Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRESENTASI KASUS

LUKA BAKAR

Disusun oleh:

Kelompok 8

Bryant Roosevelt Sabur 1306374610


Fachreza Aulia Trinanda 1306440335
Nayla Karima 1506667994
Nurul Falahiyyah B 1406527955
Redita Noviana Putri 1506668044
Reza Haryo Yudanto 1306402835
Syifa Laila Ramadhan 1506668170
Syifa Salsabila 1406599033

Supervisor:

dr. Samiadji, SpBP-RE

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU BEDAH DAN ATLS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

TANGERANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB 1 ILUSTRASI KASUS ..................................................................................................... 3
1.1 Identitas Pasien ............................................................................................................ 3
1.2 Anamnesis ................................................................................................................... 3
1.3 Keluhan Utama ............................................................................................................ 3
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang ......................................................................................... 3
1.5 Riwayat penyakit dahulu ............................................................................................. 4
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga ......................................................................................... 4
1.7 Riwayat Sosial Ekonomi ............................................................................................. 4
1.8 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................................... 4
1.9 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................... 6
1.10 Daftar Masalah ............................................................................................................ 7
1.11 Tatalaksana yang Didapat ........................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 8
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit........................................................................................ 8
2.2. Luka Bakar .................................................................................................................. 9
2.3. Patofisiologi Luka Bakar ............................................................................................. 9
2.4. Penilaian Luka Bakar ................................................................................................ 11
2.5. Luka Bakar Listrik .................................................................................................... 14
2.6. Proses Penyembuhan Luka........................................................................................ 15
2.7. Tata Laksana Luka Bakar .......................................................................................... 15
BAB 3 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 19
BAB 4 KESIMPULAN............................................................................................................ 20
REFERENSI ............................................................................................................................ 21

2
BAB 1
ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. ES
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 50 tahun
Tanggal Lahir : 11 Juni 1968
Alamat : Perumnas 3 Tangerang
Pekerjaan : Guru SD
Agama : Islam
Status : Menikah
No Rekam Medik : 00122369
Pembayaran : BPJS
Tanggal masuk : 24 Februari 2019
Tanggal periksa : 25 Februari 2019

1.2 Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di IGD pada Senin, 25 Februari 2019 pukul
15.30.

1.3 Keluhan Utama


Pasien datang dengan keluhan utama luka bakar terkena setrum pada telapak kaki kiri
sejak 1 hari SMRS.
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki, 51 tahun datang ke IGD dengan keluhan luka bakar akibat terkena
setrum pada telapak kaki kiri sejak 1 hari SMRS. Luka bakar terjadi karena menginjak
plat besi yang terhubung kabel yang terbuka saat pasien sedang membetulkan listrik.
Awalnya pasien sempat tidak menyadari adanya luka bakar karena tidak terasa sakit, dan
baru sadar setelah melihat kaki yang melepuh dan menggelembung. Pada malam hari
gelembung membesar. Keesokan harinya, gelembung pecah dan pasien baru dibawa ke
rumah sakit. Kesulitan napas/sesak, berdebar, pingsan dan akan pingsan, pandangan gelap
saat kejadian disangkal.

3
Saat ini pasien mengeluh nyeri di tempat luka bakar, terasa seperti ditusuk-tusuk, dengan
VAS 3. Pasien sempat merasakan demam yang diobati dengan paracetamol. Pasien
sedang menunggu tindakan debridement. Luka bakar dibalut kasa dengan NaCl dan
ditutup kasa kering.

Sejak tahun 2010, pasien mengeluh sering kesemutan di kaki kiri, sensasi berkurang, dan
tidak bisa menggerakan jari. Sejak saat itu pasien sering tidak menyadari apabila
sandalnya terlepas. Pasien diminta untuk meminum aspilet.
Pasien memiliki riwayat hipertensi yang terkontrol dengan amlodipine 10mg/hari dan
alergi ciprofloxacin.

1.5 Riwayat penyakit dahulu


Pasien memiliki riwayat amputasi kaki kanan ec osteomyelitis pada tahun 2010 dan ulkus
decubitus. Diabetes melitus disangkal.

1.6 Riwayat Penyakit Keluarga

1.7 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sehari-hari bekerja sebagai guru SD. Pasien bepergian menggunakan motor, dan
berjalan dengan bantuan kruk dan kaki palsu. Pembiyaan dengan BPJS.

1.8 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tekanan Darah : 118/77 mmHg
Nadi : 103x/menit, isi cukup, reguler, kuat
Suhu : 38,6o C
Saturasi O2 : 98%
Pernapasan : 28x/menit, dangkal, reguler, abdominotorakal
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 165 cm
Indeks Massa Tubuh : 22,04 Kg/Cm2

4
Status Generalis
Kulit : Tidak sianosis, tidak ikterik, turgor kulit baik
Kepala : Tidak ada kelainan bentuk, rambut hitam dan tersebar merata
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Toraks : Simetris, tidak ada retraksi iga maupun penggunaan otot bantu napas
Jantung : Bunyi jantung S1-S2 normal, tidak ada gallop, tidak ada murmur
Paru : Suara napas vesikular pada kedua lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : Tampak datar, supel, tidak berdistensi, bising usus normal
Ekstremitas : Akral hangat, ekstrimitas atas CRT <2 detik. Tidak ada edema. Kaki kiri
diamputasi sepanjang lutut. Pada telapak kaki kanan terdapat luka bakar,
CRP tidak dapat diukur.

Status Lokalis
Satus lokalis: Pedis sinistra
 Look: Tampak luka bakar derajat IIA-IIB pada telapak kaki kiri. TBSA 1,75%.
Luka berwarna putih kecoklatan, dengan sebagian kulit yang robek pada bagian
medial. Dorsal pedis tampak membengkak dengan kulit kehitaman.
 Feel: Plantar pedis teraba panas, bagian dorsal pedis bengkak, dapat merasakan
sensasi sentuhan
 Move: Ankle dapat bergerak aktif tanpa keterbatasan ROM, jari-jari tidak dapat
bergerak aktif namun dapat digerakkan pasif.

Foto diambil pada 24 Februari 2019

5
Foto diambil pada 25 Februari 2019

1.9 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
- Pemeriksaan darah (24 Februari 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi Rutin

Hemoglobin 15.5 13.2 - 17.3 g/dl

Leukosit 9.43 3.60 - 10.60 x 1000/uL

Hematokrit 47 40 - 52 %

Trombosit 201 140 - 440 x 1000/uL

Kimia Klinik

GDS 108 <180 mg/dL

Natrium (Na) 139 135 - 147 mEq/L

Kalium (K) 3.7 3.5 - 5.0 mEq/L

Cloride (Cl) 102 96 - 105 mEq/L

6
Pemeriksaan EKG

Hasil: Jantung dalam batas normal

1.10 Daftar Masalah


 Luka bakar derajat II
 Hipertensi

1.11 Tatalaksana yang Didapat


 Balut luka dengan kasa + NaCl 9%
 Parasetamol IV
 Pro debridement (Rabu, 27 Februari 2019)
 Farmakologi:
o Citrat 2x1 IV
o Ketorolac 3x3g IV
o Ranitidin 2x1 IV
o Amlodipin

1.12 Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanactionam : Dubia ad bonam

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit merupakan organ terbesar dan pelindung utama tubuh yang menutupi seluruh
permukaan eksternal tubuh, dengan tebal 0,5 - 6mm. Kulit dapat dibagi menjadi kulit
tebal, seperti telapak tangan, telapak kaki, dan area gluteus, dan kulit tipis yang meliputi
wajah, ekstrimitas, dan badan. Kulit terdiri dari epidermis yang merupakan bagian terluar,
dan dermis yang merupakan bagian yang lebih dalam. Epidermis berfungsi dalam
mengontrol penguapan. Secara umum lapisan epidermis bersifat avaskuler, tersusun dari
lapisan gepeng berlapis berkeratin dan mengandung melanosit, sel merkel, dan sel
Langerhans. Secara embriologi, epidermis berasal dari permukaan ectoderm, sedang
melanosit berasal dari krista neural. Lebih dalam lagi, lapisan epidermis dibagi menjadi 5
lapisan yang dari luar ke dalam berturut-turut yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal.1 Adapun lapisan dermis
berfungsi dalam memberikan fleksibilitas dan kekuatan. Lapisan ini berasal dari
mesoderm dan mengandung komponen makromolekul jaringan seperti serat elastin,
kolagen, fibriblas, pembuluh darah, dan ujung-ujung saaraf.1,2 Di bawah lapisan dermis
terdapat kelenjar keringan dan folikel rambut, serta lapisan lemak subdermal.1

Gambar 2.1 Anatomi Kulit.3


Kulit merupakan organ yang tervaskularisasi dengan baik, serta pembuluh limfatik. Kulit
memiliki beberapa reseptor yang berperan penitng dalam mempresepsikan perubahan

8
lingkungan, antara lain Meissner (sentuhan ringan), Pacini (tekanan), Merkel (sentuhan),
serta ujung-ujung serat bebas yang berespon terhadap nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.2

Kulit memiliki berbagai fungsi dengan fungsi utama sebagai organ pelindung fisik
terhadap lingkungan luar tubuh. Fungsi kulit lainnya yaitu:2
 Proses metabolik, yaitu inisiasi produksi vitamin D yang penting dalam
absorpsi kalsium
 Regulasi suhu, yaotu untuk menjaga suhu normal tubuh dan menjaga
keseimbangan homeostasis
 Produksi hormone dan factor pertumbuhan
 Transduksi saraf, yaitu untuk menghantarkan informasi sensorik dari
lingkungan luar ke sistem saraf
 Sekresi minyak, keringat, feromon, dan sitokin

2.2.Luka Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh atau hingga jaringan dibawah kulit akibat
trauma panas/dingin yang disebabkan oleh api, air panas, bahan kimia, listrik, radiasi,
atau trauma dingin (frost bite). Luka bakar masih menjadi salah satu masalah krisis
kesehatan global yang berdampak permanen pada penampilan dan fungsi seseorang.
Menurut WHO, luka bakar lebih banyak terjadi pada sosial ekonomi rendah yang
umumnya tidak memiliki infrastruktur untuk mengurangi insiden luka bakar. Luka bakar
lebih banyak terjadi pada wanita. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, rata-rata kasus
luka bakar memiliki masa perawatan 13,72 hari dengan angka mortalitas setinggi 34%.1

2.3.Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar dapat menyebabkkan reaksi lokal dan sistemik. Reaksi lokal, yaitu menurut
model Jackson, membagi daerah luka bakar menjadi 3 zona yaitu zona koagulasi, stasis,
dan hiperemis. Zona koagulasi merupakan zona paling tengah dari luka yang menjadi
paparan terbesar panas dan mengalami kerusakan paling berat. Panas melebihi 41°C
dapat mendenaturasi, mendegradasi, dan mengkoagulasi protein sehingga menyebabkan
nekrosis jaringan. Di sekitar zona koagulasi, terdapat zona statis atau zona iskemia, yang
ditandai dengan penurunan perfusi akbat kerusakan mikrosirkulasi. Zona ini dapat
memburuk menjadi nekrosis sebagai reaksi inflamasi (autofagi dan apoptosis) dalam 48

9
jam pertama apabila tidak diberikan intervensi. Di bagan paling luar terdapat zona
hiperemis, yaitu zona yang memproduksi mediator inflamasi yang menyebabkan
vasodilatasi, sehingga mendapatkan aliran darah dengan. Zona ini memiliki kemungkinan
untuk pulih, tanpa infeki maupun kerusakan lainnya.1,4

Adapun reaksi sistemik terjadi pada luka bakar berat dengan area permukaan tubuh total
yang terkena (total body surface area, TBSA) >20%. Reaksi sistemik dapat berujung
pada kejadian shock disebut burn shock, yang dicirikan dengan:4
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Peningkatan tekanan hidrostatik sepanjang mikrovaskular
 Perpindahan cairan dan protein dari pembuluh darah ke ruang interstisial
 Peningkatan resistensi vaskular
 Penurunan curah jantung
 Hipovolemia yang membutuhkan resusitasi cairan

Respon utama vaskular akibat inflamasi ialah pelepasan substansi vasoaktif (katekolamin,
histamine, serotonin, leukotriene, kinin, prostaglandin) dan vasodilatasi, yang
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler, menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh dalar kapiler, perpindahan zat-zat dari vakuular ke ruang
interstisial, K ke luar sel dan Na ke dalam sel, dan terjadilah edema. Edema terjadi
dengan cepat pada 8 jam pertama setelah kejadian luka bakar, dan terus membesar
setidaknya selama 18 jam setelahnya, sehingga dapat terjadi hypovolemia. Hipovolemia
dapat menyebabkan penurunan kesadaran, adapun nyeri dapat menyebabkan gelisah.
Pelepasan katekolamin dan keadaan hypovolemia menyebabkan peningkatan denyut nadi
dan resistensi perifer, sehingga dibutuhkan resusitasi cairan.1

Apabila terdapat trauma inhalasi, dapat terjadi insufiensi paru sehingga menyebabkan
gangguan ventilasi, dan inflamasi hingga ke alveolus yang menyebabkan gangguan
proses difusi oksigen, sehingga terjadi acute respiratory distress syndrome. Perubahan
sirkulasi dan perfusi dapat menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan produksi urin,
yang apabila tidak diresusitasi secara adekuat dapat berakibat pada kegagalan fungsi
ginjal. Selain itu, penurunan perfusi juga dapat menyebabkan penurunan aliran darah
mesentrika sehingga menyebabkan ileus paralitik dan gangguan sistem penceraan. Dapat

10
terjadi iskemia yang berlanjut dengan erosi mukosa saluran pencernaan hingga ulkus dan
perdarahan saluran cerna. Sistem imunitas dapat terganggu, dan merupakan faktor
penyebab mortalitas pada luka bakar.1

Kebutuhan volume resusitasi diperkirakan dari TBSA dan berat badan pasien. Pasien
dengan luka bakar besar memiliki periode hipermetabolisme yang lebih panjang,
inflamasi kronik, dan body wasting, sehingga menggangu proses penyembuhan.
Hipermetabolisme terjadi akibat sekresi hormon kortisol dan katekolamin, serta supresi
hormone anabolik (GH, insulin, steroid), yang ditandai secara klinis dengan takikardia
dan hiperteia. Inflamasi dan hipermetabolisme bergantung dari kedalaman luka, di mana
luka yang semakin dalam menunjukkan kadar sitokin dalam sirkulasi yang lebih tinggi.
Perubahan status imun menyebabkan peningkatan kemungkinan terkena infeksi, yang
dapat menyebabkan sepsis.4 Gangguan sistem imun pada luka bakar merupakan penyebab
tertinggi mortalitas.1

2.4.Penilaian Luka Bakar


Penilaian luka bakar dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
 Berdasarkan kedalamannya
Dibagi menjadi 3, yaitu grade I, grade II, dan grade III. Grade I meliputi
epidermis, terasa panas, nyeri, merah. Umumnya tidak ada melepuh. Contohnya
adalah terbakar panas matahari. Grade II meliputi epidermis hingga dermis, dan
dapat dibagi lagi menjadi dermis superfisial dan dermis dalam. Umumnya luka
bakar grade II bersifat sangat nyeri, merah, melepuh, dan lembab. Contohnya
ialah luka bakar karena permukaan panas, air panas, atau api. Grade III meliputi
epidermis, dermis, hingga jaringan lemak subkutan atau lebih dalam. Umumnya
tidak sakit, berwarna putih hingga coklat, terasa keras dan tidak pucat. Contohnya
adalah luka bakar karena gas panas, air panas, dan api.5

Tabel 2.1. Penilaian luka bakar berdasarkan kedalamannya.1


Kedalaman Warna Bula Capillary Sensasi Kemungkinan
refill saraf sembuh
Epidermal (grade Merah - + + ya
I)

11
Superficial dermal Pink pucat kecil + + ya
(grade IIA)
Mid dermal Pink gelap + lambat +/- mungkin

Deep dermal Merah -/+ - - tidak


(grade IIB) berbercak
Full thickness Putih tidak - - tidak
(grade III)
Dalam sumber yang lain, luka bakar dibagi menjadi 4 grade (gambar 2.1).

Gambar 2.2. Klasifikasi luka bakar. (A) grade 1, (B) grade 2, (C) grade 3, (D) grade 4.3

 Berdasarkan luas area (TBSA)


Luka dihitung berdasarkan luas area, tidak termasuk derajat I. Pengukuran luas
area dapat dilakukan menurut (1) metode Palmar surface, yaitu menggunakan
telapak tangan pasien dengan anggapan bahwa 1 luas telapak tangan mewakili
0,8% luas tubuh; (2) metode Wallace (Rule of nines), dan (3) The Lund and
Browder Chart.1,3

12
Gambar 2.3. Metode Wallace.1

Gambar 2.4. The Lund and Browder Chart.3

13
 Berdasarkan beratnya (American Burn Association)1
o Luka bakar ringan, yaitu:
- Luas <15% (dewasa)
- Luas <10% di anak dan lansia
- Luas <2% tidak mengenai wajah, kaki, tangan, perineum
o Luka bakar sedang, yaitu:
- Luas 15-25%, derajat III <10% (usia dewasa)
- Luas 10-20%, derajat III<10% (usia <10 tahun dan >40 tahun)
- Derajat III <10% yang tidak mengenai wajah, tangan, kaki, perineum
o Luka bakar berat, yaitu:
- Derajat II-III>20% (pasien <10 tahun atau >50 tahun)
- Derajat II-III>25% (usia lain)
- Lokasi di wajah, telinga, tangan, kaki, perineum
- Cedera inhalasi, luka bakar listrik tegangan tinggi
- Bersama trauma lain
- Pasien risiko tinggi

2.5.Luka Bakar Listrik


Luka bakar listrik merupakan luka bakar yang terjadi karena paparan aliran listrik ke
tubuh.
Tabel 2.2 Klasifikasi luka bakar listrik.1

Kategori Kulit Jaringan dalam Kelainan Jantung

Voltase rendah Lokal Jarang terjadi Mungkin cardiac


(<1000V) arrest

Voltase tinggi Full thickness Kerusakan otot  Kerusakan


(>1000V) rhabdomiolisis miokardium dan
Sindrom delayed aritmia
kompartemen

Petir Superfisial/dermal Perforasi Respiratory arrest


membrane timpani
Kerusakan kornea

14
Pada luka bakar listrik, perlu diperiksa adanya henti napas, lama jehadian, riwayat
kesadaran, amnesia, trauma penyerta, serta riwayat henti jantung atau aritmia.1

2.6.Proses Penyembuhan Luka


Secara fisiologis, proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase remodeling.1
 Fase inflamasi, dimana terjadi pembersihan jaringan mati dan pencegahan
kolonisasi. Fase ini terjadi selama 2-3 hari.
 Fase proliferasi, dimana terjadi pembentukan jaringan granulasi, migrasi
keratinosit untuk mengeratkan epitelisasi, angiogenesis, dan sintesis kolagen. Fase
ini terjadi selama 3 hari – 3 minggu.
 Fase remodeling, dimana tejradi produksi dan penyerapan kolagen sebagai
penguatan jaringan. Fase ini terjadi selama 21 hari – 1 tahun.

2.7.Tata Laksana Luka Bakar


Tata laksana luka bakar diprioritaskan untuk stabilisasi pasien, pencegahan infeksi, dan
mengoptimalisasi fungsi.4 Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan proses
pembakaran menggunakan prinsip stop, drop, dan roll & cover, yaitu stop dengan
menjauhkan pasien dari api/sumber luka bakar lainnya, drop dengan menjatuhkan tubuh
ke bawah agar api tidak menyebar, dan roll & cover untuk menghentikan api yang ada di
tubuh.1
 Primary Survey
Meliputi penilaian A (airway), B (breathing), C (circulation), D (disability), dan
E (exposure).

Tabel 2.3. Komponen primary survey.1

Penilaian Tujuan Tata Laksana

Airway Memastikan tidak ada  Chin lift/jaw thrust


sumbatan/gangguan jalan  Rigid colar
napas  Intubasi
Breathing Memastikan pernafasan  Pemberian O2
dan ventilasi berfungsi  Intubasi
dengan baik

15
Circulation Memastikan sirkulasi baik  Pasang 2 jalu rIV
dengan mengontrol  Resusitasi cairan
perdarahan kristaloid dengan RL

Disabilitas Memastikan status  Evaluasi dan tata


neurogenik laksana hipoksemia
dan hipovolemia
Exposure Menilai dan mengevakuasi  Pemasangan pipa
lingkungan pasien NGT & urin kateter
 Pemeriksaan
radiologi sesuai
kebutuhan

 Secondary survey
Meliputi penilaian A (allergy), M (medicine), P (past illness), L (last meal), dan E
(event). Perlu diperhatikan pul amekanisme trauma dan interaksi pasien dengan
lingkungan, seperti durasi paparan, jenis pakaian yang dipakai, suhu dan kondisi
air (apabila luka bakar akibat air panas), dan kecukupan tindakan pertolignan
pertama.1
 Pendekatan C care
Pendekatan C care meliputi:1,5
- Cooling, yaitu mendinginkan area luka bakar dengan mengirigasi area
menggunakan air mengalir untuk mengurangi progresi dan mengurangi
nyeri. Irigasi dilakukan selama 20 menit dengan air 15ºC, maksimal 1-3
jam setelah kejadian
- Cleaning, yaitu mencuci luka bakar dengan air atau sabun antibakteri.
Luka bakar dengan lepuh besar sebaiknya didebridement, namun lepuh
kecil dan lepuh pada telapak tangan dan kaki sebaiknya dibiarkan intak
- Covering, yaitu memerikan salep/krim antibiotik dan membalut luka
- Comfort, yaitu memberikan obat nyeri apabila dibutuhkan

 Balutan Luka (wound dressing)

16
Pembalutan luka bakar memiliki fungsi sebagai proteksi luka, mengurangi nyeri,
mempertahankan kelembaban dan menghangatkan luka. Luka bakar dapat dibalut
dengan menggunakan pembalut tradisional seperti kasa dan tulle, akan tetapi
penggunaan balutan tradisional ini memliki risiko adhesi, oklusi, nyeri saat
mengganti perban, dan risiko pertumbuhan bakteri. Luka dapat juga dibalut
dengan menggunakan pembalut yang lebih baru seperti transparent film dressing,
foam dressing, hydrogel, atau nano crystalline silver yang relative lebih mudah
dan nyaman digunakan. Balutan diganti jika balutan lepas, ada eksudat atau cairan
menembus balutan, demam tanpa sebab jelas, bengkak di jaringan perifer, atau
ada bau busuk. Untuk luka bakar grade I, IIA, dan IIB, terapi konservatif lebih
sering digunakan. Untuk luka bakar grade III keatas, metode operatif seperti eksisi
dan skin graft lebih dianjurkan.1

 Resusitasi Cairan
Pasien yang membutuhkan resusitasi adalah pasien dengan luas luka >20%
(dewasa) atau >10% (anak). Resusitasi menggunakan cairan kristaloid, dengan
kebutuhan dihitung berdasarkan rumus:1

3-4 mL/KgBB/%TBSA dalam 24 jam pertama

Resusitasi dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap 1 pada 8 jam pertama dan tahap 2
pada 16 jam berikutnya dengan jumlah cairan pada setiap tahapnya 50% dari
kebutuhan cairan. Formula 4ml/KgBB/%TBSA digunakan pada pasien dengan
trauma inhalasi, full thickness injury, trauma multipel, trauma listrik, dan pasien
yang terlambat diresusitasi. Urin output perlu diperhatikan, dengan target 0,5-
1mL/KgBB/jam (dewasa), atau 1-1,5 mL/KgBB/jam (anak).1

Apabila terdapat kecurigaan adanya gangguan inhalasi, perlu diperhatikan kadar


karboksihemoglobin dan pasien perlu diberikan oksigen hingga kemungkinan
keracunan karbon monoksida hilang.5

 Kriteria Rujuk
Pasien dengan luka bakar sebaiknya dirujuk jika ada kriteria:1

17
o >10% TBSA (anak >5%)
o Grade III >5% TBSA
o Di area khusus (wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, sendi utama,
dada)
o Trauma inhalasi
o Luka bakar listrik
o Luka bakar kimiawi
o Ada penyakit sebelumnya
o Ada trauma mayor lain
o Usia ekstrem
o Ibu hamil
o Bukan karena kecelakaan

18
BAB 3
PEMBAHASAN

Pasien Tn. ES laki-laki usia 50 tahun mengalami luka bakar listrik di kaki kiri. Pasien dinilai
secara primary survey dan dinilai aman. Dari anamnesis, diketahui bahwa setelah kejadian
luka bakar, pasien tidak merasa berdebar, tidak ada riwayat pingsan ataupun akan pingsan,
tidak ada pandangan gelap. Kesulitan napas disangkal. Dari hasil pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah tidak ditemukan angka abnormal. Dari hasil EKG, ditemukan
fungsi jantung normal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan pernapasan, saraf,
jantung maupun metabolik.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar pada kaki kiri, dengan bagian dorsal pedis
berwarna kehitaman dan plantar pedis berwarna putih hingga kecoklatan dan kulit yang
robek. Luka bakar pasien saat pemeriksaan sulit dinilai karena tertutup oleh pus kering dan
lapisan lain sehingga perlu dibersihkan atau debridement untuk dapat menilai grade luka
bakar pasien, namun dari rekam medis pemeriksaan awal pasien masuk IGD, luka bakar
dinilai luka bakar grade II. Hal ini sesuai dengan keadaan pasien saat pemeriksaan yang
merasa nyeri pada kakinya, meski saat awal luka tidak merasa nyeri. Sensasi saraf di kaki
pasien positif. Sebelumnya terdapat bula pada luka yang sudah pecah sebelum pasien masuk
IGD.

Oleh karena lokasi luka bakar pasien ada di kaki, yang merupakan salah satu lokasi khusus
luka bakar (wajah, tangan, kaki, perineum), luka bakar pasien digolongkan sebagai luka bakar
berat (berdasarkan Americn Burn Association). Berdasarkan Lund and Browder Chart, luas
luka bakar pasien adalah 1,75% (separuh kaki kiri).

Saat pemeriksan, pasien mendapat tatalaksana konservatif berupa balutan kasa basah yang
ditutup dengan kasa kering, serta antibiotik lokal untuk mencegah infeksi. Pasien sempat
mengalami demam hingga menggigil yang menandakan adanya respon sistemik, namun
diobati dengan parasetamol. Saat ini, pasien sedang direncanakan untuk operasi debridement.

19
BAB 4
KESIMPULAN

Pasien laki-laki usia 50 tahun mengalami luka bakar akibat listrik pada kaki kiri sejak 1 hari
SMRS. Pasien telah mendapatkan tata laksana konservatif yaitu pembalutan luka dan
antibiotik, dan akan direncanakan untuk debridement. Prognosis pasien untuk ad vitam
bonam, ad functionam dubia ad bonam, dan ad sananctionam dubia ad bonam.

20
REFERENSI

1. Wardhana A. Panduan praktis manajemen awal luka bakar. 1st ed. Jakarrta:
Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation; 2014.
2. Lopez-Ojeda W, Oakley AM. Anatomy, Skin (Integument) [Updated 2018 Oct
27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2018
Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441980/
3. Fitzpatrick TB, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
7th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2008.
4. Rowan MP, Cancio LC, Elster EA, Burmeister DM, Rose LF, Netasan S, et al.
Burn wound healing and treatment [Internet]. Crit Care. 2015; 19:243. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4464872/
5. Schaefer TJ, Szymanski KD. Burns, Evaluation And Management. [Updated 2018
Oct 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2018 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430741/

21

Anda mungkin juga menyukai