Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PPDH THERAPEUTIKA VETERINER

Kasus Pada Hewan Besar

OLEH :

ANGGA DIAS WISMAWAN LEO 17830026

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2018
Kasus I

Pemilik : Bapak Kasnan

Alamat : Desa Ndlanggu/ Mojokerto

No/ Tlp : 081354268676

Jenis Hewan : Sapi PO/ Jantan/ BB 475kg.

Hasil pemeriksaan : Suhu 41oC

Anamnesa : Demam, gemetar, lemas , tidak lincah nafsu makan berkurang,

mata sayu, kadang keluar leleran dari hidung dan mata.

Diagnosa : BEF ( Bovine Ephemeral Fever )

Tindakan : Pemberian Obat Injeksi Sulfidon, Vetadryl, dan Vit B complex


Drh : Faizal Lazuardi

SIP. No : 39082937991

Alamat : Jl. Mojo No 5/ Mojokerto

No. Tlp : 085732076279

Mojokerto 8 Desember 2018

R/ Inj. Sulfidon 100ml Vial No. I

S. i.m.m

R/ Inj. Vetadryl 100ml Vial No. I

S. i.m.m

R/ Inj. B complex 100ml Fl No. I

R/ Inf. Calcidex 1000ml Fl No. I

S. i.m.m

Pro : Sapi PO

Pemilik : Bapak Kasnan

Alamat : Desa Ndlanggu/ Mojokerto

No. Tlp : 0816537628676


Pemilihan obat

Sulfidon

 Indikasi : Digunakan sebagai obat analgesik, antipiretik, dan antispasmodik pada

hewan ternak berupa injeksi pada hewan ternak.

 Mekanisme Kerja : obat ini mengikat reseptor prostaglandin sintease Cox-1 dan

Cox-2 dan menghambat aksi prostaglandin sintease dan tromboksan. Reseptor

ini memiliki peran sebagai mediator utama peradangan dan peran untuk

signaling prostanoid dalam aktivitas dependan plastisitas sehingga gejala nyeri

semntara dan demam berkurang.

Vetadryl

 Indikasi : Digunakan sebagai obat antihistamin untuk mengatasi alergi pada

hewan

 Mekanisme kerja: Mengandung Difenhidramin yang memblokir aksi histamine

yaitu suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin ini

menghalangi reseptor pelepasan histamine pada perifernociepstor sehingga

mengurangi sensitifitas dan akibatnya dapat mengurangi rasa gatal.


B Complex

 Indikasi : Diindasikan untuk perawatan kram otot, asupan makan yang tidak

memadai, gangguan metabolism, kekurangan vit b3, toksisitas salisilat, dan

neurotoksisitas.

 Mekanisme kerja : Suplemen untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin

dalam tubuh, kurang nafsu makan, serta meningkatkan sistem imun.

Calcidex

 Indikasi : Pencegahan dan pengobatan defisiensi kalsium, magnesium, asam

borat dan phosphor dengan kandungan yang tinggi berupa injeksi pada hewan

ternak, seperti:

- Milk fefer, gras tetany, eclampsia dan acidosis.

- Paralysa otot (sebelum dan sesudah melahirkan)

 Mekanisme kerja : Suplemen untuk mengganti kekurangan kalsium mineral

dalam tubuh.

Penjelasan Penyakit Bovine Ephmeral Fever (BEF)

 Etiologi

Penyebab BEF merupakan virus Double Stranded Ribonucleic Acid (ds-RNA).

Virus BEF diklasifikasikan sebagai Rhabdovirus dari genus Ephemerovirus dan

famili Rhabdoviridae, dan masih satu kelompok dengan virus rabies dan

vesicular stomatitis. Memiliki amplop, berbentuk peluru dengan ukuran 80 x

120 x 140 nm yang mempunyai tonjolan pada amplopnya, sensitf terhadap


diethylether dan sodium deoxycholate (St.George 1988). Pada suhu 48°C, virus

BEF tetap aktif dalam darah. Virus ini juga dapat diinaktifkan pada suhu 56°C

selama 10 menit atau 37°C selama 18 jam (Della Porta dan Brown 1979).

 Cara Penularan.

Nyamuk dari golongan Culicoides sp., Aedes sp. dan Culex sp. dapat bertindak

sebagai vektor penyakit. Kejadian penyakit biasanya pada musim hujan, di

mana banyak ditemukan serangga. Penyakit dipindahkan dari sapi sakit ke sapi

sehat melalui gigitan serangga. Penularan secara langsung belum pernah

dilaporkan. Secara buatan penyakit dapat ditularkan dengan menyuntikkan

0,002 ml darah sapi sakit yang sedang menunjukkan gejala demam, secara

intravena.

Penyakit BEF bersifat sporadik. Masa inkubasi penyakit berkisar antara 2-10

hari dan kebanyakan penderita menunjukkan gejala dalam waktu 2- 4 hari.

Angka morbiditas biasanya tinggi, tetapi angka mortalitas rendah (2-5%).

Gejala klinis bervariasi dan bahkan tidak semua sapi atau kerbau yang

terinfeksi menunjukkan tanda klinik. Di daerah endemik BEF dapat

menginfeksi sapi-sapi muda setelah antibodi maternal habis atau hilang, yaitu

pada umur 3 - 6 bulan. Di daerah non endemik sapi semua umur sangat rentan

terhadap BEF.

 Gejala Klinis

Gejala awal yang muncul adalah demam tinggi secara mendadak (40,5 –

41°C), nafsu makan hilang, peningkatan pernafasan dan kesulitan bernafas


(dyspneu), diikuti dengan keluarnya Ieleran hidung dan mata (lakrimasi) yang

bersifat serous. Jalan kaku dan pincang karena rasa sakit yang sangat,

kemudian dapat terjadi kelumpuhan dan kesakitan pada kaki, otot gemetar

serta lemah. Kekakuan mulai dari satu kaki ke kaki yang lain, sehingga hewan

tidak dapat berdiri selama 3 hari atau lebih. Leher dan punggung mengalami

pembengkakan. Produksi susu menurun dengan tajam. Kadangkadang pada

tahap akhir kebuntingan diikuti adanya keguguran. Gambaran darah dalam fase

demam menunjukkan adanya kenaikan jumlah neutrofi l dan penurunan

limfosit. Biasanya dijumpai lekositosis pada awal penyakit, kemudian diikuti

dengan lekopenia.

 Diagnosa

Penyakit dapat didasarkan atas gejala klinis, isolasi dan identifikasi virus.

Secara serologi antibodi dapat dideteksi dengan CFT (complemnt fixation test),

serum neutralization test (SNT), Agar Gel Precipitation Test (AGPT) dan

enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) yang diambil pada saat kondisi

akut dan konvalesen. Secara molekuler virus BEF dapat didiagnosa dengan

Polymerase Chain Reaction (PCR), dot blot hybridization dan sequencing.

 Pengobatan

Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang efektif untuk penyakit BEF.

Pemberian kalsium, antibiotika berspektrum luas dianjurkan untuk mencegah

infeksi sekunder dan multi vitamin untuk mengatasi adanya stress.


Kasus II

Pemilik : Bapak Iskandar

Alamat : Desa Ndlanggu/ Mojokerto

No/ Tlp : 0813543721

Jenis Hewan : Sapi Simental/ Betina/ BB 375kg.

Hasil pemeriksaan : Terlihat keluarnya bagian vagina.

Anamnesa : Kondisi tubuh kurus, nafsu makan menurun, adanya leleran

disekitar vulva, .

Diagnosa : Prolaps vagina

Tindakan : Bagian vagina yang mengalami prolaps dibersihkan

menggunakan air dingin/ air es lalu direposisi masuk kedalam

menggunakan tangan. Kemudian dilakukan anastesi epidural

menggunakan Lidocaine 2% untuk menjahit vagina.

Selanjutnya untuk menghindari infeksi sapi diberi Injeksi

antibiotic Oxytetracylin dan B complex dan Colibact

Intravagina.
Drh : Faizal Lazuardi

SIP. No : 39082937991

Alamat : Jl. Mojo No 5/ Mojokerto

No. Tlp : 085732076279

Mojokerto 10 Desember 2018

R/ Inj. Lidocaine 2% 2ml Amp No I

S. i.m.m

R/ Inj. Oxytetracylin 100ml Vial No. I

S. i.m.m

R/ Inj. B complex 20ml Vial No. I

Pro : Sapi Simental

Pemilik : Bapak Iskandar

Alamat : Desa Ndlanggu/ Mojokerto

No. Tlp : 0813543721


Drh : Faizal Lazuardi

SIP. No : 39082937991

Alamat : Jl. Mojo No 5/ Mojokerto

No. Tlp : 085732076279

Mojokerto 10 Desember 2018

R/ Tab Colibact 250mg No I

S. s.d.d (intravagina)

Pro : Sapi Simental

Pemilik : Bapak Iskandar

Alamat : Desa Ndlanggu/ Mojokerto

No. Tlp : 0813543721


Pemilihan obat

Lidocaine

 Indikasi : Digunakan sebagai obat anastesi pada hewan ternak berupa injeksi

pada hewan ternak.

 Mekanisme Kerja : Lidocaine bekerja dengan menghambat aktivasi kanal

sodium sehingga menstabilkan membran neuron. Akibatnya, tidak terjadi

potensial aksi dan konduksi impuls saraf menjadi terganggu.

Oxytetracylin

 Indikasi : Efektif terhadap Mycoplasma, bakteri gram positif dan gram negatif

seperti E.coli, Haemophillus, Pasteurella, Salmonella, Staphylococcus,

Streptococcus, Campylobacter, Chlamydia , Spirochaeta, Rickettsia spp. dan

Protozoa pada sapi, kambing, domba, kuda, babi dan ayam. Septicemia

epizootica, Pneumonia, Anthrax, Mastitis, Metritis, Enteritis, Foot root,

Actinobacillosis, Actinomycosis, Anaplasmosis dan infeksi bakteri saluran

perkencingan

 Mekanisme kerja: Oxytetracycline bekerja dengan cara mengganggu

kemampuan bakteri untuk memproduksi protein penting. Tanpa protein ini,

bakteri tidak dapat tumbuh, berkembang biak dan bertambah jumlahnya. Oleh

karena itu Oxytetracycline menghentikan penyebaran infeksi dan bakteri yang

tersisa dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh atau akhirnya mati.


Colibact

 Indikasi : Digunakan sebagai obat antibiotik pada hewan ternak untuk infeksi

saluran kemih, saluran reproduksi.

 Mekanisme Kerja : Sulfadiazine yang merupakan antibiotik golongan

sulfonamid menghasilkan efek yang sinergistik bersama dengan perak yang

berada dalam kadar subinhibisi. Sulfadiazine bekerja sebagai inhibitor

kompetitif para-aminobenzoic acid (PABA) yang merupakan substrat enzim

dihidropteroat sintetase. Inhibisi ini kemudian akan menghambat pembentukan

asam folat bakteri

B Complex

 Indikasi : Diindasikan untuk perawatan kram oto, asupan makan yang tidak

memadai, gangguan metabolism, kekurangan vit b3, toksisitas salisilat, dan

neurotoksisitas.

 Mekanisme kerja : Suplemen untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin

dalam tubuh, kurang nafsu makan, serta meningkatkan sistem imun.

Penjelasan Penyakit Prolapsus vagina

 Etiologi

Prolaps vagina merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada ternak

setelah melahirkan (Maher, 2013). Faktor tekanan abdomen yang berkelanjutan

merupakan faktor predisposisi, disamping faktor hipocalcemia dan peningkatan

hormon estrogen (Ishii, 2010).


 Cara Penularan.

Prolapses vagina merupakan persoalan yang dapat berulang. Jika prolaps

vagina terjadi dan dapat diperbaiki, sapi ini sangat mungkin untuk prolaps lagi

tahun depan. Jenis prolaps juga bisa menjadi sifat yang diturunkan. Anak sapi

yang mengalami prolaps vagina akan memiliki kemungkinan menderita

prolaps vagina cukup besar.

 Pengobatan

Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang efektif untuk penyakit prolaps vagina.

Untuk itu sapi yang pernah mengalami prolaps vagina sebaiknya diafkir karena

memiliki kemungkinan berulang yang cukup besar.


DAFTAR PUSTAKA

Ishii M., T. Aoki, K. Yamakawa, T. Uyama, S. El-khodery, M. Matsui,Y.


Miyake. 2010. Uterine prolapse in cows: Effect of raising the rear end
on the clinical outcomes and reproductive performance. Obihiro
University of Agriculture and Veterinary Medicine, Obihiro, Hokkaido,
Japan. Journal Veterinary Medicina, 55, 2010 (3): 113–118
Maher, Feiner, B. 2013. Surgical management of pelvic organ prolapse in cow.
The Cochrame Collaboration.

Anda mungkin juga menyukai