PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana teknik operasi Fraktur os. Humerus ?
2
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur adalah gangguan kontinuitas tulang dengan atau tanpa perubahan letak
fragmen tulang yang mengakibatkan tulang yang menderita tersebut kehilangan
kontinuitasnya atau keseimbangannya. Fraktur sering diikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan.
Humerus adalah tulang panjang pada bagian kaki depan pada hewan yang
terletak antara siku dan bahu. Ujung bawah tulang humerus dapat berfungsi
mendukung berbagai gerakan, seperti fleksi, pronasi, dan supinasi. Pada kondilus
humerus berartikulasi dengan tulang radius dan ulna untuk membentuk sendi siku.
Sedangkan, Radius merupakan tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna.
Beberapa anjing dewasa dapat terkena fraktur karena memiliki tulang humerus yang
lemah akibat ossifikasi incomplete. Kejadian lemahnya tulang humerus terjadi
dikarenakan genetik. Beberapa spesies anjing yang mudah terkena ossifikasi
incomplite pada tulang humerus yaitu pugs, Cocker spaniels, Brittney Spaniels, dan
Rottweilers.
4
Gambar 1. Os Humerus dan Os Radius Ulna
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan / trauma langsung maupun tak langsung karena diskontinuitas atau
hilangnya struktur dari tulang humerus. Trauma yang terjadi pada tulang humerus
dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan
fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon,
ligamen, dan pembuluh darah.
5
3.4 Penyebab Fraktur humerus
Fraktur ini diakibatkan oleh suatu kekuatan yang berlebihan dan mendadak, hal
ini dapat berupa pengahncuran, penarikan, pemuntiran, penekukan, atau
pemukulan. Trauma dibagi menjadi :
1. Trauma langsung : Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan
lunak rusak.
2. Trauma tak langsung : Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur
mungkin tidak ada.
Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak yang
terjadi pada tulang.
Fraktur yang dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (osteoporosis tulang).
6
Metode pengobatan dalam penanganan fraktur dapat dilakukan dengan:
Spalk (upih)
7
Gambar 5. Contoh Spalk dari kain
Thomas Splint
8
2. Reposisi dengan operasi
Kirschner wire
Bone plate
9
Gambar 9. Bone plate
10
Gambar 11. Stainles Steel Screw
Bone Wire
3. Solusi Akhir
Amputasi
11
yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir ketika terjadi
masalah pada suatu bagian tubuh yang sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain.
Konsep dasar terapi patah tulang perlu tindakan yang berurutan dan pasti.
Dalam penatalaksanaan operasi ortophedi fraktur dikenal konsep 4 R yakni
rekognisis, reposisi, retensi dan rehabilitasi.
Operasi bedah yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang optimal bila
dilakukan berdasarkan cara kerja dan teknik terapi yang tepat dan selalu berpegang
teguh pada prinsip dasar pembedahan ortophedi.
Operasi juga diusahakan dengan penyembuhan yang relatif singkat dan timbulnya
trauma akibat pembedahan ditekan semaksimal mungkin. Beberapa prinsip yang
harus dipegang pada reparasi tulang antara lain sebagai berikut :
1. Suplai darah pada tulang dan fragmen tulang harus selalu diperhatikan
dan dilindungi dari trauma pembedahan.
2. Restorasi yang akurat dari bentuk tulang, khususnya pada daerah
persendian.
3. Reposisi secara mekanik harus stabil fiksasinya.
4. Teknik yang dipaka diusahakan menimbulkan trauma yang minimal.
5. Rehabilitasi mutlak harus ada dan esensial. Rehabilitasi dimulai sedini
mugnkin setelah diberikan terapi definitive. Tujuannya adalah untuk
menyelamatkan fungsi selama patah tulang dalam penyembuhan dan
mengembalikan fungsi senormal dan secepat mungkin sesudah
penyembuhan.
12
BAB IV
TEKNIK OPERASI
4.1 Pre-Operasi
Persiapan Hewan
Diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, inspeksi, pergerakan,
pengukuran, palpasi dan pemeriksaan foto rontgent. Anamnesis dilakukan untuk
mengetahui fraktur, penyebab, kapan terjadinya sehingga dapat membantu
diagnosis.
Inspeksi dilakukan dengan seksama pada anggota gerak, apakah ada kepincangan,
pembengkakan, kekakuan gerak, perubahan warna, kebiruan, pucat dan
sebagainya.
Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan bagian kaki yang
sehat dengan yang sakit, apakah terlihat simetris. Palpasi dilakukan dengan cara
yang hatihati untuk mengetahui untuk mengetahui adanya krepitasi, oedema,
rasa sakit, dan lain-lain.
Diagnosis paling tepat adalah dengan foto rontgent. Pemotretan fraktur
harus diambil dari 2 sisi yang saling tegak lurus sehingga diperoleh gambaran
kedudukan tulang yang mengalami fraktur secara jelas sehingga akan membantu
terapinya.
Dilanjutkan pemeriksaan kondisi tubuh hewan secara umum meliputi:
frekuensi pulsus, nafas, suhu tubuh, postur dan pemeriksaan darah rutin. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah anjing memenuhi syarat operasi atau tidak.
Anjing harus dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 2
jam sebelum operasi dilakukan, dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan
kosong sehingga anjing tidak muntah dalam kondisi teranestesi.
Bagian tubuh yang akan diincisi yaitu daerah craniolateral dari humerus
dibasahi dengan air sabun untuk memudahkan pencukuran. Rambut anjing
13
tersebut dicukur dengan menggunakan silet yang tajam, dibersihkan dengan air,
kemudian diolesi dengan yodium tincture.
Setelah itu, lakukan penimbangan berat badan anjing untuk menentukan
semua volume obat yang akan digunakan.
Persiapan obat-obatan
Premedikasi yang digunakan yaitu Atropin sulfat 0,025% dengan dosis
0,04 mg/kg BB secara subcutan. Untuk anestesi digunakan campuran
Xylazine 2% dosis 2 mg/kg BB dengan Ketamin HCL 10% dosis 15 mg/kg
BB yang diberikan secara intramuskuler. Ampicillin 10% dengan dosis 10
mg/kg BB juga perlu dipersiapkan.
Pada hewan besar, terutama kuda, anestesi dilakukan dua tahap, tahap
pertama adalah pre anestesi mempergunakan Acepromazine 1%, dosis 5
mg/50 kg BB, kemudian dibiarkan beberapa saat hingga kuda tampak tenang
dan mengalami relaksasi. Tahap kedua adalah anestesi umum dengan
mempergunakan Hydras Chlorali 10 % dengan dosis 100 mg/kg BB.
14
Persiapan alat
Meja operasi harus dibersihkan dan disterilkan. Alat-alat operasi
dipersiapkan dalam keadaan steril dan diletakkan secara urut dan rapi pada
meja yang berdekatan dengan meja operasi.
Alat-alat yang disiapkan adalah stetoskop, termometer, alat pencukur,
tali (handling), instrument pembedahan standar, elevator periosteal, 2-3 forcep
bone holder, alat fiksasi (plates dan screw, wire atau pin), bor, currete (untuk
menghilangkan callus), jarum, benang jahit, tampn dan plester.
15
Gambar 15. Kirschner wire
4.2 Operasi
16
Gambar 17. Pendekatan insisi mencapai daerah proksimal Os Humerus
Lakukan fiksasi dengan memasang pin intramedular pada dimulai dari tuberositas mayor hingga bagian medial dari condylus
17
Gambar 18. Pemasangan Intramedular Pin (IM Pin)
Setalah itu, lakukan jahitan antar muskulus dengan muskulus dengan benang
cat gut chromic ukuran 2/0 dengan pola jahitan sederhana tunggal.
Lakukan penjahitan subkutan dengan jahitan sederhana menerus dengan
benang cat gut plain ukuran 3/0.
18
Operasi Fraktur Diaphyseal Os Humerus
19
Gambar 20. Pendekatan insisi mencapai bagian medial Os Humerus
Insisi bagian kulit dan otot superfisial dan kuakkan musculus bceps brachii
dan musculus brachiocephalicus.
20
Pasang sekrup di bagian medial fraktur
Pasang plate dibagian proksimal dan os humerus dan sekrup plate tersebut.
Setalah itu, lakukan jahitan antar muskulus dengan muskulus dengan benang
cat gut chromic ukuran 2/0 dengan pola jahitan sederhana tunggal.
21
Gambar 22. Fraktur di bagian condyles
22
Insisi kulit hingga menemukan bagian otot superfisial di daerah dekat medial
condylus.
Insisi beberapa otot superfisial dan kuakkan otot-otot didaerah tersebut
dengan memperhatikan nervus medial dan ulnar
Setalah itu, lakukan jahitan antar muskulus dengan muskulus dengan benang
cat gut chromic ukuran 2/0 dengan pola jahitan sederhana tunggal.
Lakukan penjahitan subkutan dengan jahitan sederhana menerus dengan
benang cat gut plain ukuran 3/0.
23
Berikan antibiotik secara injeksi intramuskuler.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan / trauma langsung maupun tak langsung karena diskontinuitas atau
hilangnya struktur dari tulang humerus. Trauma yang terjadi pada tulang humerus
dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. .
Dalam penatalaksanaan operasi ortophedi fraktur dikenal konsep 4 R yakni
rekognisis, reposisi, retensi dan rehabilitasi.
5.2 Saran
Sebelum melakukan operasi sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan
mengunakan foto rontgen untuk memastikan tulang yang akan dioperasi dan pasca
operasi hewan dijaga agar tidak menjilat bekas operasi dan bergerak terlalu aktif.
25
Daftar Pustaka
Dimitrriou, Rozalia. 2011. Bone regeneration: current concepts and future. BMC
Medicine
Vertenten, G. 2010. Enhancing bone healing and regeneration: present and future
perspectives in veterinary orthopaedics. Vet Comp Orthop Traumatol
26