DI SUSUN OLEH:
2012730101
PEMBIMBING :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada penulis sehingga mampu menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kepaniteraan stase
ilmu bedah serta penyusun berharap pembaca bisa mengetahui serta memahami lebih
dalam tentang pembahasan penyusun yaitu tentang dasar-dasar ilmu kedokteran
(preklinik) yang berkaitan dengan obstruksi jaundice ec choledocholithiasis.
Terimakasih penulis ucapkan pada pembimbing dr. Asep Tajul Mutaqqin, Sp.B
yang telah membantu penyusun hingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan
laporan kasus serta membantu dalam kelancaran pembuatan laporan kasus.
Terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam mencari
informasi dan mengumpulkan data guna kelengkapan isi laporan kasus.
Penyusun
BAB I
STATUS MEDIS PASIEN
I. Laporan Kasus
A. Indentitas Pasien
Nama : Tn. Baban Junaedi
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Cikuya
Ruang Perawatan : Samolo I
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 29 September 2016
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri perut bagian kanan atas sejak 1 bulan SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 1
bulan SMRS, nyeri terasa menjalar hingga ke ulu hati dan perut
sebelah kiri, OS juga mengeluhkan adanya mual disertai muntah
makanan dan BAK seperti betadine, OS juga mengatakan seluruh
badannya tampak kuning sejak timbulnya nyeri perut tersebut
disertai lemas namun tidak disertai demam dan menyangkal badan
terasa gatal-gatal.
OS mengatakan 2 bulan SMRS, tiba-tiba pasien merasa sesak
apabila tidur terlentang atau tengkurap sehingga OS tidur dengan
posisi duduk agar tidak sesak. OS menyangkal adanya nyeri saat
BAK dan menyangkal pancaran kecing yang menurun serta
menyangkal jumlah urine menjadi lebih sedikit. OS mengaku
beberapa hari ini BAB menjadi keras, berbentuk bulat kecil-kecil
dan bewarna hitam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
OS belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, OS
menyangkal pernah mengalami sakit kuning sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan yang sama di keluarga OS.
5. Riwayat Pengobatan
OS belum pernah berobat untuk keluhan ini.
6. Riwayat Alergi
OS tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, debu atau
apapun.
7. Riwayat Psikososial
OS mengatakan mengkonsumsi semua makanan serta OS gemar
sekali mengkonsumsi gorengan dan jeroan, OS mengatakan tidak
pernah menggunakan jarum suntik, OS kadang meminum obat
warung bila terasa sakit kepala, OS tidak pernah melakukan
transfuse darah sebelumnya, OS juga tidak pernah mengkonsumsi
alkohol.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit, teratur, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 36,5 C Axilla
RR : 18x/menit
3. Status Generalisata
- Kepala : Normocephal
- Rambut : Hitam, tidak rontok
- Alis : Hitam, tidak rontok
- Mata : Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (+/+)
Reflekas Cahaya : (+/+)
Pupil : Isokhor
- Hidung : Normotia, sekret (-/-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-)
- Mulut : Stomatitis (-), tonsil T1 = T1, faring hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-)
- Thorax : Normochest
I : Simetris dalam keadaan stastis dan dinamis, ictus
cordis tidak
terlihat, kuning (+).
P : Vocal fremitus kanan = kiri, ictus cordis teraba di ICS
V linea
midclavicula sinistra.
P : Sonor pada kedua lapang paru, batas kanan jantung ICS
IV, linea
parasternal dextra, batas kiri jantung ICSIV, linea
midclavicula sinistra
A : Vesikuler pada keuda lapang paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-),
murmur (-), BJ 1 = BJ 2 reguler.
- Abdomen
I : Datar, distensi abdomen (-), kuning (+)
A : Bising usus (+)
P : Lembut, hepatomegali (+), splenomegali (-), nyeri
tekan (+)
P : Timpani pada 4 kuadran, CVA (-/-)
- Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), RCT < 2 detik,
kuning (+)
Bawah : Akral hangat, edema (-/-), RCT < 2 detik,
kuning (+)
D. Resume
Pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian kanan atas sejak 1 bulan
SMRS, nyeri terasa menjalar hingga ke ulu hati dan perut sebelah kiri,
OS juga mengeluhkan adanya mual disertai muntah makanan dan BAK
seperti betadine, OS juga mengatakan seluruh badannya tampak kuning
sejak timbulnya nyeri perut tersebut disertai lemas namun tidak disertai
demam dan menyangkal badan terasa gatal-gatal.
OS mengatakan 2 bulan SMRS, tiba-tiba pasien merasa sesak apabila
tidur terlentang atau tengkurap sehingga OS tidur dengan posisi duduk
agar tidak sesak. OS menyangkal adanya nyeri saat BAK dan
menyangkal pancaran kecing yang menurun serta menyangkal jumlah
urine menjadi lebih sedikit. OS mengaku beberapa hari ini BAB
menjadi keras, berbentuk bulat kecil-kecil dan bewarna hitam.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit, teratur, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 36,5 C Axilla
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Hematokrit 28.9 42 52 %
MCV 83.3 80 94 fL
MCH 29.7 27 31 Pg
MCHC 35.6 33 37 %
RDW-SD 48.6 37 54 fL
PDW 10.3 9 14 fL
MPV 10.2 8 12 fL
Limfosit % 18.7 26 36 %
Monosit % 7.9 48 %
Neutrofil % 69.4 40 70 %
Eosinofil % 3.4 13 %
Working Diagnosis
Penatalaksanaan
Laparoscopic cholecystectomy
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
A. ANATOMI
Gallbladder
sampai 300 mL. Gallbladder berlokasi di fossa inferior didepan liver. Sebuah garis
dari fossa ini ke vena cava inferior membagi hati menjadi kanan dan kiri lobus hati.
Kantong empedu dibagi menjadi empat bidang anatomi: fundus, korpus ( badan ),
infundibulum, dan leher. Fundus berbentuk bulat, ujung buntu yang biasanya
meluas 1 sampai 2 cm di atas margin hati. Ini berisi sebagian besar otot polos organ,
kontras dengan tubuh, yang merupakan tempat penyimpanan utama dan berisi
sebagian besar jaringan elastis. tubuh memanjang dari fundus dan mengecil ke
leher, area berbentuk corong yang menghubungkan dengan duktus kistik. Leher
dari fossa kandung empedu dan meluas ke bagian bebas dari ligamen
hepatoduodenal.1
Arteri kistik yang memasok kantong empedu biasanya cabang dari arteri
hepatika kanan ( > 90 % dari waktu ). The course of the cystic artery dapat
1
Charles Brudicardi, F. 2015. Schwartzs Principles of Surgery Tenth Edition. Mc Graw Hill Medical
bervariasi, tetapi hampir selalu ditemukan dalam segitiga hepatocystic, daerah
terikat oleh duktus sistikus, saluran hepatik umum, dan margin hati ( segitiga Calot
). Ketika arteri cystic mencapai leher kandung empedu, itu terbagi menjadi anterior
dan posterior. Venous return melalui vena kecil yang masuk langsung ke hati atau,
jarang, ke vena kistik besar yang membawa darah kembali ke vena portal. Limfatik
kandung empedu mengalir ke node pada leher kandung empedu. Saraf kantong
empedu timbul dari vagus dan dari cabang simpatik yang melewati pleksus celiac
(preganglionik T8-9). Impuls dari liver, kandung empedu, dan bile ducts melewari
aferen simpatetik melalui splanknik nerve dan menyebabkan nyeri kolik. Saraf
muncul dari aksis seliak dan terletak di sepanjang arteri hepatica. Sensasi nyeri
saluran hati kiri, duktus hepatik umum, saluran cystic, dan saluran empedu atau
mengandung sel-sel otot polos sedikit mengelilingi mukosa. Sebuah lapisan otot
yang berbeda tidak hadir dalam saluran empedu manusia. Pasokan arteri ke saluran
empedu berasal dari saluran cerna dan arteri hepatik yang tepat, dengan batang
utama yang berjalan di sepanjang medial dan dinding lateral saluran umum (
kadang-kadang disebut sebagai pukul 3 dan 9 jam ). arteri ini beranastomosis bebas
dekat sfingter Oddi, tetapi pasokan saraf ke saluran empedu dan sfingter Oddi
Sumber: Putz, R. dkk. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 22.
Jakarta : EGC
Duktus Sistikus
Duktus sistikus merupakan lanjutan dari vesika fellea, terletak pada porta
hepatis yang mempunyai panjang kira-kira 3-4 cm. Pada porta hepatis duktus
di sebelah kiri kollum vesika fellea. Lalu bersatu dengan duktus hepatikus
terdiri dari 3-12 lipatan, berbentuk spiral yang pada penampang longitudinal
Duktus Hepatikus
Duktus hepatikus berasal dari lobus dexter dan lobus sinister yang bersatu
membentuk duktus hepatikus komunis pada porta hepatis dekat pada processus
cm terletak disebelah ventral arteri hepatika propria dexter dan ramus dexter
Duktus Koledokus
duktus sistikus dengan duktus hepatikus kommunis pada porta hepatis, dimana
duodeni major.
B. FISIOLOGI
empedu. Orang dewasa yang normal rata-rata menghasilkan dalam 500 sampai
empedu. Asam klorida, protein dicerna sebagian, dan asam lemak dalam duodenum
meningkatkan produksi empedu dan aliran empedu. Empedu mengalir dari hati
melalui duktus hepatika, ke dalam duktus hepatik umum, melalui saluran empedu
umum, dan akhirnya ke duodenum. Dengan sfingter Oddi utuh, aliran empedu
Empedu terutama terdiri dari air, elektrolit, garam empedu, protein, lipid,
dan pigmen empedu. Natrium, kalium, kalsium, dan klorin memiliki konsentrasi
yang sama dalam empedu seperti dalam plasma atau cairan ekstraseluler. PH dari
empedu hati biasanya netral atau sedikit basa, tetapi bervariasi dengan
meningkatnya diet protein PH empedu dapat berubah menjadi lebih asam. Garam
empedu primer, kolat dan chenodeoxycholate, disintesis dalam hati dari kolesterol.
Mereka terkonjugasi dengan taurin dan glisin, dan bertindak dalam empedu sebagai
tidak dapat segera masuk ke duodenum; akan tetapi setelah melewati duktus
kandung empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorpsi air dan
kali lebih pekat daripada empedu hati. Secara berkala kandung empedu
ototnya dan relaksasi sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan
kandung empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak
terminal. Sisanya yang asam empedu takterjonjugasi oleh bakteri usus dibentuk
disekresikan ke dalam empedu. Akhirnya, sekitar 95% dari asam empedu diserap
kembali dan dikembalikan melalui sistem vena portal ke hati, yang disebut sebagai
sirklus enterohepatik. Lima persen diekskresikan dalam tinja, dalam jumlah yang
2
Boyer J: Bile secretionmodels, mechanisms, and malfunctions. A perspective on the development of
modern cellular and molecular concepts of bile secretion and cholestasis. J Gastroenterol 31:475, 1996.
[PMID: 8726846]
Dua penyakit saluran empedu yang paling menyolok, dipandang dari
yang ditemukan dalam empedu. Sintesis fosfolipid dan kolesterol oleh hati diatur
oleh asam empedu. Warna empedu adalah karena adanya pigmen bilirubin
dan konsentrasi empedu 100 kali lebih besar dari pada dalam plasma. Setelah di
usus, bakteri mengubahnya menjadi urobilinogen, sebagian kecil yang diserap dan
Definisi
Keadaan dimana terjadi obstruksi pada duktus biliaris yang disebabkan oleh
batu. Sebanyak 6 - 15% ditemukan pada keadaan akut kolesistolitiasis dan 1 2% pada
empedu melalui duktus sistikus dan kemudian masuk kedalam duktus koledokus. Batu-
batu juga mungkin terbentuk didalam saluran duktus koledokus sendiri. Kadangkala
ini disebabkan karena stasis yang terjadi dalam duktus koledokus, tetapi ini merupakan
suatu perkecualian yang jarang sekali terjadi. Batu dapat melewati ampula Vater
menuju ke dalam duodenum, atau dapat juga bertahan di dalam ampula sehingga
menimbulkan penyumbatan.
yang ada kaitannya dengan duktus koledokus. Pada 50 % yang lain koledokolitiasis
tampak pada penderita kolesistitis kronik. Kalau batu masuk kedalam ampula, atau
kalau tergelincir keatas masuk ke duktus sehingga tak ada penyumbatan, maka rasa
nyeri itu mereda. Kalau penyumbatan terus berlangsung, maka rasa sakit akibat
insidensi batu empedu 40% terjadi pada umur lebih dari 60 tahun, sedangkan batu
primer pada duktus koledoktus terjadi 8 - 15% pada pasien dengan umur kurang dari
Etiologi
Penyebab dari koledokolitiasis bisa berupa adanya batu dari kandung empedu yang
bermigrasi dan menyumbat duktus koledokus atau dapat juga berasal dari pembentukan
batu di duktus koledokus sendiri. Faktor predisposisi terjadinya batu empedu ialah
adanya perubahan komposisi empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.
Tanda dan gejala pada pasien koledokolitiasis kadang tidak spesifik bahkan tidak
ditemukan ialah nyeri kolik pada abdomen regio epigastrium dan hipokondrium
dekstra, air seni bewarna lebih pekat dan gelap, kulit dan sklera yang tampak kuning
serta adanya gejala kolangitis seperti menggigil, tanda-tanda sepsis, hipotensi hingga
penurunan kesadaran.
Faktor Risiko
empedu.
BMI tinggi kadar kolesterol dalam kandung empedu tinggi dan juga mengurasi
garam
Diagnosis
Pada anamnesis akan ditemukan keluhan nyeri perut, demam, menggigil hingga
rendah, nadi yang cepat > 90 x/menit, suhu tubuh tinggi > 390C dan sklera yang ikterik
peningkatan alkalin fosfat dalam darah dan juga peningkatan bilirubin total dan direk.
Laboratorium
Urine
Adanya bilirubinuria merupakan tanda yang dini dari hepatitis virus dan
pada duktus choledokus, dan bila ini terjadi lebih lama dari 7 hari maka menunjukkan
Tinja
Tinja yang akolis dapat terjadi obstruksi pada traktus biliaris. Adanya darah
tesembunyi dalam tinja mungkin terjadi pada karsinoma ampulla vaterii atau
karsinoma dari traktus digestivus atau juga pada penderita sirosis dengan hipertensi
portal.
Tes Biokimia
sangat tinggi pada bilirubin tidak berkonjungasi (indirect) terdapat pada ikterus
hemolitik, sedangkan kenaikan yang tinggi pada bilirubin konjungasi (direct) terdapat
pada ikterus obstruktiva. Serum alkali fosfatase lebih besar dari 30 KA atau lebih besar
dari 10 Bodansky Units menunjukkan obstruksi biliaris, bilamana tidak ada penyakit
pada tulang. Kenaikan tersebut juga dapat dijumpai pada penderfta sirosis dengan
sedikit ikterus.
Perubahan kadar albumin dan kenaikan globulin biasanya terdapat pada
albumin yang normal dengan kenaikan alfa 2 dan beta globulin pada ikterus kolestatik,
yang bertentangan dengan albumin yang menurun dan kenaikan gamma globulin yang
Hematologi
Jumlah leukosit yang rendah dengan limfositosis relatif terdapat pada ikterus
hepatoseluler. Lekositosis polimorf mungkin terdapat pada hepatitis virus yang sangat
berat. Lekositosis dapat dijumpai pada ikterus obstruktiva dengan kolangitis akut atau
Bila waktu protrombin memanjang, perlu diberi vitamin K, 10 mg tiap hari, dan
bila dalam 3 hari normal kembali maka menunjukkan adanya ikterus obstruktiva,
ini tidak spesifik. Peningkatan serum bilirubin total dan direk mengindikasikan adanya
serum bilirubin direk lebih dari 3 mg/dl. Serum amilase dan lipase meningkat pada
pada pasien dengan komplikasi cholangitis, pankreatitis, atau keduanya. Kultur darah
Sebagai pemeriksaan rutin perlu dibuat foto toraks, terutama untuk melihat
apakah terdapat peninggian dan gambaran yang ireguler dari diafragma kanan. Pada
penderita dengan hepatomegali yang diduga karena sirosis hati, perlu dibuat foto
kolesistografi. Ada beberapa cara kolesistografi, diantaranya indirect dan direct. Yang
yang dapat digunakan adalah transabdominal USG, endoscopic USG, CT-scan, MRI,
Tatalaksana
Pasien dengan simptomatik batu kandung empedu dan suspek batu pada duktus
cholangiogram untuk melihat batu pada duktus biliaris. Jika hasil pemeriksaan terdapat
(1) antibiotiksebagai profilaksis ataupun terapi bila terbukti terdapat infeksi, (2) agen
ulcer.
DAFTAR PUSTAKA
1. Papadakis, MD., Maxine. 2015. Current Medical Diagnosis and Treatment, fifty
2. G. Stead,MD., Latha. 2003. First Aid For The Surgery Clerkship, The Student To
5. Putz, R. dkk. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 22. Jakarta : EGC