Kelompok 7
NAMA NIM
Kucing disebut juga kucing domestik atau kucing rumah (nama ilmiah: Felis
silvestris catus atau Felis catus) adalah sejenis mamalia karnivora dari keluarga
Felidae. Kata "kucing" biasanya merujuk kepada "kucing" yang telah dijinakkan.
Pada saat ini kucing adalah hewan yang paling banyak dipelihara di masyarakat luas.
Pemeriksaan rutin pada kucing adalah salah satu cara yang dilakukan agar kita
tahu keadaan kucing. Pemeriksaan klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis
terhadap kondisi fisik suatu hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu
hewan hewan untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus
pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk
mendapatkan peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).
Tata cara pemeriksaan fisik hewan sendiri dapat dilakukan dengan catur indera
pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman
(pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau
mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan
menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta
pemeriksaan dengan alat dignostik lain (Widodo, 2011). Sedangkan pemeriksaan
umum yang wajib diperiksa setiap harinya meliputi makan, minum, berat badan, suhu
tubuh, urin, dan feses .Sebaiknya menghindari membuat keputusan diagnosa
berdasarkan data turunan dari laboratorium yang melewatkan pemeriksaan fisik
karena korelasi semua data relevan untuk determinasi diagnosa yang tepat.Ketika
memungkinkan, suhu dan berat badan hewan seharusnya dicatat sebelum dokter
hewan masuk ruang pemeriksaan. Hal ini dilakukan oleh kooperator yang
berkesempatan untuk komunikasi dengan pemilik hewan atau klien, mengumpulkan
informasi yang berhubungan, Selain itu pemeriksaan fisik yang tidak kalah
pentingnya adalah melakukan evaluasi feses dibawah mikroskop , untuk melihat ada
atau tidaknya parasit yang mebahayakan bagi hewan . Evaluasi feses dilakukan
dengan mebuat preparat ulas feses yang diamati dibawah mikroskop.
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini ialah agar mahasiswa dapat memantau
dan mengontrol keadaan kucing selama 19 hari. Mahasiswa mengetahui bagaimana
kondisi hewan yang baik dan sakit. Mahasiswa mengetahui cara merawat hewan yang
baik agar kesehatannya tetap baik.
METODE
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan hewan ialah
termometer, kapas, timbangan, stetoskop, stopwatch, senter, alkohol 70%.
Alat dan bahan yang digunakan untuk grooming kering kucing ialah kapas,
gunting, gunting pemotong kuku, cotton bud, sisir rambut kucing, dan aquadest atau
air mengalir.
Prosedur
Tabel pemeriksaan urin, kulit, rambut dan selaput lendir (mukosa) pada kucing
Chart Title
40
39
38
37
36
35
34
a. Grafik pemeriksaan suhu
Chart Title
25
24
23
22
21
20
19
18
Chart Title
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Dari percobaan yang dilakukan dengan menggunakan metode Ulas basah salin
dengan mencampurkan antara feses dan NaCl fisiologis 0,9 % , dapat diketahui
bahwa pada pemeriksaan dibawah mikroskop tidak ditemukan parasit seperti cacing,
larva, ataupun protozoa, tetapi hanya ditemukan sisa pakan pada feses kucing
tersebut. Maka didapat hasil negatif pada evaluasi feses kucing.
Ginjal dapat berfungsi untuk sisa metabolisme protein (ureum, kalium, fosfat,
sulfur anorganik dan asam urat), regulasi volume cairan tubuh dikarenakan aktivitas
anti-duaretik (ADH) yang akan mempengaruhi volume urin yang akan dikeluarkan
tubuh dan ginjal yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan asam dan basa (
Chandrasegaran, 2013). Urine normal berwarna antara kuning muda sampai kuning
tua warna itu disebabkan oleh karena adanya urobilin lurocrom. Berat jenis urine
mercerminkan jumlah zat padat yang terlarut dalam urin. BJ normal urin kucing
adalah 1.020-1.030. pH normal pada urine kira-kira asam yaitu 5.9-6.4 ( Sadjana dan
Kusmawati 2006 ). Warna urine yang normal kuning-kuningan dan ada juga urine
yang jernih itu disebabkan karena obat itu warnanya kuning ke orange. Urine normal
baunya memusingkan atau bau khas hewan itu sendiri.
Urin cemong selama pemeriksaan berwarna kuning jernih dan memiliki bau
khas. Namun pada tanggal 18-21 urinnya sangat pekat warnanya dan baunya
menyengat.
Jamur dapat mempengaruhi hewan, termasuk manusia, dalam beberapa cara.
Sebuah mikosis adalah penyakit jamur yang dihasilkan dari infeksi dan kerusakan
langsung. Jamur menyerang hewan secara langsung dengan menjajah dan
menghancurkan jaringan. Banyak infeksi jamur yang berada di permukaan; yaitu,
mereka terjadi pada kulit hewan.
Pada kucing cemong mengalami jamur pada kulitnya di daerah telinga, kepala,
leher dan tengkuknya. Rambut cemong halus dan tidak rontok, hanya saja pada sisi
sebalah kanan rambutnya mengalami kusut dan gimbal. Hal ini terjadi karena cemong
tidak mau disisir. Jamur pada kulit cemong tidak diberikan obat peroral karena
cemong memiliki penyakit ginjal, sebab cemong tidak bisa sembarangan meminum
obat. Untuk mengurangi gimbal pada rambut cemong dilakukan pencukuran.
Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja
kelopak mata bawah. Penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran
mukosa yang tampak anemia (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia.
Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti
enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu
kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan
dengan pulmo atau sistem respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya
pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi
(warna pink terang) adanya hemoragi petechial menyebabkan hemoragi purpura
(Fowler. 2008).
Warna mukosa yang terlihat pada mulut cemong berwarna pink pucat. Pada
telinga berwarna pink pucat. Pada hidungnya berwarna pink. Mukosa pada anus
terlihat pucat dan mukosa pada mata cemong juga terlihat pucat. Mata sebelah kanan
cemong mengalami katarak.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Fowler, Murray E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals 3rd
Ed. UK: Wiley-Blackwell Publishing
Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Heryy. 2000. Parasitologi Kedokteran. Fakultas
kedokteran UI, Jakarta.