Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Anastesi Regional pada G4P1A2 Gravida 39 Minggu


dengan Pre Eklamsia Berat + Hipertensi Gestasional +
Oligohidramnion

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD SYAHRIAL ALAMSYAH .A
2016730132

PEMBIMBING :
dr. M. F. Susanti Handayani, Sp. An. M. H. Kes

DEPARTEMEN ILMU ANASTESI


RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena


atas rahmat dan hidayah-Nya Laporan Kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik stase anestesi
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta di RSUD
Sayang Cianjur..

Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari bantuan dan kemudahan
yang diberikan secara tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. M. F. Susanti
Handayani, Sp. An. M. H. Kes sebagai dokter pembimbing.

Dalam penulisan laporan ini tentu saja masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran
yang bersifat membangun akan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.

Akhirnya, dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil‘alamin laporan


refreshing ini telah selesai dan semoga bermanfaat bagi semua pihak serta semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan dengan balasan yang terbaik, Aamiin Ya
Robbal Alamin.

April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I STATUS PASIEN........................................................................................5

1. Identitas Pasien...........................................................................................5

2. Anamnesis....................................................................................................5

3. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................6

4. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7

5. Diagnosis......................................................................................................8

6. Kegiatan Operasi.........................................................................................8

a. Persiapan Praoperasi...........................................................................8

b. Kebutuhan Cairan...............................................................................8

c. Keadaan Praoperasi................................................................................9

d. Laporan Intraoperasi..........................................................................9

e. Monitoring Intraoperasi.......................................................................10

f. Keadaan Pascaoperasi..........................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11

1. Blokade Sentral.........................................................................................11

1. Anestesi Spinal...................................................................................11

2. Anestesi Epidural...............................................................................16

3. Anestesi Kaudal.................................................................................17

2. Blokade Perifer..........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

3
BAB I
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Ruang Perawatan : Gravida Delima
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal Operasi : 21 April 2021

2. Anamnesis
 Keluhan Utama
G4P1A2 gravida 39 minggu mengeluh mules-mulas sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan merasa mulas sejak 1 hari
SMRS. Pasien mengeluh keluar air dari jalan lahir dan tensi pasien
sering tinggi saat hamil. Pasien masih merasakan gerakan janin.
Keluhan pusing, pandangan kabur, nyeri ulu hati, mual dan muntah
disangkal oleh pasien. Pasien sebelumnya pernah melakukan
pemeriksaan USG.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit apapun, Riwayat asma,
hipertensi, kejang, di sangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat hipertensi, penyakit ginjal,
diabetes mellitus, dan penyakit jantung.
 Riwayat Pengobatan
Saat ini pasien hanya mengkonsumsi supplemen penambah darah yang
diminum 1 kali sehari.
 Riwayat alergi

4
Pasien tidak meiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, atau cuaca

3. Pemeriksaan Fisik
 Tanda Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
 Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 102 kali/menit, regular, adekuat
RR : 24 kali/menit, spontan
SpO2 : 99 %
Suhu : 36,4oC
 Status Gizi
Berat badan : 71 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 31,55 (obesitas)
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : refleks pupil (+/+), KA (-/-), SA (-/-)
Hidung : Cuping hidung (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, Sianosis (-), Perdarahan gusi (-),
lidah kotor (-), stomatitis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
Thorax
Inspeksi : gerak simetris, retraksi (-/-) ictus cordis (-)
Palpasi : vokal fremitus simetris dikedua lapang paru.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru(+)
Auskultasi : vesikular normal (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung

5
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak (-)
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba (-)
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV Linea parasternalis dextra,
Batas jantung kiri ICS V Linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur (-), Gallop
(-)

Abdomen
Leopold I : TFU : 31 cm
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
DJJ : 157 x/menit
His : 1x10’15”

Ekstremitas
Superior Inferior
Hangat : +/+ +/+
CRT <2 detik : +/+ +/+
Edema : -/- -/-

4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Komponen Nilai Rujukan
Hemoglobin 8,9 g/dL 13,5 – 17,5 g/dL
Hematokrit 29,3 % 42 -52 %
Leukosit 10.200/ uL 4.800 – 10.800/ uL
Eritrosit 3.560/ uL 4.700 – 6.100/uL
Trombosit 300.000 /uL 150.000-450.000/uL
Gula Darah Sewaktu 96 mg/dL <180 mg/dL
Natrium (Na) 134 mEq/L 135-146 mEq/L
Kalium (K) 4,73 mEq/L 3,5 – 5,3 mEq/L
Calcium ion 1,14 mEq/L 1,15 – 1,29 mEq/L
HbsAg Non-reaktif Non-reaktif
Proteinuria +2

6
5. Diagnosis
Diagnosis Pre-Bedah : G4P1A2 Gravida 39 Minggu dengan PEB
+ Hipertensi Gestasional + Oligohidramnion
Rencana Tindakan : Sectio Caesarea
Diagnosis Anestesi : ASA IV / CITO
Rencana Tindakan : Regional Anestesi

6. Kegiatan Operasi
a. Persiapan Praoperasi
 Dilakukan pemeriksaan kembali identitas pasien, persetujuan operasi,
lembaran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat-alat yang
diperlukan
 Infus sudah terpasang dari ruangan Delima
 Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi
 Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang
 Sebelum di spinal pasien dipasangkan manset tensimeter dan saturasi
O2
 Pasien di posisikan duduk dan dilakukan anestesi spinal

b. Kebutuhan Cairan
Berat badan : 71 Kg
 Maintenance
Rumus : (4 x 10 kg pertama) + (2 x 10 kg kedua) + (1 x sisa BB)
(4x10 kg) + (2x10 kg) + (1x51 kg)
 dibutuhkan 111 cc/jam

c. Keadaan Praoperasi

7
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 146/90 mmHg
Nadi : 90 kali /menit, reguler, adekuat
Pernafasan : 24 kali /menit, spontan
Suhu : 36,6oC
SpO2 : 99%

d. Laporan Intraoperasi
Tanggal operasi : 21 April 2021
Jam rencana operasi : 13.00 WIB
Mulai operasi : 13.20 WIB
Selesai operasi : 14.00 WIB
Lama operasi : 40 menit
Diagnosa Pra Bedah : G4P1A2 Gravida 39 Minggu dengan PEB
+ Hipertensi Gestasional + Oligohidramnion
Diagnosa Pasca Bedah : Post Op P2A2 Gravida 39 Minggu dengan
PEB + Hipertensi Gestasional + Oligohidramnion
Jenis Operasi : Sectio Caesarea
Ahli bedah : dr. H. Sukardi P, Sp.OG
Ahli Anestesi : dr. M.F Susanti H, Sp.An
Jenis anastesi : Anastesi Regional
Teknik : Spinal
Lokasi suntikan : L3-L4 setinggi SIAS
Obat anastesi : Bupivacaine 0,5% 4 ml
Letak penderita : Supine
Airway : Nasal Canule O2 5L/menit
Medikasi : Midazolam 2,5 mg
Ondansetron 4 mg
Efedrin 10 mg
Metergin 0,2 mg

8
Dexamethasone 5 mg
Ketorolac 30 mg
Total Asupan Cairan : Ringer Laktat 600 mL
Total perdarahan : ± 200 mL
Total diuresis : ± 300 mL

e. Monitoring Intraoperasi
Waktu (WIB) Tekanan Darah Nadi (kali/menit) Saturasi O2
13.20 145/62 mmHg 102 100 %
13.25 135/72 mmHg 101 100 %
13.30 120/70 mmHg 90 99 %
13.35 116/68 mmHg 85 99 %
13.40 120/72 mmHg 79 99 %
13.45 126/76 mmHg 89 99 %
13.50 115/60 mmHg 85 100 %
13.55 121/71 mmHg 91 100 %
14.00 124/71 mmHg 90 100 %

f. Keadaan Pascaoperasi
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Dalam Pengaruh Obat
GCS : E4 V5 M5
Tekanan Darah : 113/78 mmHg
Nadi : 79 kali /menit, reguler adekuat
Pernafasan : 24 kali/menit, spontan
SpO2 : 100% dengan nasal canule 2L/menit
Kriteria Nilai

Jika terdapat gerakan penuh tungkai 0

Jika tak mampu ekstensi tungkai 1

Jika tak mampu fleksi lutut 2

Jika tak mampu fleksi pergelangan kaki 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

9
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
Pembagian Anestesi/Analgesia Regional
 Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan
kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
 Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, dan analgesia regional intravena.
1. Blokade Sentral
1. Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural
atau blok intratekal. Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum
suntik akan menembus kutis  subkutis  Lig. Supraspinosum 
Lig. Interspinosum  Lig. Flavum  ruang epidural  durameter 
ruang subarachnoid.

Medula spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan


serebrospinal, dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan
pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan
pada bayi L3. Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal dilakukan

10
ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau
L4-L5.
a. Indikasi
 Bedah ekstremitas bawah
 Bedah panggul
 Tindakan sekitar rektum perineum
 Bedah obstetrik-ginekologi
 Bedah urologi
 Bedah abdomen bawah
 Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
b. Kontraindikasi Absolut
 Pasien menolak
 Infeksi pada tempat suntikan
 Hipovolemia berat, syok
 Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
 Tekanan intrakranial meningkat
 Fasilitas resusitasi minim
 Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
c. Kontraindikasi Relatif
 Infeksi sistemik
 Infeksi sekitar tempat suntikan
 Kelainan neurologis
 Kelainan psikis
 Bedah lama
 Penyakit jantung
 Hipovolemia ringan
 Nyeri punggung kronik
d. Persiapan Analgesia Spinal
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan
pada anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti

11
apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan
anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak
teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-
hal di bawah ini:
 Informed consent
Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia
spinal
 Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang
punggung
 Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hemoglobin, Hematokrit, PT (Prothrombine Time), PTT
(Partial Thromboplastine Time)
e. Peralatan Analgesia Spinal
 Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.
 Peralatan resusitasi
 Jarum spinal
o Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu
runcing/quinckebacock) atau
o jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)
f. Posisi Pasien
Ada tiga posisi utama yang biasa digunakan pada tekhnik
penyuntikan obat anastetik local pada spinal/epidural :
 Posisi duduk
Anatomi tulang belakang lebih mudah di palpasi bila dilakukan
dengan posisi ini disbanding dengan posisi lateral decubitus.
Posisi ini baik dilakukan pada pasien obesitas dan sering di
indikasikan pada operasi lumbar dan sacral.
 Posisi lateral decubitus
Banyak ahli anastesi yang memilih posisi ini. Pasien tidur
miring di meja operasi membelakangi ahli anastesi. Pinggul
dan lutut di fleksikan secara maksimal, dan kepala serta lutut di

12
refleksikan mendekati lutut. Posisi 9ini biasanya digunakan
pada kasus cedera atau fraktur pada pinggul atau kaki dimana
penderita tidak dapat duduk.
 Posisi telungkup (jack-knife)
Posisi ini dapat digunakan pada prosedur pembedahan bagian
anorectal. Tehnik ini menggunakan larutan anestetik local
bersifat iso dan hipobarik dan keuntungannya penderita setelah
tindakan lumbal tidak perlu berubah posisi. Kerugiannya
bahwa CSS tidak akan bebas mengalir melalui jarum, sehingga
harus dikonfirmasi dengan aspirasi CSS.

g. Pendekatan Spinal
 Pendekatan Garis Tengah (Midline Approach)
Pendekatan yang paling sering digunakan. Setelah celah
diidentifikasi maka jarum berisi anastesi local untuk infiltrasi
disuntikan pada garis tengah sampai kedalaman jarum kira-kira
sampai ligamentum interspinosum. Pada spinal jarum didorong
terus sampai menembus lapisan dura dan membrane
subaraknoid dan berhenti setelah ditandai dengan keluarnya
cairan liquor.
 Pendekatan Paramedian (Paramedian Approach)
Teknik ini biasa dipilih apabila mengalami kesulitan
menggunakan pendekatan garis tengah. Pada pendekatan ini
celah yang dilewti secara anatomi lebih lebar di banding
midline. Posisi atau lokasi penyuntikan adalah 2 cm kelateral
dan 2 cm kea rah kaudal. Pada titik ini dilakukan penyuntikan

13
dengan besar sudut 10-25 derajat dari midline yang diarahkan
ke titik seperti pada midline.

h. Anestetik Lokal untuk Analgesia Spinal


Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada 37º C adalah 1.003-
1.008. Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan CSS
disebut isobarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari
CSS disebut hiperbarik. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih
kecil dari CSS disebut hipobarik. Anastetik lokal yang sering
digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur
anastetik lokal dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik biasanya
digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air
injeksi.
Anestetik lokal yang paling sering digunakan:
 Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat
isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)
 Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis
1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
i. Komplikasi Tindakan Anestesi Spinal
 Hipotensi berat

14
Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa
dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml
atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
 Bradikardia
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi
akibat blok sampai T-2
 Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali
nafas
 Trauma pembuluh saraf
 Trauma saraf
 Mual-muntah
 Gangguan pendengaran
 Blok spinal tinggi atau spinal total
j. Komplikasi Pasca Tindakan
 Nyeri tempat suntikan
 Nyeri punggung
 Nyeri kepala karena kebocoran likuor
 Retensio urine
 Meningitis
2. Anestesi Epidural
Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan
menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada di antara
ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5
mm dan di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf
spinal yang terletak di lateral. Awal kerja anestesi epidural lebih
lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-
motorik juga lebih lemah.
a. Indikasi Analgesia Epidural

15
 Untuk analgesia saja, di mana operasi tidak dipertimbangkan.
Sebuah anestesi epidural untuk menghilangkan nyeri (misalnya
pada persalinan) kemungkinan tidak akan menyebabkan
hilangnya kekuatan otot, tetapi biasanya tidak cukup untuk
operasi.
 Sebagai tambahan untuk anestesi umum. Hal ini dapat
mengurangi kebutuhan pasien akan analgesik opioid. Ini cocok
untuk berbagai macam operasi, misalnya histerektomi, bedah
ortopedi, bedah umum (misalnya laparotomi) dan bedah
vaskuler (misalnya perbaikan aneurisma aorta terbuka).
 Sebagai teknik tunggal untuk anestesi bedah. Beberapa operasi,
yang paling sering operasi caesar, dapat dilakukan dengan
menggunakan anestesi epidural sebagai teknik tunggal.
Biasanya pasien akan tetap terjaga selama operasi. Dosis yang
dibutuhkan untuk anestesi jauh lebih tinggi daripada yang
diperlukan untuk analgesia.
 Untuk analgesia pasca-operasi, di salah satu situasi di atas.
Analgesik diberikan ke dalam ruang epidural selama beberapa
hari setelah operasi, asalkan kateter telah dimasukkan.
 Untuk mengurangi rasa sakit kronis atau peringanan gejala
dalam perawatan terminal, biasanya dalam jangka pendek atau
menengah.
b. Anestetik Lokal yang Digunakan untuk Epidural
Bupivakain (Markain)  Konsentrasi 0.5% tanpa adrenalin,
analgesianya sampai 8 jam. Volume yang digunakan <20ml.
c. Komplikasi
 Blok tidak merata
 Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
 Hipoventilasi
 Mual-muntah
3. Anestesi Kaudal

16
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis
ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog
dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf
sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.
a. Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya
hemoroid, fistula paraanal.
b. Kontraindikasi : Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.

2. Blokade Perifer
Hal ini meliputi blok plekstus brakialis, aksila, dan analgesik
regional intravena, yaitu meliputi :

a. topikal, Pengolesan/penyemprotan analgetik lokal diatas selaput


mukosa
b. infiltrasi lokal, Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan di sekitar tempat lesi
c. field block, Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh : untuk
ekstirpasi tumor kecil)
d. analgesia regional intravena., Anestesi jenis ini dapat dikerjakan
untuk bedah singkat sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai.
Biasanya dikerjakan untuk orang dewasa dan pada lengan.

 Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila


digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang
cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.

 Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau


blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara
terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada
saraf sentral atau perifer.

17
 Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya
konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh
kerusakan struktur

 Kokain
a. Dalam bentuk topikal semprot 4 % untuk mukosa jalan
nafas atas. Lama kerja 2 – 30 menit.
 Prokain
b. Untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5 %, blok saraf: 1-2 %, dosis
15 mg/kgBB dan lama kerja 30-60 menit.
 Lidokain
c. Konsentrasi efektif minimal 0,25 %, infiltrasi, mula kerja 10
menit, relaksasi otot cukup baik. Kerja sekitar 1 – 1,5 jam
tergantung konsentrasi larutan.

 Bupivakaine
d. Konsentrasi efektif minimal 0,125 %, mula kerja lebih
lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.

A. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN


- Keuntungan
 Penggunaan Alat minimal

 Relatif aman untuk pasien tidak puasa

 Tidak ada komplikasi jalan nafas

 Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi

 Perawatan post operasi lebih ringan

- Kerugian
 Tidak semua Pasien mau dilakukan anestesi regional

18
 Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif

 Sulit diterapkan pada anak

 Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi


regional

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi


Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 2013.
2. Sataloff RT, Johns MM, Kost KM. Morgan & Mikhail’s Clinical
Anasthesia. United States: McGraw Hill; 2018.
3. Leslie K, Eriksson LI, Wiener-Kronish JP, Cohen NH, Fleisher LA,
Gropper MA. Miller Anasthesia. Elsevier; 2020.
4. McMenamin L, Clarke J, Hopkins P. Review: Basics of Anesthesia. Vol.
120, British Journal of Anaesthesia. 2018. 1141 p.

19

Anda mungkin juga menyukai