Disusun oleh:
Rusfanisa
1106020346
Narasumber:
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
makalah ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Rusfanisa
1106020346
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................................3
Daftar Pustaka........................................................................................................22
3
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. MTA
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : Jakarta, 15 Juli 2009
Alamat : Jalan TSS Gg. Panca Krida I/ 4A RT 07 RW 04 Duri
Utara
Agama : Islam
Waktu masuk : 6 Maret 2016, pukul 02.00 WIB
Nama Ayah/Ibu : Tn. D/ Ny. S
Usia Ayah/Ibu : 40 tahun/38 tahun
Pendidikan Ayah/Ibu : S-1/ D-3
Pekerjaan Ayah/Ibu : Karyawan IT/ Ibu Rumah Tangga
Keluhan Utama
Kejang disertai demam 2 jam SMRS
4
sadar, pasien dahulu langsung dibawa ke rumah sakit, mendapat tatalaksana
dengan obat yang diberikan melalui anus, dan telah dilakukan pemeriksaan EEG
dengan hasil dikatakan normal. Riwayat kejang tanpa demam disangkal. Riwayat
sakit kepala berdenyut yang menetap, muntah menyemprot disangkal. Keluhan
pandangan ganda disangkal. Keluhan sulit menggerakkan tangan dan kaki serta
mata ataupun mulut tertarik ke satu sisi disangkal. Riwayat trauma kepala
disangkal. Benjolan di kepala ataupun penurunan berat badan disangkal.
Satu hari SMRS, pasien demam suhu tertinggi 40,1o C, belum diberikan obat
penurun panas. Nyeri otot dan sendi disangkal. Nyeri dan bengkak di sekitar
kedua mata disangkal. Keluhan pucat, lemas, dan cepat lelah disangkal. Bintik-
bintik merah di kulit disangkal. Perut terasa nyeri, mual, muntah, maupun BAB
hitam disangkal. Riwayat demam berdarah pada teman sekelas ataupun tetangga
di lingkungan rumah disangkal. BAB cair dengan frekuensi meningkat, merasa
sangat haus disangkal. Rasa nyeri saat BAK, frekuensi meningkat, perubahan
warna BAK menjadi merah atau kehitaman disangkal.
Dua hari SMRS, pasien mengeluh batuk disertai pilek. Pasien mengaku badannya
mulai meriang tetapi suhu tubuh belum diukur. Hidung pasien mengeluarkan
lendir berwarna bening dan terasa tersumbat. Batuk mengeluarkan dahak berupa
lendir berwarna bening. Batuk pilek berlangsung sepanjang hari. Pasien mengeluh
nyeri tenggorokan saat menelan. Keluhan batuk pilek sebelumnya yang lebih
sering pada pagi hari disangkal. Keluhan batuk malam hari, sesak napas, bunyi
ngik-ngik disangkal. Riwayat kontak dengan orang yang memiliki penyakit paru
seperti TB disangkal. Pasien mengaku mengalami penurunan nafsu makan dan
minum. Pasien tidak ingat berat badan sebelum sakit.
Pasien saat ini dalam perawatan rawat inap hari kedua di RS. Pasien sudah
mendapatkan infus cairan, parasetamol, obat kejang, dan obat batuk pilek. Pasien
direncanakan EEG.
5
Riwayat Keluarga
Riwayat kejang demam pada saudara kandung maupun orang tua disangkal.
Riwayat epilepsi pada keluarga disanngkal. Riwayat meningitis pada keluarga
disangkal.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien berusia 28 tahun ketika hamil. Kehamilan ini adalah kehamilan kedua.
Selama hamil, pasien rutin kontrol kandungan di dokter kebidanan. Riwayat sakit
selama awal kehamilan disangkal. Konsumsi obat-obatan dan jamu saat hamil
disangkal. Diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Kelahiran
Kelahiran tunggal, lahir spontan, lahir pada usia kehamilan 37 minggu.
Berat badan saat lahir 3000 g, panjang badan 50 cm.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar telah lengkap.
Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien saat ini duduk di kelas 1 SD Negeri. Pasien mendapat juara kedua di kelas.
Tidak terdapat kesulitan belajar maupun interaksi dengan orang lain.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 7 Maret 2016
Tanda Vital
Kesadaran : kompos mentis, tampak sakit ringan
HR : 90 kali per menit, regular, isi cukup, ekual kiri dan kanan
RR : 22 kali per menit, regular, kedalaman cukup, abdominotorakal
Suhu : 37°C
Antropometri
Tinggi badan : 118 cm BB/ U : persentil 75
Berat badan : 24 kg TB/ U : persentil 50
BMI : 18,4 kg/ m2 BB/ TB : persentil 85
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar lengan atas : 18 cm
Pemeriksaan Generalis
Kepala : normosefal, deformitas (-)
6
Rambut : hitam, sebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata : simetris, tidak ada discharge
Telinga: simetris, bentuk normal
Hidung : deformitas (-), napas cuping hidung (-), sekret (+)
Tonsil : T2/ T2, mukosa hiperemis
Tenggorok : uvula di tengah, arkus faring simetris, mukosa hiperemis
KGB : tidak teraba pembesaran KGB leher, aksila, inguinal
Jantung :
I: iktus kordis tidak terlihat
A: bunyi jantung S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)
P: iktus kordis teraba di linea midklavikula kiri sela iga 4
P: batas jantung normal
Paru :
I: simetris, retraksi dada (-)
A: vesikuler/ vesikuler, ronki basah kasar (+/+), mengi (-/-)
P: tidak terdapat nyeri tekan
P: sonor/ sonor
Abdomen :
I: tidak membuncit
A: bising usus +6 kali/ menit
P: datar, supel, hati dan limfa tidak teraba
P: shifting dullness (-)
Genitalia : laki-laki
Ekstremitas : tonus kuat, gerakan bebas, akral hangat, sianosis (-), pucat (-),
clubbing finger (-), CRT < 2 detik
Status Neurologis
GCS : E4M6V5
TRM : Kaku kuduk (-), Laseque >70˚/>70˚, Kernig
>135˚/>135˚,
Brudzinski I (-), Brudzinski II (-)
Pupil : Diameter 3mm/ 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
NI : Tidak diperiksa
N II : paresis (-)
N III, IV, VI : paresis (-)
7
NV : paresis (-)
N VII : paresis (-)
N VIII : paresis (-)
N IX, X : paresis (-)
N XI : paresis (-)
N XII : paresis (-)
Motorik : kekuatan motorik 5555|5555, RF +2|+2
5555|5555 +2|+2
RP Babinski -/-
Sensorik : Fungsi sensorik raba, nyeri, dan proprioseptif baik
Otonom : Baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 6 Maret 2016
Hemoglobin : 14,0 g/dL (N: 10,8 – 15,6)
Hematokrit : 42% (N: 33-45 %)
Leukosit : 11.160/ μL (N: 4.500-13.500)
Hitung Jenis
Basofil : 0,3 % (N: 0-1%)
Eosinofil : 2,2 % (N: 1-6%)
Neutrofil batang : 0 % (N: 2-6%)
Neutrofil segmen: 81,1 % (50-70%)
Limfosit : 19,4 % (20-40%)
Monosit : 6,6 % (2-9%)
Trombosit : 436.000/μL (150.000-450.000)
E. DIAGNOSIS
1. Kejang demam sederhana
2. Faringitis
F. TATALAKSANA
1. Pemasangan venflon
2. Parasetamol 4 x 250 mg oral prn demam
8
3. Diazepam 3 x 7,5 mg oral prn T > 38o C (selama 48 jam pertama demam)
4. Amoksisilin 3 x 250 mg oral selama 7 hari
5. Cairan oral 1600 ml/ 24 jam
6. Nutrisi oral 2160 kkal
7. Edukasi orang tua mengenai kejang demam
G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38o C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit, atau
metabolik.1-3
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun.1-3
Klasifikasi1-3
Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana terjadi selama kurang dari 15 menit, bersifat umum,
serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang ini terjadi 80% dari seluruh kejang
demam
Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleks terjadi selama lebih dari 15 menit, bersifat fokal
atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan berulang atau lebih
dari 1 kali dalam 24 jam.
Patofisiologi
Faktor penyebab kejang demam yakni imaturitas otak dan termoregulator, demam
yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat, dan predisposisi gentik lebih
dari 7 lokus kromosom (poligenik, autosom dominan).1
Kejang demam dapat terjadi spontan atau familial. Mutasi khusus pada chanel ion
(SCN1A) menyebabkan chanelopati yang ada pada keluarga sebagai predileksi
kejang demam atau non demam. Studi pada hewan menyatakan peningkatan
temperature dapat mempercepat laju, besar, dan persambungan aktivitas listrik
saraf sehingga timbul aktivitas epileptiformis yang menimbulkan kejang.4
10
Hipertermia juga menginduksi hiperventilasi dan alkalosis. Hal ini menyebabkan
eksitabilitas saraf terpicu yang merupakan predisposisi kejang. Peningkatan suhu
juga mencakup dikeluarkannya interleukin 1β dan mediator inflamasi lainnya di
dalam tubuh dan otak yang dapat mempercepat eksitabilitas saraf dan kejang
demam.4
Pemeriksaan Penunjang3
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan. Namun, pemeriksaan ini
dapat dilakukan untuk mencari sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan
yang dilakukan yakni darah perifer lengkap, elektrolit, dan gula darah.
Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada anak usia kurang dari 12 bulan
yang mengalami kejang demam sederhana, tampak baik, dan imunisasi
lengkap (HiB, pneumokokus).
Indikasi pungsi lumbal antara lain:
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP sesuai klinis
3. Bayi usia 6-12 bulan yang belum imunisasi HiB dan pneumokokus atau
imunisasi tidak jelas
4. Anak dengan kejang demam sebelumnya yang telah mendapat antibiotic
sehingga mengaburkan tanda dan gejala meningitis
EEG
Tidak perlu dilakukan pada anak kejang demam sederhana dengan
perkembangan normal. EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun dan kejang fokal.
Pencitraan
Neuroimaging seperti CT-scan dan MRI kepala tidak rutin dilakukan pada
anak kejang demam sederhana. Pemeriksaan ini hanya indikasi bila kelainan
neurologis fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus kranialis, dan
papiledema.
Prognosis3
Kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian pada kasus kejang lama atau kejang berulang, secara umum atau
fokal. Terjadi gangguan memori rekognisi pada anak kejang lama.
Kematian
Tidak pernah dilaporkan
11
Kejang demam berulang
Kejang demam berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko yakni
riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan,
temperature rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah demam. Jika
semua faktor ada maka kemungkinan adalah 80%. Sedangkan, bila tidak
ada faktor ini, kemungkinan berulang kejang demam hanya 10-15%.
Faktor risiko epilepsi
Faktor risiko yakni terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang
jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam komples, dan
riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masing-masing
faktor meningkatkan kemungkinan epilepsi sampai 4-6%. Kombinasi dari
faktor ini meningkatkan hingga 10-49%. Kemungkinan epilepsi tidak
dapat dicegah dengan obat rumatan kejang demam.
Obat yang praktis diberikan oleh orang tua di rumah yakni diazepam rectal 0,5-
0,75 mg/ kg. Diazepam rectal 5 mg untuk anak BB kurang dari 12 kg. Diazepam
rectal 10 mg untuk anak BB lebih dari 12 kg. Jika kejang belum berhenti,
diazepam rectal dapat diulang dalam interval 5 menit. Bila setelah 2 kali masih
kejang, segera bawa ke rumah sakit.
12
Kejang demam sebelumnya terjadi saat suhu tubuh naik dengan cepat
Obat untuk antikonvulsan intermiten yakni diazepam oral 0,3 mg/kg/ kali,
sebanyak 3 x sehari. Dosis maksimal 7,5 mg/kali. Diberikan dalam 48 jam
pertama demam. Obat dapat menimbulkan efek samping yakni ataksia, iritabel,
dan sedasi.
Edukasi3
Kejang menjadi peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Orang tua dapat
beranggapan bahwa anaknya akan meninggal saat kejang. Kecemasan dikurangi
dengan:
1. Meyakinkan orang tua kejang demam umumnya prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang, yakni:
Tetap tenang dan tidak panik
Longgarkan pakaian di sekitar leher
Bila anak tidak sadar, posisikan miring. Bila muntah, bersihkan
muntahan atau lender di mulut atau hidung
Meski ada kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu ke dalam mulut
Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk serta lama kejang
Diazepam rectal jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan
diberikan bila kejang sudah berhenti
Bawa ke dokter bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
3. Memberi informasi kemungkinan kejang kembali
4. Memberi obat untuk rekurensi memang efektif tetapi perlu diingat efek
samping
13
kejang demam terkait vaksin yakni 1,6 kali dibanding yang tidak terkait vaksin.
Angka kejadian kejang demam setelah vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per
100.000 anak yang divaksin, MMR 25- 34 kasus per 100.000 anak.
Dianjurkan pemberian parasetamol profilaksis dan diazepam intermiten.
BAB III
PEMBAHASAN
14
klinis yang berat dengan penyebab tersering yakni Streptococcus β-hemolitikus
grup A. Tatalaksana antibiotic diberikan atas indikasi tonsil yang membesar dan
leukositosis maka diberikan amoksisilin oral 3 x 250 mg selama 7 hari.
DAFTAR PUSTAKA
15