Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMU PENYAKIT VIRAL

EGG DROP SYNDROM


Oleh:
Priscillia Auldrine

(0809005088)

I Gede Abijana Satya Dhika

(1209005116)

I Wayan Mas Adi Gustawa

(1309005036)

Zumara Mufida Hidayati

(1409005001)

Nola Alfieni Sartika

(1409005002)

Daniel Hot Asih Sianipar

(1409005003)

Mia Monica

(1409005004)

I Gede Hendra Prasetya W

(1409005005)

Dewa Made Dwi Parwata

(1409005006)

Anak Agung Wisnu Kusuma P

(1409005007)

I Putu Werdikta Jayantika P

(1409005008)

Megawati Saputri

(1409005009)

I Made Agus Prabawa

(1409005010)

LABORATORIUM VIROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Ilmu Penyakit Viral yang
berjudul Egg Drop Syndrome ini tepat pada waktunya.
Adapun penulisan paper ini bertujuan untuk dapat mengetahui seluk beluk tentang
Egg Drop Syndrome.
Dalam penulisan paper ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya paper ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih kepada semua piha yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Dalam penyusunan paper ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman
penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak agar paper ini lebih baik dan bermanfaat serta
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Hormat Kami

Penulis

DAFTAR ISI
Cover......................................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
Epidemiologi..........................................................................................................................1
Etiologi...................................................................................................................................2
Gejala Klinis..........................................................................................................................3
Diagnosa................................................................................................................................4
Pengendalian..........................................................................................................................5
Daftar Pustaka........................................................................................................................7

I.

EPIDEMIOLOGI
Egg drop syndrome, merupakan penyakit virus pada ayam dan burung puyuh, ditandai
dengan penurunan produksi telur disertai dengan penurunan kualitas telur. Penyakit ini
berdampak bagi kepentingan ekonomi (Carter,2005). Egg Drop Syndrome adalah
penyebab utama dari hilangnya produksi telur pada ayam petelur di seluruh dunia.
Adenovirus ditemukan di seluruh dunia pada itik dan angsa. Egg drop syndrome terjadi di
Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin, namun belum terlihat di AS atau Kanada.
Penyakit pernapasan pada angsa hanya dilaporkan di negara Hungaria.
Penyakit menular secara horizontal maupun vertikal. Infeksi EDS menyebabkan daya
tetas telur menjadi turun sehingga jumlah DOC dari induk tertular EDS hanya sedikit.
Tetapi masih ada kemungkinan induk terserang EDS tetap tampak sehat dan menghasilkan
telur tercemar ringan virus EDS sehingga bisa menetas menjadi DOC. Egg Drop Syndrom
adalah penyakit yang menyerang lapisan telur ayam dalam tahap produksi yang
menyebabkan kegagalan produksi telur memuncak, menurun dalam produksi telur, dan
menyebabkan telur tanpa cangkang.
Salah satu peristiwa penyakit ini adalah telur burung yang tampak kelihatan sehat
yang tipis ketika dikupas oleh burung yang tampak sehat. Penyakit ini kosmopolitan dalam
distribusi dan virus diisolasi dari Perancis, Inggris, Belgia, Israel, Australia, Jepang,
Hungaria, Singapura, Taiwan, Afrika Selatan, India dan China.
Antibodi terhadap virus ditunjukkan dari ayam dari Denmark, Brasil, Meksiko,
Nigeria dan Selandia Baru. Hal ini perlu diwaspadai karena selama DOC tumbuh, virus
EDS tetap ada didalamm tubuhnya dan seolah-olah tertidur. Pada saat ayam mulai bertelur,
virus EDS yang tertidur dan jumlahnya sedikit menjadi terbangun. Berkembang biak dan
menyebar ke ayam lain dalam satu kandang. pada saat ayam akan mencapai puncak,
produksi virus EDS yang berkembang mampu memunculkan gejala klinis jika sebelumnya
tidak ada upaya pencegahan.
Selain tertular sejak DOC seperti tersebut diatas, penularan dapat terjadi secara
horizontal. Virus EDS'76 yang berhasil menular dalam tubuh ayam berkembangbiak dan
menyebar ke ayam lain selama masa grower dan ayam tetap sehat. Tetapi kelak pada saat
mulai bertelur sampai mencapai puncak produksi gejala klinis EDS siap muncul jika tidak
ada usaha pencegahan. Sumber penularan bisa terbawa bersama telur tetas, peralatan
penetasan dan "egg tray". Pengendalian penyakit.
Penularan Egg drop syndrome secara horizontal melalui oral. namun penyakit saluran
pernapasan pada unggas ini dihasilkan oleh intratrakeal virus. Adenovirus juga dapat

menyebar pada air. Beberapa wabah telah dikaitkan dengan kontak dengan unggas liar atau
air yang terkontaminasi oleh tinja dari burung liar.
Musim hujan dan kering tidak mempengaruhi secara langsung penyakit EDS76,
tetapi dapat memperberat kasus penyakit akibat faktor stres. komposisi/ kandungan
gizi dalam pakan dapat mempengaruhi produksi telur.
Kasus EDS76 dilaporkan oleh Rumawas 1982, di daerah Jakarta, Bogor,
Tangerang dan Bekasi secara klinis dan serologis. Juga ditemukan di beberapa
peternakan di Bali dan NTT (Kupang) yang menyerang ayam ras petelur dan bersifat
mewabah.
II. ETIOLOGI
EDS76 disebabkan oleh Adenovirus dari familia Adenoviridae. Virus EDS76 dapat
mengaglutinasi eritrosit ayam, itik dan kalkun. Virus EDS76 diduga berasal dari
adenovirus itik. Materi genetic virus tersusun dari Dna beruntai ganda (ds-DNA), bentuk
icosahedral dan berukuran 70-100 nm. Genom adenovirus terdiri dari atas 252 kapsomer
dengan dua serat yang mencuat dati tiap vertiksnya. Secara molekuler dengan
menggunakan sosodium dodecyl sulphatr polyacrylamidegel electrophoresis ditemukan
bahwa adenovirus tersusun atas 10 macam protein dengan berat molekul berkisar antara
6,5 KDa sampai 126 KDa (Rasool et.,al 2005).

Gambar 1. Gambaran electron mikroskop virus EDS.


(Sumber : http://www.kmle.co.kr/search.php?Search=egg+drop+syndrome+197
6+virus&Page=6)
Virus tahan terhadap ether, chloroform dan relatif tahan pada pH 3,0 10,0 serta suhu
4 - 50C. Virus menjadi inaktif pada suhu 60C selama 30 menit, tetapi pada suhu 56C
tahan selama 3 jam. Virus juga tahan hidup dalam larutan 0,5% formaldehida. Virus
2

berkembang biak pada inti sel dari organ terserang dan selanjutnya tampak sebagai
inclusion bodies. Virus EDS76 juga dapat dibiakkan pada jaringan fibroblast embrio itik,
jaringan hati dan ginjal anak ayam, serta fibroblast embrio ayam. Pertumbuhan virus
ditandai dengan adanya cytopathogenic effect(CPE).
III. GEJALA KLINIS
Egg drop syndrome telah dilaporkan pada ayam dan burung puyuh. Gejala utama
adalah penurunan dalam produksi telur dan telur yang di hasilkan abnormal.
Infeksi penyakit Egg Drop Syndrome 1976 cenderung dipengaruhi oleh faktor strain
dan umur. Gejala klinis umumnya tampak pada ayam yang berusia 26-32 minggu. Saat
ayam mulai produksi mencapai sekitar 70% dan selanjutnya produktivitas menurun drastis
dan akan berlangsung selama 6-7minggu . pada kasus ini, umumnya yang mengalami
produksi menurun, pada akhirnya kembali normal.
Penurunan produksi telur akibat penyakit ini memang bervariasi. Dalam satu
peternakan, ada kelompok yang hanya mengalami penurunan 5% , ada pula kelompok
ayam yang mengalami penurunan sampai 50%.
Pada periode tertentu terjadi perubahan pada kualitas telus, seperti kulit telur lunak,
telur tidak berwarna, kulit terlalu kasar dan tidak rata, berat telur menurun, dan ukurannya
tidak seragam.
Pada umumnya peternakan yang ayamnya terkena penyakit Egg Drop Syndrome
tidak menampakkan gejala klinis yang nyata, karena nafsu makan ayam yang masih baik,
tidak ada kelainan seperti kepucatan maupun kelemahan.
Mortalitas hanya terjadi pada kasus-kasus tertentu, berkisar 1-3% perbulan, dan
kematian itu disebabkan oleh adanya peradangan pada salphingitis dan peritonitis.
Gejala-gejala lain yang sering tampak menyertai penyakit ini adalah gejala pernafasan
yang ringan, kotoran ayam basah,dan berlangsung selama 1-2 minggu. Pada akhirnya
kotoran semakin basah dan berwarna kehijau-hijauan.
Pada kasus lain serangan penyakit Egg Drop Syndrome ini, ayam yang terinfeksi
kelihatan gemetar (nervous), dan cenderung melaju menjadi osteoporosis dan dekalsifikasi
tulang, kualitas kulit telur jelek ,kerabang telur berubah warna menjadi lebih pucat, lembek
atau kasar dan telur berubah bentuk atau kecil, mungkin disebabkan absorbs kalsium yang
memburuk.
Pada peternakan ayam bibit, efek negative pada daya tetas berlangsun dalam jangka
waktu cukup lama. Meskipun fertilitas normal, tapi sekitar 10-12% dari embrio mengalami
kegagalan menetas. Biasanya hal ini disertai dengan vitalitas yang menurun, dan mortalitas
yang tinggi sampai hari ke-14.

Gambar 2.Bentuk-bentuk telur abnormal akibat infeksi virus EDS76.


(Sumber : http://www.thepoultrysite.com/publications/6/disease-ofpoultry/191/eggdrop-syndrome-1976)
Sampai saat ini, angsa masih di anggap paling sering terkena. Namun, pada tahun
2001, penyakit pernapasan akut berat yang terkait dengan adenovirus dilaporkan pada
unggas yang terinfeksi di Negara Hungaria. Penyakit ini sangat berpengaruh pada unggas
pada usia antara 4 dan 20 hari. Gejala-gejala meliputi anoreksia, depresi, bersin, batuk,
dyspnea, dan rales.
IV. DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditetapkan berdasarkan gejala klinis, patologi anatomi ataupun
pemeriksaan secara laboratoris. Isolasi virus dapat dilakukan pada telur ayam
berembrio (TAB) atau kultur jaringan. Pada kultur jaringan pertumbuhan virus ditandai
dengan adanya cytopathogenic effect (CPE).
Secara patologi, tidak ada patologi anatomi yang spesifik, tetapi kadang terlihat
adanya inflamasi dan kebengkakan pada ovarium, tuba faloopii dan uterus. Pada unggas
terinfeksi ovarium menjadi tidak aktif dan terjadi atropi pada oviduct, uterus menjadi
odema dan terdapat eksudat berwarna putih. Perubahan histopatologi dapat dilihat pada
oviduct dan uterus, terjadi degenerasi dan desquamasi pada sel epitel, atropi pada
glandula uterina dan infiltrasi heterofil, limfosit dan plasmasit. Intranuclear inclusion
bodiesdapat ditemukan pada sel epitel dari uterus, istmus dan daerah vagina
Identifikasi virus dapat dilakukan dengan uji Haemaglutinasi Inhibition(HI),
Flourescent Antibody Technique (FAT), Agar Gel Precipitation (AGP) dan Virus
neutralization(VN).
Diagnosa Banding
Beberapa sindrom akibat kekurangan nutrisi atau buruknya managemen pemeliharaan
unggas merupakan diagnosis banding dari penyakit EDS-76. EDS dapat dikelirukan
dengan beberapa penyakit lain, seperti : ND, IB, dan Avian Influenza. Dari segi
penurunan produksi telur dengan disertai produksi telur yang lembek dapat dikelirukan

dengan Newcastle Diseases(ND). Dari segi ukuran telur yang kecil dan bentuk abnormal
atau pengapuran kerabang tidak rata dapat dikelirukan dengan Infectious Bronchitis(IB).
Diagnosa banding EDS 76 pada angsa termasuk pula beberapa penyakit yang
disebabkan oleh virus dan juga penyakit-penyakit lain oleh bakteri dan jamur.
Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Pada unggas hidup, spesimen dapat berupa swab trakea atau kloaka dan feses.
Spesimen untuk isolasi virus berupa potongan usus (duodenum, jejunum), sekal
tonsil, ginjal, trakea, faring, oviduk, uterus, tuba fallopii, hati dan darah dalam heparin
dikirim dalam keadaan segar atau dalam pendingin es. Spesimen untuk pengujian antibodi
yaitu serum ayam. Spesimen untuk pemeriksaan histopatologi berupa jaringan lengkap
yang difiksasi dengan buffer formalin 10%.
V. PENGENDALIAN
1. Pengobatan
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit EDS 76. usaha yang
dapat dilakukan adalah menjaga kondisi badan tetap baik dan meningkatkan nafsu
makan dengan memberikan Vita Stress. Infeksi sekunder dicegah dengan memberikan
Therapy atau Doxyvet. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.
Peningkatan kadar protein dan mineral dalam pakan mungkin akan mempercepat
2.

perbaikan kualitas telur setelah produksi membaik.


Pencegahan
- Vaksinasi EDS'76 pada umur 16-18 minggu (3-4 minggu sebelum bertelur)
-

dengan menggunakan vaksin killed (inaktif) .


Melakukan sanitasi kandang (kandang dibersihkan, dicuci ), membatasi tamu,
mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang.

Sanitasi sarana angkutan dan sapronak yang akan masuk kandang.


Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman
bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu
padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan sistem all in

all out.
Menghindari penggunaan air minum dari sumber yang tercemar oleh feses atau
leleran tubuh lain dari beberapa jenis unggas (itik dan angsa ). Jika terpaksa
menggunakan sumber air demikian perlu dilakukan sanitasi/desinfektan

contohnya dengan menggunakan klorinasi.


Virus dapat ditularkan secara vertical, maka dari itu disarankan hanya berternak
ayam yang berasal dari perusahaan pembibit yang bebas dari virus tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Yuniati, Gusti Ayu Kencana. 2016. Penyakit Virus Unggas. Universitas Udayana. Denpasar.
Syibli, Muhammad et all. 2014. Manual Penyakit Unggas. Direktorat
Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan - Kementerian Pertanian. Jakarta
Anonim. 2006. Egg Drop Syndrome. College of Veterinary Medicine Lowa
State University. Lowa
Agus, Bambang M.2016. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Halaman 30-31.
Anonim. 2014. Penyakit Egg Drop Syndrome dan Pencegahannya.
( http://www.ilmuternak.com/2014/10/penyakit-egg-drop-syndrome-dan.html)
6

Saputro,

Thomas.2014.

Penyakit

Egg

Drop

Syndrome

dan

Pencegahannya.

www.ilmuternak.com diakses 10 november 2016.


Tabbu, Charles rangga.2008. penyakit ayam dan penanggulangannya Volume 1. Kanisius
Media
https://jurnal.ugm.ac.id/jsv/article/view/8107
http://www.merckvetmanual.com/mvm/poultry/egg_drop_syndrome_76/overview_of_egg_dr
op_syndrome_76_in_poultry.html

Anda mungkin juga menyukai