Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Disusun oleh:

Rusfanisa

1106020346

Narasumber:

Dr. dr. RA. Setyo Handriastuti, Sp. A(K)

MODUL PRAKTIK KLINIK KESEHATAN ANAK DAN REMAJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


MARET 2016

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
makalah ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.

Jakarta, 14 Maret 2016

Rusfanisa
1106020346

2
DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................3

BAB I Ilustrasi Kasus..............................................................................................3

BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................................10

BAB III Pembahasan.............................................................................................20

Daftar Pustaka........................................................................................................22

3
BAB I

ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS
Nama : An. MTA
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : Jakarta, 15 Juli 2009
Alamat : Jalan TSS Gg. Panca Krida I/ 4A RT 07 RW 04 Duri
Utara
Agama : Islam
Waktu masuk : 6 Maret 2016, pukul 02.00 WIB
Nama Ayah/Ibu : Tn. D/ Ny. S
Usia Ayah/Ibu : 40 tahun/38 tahun
Pendidikan Ayah/Ibu : S-1/ D-3
Pekerjaan Ayah/Ibu : Karyawan IT/ Ibu Rumah Tangga

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien, 7


Maret 2016)

Keluhan Utama
Kejang disertai demam 2 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami kejang yang disertai demam 2 jam SMRS dengan suhu
tertinggi yang diukur oleh ibu pasien dengan termometer yakni 40,1 o C. Kejang
berlangsung sekitar 3 menit, langsung kelojotan kedua tangan dan kaki, mata
mendelik ke atas, setelah kejang pasien dapat sadar, kejang terjadi hanya 1 kali
dalam 24 jam, dan belum mendapatkan tatalaksana ketika di rumah. Pasien
memiliki riwayat 1 kali kejang demam sebelumnya pada 3 tahun yang lalu dengan
karakteristik kejang terjadi saat demam dengan suhu tertinggi 40o C yang diukur
dengan termometer oleh ibu pasien, kejang kelojotan kedua tangan dan kaki
berlangsung hanya beberapa menit, mata mendelik ke atas, setelah kejang pasien

4
sadar, pasien dahulu langsung dibawa ke rumah sakit, mendapat tatalaksana
dengan obat yang diberikan melalui anus, dan telah dilakukan pemeriksaan EEG
dengan hasil dikatakan normal. Riwayat kejang tanpa demam disangkal. Riwayat
sakit kepala berdenyut yang menetap, muntah menyemprot disangkal. Keluhan
pandangan ganda disangkal. Keluhan sulit menggerakkan tangan dan kaki serta
mata ataupun mulut tertarik ke satu sisi disangkal. Riwayat trauma kepala
disangkal. Benjolan di kepala ataupun penurunan berat badan disangkal.

Satu hari SMRS, pasien demam suhu tertinggi 40,1o C, belum diberikan obat
penurun panas. Nyeri otot dan sendi disangkal. Nyeri dan bengkak di sekitar
kedua mata disangkal. Keluhan pucat, lemas, dan cepat lelah disangkal. Bintik-
bintik merah di kulit disangkal. Perut terasa nyeri, mual, muntah, maupun BAB
hitam disangkal. Riwayat demam berdarah pada teman sekelas ataupun tetangga
di lingkungan rumah disangkal. BAB cair dengan frekuensi meningkat, merasa
sangat haus disangkal. Rasa nyeri saat BAK, frekuensi meningkat, perubahan
warna BAK menjadi merah atau kehitaman disangkal.

Dua hari SMRS, pasien mengeluh batuk disertai pilek. Pasien mengaku badannya
mulai meriang tetapi suhu tubuh belum diukur. Hidung pasien mengeluarkan
lendir berwarna bening dan terasa tersumbat. Batuk mengeluarkan dahak berupa
lendir berwarna bening. Batuk pilek berlangsung sepanjang hari. Pasien mengeluh
nyeri tenggorokan saat menelan. Keluhan batuk pilek sebelumnya yang lebih
sering pada pagi hari disangkal. Keluhan batuk malam hari, sesak napas, bunyi
ngik-ngik disangkal. Riwayat kontak dengan orang yang memiliki penyakit paru
seperti TB disangkal. Pasien mengaku mengalami penurunan nafsu makan dan
minum. Pasien tidak ingat berat badan sebelum sakit.

Pasien saat ini dalam perawatan rawat inap hari kedua di RS. Pasien sudah
mendapatkan infus cairan, parasetamol, obat kejang, dan obat batuk pilek. Pasien
direncanakan EEG.

5
Riwayat Keluarga
Riwayat kejang demam pada saudara kandung maupun orang tua disangkal.
Riwayat epilepsi pada keluarga disanngkal. Riwayat meningitis pada keluarga
disangkal.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien berusia 28 tahun ketika hamil. Kehamilan ini adalah kehamilan kedua.
Selama hamil, pasien rutin kontrol kandungan di dokter kebidanan. Riwayat sakit
selama awal kehamilan disangkal. Konsumsi obat-obatan dan jamu saat hamil
disangkal. Diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Kelahiran
Kelahiran tunggal, lahir spontan, lahir pada usia kehamilan 37 minggu.
Berat badan saat lahir 3000 g, panjang badan 50 cm.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar telah lengkap.
Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien saat ini duduk di kelas 1 SD Negeri. Pasien mendapat juara kedua di kelas.
Tidak terdapat kesulitan belajar maupun interaksi dengan orang lain.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 7 Maret 2016
Tanda Vital
Kesadaran : kompos mentis, tampak sakit ringan
HR : 90 kali per menit, regular, isi cukup, ekual kiri dan kanan
RR : 22 kali per menit, regular, kedalaman cukup, abdominotorakal
Suhu : 37°C
Antropometri
Tinggi badan : 118 cm BB/ U : persentil 75
Berat badan : 24 kg TB/ U : persentil 50
BMI : 18,4 kg/ m2 BB/ TB : persentil 85
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar lengan atas : 18 cm
Pemeriksaan Generalis
Kepala : normosefal, deformitas (-)

6
Rambut : hitam, sebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata : simetris, tidak ada discharge
Telinga: simetris, bentuk normal
Hidung : deformitas (-), napas cuping hidung (-), sekret (+)
Tonsil : T2/ T2, mukosa hiperemis
Tenggorok : uvula di tengah, arkus faring simetris, mukosa hiperemis
KGB : tidak teraba pembesaran KGB leher, aksila, inguinal
Jantung :
I: iktus kordis tidak terlihat
A: bunyi jantung S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)
P: iktus kordis teraba di linea midklavikula kiri sela iga 4
P: batas jantung normal
Paru :
I: simetris, retraksi dada (-)
A: vesikuler/ vesikuler, ronki basah kasar (+/+), mengi (-/-)
P: tidak terdapat nyeri tekan
P: sonor/ sonor
Abdomen :
I: tidak membuncit
A: bising usus +6 kali/ menit
P: datar, supel, hati dan limfa tidak teraba
P: shifting dullness (-)
Genitalia : laki-laki
Ekstremitas : tonus kuat, gerakan bebas, akral hangat, sianosis (-), pucat (-),
clubbing finger (-), CRT < 2 detik

Status Neurologis
 GCS : E4M6V5
 TRM : Kaku kuduk (-), Laseque >70˚/>70˚, Kernig
>135˚/>135˚,
Brudzinski I (-), Brudzinski II (-)
 Pupil : Diameter 3mm/ 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
 NI : Tidak diperiksa
 N II : paresis (-)
 N III, IV, VI : paresis (-)

7
 NV : paresis (-)
 N VII : paresis (-)
 N VIII : paresis (-)
 N IX, X : paresis (-)
 N XI : paresis (-)
 N XII : paresis (-)
 Motorik : kekuatan motorik 5555|5555, RF +2|+2
5555|5555 +2|+2
RP Babinski -/-
 Sensorik : Fungsi sensorik raba, nyeri, dan proprioseptif baik
 Otonom : Baik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 6 Maret 2016
Hemoglobin : 14,0 g/dL (N: 10,8 – 15,6)
Hematokrit : 42% (N: 33-45 %)
Leukosit : 11.160/ μL (N: 4.500-13.500)
Hitung Jenis
Basofil : 0,3 % (N: 0-1%)
Eosinofil : 2,2 % (N: 1-6%)
Neutrofil batang : 0 % (N: 2-6%)
Neutrofil segmen: 81,1 % (50-70%)
Limfosit : 19,4 % (20-40%)
Monosit : 6,6 % (2-9%)
Trombosit : 436.000/μL (150.000-450.000)

Serologi Dengue Rapid


Anti Dengue IgM: negatif
Anti Dengue IgG: negatif

E. DIAGNOSIS
1. Kejang demam sederhana
2. Faringitis

F. TATALAKSANA
1. Pemasangan venflon
2. Parasetamol 4 x 250 mg oral prn demam

8
3. Diazepam 3 x 7,5 mg oral prn T > 38o C (selama 48 jam pertama demam)
4. Amoksisilin 3 x 250 mg oral selama 7 hari
5. Cairan oral 1600 ml/ 24 jam
6. Nutrisi oral 2160 kkal
7. Edukasi orang tua mengenai kejang demam

G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38o C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit, atau
metabolik.1-3

Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun.1-3

Klasifikasi1-3
 Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana terjadi selama kurang dari 15 menit, bersifat umum,
serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang ini terjadi 80% dari seluruh kejang
demam
 Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleks terjadi selama lebih dari 15 menit, bersifat fokal
atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan berulang atau lebih
dari 1 kali dalam 24 jam.

Patofisiologi
Faktor penyebab kejang demam yakni imaturitas otak dan termoregulator, demam
yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat, dan predisposisi gentik lebih
dari 7 lokus kromosom (poligenik, autosom dominan).1

Kejang demam dapat terjadi spontan atau familial. Mutasi khusus pada chanel ion
(SCN1A) menyebabkan chanelopati yang ada pada keluarga sebagai predileksi
kejang demam atau non demam. Studi pada hewan menyatakan peningkatan
temperature dapat mempercepat laju, besar, dan persambungan aktivitas listrik
saraf sehingga timbul aktivitas epileptiformis yang menimbulkan kejang.4

10
Hipertermia juga menginduksi hiperventilasi dan alkalosis. Hal ini menyebabkan
eksitabilitas saraf terpicu yang merupakan predisposisi kejang. Peningkatan suhu
juga mencakup dikeluarkannya interleukin 1β dan mediator inflamasi lainnya di
dalam tubuh dan otak yang dapat mempercepat eksitabilitas saraf dan kejang
demam.4

Pemeriksaan Penunjang3
 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan. Namun, pemeriksaan ini
dapat dilakukan untuk mencari sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan
yang dilakukan yakni darah perifer lengkap, elektrolit, dan gula darah.
 Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada anak usia kurang dari 12 bulan
yang mengalami kejang demam sederhana, tampak baik, dan imunisasi
lengkap (HiB, pneumokokus).
Indikasi pungsi lumbal antara lain:
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP sesuai klinis
3. Bayi usia 6-12 bulan yang belum imunisasi HiB dan pneumokokus atau
imunisasi tidak jelas
4. Anak dengan kejang demam sebelumnya yang telah mendapat antibiotic
sehingga mengaburkan tanda dan gejala meningitis
 EEG
Tidak perlu dilakukan pada anak kejang demam sederhana dengan
perkembangan normal. EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun dan kejang fokal.
 Pencitraan
Neuroimaging seperti CT-scan dan MRI kepala tidak rutin dilakukan pada
anak kejang demam sederhana. Pemeriksaan ini hanya indikasi bila kelainan
neurologis fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus kranialis, dan
papiledema.

Prognosis3
 Kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian pada kasus kejang lama atau kejang berulang, secara umum atau
fokal. Terjadi gangguan memori rekognisi pada anak kejang lama.
 Kematian
Tidak pernah dilaporkan

11
 Kejang demam berulang
Kejang demam berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko yakni
riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan,
temperature rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah demam. Jika
semua faktor ada maka kemungkinan adalah 80%. Sedangkan, bila tidak
ada faktor ini, kemungkinan berulang kejang demam hanya 10-15%.
 Faktor risiko epilepsi
Faktor risiko yakni terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang
jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam komples, dan
riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masing-masing
faktor meningkatkan kemungkinan epilepsi sampai 4-6%. Kombinasi dari
faktor ini meningkatkan hingga 10-49%. Kemungkinan epilepsi tidak
dapat dicegah dengan obat rumatan kejang demam.

Tatalaksana Saat Kejang3


Kejang umumnya berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan umumnya kejang
sudah berhenti pada waktu pasien datang. Jika masih dalam keadaan kejang, obat
paling cepat yakni diazepam intravena dosis 0,2-0,5 mg/kg perlahan dengan
kecepatan 2 mg/ menit dalam 3-5 menit. Dosis maksimal 10 mg.

Obat yang praktis diberikan oleh orang tua di rumah yakni diazepam rectal 0,5-
0,75 mg/ kg. Diazepam rectal 5 mg untuk anak BB kurang dari 12 kg. Diazepam
rectal 10 mg untuk anak BB lebih dari 12 kg. Jika kejang belum berhenti,
diazepam rectal dapat diulang dalam interval 5 menit. Bila setelah 2 kali masih
kejang, segera bawa ke rumah sakit.

Pemberian obat saat demam3


Pemberian antipiretik dapat diberikan. Dosis parasetamol 10-15 mg/ kg/ kali
diberikan maksimal 4 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali 3-4 kali sehari.

Pemberian antikonvulsan intermiten3


Antikonvulsan intermiten tidak diberikan pada kejang demam sederhana tanpa
faktor risiko. Faktor risiko yakni:
 Kelainan neurologis berat
 Berulang 3 kali dalam 6 bulan atau 4 kali setahun
 Usia kurang dari 6 bulan
 Kejang terjadi pada suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi

12
 Kejang demam sebelumnya terjadi saat suhu tubuh naik dengan cepat
Obat untuk antikonvulsan intermiten yakni diazepam oral 0,3 mg/kg/ kali,
sebanyak 3 x sehari. Dosis maksimal 7,5 mg/kali. Diberikan dalam 48 jam
pertama demam. Obat dapat menimbulkan efek samping yakni ataksia, iritabel,
dan sedasi.

Pemberian antikonvulsan rumat3


Antikonvulsan rumat diberikan pada kejang fokal, kejang lama lebih dari 15
menit, dan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang seperti
serebral palsi, hidrosefalus, dan hemiparesis.
Fenobarbital atau asam valproat dapat menurunkan risiko berulangnya kejang.
Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Obat pilihan yakni asam valproat
dosis 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis.. Namun, asam valproat menimblukan
gangguan fungsi hati pada usia kurang dari 2 tahun. Pengobatan diberikan 1
tahun, dihentikan bertahap 1-3 bulan.

Edukasi3
Kejang menjadi peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Orang tua dapat
beranggapan bahwa anaknya akan meninggal saat kejang. Kecemasan dikurangi
dengan:
1. Meyakinkan orang tua kejang demam umumnya prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang, yakni:
 Tetap tenang dan tidak panik
 Longgarkan pakaian di sekitar leher
 Bila anak tidak sadar, posisikan miring. Bila muntah, bersihkan
muntahan atau lender di mulut atau hidung
 Meski ada kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu ke dalam mulut
 Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk serta lama kejang
 Diazepam rectal jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan
diberikan bila kejang sudah berhenti
 Bawa ke dokter bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
3. Memberi informasi kemungkinan kejang kembali
4. Memberi obat untuk rekurensi memang efektif tetapi perlu diingat efek
samping

Vaksinasi dan kejang demam3


Tidak terdapat kontraindikasi pada anak dengan riwayat kejang demam. Kejang
setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Studi kohort menunjukkan risiko

13
kejang demam terkait vaksin yakni 1,6 kali dibanding yang tidak terkait vaksin.
Angka kejadian kejang demam setelah vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per
100.000 anak yang divaksin, MMR 25- 34 kasus per 100.000 anak.
Dianjurkan pemberian parasetamol profilaksis dan diazepam intermiten.

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 6 tahun 7 bulan datang dengan keluhan kejang


demam 2 jam SMRS. Suhu tubuh 40,1 o C. Kejang berlangsung selama 3 menit,
umum, sadar setelah kejang, hanya 1 kali dalam 24 jam, belum mendapat
tatalaksana di rumah. Pasien memiliki riwayat kejang demam 3 tahun lalu dengan
karakteristik sama dengan kejang demam saat ini. 3 tahun lalu pasien sudah EEG
dengan hasil normal. Pada pemeriksaan fisik dan neurologi normal sehingga
pasien ini didiagnosis kejang demam sederhana. Pasien mendapat tatalaksana
parasetamol 4 x 250 mg oral, diazepam intermiten oral 3x7,5 mg selama 48 jam
pertama demam dengan suhu lebih dari 38o C, cairan oral 1600 ml/ 24 jam, dan
nutrisi 2160 kkal/hari, dan edukasi orang tua.

Pasien juga mengeluh batuk disertai pilek, hidung mengeluarkan sekret


lender bening dan terasa tersumbat. Batuk mengeluarkan dahak dan sekret hidung
purulen, nyeri tenggorok saat menelan, demam hingga 40,1o C. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan pembesaran tonsil, dan mukosa hiperemis pada faring.
Pemeriksaan penunjang menunjukkan leukositosis. Pasien didiagnosis faringitis
sesuai anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Faringitis menjadi penyebab
demam pada pasien. Faringitis yang menimbulkan demam termasuk manifestasi

14
klinis yang berat dengan penyebab tersering yakni Streptococcus β-hemolitikus
grup A. Tatalaksana antibiotic diberikan atas indikasi tonsil yang membesar dan
leukositosis maka diberikan amoksisilin oral 3 x 250 mg selama 7 hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, et al. Kejang Demam. In: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.
2. Sastroasmoro S, H Bondan, Kampono N, Widodo D, Umbas R, Hermani B, et
al. Kejang Demam. In: Panduan Pelayanan Medis Departemen IKA RSCM.
Jakarta: RSCM; 2007.
3. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta: UKK Neurologi IDAI; 2015.
4. Bernstein D, Shelov S. Pediatrics for Medical Studets. Third Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams& Wilkins; 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai