro-dendritik
5. somato-dendritik
6. somato-somatik
Sinapses yang terbentuk antara sel syaraf dengan sel otot skelet disebut Junctura neuro-
muskuler.


NEUROGLIA
Jaringan ikat tubuh membentuk rangka utama pada sebagian besar organ tubuh. Rangka
jaringan ini tidak hanya bersifat sebagai penyokong tetapi juga merupakan sarana tempat
komponen vaskuler menyebar ke seluruh bagian parenchim. Model hubungan yang erat
dan ketergantungan merupakan sifat struktural dari sistem syaraf perifir. Hubungan
semacam ini tidak menojol pada sistem syaraf pusat. Neuroglia merupakan derivat
ektoderm yang merupakan epithelium yang telah mengalami modifikasi secara unik.
Epithelium ini tergantung pada jaringan pengikatnya tetapi terpisah dari padanya. Sistem
syaraf pusat berasal dari perkembangan 2 macam sel yaitu satu kelompok sel membentuk
neuron yang berkembang membentuk bangunan geometris yang komplek dan kelompok
yang lainnya berkembang diantara neuron. Kelompok sel kedua ini yang dikenel dengan
neuroglia (sel glia). Neuroglia berfungsi membentuk rangka penyokong atau stroma
sistem syaraf pusat. Selain itu neuroglia juga membentuk pelekat neuron yang mengikat
neuron bersama-sama. Disamping sebagai penyokong juga mempunyai fungsi sebagai
proteksi, penyuplai nutrisi, dan fungsi-funsi lainnya untuk integritas neuron. Neuroglia
juga terdapat pada sistem syaraf perifir.
Berdasarkan ukurannya terdapat dua macamneuroglia: yaitu makroglia dan mikroglia.
Yang tergolong makroglia adalah:
13. oligodendrosit
14. astrosis
15. ependima
16. amfisit
17. sel Schwann
18. sel Muler
Yang tergolong mikroglia adalah :
7. mikrogliosit
Selain berdasarkan atas bentuk ukuran sel neuroglia dapat juga digolongkan berdasarkan
hubungannya dengan sistem syaraf pusat sistem syaraf perifir yaitu:
Gliasentral : termasuk di dalamnya adalah
oligodendrogliosit
astrosit
ependima
sel Muller
mikrogliosit
Gliaperifir:
8. ampisit
9. sel Schwann
Dengan pengecatan rutin ( HE ) badan sel dan prosessus sel dari neuroglia tidak begitu
jelas terlihat. Gliaperifir madah diidentifikasi berdasarkan dengan melihat hubungannya
dengan elemen sistem syaraf perifir.
Neuropil merupakan istilah untuk menggambarkan susunan mirip jala yang komplek
yang terdapat pada sel-sel sistem syaraf pusat. Pada neuropil terdapat processus sel (axon
dan dendrit) serta elemen neuroglia substansia grissea.
Oligodendrogliosit
Oligodendrogliosit merupakan neuroglia yang terbesar jumlahnya. Ciri-ciri spesifik :
nukleus kecil, bentuk bulat atau oval, mengandung heterochromatin dalam jumlah
sedang. Nukleusnya bervariasi dari besar dan pucat sampai kecil dan gelap. Secara
umum, nukleusnya lebih kecil dan lebih bulat dari pada nukleus astrosit. Sitoplasmanya
kurang padat, processus sedikit, sel-sel ini terjepit antara processus sel dan badan sel
saraf. Juga memiliki hubungan erat dengan kapiler darah. Oligodendroliosit dapat
menempati posisi perineuronal, perivaskuler, atau intervasikuler. Oligodendroliosit
perineurel memiliki fungsi nutrisi. Pada otak kucing kira-kira 90% permukaan badan sel
tertutup oleh sel ini.
Oligodendrogliosit berperan pada proses melenisasi processus sel di sistem
saraf pusat. Fungsi ini mempengaruhi kecepatan produksi sepanjang processus sel saraf.
Astrosit
Dalam sistem saraf pusat jumlahnya no. 2 sesudah oligodendroliosit. Ada 2 macam
astrosit yaitu astrosit fibrosan dan protoplasmik. Yang protoplasmik lebih kaya
protoplasma dari yang lain. Astrosit fibrosa lebih banyak ditemukan pada substansialba
sedang yang protoplasmik yang lebih banyak ditemukan pada substansia grisea.
Keduanya memiliki nukleus besar, bulat atau oval biasanya sangat pucat. Granula
chromatin halus kadang-kadang tampak menggumpal di perifer.
Astrosit penting sebagai penyokong struktural pada otak dan medula spinalis. Sel ini juga
berperan pada proses reparasi dan pembentukan parut pada sistem saraf pusat. Astrosit
dapat mengalami hipertrodi, hiperprasi dan bersifat fogositik. Astrosit berfungsi sebagai
isolator permukaan reseptor sel saraf. Secara klasik sel ini berfungsi sebagai barier/
penghalang hubungan darah dan otak.
Mikrogliosit
Terbesar di sistem saraf pusat, sitoplasma tidak padat, nukleus kecil dan gelap. Nukleus
dapat bulat, punya identasi atau berbentuk tidak teratur. Processai sel banyak. Sel ini
dimasukkan dalam sistem makrofag yang berasal dari promonosit sumsum tulsng nerah.
Tetapi tidak semua peneliti sependapat. Mikrogliosit hanya dapat melakukan fogositosis
kalau kerusakan kecil. Kalau kerusakan yang terjadi besar, maka sel fogositik bermigrasi
dari vasa darah untuk membantu mikrogliosit.
Sel Muller
Sel Muller merupakan elemen neugrolia yang spesifik, terdapat pada retina mata.
Ependima
Merupakan elemen neuroglia yang membatasi canalis neuralis. Sel-sel ini membatasi
canalis neuralis medulla spinalis dan keempat ventrikel yang terdapat pada otak. Lapisan
ini memiliki gambaran yang menyolok pada tempat-tempat pada plexus chorioideus
karena sel-sel mengalami modifikasi yang cukup jauh. Pada emberyo sel ependima
berbentuk kuboid atau kolumner rendah. Sel epindema memiliki nuklei besar dan pucat,
nekleoli satu atau lebih. Pada dewasa, tepi basal dipisahkan dari jaringan saraf oleh
membran basalis. Pada hewan muda, modifikasi basal sangat komplekx dam processus
sitoplasmatiknya dapat meluas sampai ke jaringan saraf.
Fungsi sel epindema bermacam-macam, antara lain untuk pembentukan cairan cerebro-
spinal. Proses pembentukan cairan cerebrospinal tidak hanya terbatas pada sel epindima
di daerah plexus choriadius tetapi terjadi juga pada daerah yang tersebar di ventrikel otak.
Sel ependima yang bersilia berfungsi untuk menggerakkan cairan cerebrospinal pada
sistem ventrikel otak. Ujung-ujung saraf pada lapisan ependima bersifat sensorik. Cairan
cerebrospinal yang dihasilkan oleh sel ependima mungkin berperan untuk transport
hormon. Tanycyt adalah sel spesifik yang terdapat pada lapisan ependima, terutama
ditemukan pada dinding ventrikeltertius. Sel ini memiliki processus basal, panjang tak
bercabang yang meluas ke areal subependima dan berakhir pada kapiler di area tersebut,
Sel-sel ini mungkin tidak hanya berfungsi struktural, mereka mungkin berperan untuk
transport dan/ atau aktivitas sekretorik.
Organ subependima mungkin berperan untuk menghasilkan sel-sel pengganti neuroglia
sepanjang kehidupan organisme.
Amfisit
Amfisit (sel satelit, sel kapsul) glia perifer merupakan sel neuroglia yang mengelilingi
neuron ganglia. Sel-sel ini membatasi prikaryon ganglia, mungkin melanjutkan diri ke
selubung Schwann. Amfisit mungkin memiliki hubungan erat dengan oligodendrogliosit.
Sel Schwann
Sel Schwann glia perifer berhubungan dengan serabut saraf. Mereka membungkus
serabut dan berperan pada pembentukan myelin. Sel-sel ini mungkin memiliki hubungan
erat dengan oligodendrogliosit.
Hubungan antara Neuron dan Neuroglia
Melalui perkembangannya neuron sistem saraf pusat memiliki hubungan erat dengan sel
neuroglia sentral. Oligodendrogliasit membentuk hubungan unik dengan neuron yaitu
dengan pembentukan selubung myelin pada processus sel saraf pada sistem saraf pusat.
Processus sel saraf dan beberapa neuron (sel ganglion) terdapat pada sistem saraf perifer
dan diselubungi elemen neuroglia yang memiliki hubungan dengan badan sel dan
processus sel mirip seperti yang digambarkan pada sistem saraf pusat.
Struktur hubungan antara neuron dengan sel neuroglia bervariasi. Amfisit sel ganglion
membentuk selubung sel tunggal diseluruh sel. Serabut saraf tak bermyelin diselubungi
invaginasi plasmalemma sel Schwann. Serabut saraf bermyelin juga diselubungi oleh
invaginasi sel Schwann yang membentuk selubung myelin. Selubung myelin terdiri dari
lipatan-lipatan memberan.
Selubung Sel Ganglion. Sel ganglion adalah sel saraf yang merupakan bagin dari sistem
saraf perifer. Kumpulan badan sel saraf disebut ganglia. Badan sel dibungkus oleh satu
lapisan sel disebut amfisit. Meskipun amfisit biasanya berupa selubung kontinyu
ganglion seperti pada ganglian radix dorsalis, pada ganglian autonom dapat tidak
lengkap. Selubung tidak terbatas pada badan sel tetapi dapat meluas ke bagian dendrit
maupun bagian segmen permulaan axon. Amfisit berakhir pada saat sel Schwann mulai
muncul.
Serabut Saraf Tak Bermyelin. Sel Schann membentuk selubung processus sel saraf.
Serabut Saraf Tak Bermyelin atau serabut Remak, merupakan serabut kecil yang tak
bermyelin atau hanya diselubungi satu lapisan myelin. Serabut-serabut itu diselubungi
oleh invaginasi memanjang sel Schwann. Tetapi serabut tersebut tidak di dalam
sitoplasma, tetapi hanya dibungkus oleh plasmalemma sel Schwann. Selubung semacam
itu disebut selubung Schwann atau selubung neurolemma. Sel Schwann di sebut juga sel
neurolemma. Plasmalemma sel Schwann yang membungkus axis silinder disebut
mesaxon. Sebuah sel Schwann dapat membentuk selubung untuk banyak serabut saraf.
Karena sebuah sel Schwann hanya dapat membentuk selubung serabut pada jarak yang
terbatas, maka selubung neorolemma terbentuk dari deretan sel Schwann yang
tersambung-sambung. Lamina basalis yang terletak di perifer selubung neurolemma,
membungkus sel Schwann dan memisahkannya dari ruang jaringan pengikat.
Fungsi sel Schwann disini yang tepat belun jelas. Tetapi mungkin untuk proses reparasi.
Serabut saraf tak bermyelin berukuran kecil, kecepatan konduksi kecil.
Serabut Saraf Bermyelin
Ini merupakan serabut saraf yang paling besar dan memiliki kecepatan konduksi yang
tertinggi. Fungsi myelin disini sama dengan isolator pada kabel listrik. Oligodendrogliosit
dan sel Schwann bertanggung jawab untuk pembentukan myelin. Meskipun cara dan
produk akhir sedikit berbeda, tetapi hasil akhir menunjukan bahwa serabut saraf
dibungkus selubung myelin.
Axis silinder atau processus sel saraf memiliki axio plasma dan dibatasi oleh membran
sel, disebut axolemma. Ruangan dekat axis slinder terisi dengan selubung myelin. Pada
pengecatan rutin, hilangnya lipida akan mengubah gambaran gulungan membran. Yang
tertinggal hanyalah komponen nonlipida selubung myelin disebut neurokeratin, tampak
sebagai jari-jari roda. Di perifer neurokeratin terdapat sel Schwann. Sel memiliki nukleus
besar, vesikula dengan gumpalan chromatin di perifer. Sitoplasma sel Schwann yang
membatasi myelin disebut neurolemma atau selubung Schwann.
Sebuah sel Schwann tidak menyelubungi seluruh panjang serabut saraf, tetapi sebuah
serabut saraf diselubungi oleh sel-sel Schwann yang bersambung-sambung. Tempat
persambungan ini disebut nodus Ranvier . Nodus ini tampak sebagai bagian yang
menyempit yang tidak memiliki myelin, tetapi processus sel Schwann tetap
menyelubungi axolemma. Axis silinder sendiri tidak pernah terputus di rodus.
Gambaran elektron mikroskopik lebih menjelaskan hubungan antara selubung myelin,
axis silinder dan elemen neuroglia . Selubung myelin terbentuk dari gulungan kontinyu
yang dibentuk oleh processus sitoplasmatik sel neuroglia. Mesaxon internal dibentuk oleh
processus sel Schwann yang berhadapan dengan processus sel saraf. Mesaxon internal
merupakan gambaran yang sama terletak disebelah perifer myelin. Sebelah luar selubung
myelin terbungkus sitoplasma sel Schwann yang berperan pada proses myelinisasi.
Sebuah lamina basalis membatasi sel Schwann dan memisahkannya dari jaringan
pengikat disekitarnya.
Myelinasi
Proses myelinasi serabut saraf dari sistem saraf perifer merupakan akibat dari hubungan
yang erat antara serabut saraf dan sel Schwann. Myelinasi pada serabut saraf sistem saraf
pust terjadi karena adanya hubungan erat antara serabut saraf dan oligodendrogliasit.
Banyak serabut saraf tak bermyelin diselubungi oleh sebuah sel Schwann. Pada proses
myelinasi pada saraf perifer maka sebuah serabut saraf mengisi invaginasi sepanjang sel
Schwann. Suatu penjuluran berbentuk mirip lidah dari sel Schwann membungkus
mengelilingi axis silinder. Selanjutnya sitoplasma dari penjuluran menghilang, sehingga
membran plasma menjadi saling berdekatan. Derajad myelinasi atau tebalnya selubung
myelin tergantung pada banyaknya putaran selama terjadi proses myelinasi. Sebuah sel
Schwann bertanggung jawab pada proses myelinasi serabut saraf antara sebuah nodus
Ranvier dengan berikutnya.
Ada sedikit perbedaan antara proses myelinasi di perifer dan di sentral. Jaringan pengikat
tidak banyak ditemukan di sistim saraf pusat. Serabut saraf bermyelin yang berdekatan
tidak dibatasi dengan lamina basalis. Badan sel oligodendrogliasit dapat membentuk
selubung myelin tetapi berhubungan dengan myelin melalui processus sel. Sebuah
oligodendrogliasit dapat membentuk selubung untuk lebih dari 1 sel saraf, maupun
menyelubungi lebih dari satu daerah internodal.
Sel neuroglia penting untuk memelihara integritas selubung myelin di samping untuk
proses remyelinasi setelah terjadi demyelinasi setelah serangan penyakit atau akibat
kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai