Identitas pasien
Nama : an. S
Usia : 1,5 th
Jenis kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Tgl masuk Rs : 17 Desember 2018
Dokter pemeriksa : dr. Laras Asri Fatahani
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Kejang 2 jam SMRS
Polio diberikan pada usia 0 bulan untuk OPV-0, OPV-1 diberikan pada usia 2 bulan, OPV-2
diberikan pada usia 3 bulan dan OPV-3 diberikan pada usia 4 bulan.
DTP diberikan pada usia 2 bulan DTP-1, DTP-2 usia 3 bulan, DTP-3 usia 4 bulan
Hib diberikan pada usia 2 bulan Hib-1, Hib-2 usia 3 bulan, Hib-3 usia 4 bulan
Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), mukosa mulut lembab, faring hiperemis (-),
THORAX
Paru-Paru
-Inspeksi : Pernafasan abdomino-torakal, gerakan dinding paru saat bernafas simetris saat
statis dan dinamis, penggunaan otot bantu pernafasan (-).
-Palpasi : Taktil fremitus simetris antara paru kiri dan kanan
-Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru, batas paru-hepar setinggi ICS V linea
midclavicularis dextra
-Auskultasi : Vesikuler +/+ dikedua lapang paru, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis ada pada ICS V di sebelah medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : - Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral dingin (-),edema (-).
Ekstremitas bawah : akral dingin(-), edema pretibia -.
V. RESUME
Anak laki-laki 1 tahun 5 bulan, datang ke IGD RSUD Majenang pukul 15.40 WIB
dengan keluhan kejang ± 30 menit yang lalu SMRS, kejang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB,
kejang tersebut terjadi 1x seluruh tubuh, disertai dengan demam, batuk, pilek dan nafsu
makan menurun sejak 2 hari yang lalu. Suhu terakhir saat di rumah sekitar 39.0oC. Pada saat
kejang mata anak mendelik keatas dan badan kaku. Kejang merupakan yang pertama kali.
Pasien sudah diberikan parasetamol, terakhir diberikan pada pukul 12.30 WIB. Nadi
118x/menit, pernafasan 30x/menit, suhu 38,3 °C.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Kejang Demam Sederhana
VII. TATALAKSANA
Cairan
IVFD RL
BB : 13 kg 13 kg I : 100 ml/kgBB/24 jam = 1300 ml/24 jam
10 kg II : 50 ml/kgBB/24 jam = 50 ml/24 jam
Total = 1350 ml/24 jam
Suhu : 38.3oC kebutuhan cairan meningkat 12% setiap 1oC, jika suhu > 37oC
Kenaikan suhu 1.3oC ~ 1oC
1050 ml x 12% = 126 ml Total kebutuhan cairan pada pasien ini :
1050 ml + 126 ml = 1176 ml/24 jam ~ 1180 ml/24 jam
(1180 ml x 20) / (24 x 60) = 16 tpm (makro)
Medikamentosa
O2 via nasal canul 2 lpm
Inj. Parasetamol 3 x 130 mg (tiap 4 jam bila suhu >38oC)
Ambroxol syr (15 mg/5 ml) 2 x 1 cth
Diazepam syr (2 mg/5ml) 3 x ½ cth (jika suhu >37.5oC)
Diazepam supp 10 mg apabila terjadi kejang ulang (dapat diberikan 2x apabila terjadi
kejang berulang dengan interval pemberian 5 menit).
Inj. Amoxicillin 3 x 92 mg
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak dengan umur berkisar antara 6 bulan
sampai 5 tahun, insidensi tertinggi pada umur 1 sampai 2 tahun (usia rerata 22 bulan).
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi susunan saraf pusat, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah kejang tanpa demam,
kemudian kejang kembali disertai demam tidak termasuk dalam kejang demam. Seorang
anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi
ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam.
Di Sub Bagian Saraf Anak bagian IKA FKUI – RSCM Jakarta, kriteria
Livingston telah dimodifikasi dan dipakai sebagai pedoman untuk membuat
diagnosa kejang demam sederhana, yakni:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi
oleh demam.
2.4.2 Klasifikasi menurut Prichard dan Mc Greal
Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana
2. Kejang Demam Tidak Khas
2.5 Etiologi
Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, yaitu:
1. Demamnya sendiri.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak.
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan atau yang tidak diketahui
atau ensefalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor di atas.
Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan
kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Demam dapat muncul
pada permulaan penyakit infeksi (ekstrakranial), yang disebabkan oleh banyak macam
agent, antara lain:
Bakteri
Penyakit pada Tractus Respiratorius :
Pharingitis
Tonsilitis
Otitis Media
Laryngitis
Bronchitis
Pneumonia
Pada Gastro Intestinal Tract :
Dysenteri Baciller, Shigellosis
Sepsis
Pada tractus Urogenitalis :
Pyelitis
Cystitis
Pyelonephritis
Virus:
Terutama yang disertai exanthema :
Varicella
Morbili
Dengue
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit)
biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skeletal yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapneu, dan asidosis laktat.
Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan
meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak
Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar
sistem saraf pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis Media Akut.7
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
untuk sesaat anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.
Living Stone membagi kriteria kejang menjadi 2, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana / KDS
2. Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam
Gejala-gejala yang dapat timbul setelah kejang adalah, otot-otot menjadi lebih
lunak, dan dalam beberapa kejadian seseorang dapat menjadi bingung dan lupa akan
kejadian sebelumnya, mengantuk dan sakit kepala.
2.9 Diagnosis
Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari tidak lebih dari 5 kali
atau Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
Anti kejang
Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal
dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh >38,50C. Terdapat efek
samping berupa ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39%
kasus.
Pengobatan jangka panjang/rumatan (maintenance)
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam menunjukan
ciri-ciri sebagai berikut (salah satu):
Kejang lama > 15 menit
Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang : Hemiparesis,
retardasi mental, hidrosefalus.
Kejang fokal
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris,
karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan
khusus.
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang
berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain
poin-poin di atas adalah sebagai berikut:
Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
Pemberian oksigen melalui face mask
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah
terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti
kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan
ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang
(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan.
2.12 Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai
denyut jantung yang tidak teratur, makin meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat, kerusakan neuron otak, kelumpuhan,
penurunan IQ. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor-faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Jadi kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
2.13 Prognosis
Prognosis anak dengan kejang demam sederhana sangat baik. Banyak anak yang
akan mengalami kejang demam kembali, namun risiko epilepsi di kemudian hari tidak
lebih besar dibandingkan pada populasi umum (sekitar 1%). Anak dengan kejang demam
kompleks hanya memiliki risiko 7% untuk mengalami kejang demam kembali.
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan
tidak perlu menyebabkan kematian. Perkembangan mental dan neurologis umumnya
tetap normal pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki kelainan neurologis.
LAPORAN KASUS BANGSAL
"KEJANG DEMAM SIMPLEK”
Disusun oleh :
dr. Laras Asri Fatahani
Pendamping :
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, juga shalawat serta
salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti Program Internsip
Dokter Indonesia, penulis menyusun laporan kasus yang berjudul “kejang demam simplek”
sebagai salah satu syarat tujuan dalam menyelesaikan tugas di wahana terpilih, yakni RSUD
Majenang.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan
orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa setiap faktor
perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan kesehatan, dan faktor genetik mempengaruhi
status kesehatan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penulis menyelesaikan laporan ini, kepada dokter pembimbing dr. Nur Cahyo
Anggorojati dan teman-teman sejawat internsip di RSUD Majenang.
Penulis