LUKA BAKAR
Disusun oleh:
Kelompok 8
Supervisor:
TANGERANG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB 1 ILUSTRASI KASUS ..................................................................................................... 3
1.1 Identitas Pasien ............................................................................................................ 3
1.2 Anamnesis ................................................................................................................... 3
1.3 Keluhan Utama ............................................................................................................ 3
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang ......................................................................................... 3
1.5 Riwayat penyakit dahulu ............................................................................................. 4
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga ......................................................................................... 4
1.7 Riwayat Sosial Ekonomi ............................................................................................. 4
1.8 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................................... 4
1.9 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................... 6
1.10 Daftar Masalah ............................................................................................................ 7
1.11 Tatalaksana yang Didapat ........................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 8
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit........................................................................................ 8
2.2. Luka Bakar .................................................................................................................. 9
2.3. Patofisiologi Luka Bakar ............................................................................................. 9
2.4. Penilaian Luka Bakar ................................................................................................ 11
2.5. Luka Bakar Listrik .................................................................................................... 14
2.6. Proses Penyembuhan Luka........................................................................................ 15
2.7. Tata Laksana Luka Bakar .......................................................................................... 15
BAB 3 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 19
BAB 4 KESIMPULAN............................................................................................................ 20
REFERENSI ............................................................................................................................ 21
2
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
1.2 Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di IGD pada Senin, 25 Februari 2019 pukul
15.30.
3
Saat ini pasien mengeluh nyeri di tempat luka bakar, terasa seperti ditusuk-tusuk, dengan
VAS 3. Pasien sempat merasakan demam yang diobati dengan paracetamol. Pasien
sedang menunggu tindakan debridement. Luka bakar dibalut kasa dengan NaCl dan
ditutup kasa kering.
Sejak tahun 2010, pasien mengeluh sering kesemutan di kaki kiri, sensasi berkurang, dan
tidak bisa menggerakan jari. Sejak saat itu pasien sering tidak menyadari apabila
sandalnya terlepas. Pasien diminta untuk meminum aspilet.
Pasien memiliki riwayat hipertensi yang terkontrol dengan amlodipine 10mg/hari dan
alergi ciprofloxacin.
4
Status Generalis
Kulit : Tidak sianosis, tidak ikterik, turgor kulit baik
Kepala : Tidak ada kelainan bentuk, rambut hitam dan tersebar merata
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Toraks : Simetris, tidak ada retraksi iga maupun penggunaan otot bantu napas
Jantung : Bunyi jantung S1-S2 normal, tidak ada gallop, tidak ada murmur
Paru : Suara napas vesikular pada kedua lapang paru, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
Abdomen : Tampak datar, supel, tidak berdistensi, bising usus normal
Ekstremitas : Akral hangat, ekstrimitas atas CRT <2 detik. Tidak ada edema. Kaki kiri
diamputasi sepanjang lutut. Pada telapak kaki kanan terdapat luka bakar,
CRP tidak dapat diukur.
Status Lokalis
Satus lokalis: Pedis sinistra
Look: Tampak luka bakar derajat IIA-IIB pada telapak kaki kiri. TBSA 1,75%.
Luka berwarna putih kecoklatan, dengan sebagian kulit yang robek pada bagian
medial. Dorsal pedis tampak membengkak dengan kulit kehitaman.
Feel: Plantar pedis teraba panas, bagian dorsal pedis bengkak, dapat merasakan
sensasi sentuhan
Move: Ankle dapat bergerak aktif tanpa keterbatasan ROM, jari-jari tidak dapat
bergerak aktif namun dapat digerakkan pasif.
5
Foto diambil pada 25 Februari 2019
Hematologi Rutin
Hematokrit 47 40 - 52 %
Kimia Klinik
6
Pemeriksaan EKG
1.12 Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanactionam : Dubia ad bonam
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
lingkungan, antara lain Meissner (sentuhan ringan), Pacini (tekanan), Merkel (sentuhan),
serta ujung-ujung serat bebas yang berespon terhadap nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.2
Kulit memiliki berbagai fungsi dengan fungsi utama sebagai organ pelindung fisik
terhadap lingkungan luar tubuh. Fungsi kulit lainnya yaitu:2
Proses metabolik, yaitu inisiasi produksi vitamin D yang penting dalam
absorpsi kalsium
Regulasi suhu, yaotu untuk menjaga suhu normal tubuh dan menjaga
keseimbangan homeostasis
Produksi hormone dan factor pertumbuhan
Transduksi saraf, yaitu untuk menghantarkan informasi sensorik dari
lingkungan luar ke sistem saraf
Sekresi minyak, keringat, feromon, dan sitokin
2.2.Luka Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh atau hingga jaringan dibawah kulit akibat
trauma panas/dingin yang disebabkan oleh api, air panas, bahan kimia, listrik, radiasi,
atau trauma dingin (frost bite). Luka bakar masih menjadi salah satu masalah krisis
kesehatan global yang berdampak permanen pada penampilan dan fungsi seseorang.
Menurut WHO, luka bakar lebih banyak terjadi pada sosial ekonomi rendah yang
umumnya tidak memiliki infrastruktur untuk mengurangi insiden luka bakar. Luka bakar
lebih banyak terjadi pada wanita. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, rata-rata kasus
luka bakar memiliki masa perawatan 13,72 hari dengan angka mortalitas setinggi 34%.1
9
jam pertama apabila tidak diberikan intervensi. Di bagan paling luar terdapat zona
hiperemis, yaitu zona yang memproduksi mediator inflamasi yang menyebabkan
vasodilatasi, sehingga mendapatkan aliran darah dengan. Zona ini memiliki kemungkinan
untuk pulih, tanpa infeki maupun kerusakan lainnya.1,4
Adapun reaksi sistemik terjadi pada luka bakar berat dengan area permukaan tubuh total
yang terkena (total body surface area, TBSA) >20%. Reaksi sistemik dapat berujung
pada kejadian shock disebut burn shock, yang dicirikan dengan:4
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan tekanan hidrostatik sepanjang mikrovaskular
Perpindahan cairan dan protein dari pembuluh darah ke ruang interstisial
Peningkatan resistensi vaskular
Penurunan curah jantung
Hipovolemia yang membutuhkan resusitasi cairan
Respon utama vaskular akibat inflamasi ialah pelepasan substansi vasoaktif (katekolamin,
histamine, serotonin, leukotriene, kinin, prostaglandin) dan vasodilatasi, yang
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler, menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh dalar kapiler, perpindahan zat-zat dari vakuular ke ruang
interstisial, K ke luar sel dan Na ke dalam sel, dan terjadilah edema. Edema terjadi
dengan cepat pada 8 jam pertama setelah kejadian luka bakar, dan terus membesar
setidaknya selama 18 jam setelahnya, sehingga dapat terjadi hypovolemia. Hipovolemia
dapat menyebabkan penurunan kesadaran, adapun nyeri dapat menyebabkan gelisah.
Pelepasan katekolamin dan keadaan hypovolemia menyebabkan peningkatan denyut nadi
dan resistensi perifer, sehingga dibutuhkan resusitasi cairan.1
Apabila terdapat trauma inhalasi, dapat terjadi insufiensi paru sehingga menyebabkan
gangguan ventilasi, dan inflamasi hingga ke alveolus yang menyebabkan gangguan
proses difusi oksigen, sehingga terjadi acute respiratory distress syndrome. Perubahan
sirkulasi dan perfusi dapat menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan produksi urin,
yang apabila tidak diresusitasi secara adekuat dapat berakibat pada kegagalan fungsi
ginjal. Selain itu, penurunan perfusi juga dapat menyebabkan penurunan aliran darah
mesentrika sehingga menyebabkan ileus paralitik dan gangguan sistem penceraan. Dapat
10
terjadi iskemia yang berlanjut dengan erosi mukosa saluran pencernaan hingga ulkus dan
perdarahan saluran cerna. Sistem imunitas dapat terganggu, dan merupakan faktor
penyebab mortalitas pada luka bakar.1
Kebutuhan volume resusitasi diperkirakan dari TBSA dan berat badan pasien. Pasien
dengan luka bakar besar memiliki periode hipermetabolisme yang lebih panjang,
inflamasi kronik, dan body wasting, sehingga menggangu proses penyembuhan.
Hipermetabolisme terjadi akibat sekresi hormon kortisol dan katekolamin, serta supresi
hormone anabolik (GH, insulin, steroid), yang ditandai secara klinis dengan takikardia
dan hiperteia. Inflamasi dan hipermetabolisme bergantung dari kedalaman luka, di mana
luka yang semakin dalam menunjukkan kadar sitokin dalam sirkulasi yang lebih tinggi.
Perubahan status imun menyebabkan peningkatan kemungkinan terkena infeksi, yang
dapat menyebabkan sepsis.4 Gangguan sistem imun pada luka bakar merupakan penyebab
tertinggi mortalitas.1
11
Superficial dermal Pink pucat kecil + + ya
(grade IIA)
Mid dermal Pink gelap + lambat +/- mungkin
Gambar 2.2. Klasifikasi luka bakar. (A) grade 1, (B) grade 2, (C) grade 3, (D) grade 4.3
12
Gambar 2.3. Metode Wallace.1
13
Berdasarkan beratnya (American Burn Association)1
o Luka bakar ringan, yaitu:
- Luas <15% (dewasa)
- Luas <10% di anak dan lansia
- Luas <2% tidak mengenai wajah, kaki, tangan, perineum
o Luka bakar sedang, yaitu:
- Luas 15-25%, derajat III <10% (usia dewasa)
- Luas 10-20%, derajat III<10% (usia <10 tahun dan >40 tahun)
- Derajat III <10% yang tidak mengenai wajah, tangan, kaki, perineum
o Luka bakar berat, yaitu:
- Derajat II-III>20% (pasien <10 tahun atau >50 tahun)
- Derajat II-III>25% (usia lain)
- Lokasi di wajah, telinga, tangan, kaki, perineum
- Cedera inhalasi, luka bakar listrik tegangan tinggi
- Bersama trauma lain
- Pasien risiko tinggi
14
Pada luka bakar listrik, perlu diperiksa adanya henti napas, lama jehadian, riwayat
kesadaran, amnesia, trauma penyerta, serta riwayat henti jantung atau aritmia.1
15
Circulation Memastikan sirkulasi baik Pasang 2 jalu rIV
dengan mengontrol Resusitasi cairan
perdarahan kristaloid dengan RL
Secondary survey
Meliputi penilaian A (allergy), M (medicine), P (past illness), L (last meal), dan E
(event). Perlu diperhatikan pul amekanisme trauma dan interaksi pasien dengan
lingkungan, seperti durasi paparan, jenis pakaian yang dipakai, suhu dan kondisi
air (apabila luka bakar akibat air panas), dan kecukupan tindakan pertolignan
pertama.1
Pendekatan C care
Pendekatan C care meliputi:1,5
- Cooling, yaitu mendinginkan area luka bakar dengan mengirigasi area
menggunakan air mengalir untuk mengurangi progresi dan mengurangi
nyeri. Irigasi dilakukan selama 20 menit dengan air 15ºC, maksimal 1-3
jam setelah kejadian
- Cleaning, yaitu mencuci luka bakar dengan air atau sabun antibakteri.
Luka bakar dengan lepuh besar sebaiknya didebridement, namun lepuh
kecil dan lepuh pada telapak tangan dan kaki sebaiknya dibiarkan intak
- Covering, yaitu memerikan salep/krim antibiotik dan membalut luka
- Comfort, yaitu memberikan obat nyeri apabila dibutuhkan
16
Pembalutan luka bakar memiliki fungsi sebagai proteksi luka, mengurangi nyeri,
mempertahankan kelembaban dan menghangatkan luka. Luka bakar dapat dibalut
dengan menggunakan pembalut tradisional seperti kasa dan tulle, akan tetapi
penggunaan balutan tradisional ini memliki risiko adhesi, oklusi, nyeri saat
mengganti perban, dan risiko pertumbuhan bakteri. Luka dapat juga dibalut
dengan menggunakan pembalut yang lebih baru seperti transparent film dressing,
foam dressing, hydrogel, atau nano crystalline silver yang relative lebih mudah
dan nyaman digunakan. Balutan diganti jika balutan lepas, ada eksudat atau cairan
menembus balutan, demam tanpa sebab jelas, bengkak di jaringan perifer, atau
ada bau busuk. Untuk luka bakar grade I, IIA, dan IIB, terapi konservatif lebih
sering digunakan. Untuk luka bakar grade III keatas, metode operatif seperti eksisi
dan skin graft lebih dianjurkan.1
Resusitasi Cairan
Pasien yang membutuhkan resusitasi adalah pasien dengan luas luka >20%
(dewasa) atau >10% (anak). Resusitasi menggunakan cairan kristaloid, dengan
kebutuhan dihitung berdasarkan rumus:1
Resusitasi dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap 1 pada 8 jam pertama dan tahap 2
pada 16 jam berikutnya dengan jumlah cairan pada setiap tahapnya 50% dari
kebutuhan cairan. Formula 4ml/KgBB/%TBSA digunakan pada pasien dengan
trauma inhalasi, full thickness injury, trauma multipel, trauma listrik, dan pasien
yang terlambat diresusitasi. Urin output perlu diperhatikan, dengan target 0,5-
1mL/KgBB/jam (dewasa), atau 1-1,5 mL/KgBB/jam (anak).1
Kriteria Rujuk
Pasien dengan luka bakar sebaiknya dirujuk jika ada kriteria:1
17
o >10% TBSA (anak >5%)
o Grade III >5% TBSA
o Di area khusus (wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, sendi utama,
dada)
o Trauma inhalasi
o Luka bakar listrik
o Luka bakar kimiawi
o Ada penyakit sebelumnya
o Ada trauma mayor lain
o Usia ekstrem
o Ibu hamil
o Bukan karena kecelakaan
18
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien Tn. ES laki-laki usia 50 tahun mengalami luka bakar listrik di kaki kiri. Pasien dinilai
secara primary survey dan dinilai aman. Dari anamnesis, diketahui bahwa setelah kejadian
luka bakar, pasien tidak merasa berdebar, tidak ada riwayat pingsan ataupun akan pingsan,
tidak ada pandangan gelap. Kesulitan napas disangkal. Dari hasil pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah tidak ditemukan angka abnormal. Dari hasil EKG, ditemukan
fungsi jantung normal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan pernapasan, saraf,
jantung maupun metabolik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar pada kaki kiri, dengan bagian dorsal pedis
berwarna kehitaman dan plantar pedis berwarna putih hingga kecoklatan dan kulit yang
robek. Luka bakar pasien saat pemeriksaan sulit dinilai karena tertutup oleh pus kering dan
lapisan lain sehingga perlu dibersihkan atau debridement untuk dapat menilai grade luka
bakar pasien, namun dari rekam medis pemeriksaan awal pasien masuk IGD, luka bakar
dinilai luka bakar grade II. Hal ini sesuai dengan keadaan pasien saat pemeriksaan yang
merasa nyeri pada kakinya, meski saat awal luka tidak merasa nyeri. Sensasi saraf di kaki
pasien positif. Sebelumnya terdapat bula pada luka yang sudah pecah sebelum pasien masuk
IGD.
Oleh karena lokasi luka bakar pasien ada di kaki, yang merupakan salah satu lokasi khusus
luka bakar (wajah, tangan, kaki, perineum), luka bakar pasien digolongkan sebagai luka bakar
berat (berdasarkan Americn Burn Association). Berdasarkan Lund and Browder Chart, luas
luka bakar pasien adalah 1,75% (separuh kaki kiri).
Saat pemeriksan, pasien mendapat tatalaksana konservatif berupa balutan kasa basah yang
ditutup dengan kasa kering, serta antibiotik lokal untuk mencegah infeksi. Pasien sempat
mengalami demam hingga menggigil yang menandakan adanya respon sistemik, namun
diobati dengan parasetamol. Saat ini, pasien sedang direncanakan untuk operasi debridement.
19
BAB 4
KESIMPULAN
Pasien laki-laki usia 50 tahun mengalami luka bakar akibat listrik pada kaki kiri sejak 1 hari
SMRS. Pasien telah mendapatkan tata laksana konservatif yaitu pembalutan luka dan
antibiotik, dan akan direncanakan untuk debridement. Prognosis pasien untuk ad vitam
bonam, ad functionam dubia ad bonam, dan ad sananctionam dubia ad bonam.
20
REFERENSI
1. Wardhana A. Panduan praktis manajemen awal luka bakar. 1st ed. Jakarrta:
Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation; 2014.
2. Lopez-Ojeda W, Oakley AM. Anatomy, Skin (Integument) [Updated 2018 Oct
27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2018
Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441980/
3. Fitzpatrick TB, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
7th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2008.
4. Rowan MP, Cancio LC, Elster EA, Burmeister DM, Rose LF, Netasan S, et al.
Burn wound healing and treatment [Internet]. Crit Care. 2015; 19:243. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4464872/
5. Schaefer TJ, Szymanski KD. Burns, Evaluation And Management. [Updated 2018
Oct 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2018 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430741/
21