Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anjing merupakan salah satu hewan yang sangat dekat keberadaannya dengan
manusia. Selain sebagai hewan kesayangan, anjing juga banyak dipelihara oleh
manusia untuk membantu berburu, menggembalakan ternak, hingga mencari jejak
atau sebagai anjing pelacak. Karena kepribadian yang mudah akrab dengan
manusia ini, anjing sering dipelihara oleh manusia dengan cara dilepas liarkan.
Anjing yang dipelihara dengan cara dilepas liarkan beresiko tinggi terhadap
penyebaran penyakit dan dapat juga terluka ketika berkeliaran diluar lingkungan
tempat tinggal pemiliknya. Adapun penyakit atau gangguan kesehatan yang sering
diderita oleh anjing yang dilepas liarkan adalah patah tulang atau fraktur akibat
tertabrak.
Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan
kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya
disebabkan oleh trauma seperti terbentur benda keras, tertabrak kendaraan dan
jatuh dari tempat yang tinggi. Kasus fraktur sampai saat ini masih banyak
dijumpai di tempat praktek dokter hewan, Klinik Hewan maupun Rumah Sakit
Hewan. Sebagian besar hewan mengalami fraktur pada tulang panjang seperti
tulang femur, humerus, radius, ulna, tibia dan fibula.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi tulang patah ke
posisi semula (reposisi) kemudian mempertahankan posisi tersebut sambil
menunggu proses penyembuhan patah tulang (immobilisasi) agar tulang tersebut
dapat tersambung dengan baik dan benar.
Penanganan pada kasus fraktur mengacu pada 4 konsep dasar yakni
:rekognisi, reposisi, retensi dan rehabilitasi (Sudisma et al., 2016). Kesembuhan
fraktur secara spesifik menghasilkan perbaikan pada struktur dan fungsi jaringan
tulang, berbeda dengan kesembuhan jaringan otot atau kulit, yang tidak dapat
memperbaharui kerusakan tanpa adanya pembentukan jaringan parut (Dimittriou
et al., 2011) Reduksi dan imobilisasi yang tepat dengan teknik reduksi spesifik
menggunakan instrument bedah serta penggunaan implan ortopedi diperlukan
untuk mencapai kesembuhan tulang yang optimal dalam perbaikan fraktur
(Vertenten et al., 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Fraktur ?
2. Apa penyebab terjadinya Fraktur ?
3. Bagaimana terjadinya Fraktur os. Humerus ?
4. Bagaimana penanganan Fraktur os. Humerus ?

1
5. Bagaimana teknik operasi Fraktur os. Humerus ?

2
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN

2.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang Fraktur.


2. Untuk mengetahui penyebab Fraktur
3. Untuk mengetahui terjadinya Fraktur os. Humerus
4. Mengetahui cara penanganan dan teknik operasi dari Fraktur os. Humerus

2.2 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk menambah wawasan


serta keterampilan mahasiswa dalam menangani kasus fraktur os. Humerus
pada hewan

3
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Fraktur

Fraktur adalah gangguan kontinuitas tulang dengan atau tanpa perubahan letak
fragmen tulang yang mengakibatkan tulang yang menderita tersebut kehilangan
kontinuitasnya atau keseimbangannya. Fraktur sering diikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan.

3.2 Penyebab Fraktur

Secara umum penyebab fraktur dapat dibagi menjadi dua macam :

1. Penyebab ekstrinsik. Gangguan langsung misalnya yang diakibatkan oleh


trauma misalnya tertabrak, pemukulan atau jatuh dari ketinggian, gangguan
tidak langsung misalnya akibat dari perputaran.

2. Penyebab intrinsik. Kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion fraktur,


seperti fraktur yang sering terjadi pada hewan yang belum dewasa. Fraktur
patologis yang disebabkan oleh penyakit sistemik, seperti neoplasia, cyste
tulang, ricketsia, osteoporosis, hyperparatyroidism, osteomalacia.

3.3 Fraktur Humerus

Humerus adalah tulang panjang pada bagian kaki depan pada hewan yang
terletak antara siku dan bahu. Ujung bawah tulang humerus dapat berfungsi
mendukung berbagai gerakan, seperti fleksi, pronasi, dan supinasi. Pada kondilus
humerus berartikulasi dengan tulang radius dan ulna untuk membentuk sendi siku.
Sedangkan, Radius merupakan tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna.
Beberapa anjing dewasa dapat terkena fraktur karena memiliki tulang humerus yang
lemah akibat ossifikasi incomplete. Kejadian lemahnya tulang humerus terjadi
dikarenakan genetik. Beberapa spesies anjing yang mudah terkena ossifikasi
incomplite pada tulang humerus yaitu pugs, Cocker spaniels, Brittney Spaniels, dan
Rottweilers.

4
Gambar 1. Os Humerus dan Os Radius Ulna

Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan / trauma langsung maupun tak langsung karena diskontinuitas atau
hilangnya struktur dari tulang humerus. Trauma yang terjadi pada tulang humerus
dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan
fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon,
ligamen, dan pembuluh darah.

Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka


karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan
menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan kemungkinan
terjadinya infeksi.

Gambar 2. X-Ray fraktur Os humerus pada seekor anjing

5
3.4 Penyebab Fraktur humerus

A. Fraktur akibat peristiwa trauma

Fraktur ini diakibatkan oleh suatu kekuatan yang berlebihan dan mendadak, hal
ini dapat berupa pengahncuran, penarikan, pemuntiran, penekukan, atau
pemukulan. Trauma dibagi menjadi :

1. Trauma langsung : Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan
lunak rusak.

2. Trauma tak langsung : Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur
mungkin tidak ada.

B. Fraktur kelelahan atau tekanan

Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak yang
terjadi pada tulang.

C. Kelemahan abnormal pada tulang / fraktur patologik

Fraktur yang dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (osteoporosis tulang).

Gambar 3. kucing mengalami inkoordinasi gerak serta

kepincangan akibat fraktur os.humerus

3.5 Terapi Fraktur

6
Metode pengobatan dalam penanganan fraktur dapat dilakukan dengan:

1. Reposisi tanpa operasi

Pemasangan gips (gybsona)

Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang.


Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi
eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips
yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitas dan
dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang
melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips
dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai.

Gambar 4. penggunaan gips

Spalk (upih)

Spalk (bindai) adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau


bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan
atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi)

Tujuannya untuk mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung


tulang yang patah, mengurangi terjadinya cedera baru disekitar
bagian tulang yang patah, memberi istirahat pada anggota badan
yang patah, mengurangi rasa nyeri dan mempercepat
penyembuhan

7
Gambar 5. Contoh Spalk dari kain

Gambar 6. hewan yang menggunakan Spalk

Thomas Splint

adalah alat bantu ortopedi yang digunakan untuk pasien


yang mengalami gangguan pada ekstremitas cranial. Misalnya
seperti pada pasien yang mengalami fraktur os humerus.

Gambar 7. Thomas Splint

8
2. Reposisi dengan operasi

Kirschner wire

Kirschner Wire adalah kawat logam untuk transfiksi rangka


suatu tulang yang patah, kawat ini dimasukkan melalui bagian
lunak dan tulang serta ditahan kuat pada suatu klem.

Gambar 8. Kirschner wire

Bone plate

Bone plate adalah Komponen implant yang berbentuk


pipih/lapisan yang dibuat untuk menggantikan struktur dan fungsi
suatu bagian biologis yang berfungsi sebagai perangkat yang di
tempatkan sebagai pengganti tulang untuk menyangga fraktur
dalam tubuh memberikan fungsi sebagai alat untuk menyanggah
tulang yang patah pada tubuh. Dalam konteks ini, implan dapat
ditempatkan di dalam tubuh (internal) ataupun di luar tubuh
(eksternal).

9
Gambar 9. Bone plate

Bone pinning (intermedullary pin)

pin ini dapat digunakan sebagai fiksasi temporer pada proses


reduksi.

Gambar 10. bone pinning

Prosthesis insertid (Stainles Steel Screw)

Screw berarti suatu alat untuk fiksasi internal yang berbentuk


berbentuk silinder padat untuk memfiksasi daerah yang mengalami
perpatahan.

10
Gambar 11. Stainles Steel Screw

Bone Wire

Bone Wire digunakan untuk patah tulang kecil seperti tulang


tangan, kaki atau pecahan tulang yang tidak bisa digabung dengan
screw.

Gambar 12. Bone Wire

3. Solusi Akhir

Amputasi

Amputasi merupakan suatu tindakan bedah yang dilakukan


untuk memisahkan sebagian atau seluruh bagian
tubuh/ekstremitas. Amputasi berasal dari kata amputere yang
mempunyai arti kata pancung. Tindakan ini merupakan tindakan

11
yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir ketika terjadi
masalah pada suatu bagian tubuh yang sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain.

3.6 Prinsip Operasi

Konsep dasar terapi patah tulang perlu tindakan yang berurutan dan pasti.
Dalam penatalaksanaan operasi ortophedi fraktur dikenal konsep 4 R yakni
rekognisis, reposisi, retensi dan rehabilitasi.

1. Rekognisi atau pengenalan adalah melakukan berbagai diagnose yang benar


sehingga akan membant dalam penanganan fraktur karena perencanaan
terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reposisi adalah tindakan mengembalikan kondisi patah tersebut semirip
mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula.
3. Retensi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan fragmen tulang
tersebut agar proses penyembuhan berlangsung secara optimal.
4. Rehabilitasi merupakan tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
tersebut dapat kembali dengan normal

Operasi bedah yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang optimal bila
dilakukan berdasarkan cara kerja dan teknik terapi yang tepat dan selalu berpegang
teguh pada prinsip dasar pembedahan ortophedi.

Operasi juga diusahakan dengan penyembuhan yang relatif singkat dan timbulnya
trauma akibat pembedahan ditekan semaksimal mungkin. Beberapa prinsip yang
harus dipegang pada reparasi tulang antara lain sebagai berikut :

1. Suplai darah pada tulang dan fragmen tulang harus selalu diperhatikan
dan dilindungi dari trauma pembedahan.
2. Restorasi yang akurat dari bentuk tulang, khususnya pada daerah
persendian.
3. Reposisi secara mekanik harus stabil fiksasinya.
4. Teknik yang dipaka diusahakan menimbulkan trauma yang minimal.
5. Rehabilitasi mutlak harus ada dan esensial. Rehabilitasi dimulai sedini
mugnkin setelah diberikan terapi definitive. Tujuannya adalah untuk
menyelamatkan fungsi selama patah tulang dalam penyembuhan dan
mengembalikan fungsi senormal dan secepat mungkin sesudah
penyembuhan.

12
BAB IV

TEKNIK OPERASI

4.1 Pre-Operasi

Persiapan Hewan
Diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, inspeksi, pergerakan,
pengukuran, palpasi dan pemeriksaan foto rontgent. Anamnesis dilakukan untuk
mengetahui fraktur, penyebab, kapan terjadinya sehingga dapat membantu
diagnosis.
Inspeksi dilakukan dengan seksama pada anggota gerak, apakah ada kepincangan,
pembengkakan, kekakuan gerak, perubahan warna, kebiruan, pucat dan
sebagainya.
Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan bagian kaki yang
sehat dengan yang sakit, apakah terlihat simetris. Palpasi dilakukan dengan cara
yang hatihati untuk mengetahui untuk mengetahui adanya krepitasi, oedema,
rasa sakit, dan lain-lain.
Diagnosis paling tepat adalah dengan foto rontgent. Pemotretan fraktur
harus diambil dari 2 sisi yang saling tegak lurus sehingga diperoleh gambaran
kedudukan tulang yang mengalami fraktur secara jelas sehingga akan membantu
terapinya.
Dilanjutkan pemeriksaan kondisi tubuh hewan secara umum meliputi:
frekuensi pulsus, nafas, suhu tubuh, postur dan pemeriksaan darah rutin. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah anjing memenuhi syarat operasi atau tidak.
Anjing harus dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 2
jam sebelum operasi dilakukan, dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan
kosong sehingga anjing tidak muntah dalam kondisi teranestesi.
Bagian tubuh yang akan diincisi yaitu daerah craniolateral dari humerus
dibasahi dengan air sabun untuk memudahkan pencukuran. Rambut anjing

13
tersebut dicukur dengan menggunakan silet yang tajam, dibersihkan dengan air,
kemudian diolesi dengan yodium tincture.
Setelah itu, lakukan penimbangan berat badan anjing untuk menentukan
semua volume obat yang akan digunakan.

Persiapan operator dan pembantu operator


Dokter hewan selaku operator dan pembantu operator sebelum dan selama
pelaksanaan operasi harus melakukan serangkain proses operasi dalam kondisi
steril. Operator dan pembantu operator mempersiapkan diri dengan mencuci
tangan dari ujung tangan sampai batas siku sebelum operasi, menggunakan air
sabun di bawah air bersih yang mengalir, kemudian didesinfektan dengan
menggunakan larutan PK 4%. Operator dan asistennya juga harus mengenakan
masker, sarung tangan steril, dan pakaian khusus operasi.

Persiapan obat-obatan
Premedikasi yang digunakan yaitu Atropin sulfat 0,025% dengan dosis
0,04 mg/kg BB secara subcutan. Untuk anestesi digunakan campuran
Xylazine 2% dosis 2 mg/kg BB dengan Ketamin HCL 10% dosis 15 mg/kg
BB yang diberikan secara intramuskuler. Ampicillin 10% dengan dosis 10
mg/kg BB juga perlu dipersiapkan.
Pada hewan besar, terutama kuda, anestesi dilakukan dua tahap, tahap
pertama adalah pre anestesi mempergunakan Acepromazine 1%, dosis 5
mg/50 kg BB, kemudian dibiarkan beberapa saat hingga kuda tampak tenang
dan mengalami relaksasi. Tahap kedua adalah anestesi umum dengan
mempergunakan Hydras Chlorali 10 % dengan dosis 100 mg/kg BB.

14
Persiapan alat
Meja operasi harus dibersihkan dan disterilkan. Alat-alat operasi
dipersiapkan dalam keadaan steril dan diletakkan secara urut dan rapi pada
meja yang berdekatan dengan meja operasi.
Alat-alat yang disiapkan adalah stetoskop, termometer, alat pencukur,
tali (handling), instrument pembedahan standar, elevator periosteal, 2-3 forcep
bone holder, alat fiksasi (plates dan screw, wire atau pin), bor, currete (untuk
menghilangkan callus), jarum, benang jahit, tampn dan plester.

Gambar 13. Sekrup dan Plate

Gambar 14 . Pin intrameduler

15
Gambar 15. Kirschner wire

4.2 Operasi

Operasi Fraktur Proksimal Os Humerus Komplit

Gambar 16 .Contoh Fraktur Proksimal Os Humerus

Hewan diberi anastesi


Cukur rambut disekitar site operasi

16
Gambar 17. Pendekatan insisi mencapai daerah proksimal Os Humerus

Insisi bagian kulit hingga nampak musculus bagian superfisial.


Kuakkan musculus deltoideus pars acromialis dan musculus
brachiocephalicus.

Lakukan insisi dibagian periosteal agar tulang yang mengalami fraktur


nampak.

Lakukan fiksasi dengan memasang pin intramedular pada dimulai dari tuberositas mayor hingga bagian medial dari condylus

17
Gambar 18. Pemasangan Intramedular Pin (IM Pin)

Setalah itu, lakukan jahitan antar muskulus dengan muskulus dengan benang
cat gut chromic ukuran 2/0 dengan pola jahitan sederhana tunggal.
Lakukan penjahitan subkutan dengan jahitan sederhana menerus dengan
benang cat gut plain ukuran 3/0.

Lakukan penjahitan kulit dengan benang katn dengan pola sederhana


tunggal.

Berikan iodium tincture pada daerah jahitan.

Berikan antibiotik secara injeksi intramuskuler.

18
Operasi Fraktur Diaphyseal Os Humerus

Gambar 19. Contoh Fraktur Diaphyseal Os Femur

Hewan diberi anastesi


Cukur rambut disekitar site operasi

19
Gambar 20. Pendekatan insisi mencapai bagian medial Os Humerus

Insisi bagian kulit dan otot superfisial dan kuakkan musculus bceps brachii
dan musculus brachiocephalicus.

Gambar 21. Pemasangan sekrup dan plate

20
Pasang sekrup di bagian medial fraktur
Pasang plate dibagian proksimal dan os humerus dan sekrup plate tersebut.

Setalah itu, lakukan jahitan antar muskulus dengan muskulus dengan benang
cat gut chromic ukuran 2/0 dengan pola jahitan sederhana tunggal.

Lakukan penjahitan subkutan dengan jahitan sederhana menerus dengan


benang cat gut plain ukuran 3/0.

Lakukan penjahitan kulit dengan benang katn dengan pola sederhana


tunggal.

Berikan iodium tincture pada daerah jahitan.

Berikan antibiotik secara injeksi intramuskuler.

Fraktur di Bagian medial condylus Os Humerus

21
Gambar 22. Fraktur di bagian condyles

Hewan diberi anastesi


Cukur rambut disekitar site operasi

Gambar 23. Pendekatan insisi mencapai bagian medial condylus

22
Insisi kulit hingga menemukan bagian otot superfisial di daerah dekat medial
condylus.
Insisi beberapa otot superfisial dan kuakkan otot-otot didaerah tersebut
dengan memperhatikan nervus medial dan ulnar

Lakukan pemasangan sekrup tulang dibagian condylus

Gambar 24. Pemasangan skrup tulang

Setalah itu, lakukan jahitan antar muskulus dengan muskulus dengan benang
cat gut chromic ukuran 2/0 dengan pola jahitan sederhana tunggal.
Lakukan penjahitan subkutan dengan jahitan sederhana menerus dengan
benang cat gut plain ukuran 3/0.

Lakukan penjahitan kulit dengan benang katn dengan pola sederhana


tunggal.

Berikan iodium tincture pada daerah jahitan.

23
Berikan antibiotik secara injeksi intramuskuler.

4.3 Pasca Operasi

Setelah operasi dilakukan berikan antibiotik secara intramuskuler 2 kali sehari


selama 3 hari. Oleskan juga salep iodine dan bioplacenton setiap pagi dan sore.
Hewan harus dijaga agar jangan sampai menjilat insisi bekas operasi sehingga
pemasangan elizabeth collar sangatlahh dianjurkan. Pemberian antiinflamasi pada
hewan juga diperlukan.
Pastikan hewan tidak menggunakan daerah kaki yang telah dioperasi secara
berlebihan. Jahitan operasi dilepas setelah 14 hari pascaoperasi. Rontgen dilakukan
setelah 4 minggu dan delapan minggu setelah operasi untuk melihat
perkembangannya dan plate dapat dilepas setahun kemudian pada hewan dewasa.

24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan / trauma langsung maupun tak langsung karena diskontinuitas atau
hilangnya struktur dari tulang humerus. Trauma yang terjadi pada tulang humerus
dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. .
Dalam penatalaksanaan operasi ortophedi fraktur dikenal konsep 4 R yakni
rekognisis, reposisi, retensi dan rehabilitasi.

5.2 Saran
Sebelum melakukan operasi sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan
mengunakan foto rontgen untuk memastikan tulang yang akan dioperasi dan pasca
operasi hewan dijaga agar tidak menjilat bekas operasi dan bergerak terlalu aktif.

25
Daftar Pustaka

Andriani,M.2013. Amputasi Os Humerus Sinistra Pada Kucing .


http://justanordinaryvet. blogspot.co.id/2013/05/amputasi-os-humerus-sinistra-pada-
kucing.html .diakses pada tanggal 23 november 2017

Dimitrriou, Rozalia. 2011. Bone regeneration: current concepts and future. BMC
Medicine

Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar.

Ma'ruf,A.2016.Teknik Operasi Fraktur Humerus Dan Radius-Ulna pada Hewan


(Bedah Fraktur) bag. 2 https://mydokterhewan.blogspot.com/2016/04/teknik-operasi-
fraktur-humerus-dan.html. diakses pada tanggal 23 november 2017

S. Ayyaphan et all., 2011. Management Of Diaphyseal Humeral Fracture Using Plate


Rod Technique In A Dog. Madras Veterinary College, Chennai-7.

Scott Anderson et all., 2003. Surgical Case Report:Distal Humeral Fractures.


Southern California Veterinary Medical Associations Official Magazine. California

Sudisma, I G.N., I G.A.G.P. Pemayun., A.A.G.J. Warditha., I W. Gorda. 2006.

Vertenten, G. 2010. Enhancing bone healing and regeneration: present and future
perspectives in veterinary orthopaedics. Vet Comp Orthop Traumatol

26

Anda mungkin juga menyukai