DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD SYAHRIAL ALAMSYAH .A
2016730132
PEMBIMBING :
dr. M. F. Susanti Handayani, Sp. An. M. H. Kes
Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari bantuan dan kemudahan
yang diberikan secara tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. M. F. Susanti
Handayani, Sp. An. M. H. Kes sebagai dokter pembimbing.
Dalam penulisan laporan ini tentu saja masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran
yang bersifat membangun akan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
April 2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
1. Identitas Pasien...........................................................................................5
2. Anamnesis....................................................................................................5
3. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................6
4. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
5. Diagnosis......................................................................................................8
6. Kegiatan Operasi.........................................................................................8
a. Persiapan Praoperasi...........................................................................8
b. Kebutuhan Cairan...............................................................................8
c. Keadaan Praoperasi................................................................................9
d. Laporan Intraoperasi..........................................................................9
e. Monitoring Intraoperasi.......................................................................10
f. Keadaan Pascaoperasi..........................................................................10
1. Blokade Sentral.........................................................................................11
1. Anestesi Spinal...................................................................................11
2. Anestesi Epidural...............................................................................16
3. Anestesi Kaudal.................................................................................17
2. Blokade Perifer..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
3
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Ruang Perawatan : Gravida Delima
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal Operasi : 21 April 2021
2. Anamnesis
Keluhan Utama
G4P1A2 gravida 39 minggu mengeluh mules-mulas sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan merasa mulas sejak 1 hari
SMRS. Pasien mengeluh keluar air dari jalan lahir dan tensi pasien
sering tinggi saat hamil. Pasien masih merasakan gerakan janin.
Keluhan pusing, pandangan kabur, nyeri ulu hati, mual dan muntah
disangkal oleh pasien. Pasien sebelumnya pernah melakukan
pemeriksaan USG.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit apapun, Riwayat asma,
hipertensi, kejang, di sangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat hipertensi, penyakit ginjal,
diabetes mellitus, dan penyakit jantung.
Riwayat Pengobatan
Saat ini pasien hanya mengkonsumsi supplemen penambah darah yang
diminum 1 kali sehari.
Riwayat alergi
4
Pasien tidak meiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, atau cuaca
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 102 kali/menit, regular, adekuat
RR : 24 kali/menit, spontan
SpO2 : 99 %
Suhu : 36,4oC
Status Gizi
Berat badan : 71 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 31,55 (obesitas)
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : refleks pupil (+/+), KA (-/-), SA (-/-)
Hidung : Cuping hidung (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, Sianosis (-), Perdarahan gusi (-),
lidah kotor (-), stomatitis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
Thorax
Inspeksi : gerak simetris, retraksi (-/-) ictus cordis (-)
Palpasi : vokal fremitus simetris dikedua lapang paru.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru(+)
Auskultasi : vesikular normal (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
5
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak (-)
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba (-)
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV Linea parasternalis dextra,
Batas jantung kiri ICS V Linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur (-), Gallop
(-)
Abdomen
Leopold I : TFU : 31 cm
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
DJJ : 157 x/menit
His : 1x10’15”
Ekstremitas
Superior Inferior
Hangat : +/+ +/+
CRT <2 detik : +/+ +/+
Edema : -/- -/-
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Komponen Nilai Rujukan
Hemoglobin 8,9 g/dL 13,5 – 17,5 g/dL
Hematokrit 29,3 % 42 -52 %
Leukosit 10.200/ uL 4.800 – 10.800/ uL
Eritrosit 3.560/ uL 4.700 – 6.100/uL
Trombosit 300.000 /uL 150.000-450.000/uL
Gula Darah Sewaktu 96 mg/dL <180 mg/dL
Natrium (Na) 134 mEq/L 135-146 mEq/L
Kalium (K) 4,73 mEq/L 3,5 – 5,3 mEq/L
Calcium ion 1,14 mEq/L 1,15 – 1,29 mEq/L
HbsAg Non-reaktif Non-reaktif
Proteinuria +2
6
5. Diagnosis
Diagnosis Pre-Bedah : G4P1A2 Gravida 39 Minggu dengan PEB
+ Hipertensi Gestasional + Oligohidramnion
Rencana Tindakan : Sectio Caesarea
Diagnosis Anestesi : ASA IV / CITO
Rencana Tindakan : Regional Anestesi
6. Kegiatan Operasi
a. Persiapan Praoperasi
Dilakukan pemeriksaan kembali identitas pasien, persetujuan operasi,
lembaran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat-alat yang
diperlukan
Infus sudah terpasang dari ruangan Delima
Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi
Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang
Sebelum di spinal pasien dipasangkan manset tensimeter dan saturasi
O2
Pasien di posisikan duduk dan dilakukan anestesi spinal
b. Kebutuhan Cairan
Berat badan : 71 Kg
Maintenance
Rumus : (4 x 10 kg pertama) + (2 x 10 kg kedua) + (1 x sisa BB)
(4x10 kg) + (2x10 kg) + (1x51 kg)
dibutuhkan 111 cc/jam
c. Keadaan Praoperasi
7
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 146/90 mmHg
Nadi : 90 kali /menit, reguler, adekuat
Pernafasan : 24 kali /menit, spontan
Suhu : 36,6oC
SpO2 : 99%
d. Laporan Intraoperasi
Tanggal operasi : 21 April 2021
Jam rencana operasi : 13.00 WIB
Mulai operasi : 13.20 WIB
Selesai operasi : 14.00 WIB
Lama operasi : 40 menit
Diagnosa Pra Bedah : G4P1A2 Gravida 39 Minggu dengan PEB
+ Hipertensi Gestasional + Oligohidramnion
Diagnosa Pasca Bedah : Post Op P2A2 Gravida 39 Minggu dengan
PEB + Hipertensi Gestasional + Oligohidramnion
Jenis Operasi : Sectio Caesarea
Ahli bedah : dr. H. Sukardi P, Sp.OG
Ahli Anestesi : dr. M.F Susanti H, Sp.An
Jenis anastesi : Anastesi Regional
Teknik : Spinal
Lokasi suntikan : L3-L4 setinggi SIAS
Obat anastesi : Bupivacaine 0,5% 4 ml
Letak penderita : Supine
Airway : Nasal Canule O2 5L/menit
Medikasi : Midazolam 2,5 mg
Ondansetron 4 mg
Efedrin 10 mg
Metergin 0,2 mg
8
Dexamethasone 5 mg
Ketorolac 30 mg
Total Asupan Cairan : Ringer Laktat 600 mL
Total perdarahan : ± 200 mL
Total diuresis : ± 300 mL
e. Monitoring Intraoperasi
Waktu (WIB) Tekanan Darah Nadi (kali/menit) Saturasi O2
13.20 145/62 mmHg 102 100 %
13.25 135/72 mmHg 101 100 %
13.30 120/70 mmHg 90 99 %
13.35 116/68 mmHg 85 99 %
13.40 120/72 mmHg 79 99 %
13.45 126/76 mmHg 89 99 %
13.50 115/60 mmHg 85 100 %
13.55 121/71 mmHg 91 100 %
14.00 124/71 mmHg 90 100 %
f. Keadaan Pascaoperasi
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Dalam Pengaruh Obat
GCS : E4 V5 M5
Tekanan Darah : 113/78 mmHg
Nadi : 79 kali /menit, reguler adekuat
Pernafasan : 24 kali/menit, spontan
SpO2 : 100% dengan nasal canule 2L/menit
Kriteria Nilai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
Pembagian Anestesi/Analgesia Regional
Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan
kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, dan analgesia regional intravena.
1. Blokade Sentral
1. Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural
atau blok intratekal. Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum
suntik akan menembus kutis subkutis Lig. Supraspinosum
Lig. Interspinosum Lig. Flavum ruang epidural durameter
ruang subarachnoid.
10
ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau
L4-L5.
a. Indikasi
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum perineum
Bedah obstetrik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
b. Kontraindikasi Absolut
Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
Tekanan intrakranial meningkat
Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
c. Kontraindikasi Relatif
Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung kronik
d. Persiapan Analgesia Spinal
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan
pada anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti
11
apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan
anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak
teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-
hal di bawah ini:
Informed consent
Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia
spinal
Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang
punggung
Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hemoglobin, Hematokrit, PT (Prothrombine Time), PTT
(Partial Thromboplastine Time)
e. Peralatan Analgesia Spinal
Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.
Peralatan resusitasi
Jarum spinal
o Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu
runcing/quinckebacock) atau
o jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)
f. Posisi Pasien
Ada tiga posisi utama yang biasa digunakan pada tekhnik
penyuntikan obat anastetik local pada spinal/epidural :
Posisi duduk
Anatomi tulang belakang lebih mudah di palpasi bila dilakukan
dengan posisi ini disbanding dengan posisi lateral decubitus.
Posisi ini baik dilakukan pada pasien obesitas dan sering di
indikasikan pada operasi lumbar dan sacral.
Posisi lateral decubitus
Banyak ahli anastesi yang memilih posisi ini. Pasien tidur
miring di meja operasi membelakangi ahli anastesi. Pinggul
dan lutut di fleksikan secara maksimal, dan kepala serta lutut di
12
refleksikan mendekati lutut. Posisi 9ini biasanya digunakan
pada kasus cedera atau fraktur pada pinggul atau kaki dimana
penderita tidak dapat duduk.
Posisi telungkup (jack-knife)
Posisi ini dapat digunakan pada prosedur pembedahan bagian
anorectal. Tehnik ini menggunakan larutan anestetik local
bersifat iso dan hipobarik dan keuntungannya penderita setelah
tindakan lumbal tidak perlu berubah posisi. Kerugiannya
bahwa CSS tidak akan bebas mengalir melalui jarum, sehingga
harus dikonfirmasi dengan aspirasi CSS.
g. Pendekatan Spinal
Pendekatan Garis Tengah (Midline Approach)
Pendekatan yang paling sering digunakan. Setelah celah
diidentifikasi maka jarum berisi anastesi local untuk infiltrasi
disuntikan pada garis tengah sampai kedalaman jarum kira-kira
sampai ligamentum interspinosum. Pada spinal jarum didorong
terus sampai menembus lapisan dura dan membrane
subaraknoid dan berhenti setelah ditandai dengan keluarnya
cairan liquor.
Pendekatan Paramedian (Paramedian Approach)
Teknik ini biasa dipilih apabila mengalami kesulitan
menggunakan pendekatan garis tengah. Pada pendekatan ini
celah yang dilewti secara anatomi lebih lebar di banding
midline. Posisi atau lokasi penyuntikan adalah 2 cm kelateral
dan 2 cm kea rah kaudal. Pada titik ini dilakukan penyuntikan
13
dengan besar sudut 10-25 derajat dari midline yang diarahkan
ke titik seperti pada midline.
14
Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa
dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml
atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
Bradikardia
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi
akibat blok sampai T-2
Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali
nafas
Trauma pembuluh saraf
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
j. Komplikasi Pasca Tindakan
Nyeri tempat suntikan
Nyeri punggung
Nyeri kepala karena kebocoran likuor
Retensio urine
Meningitis
2. Anestesi Epidural
Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan
menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada di antara
ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5
mm dan di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf
spinal yang terletak di lateral. Awal kerja anestesi epidural lebih
lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-
motorik juga lebih lemah.
a. Indikasi Analgesia Epidural
15
Untuk analgesia saja, di mana operasi tidak dipertimbangkan.
Sebuah anestesi epidural untuk menghilangkan nyeri (misalnya
pada persalinan) kemungkinan tidak akan menyebabkan
hilangnya kekuatan otot, tetapi biasanya tidak cukup untuk
operasi.
Sebagai tambahan untuk anestesi umum. Hal ini dapat
mengurangi kebutuhan pasien akan analgesik opioid. Ini cocok
untuk berbagai macam operasi, misalnya histerektomi, bedah
ortopedi, bedah umum (misalnya laparotomi) dan bedah
vaskuler (misalnya perbaikan aneurisma aorta terbuka).
Sebagai teknik tunggal untuk anestesi bedah. Beberapa operasi,
yang paling sering operasi caesar, dapat dilakukan dengan
menggunakan anestesi epidural sebagai teknik tunggal.
Biasanya pasien akan tetap terjaga selama operasi. Dosis yang
dibutuhkan untuk anestesi jauh lebih tinggi daripada yang
diperlukan untuk analgesia.
Untuk analgesia pasca-operasi, di salah satu situasi di atas.
Analgesik diberikan ke dalam ruang epidural selama beberapa
hari setelah operasi, asalkan kateter telah dimasukkan.
Untuk mengurangi rasa sakit kronis atau peringanan gejala
dalam perawatan terminal, biasanya dalam jangka pendek atau
menengah.
b. Anestetik Lokal yang Digunakan untuk Epidural
Bupivakain (Markain) Konsentrasi 0.5% tanpa adrenalin,
analgesianya sampai 8 jam. Volume yang digunakan <20ml.
c. Komplikasi
Blok tidak merata
Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
Hipoventilasi
Mual-muntah
3. Anestesi Kaudal
16
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis
ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog
dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf
sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.
a. Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya
hemoroid, fistula paraanal.
b. Kontraindikasi : Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.
2. Blokade Perifer
Hal ini meliputi blok plekstus brakialis, aksila, dan analgesik
regional intravena, yaitu meliputi :
17
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya
konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh
kerusakan struktur
Kokain
a. Dalam bentuk topikal semprot 4 % untuk mukosa jalan
nafas atas. Lama kerja 2 – 30 menit.
Prokain
b. Untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5 %, blok saraf: 1-2 %, dosis
15 mg/kgBB dan lama kerja 30-60 menit.
Lidokain
c. Konsentrasi efektif minimal 0,25 %, infiltrasi, mula kerja 10
menit, relaksasi otot cukup baik. Kerja sekitar 1 – 1,5 jam
tergantung konsentrasi larutan.
Bupivakaine
d. Konsentrasi efektif minimal 0,125 %, mula kerja lebih
lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.
- Kerugian
Tidak semua Pasien mau dilakukan anestesi regional
18
Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif
DAFTAR PUSTAKA
19