Pembimbing :
Disusun Oleh :
Zain Maliki
2110221008
FAKULTAS KEDOKTERAN
BAB I................................................................................................................................2
STATUS PASIEN............................................................................................................2
I.1 Identitas Pasien.......................................................................................................2
I.2 Anamnesis...............................................................................................................2
I.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................................4
I.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................................................6
I.5 Diagnosis Kerja.......................................................................................................8
I.6 Tata Laksana..........................................................................................................8
I.7 Prognosis.................................................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................10
II.1 Definisi Demam Berdarah Dengue....................................................................10
II.2 Epidemiologi........................................................................................................10
II.3 Etiologi.................................................................................................................11
II.4 Patogenesis...........................................................................................................11
II.6 Penegakkan Diagnosis DBD...............................................................................14
II.7 Pemeriksaan Laboratorium DBD......................................................................15
II.8 Tata Laksana.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
1
BAB I
STATUS PASIEN
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
I.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Bangsal RSUD Pasar Minggu
a. Keluhan Utama
2
menyangkal adanya urin seperti teh dan tinja berwarna hitam serta diare
disangkal. Pasien menyangkal adanya rasa sesak dan penurunan fungsi
penciuman. Pasien menyangkal pernah bepergian ke luar kota ataupun
melakukan kontak dengan pasien covid. Keluarga pasien sebelumnya tidak
ada yang mengeluhkan keluhan yang sama, namun tetangga pasien
sebelumnya ada yang mengalami demam berdarah. Saat ini pasien sudah tidak
merasakan keluhan yang dirasakan.
Riwayat DM : disangkal
Riwayat DM : disangkal
3
f. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan
Pasien mengaku tinggal di rumah dengan kondisi jendela dan dengan ventilasi
yang cukup baik. Pasien mengatakan jarang berolahraga. Pasien mengaku rutin
membersihkan sampah dan tidak ada genangan air di sekitar rumahnya. Pasien
mengaku tidak tidur dengan menggunakan kelambu dan jarang menyemprot
rumahnya dengan obat nyamuk.
Tanda Vital
Status Antropometri
BB : 66 kg
TB : 160 cm
Pemeriksaan Telinga
4
Simetris : (+)
Discharge : (-)
Pemeriksaan Hidung
Discharge : (-)
Pemeriksaan Mulut
Paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBK -/-, RBH -/-, wheezing -/-
Jantung
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Dinding datar, jaringan parut (-), jejas (-), spider navy (-),
perubahan warna (-),
5
Auskultasi : Bising usus (+) Normal (12x/menit)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba membesar,
nyeri ketok CVA (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Koilonychia - - - -
Akral + + + +
Hangat
CRT + + + +
<2detik
Fungsi Hati
6
Diabetes
Fungsi ginjal
Elektrolit
Darah rutin
Ht 38 % 35-47
MCV 83 Fl 80-100
MCH 29 Pg 26-34
Diabetes
7
GDS 111 mg/dL 70─180
Fungsi ginjal
Elektrolit
- DHF grade I
8
- Cek Ht, Hb, Trombosit, Leukosit tiap 8 jam untuk evaluasi plasma leakage
I.7 Prognosis
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari 4
virus dengue berbeda (tergolong dalam Arbovirus / arthropod-born virus) yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus di pedesaan dan
Aedes aegypti di perkotaan), ditemukan pada daerah tropis dan subtropis
(termasuk kepulauan Indonesia dan utara Australia). Menurut World Health
Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Manifestasi klinis yang
dapat muncul antara lain berupa demam, nyeri otot dan atau/ nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis
hemoragik. Pada DBD dapat terjadi adanya hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) dan/atau penumpukan cairan di tubuh.1
II.2 Epidemiologi
10
kelamin, jenis pekerjaan, 3) Lingkungan: Cuaca, curah hujan, iklim, suhu,
kepadatan penduduk, dan keadaan sanitasi di sekitar lingkungan tempat tinggal.1
II.3 Etiologi
Virus dengue (DEN Virus) adalah virus dari jenis kelompok arthropode-
borne virus single-stranded RNA yang memiliki 4 serotipe (DEN-1 sampai 4).
Virus Dengue termasuk ke dalam genus Flavivirus dari family Faviviridae.
Flavivirus merupakan virus berdiameter 30 nm dan tersusun atas RNA dengan
berat molekul 4x106. Diketahui diantara keempat serotipe virus dengue, serotipe
DEN-3 adalah serotipe virus dengue yang paling sering menimbulkan penyakit
DBD di Indonesia. Salah satu protein yang dihasilkan adalah NS1 (Nonstructural
protein-1) yang penting dalam proses patologi dan diagnostik. Genotipe DEN-2
dan DEN-3 paling sering menimbulkan penyakit yang parah pada infeksi dengue
kedua. Hospes dari virus ini adalah manusia dan primata. Vektornya adalah
nyamuk Aedes yang menggigit di siang hari, paling sering A. aegypti diikuti A.
albopictus dengan periode inkubasi dari virus DBD diketahui selama dua hingga
lima belas hari.1,4
II.4 Patogenesis
DBD terjadi pada sebagian kecil dari penderita DB dengan sebagian besar
kasus DBD terjadi pada pasien dengan infeksi sekunder virus Dengue dengan
serotip yang berbeda. patogenesis DBD/DSS dengan infeksi DB sekunder
melibatkan kerja dari sistem imun penderitanya. Fungsi sistem komplemen dan
sel NK, maupun imunitas adaptif termasuk imunitas humoral penderita dan
imunitas yang dimediasi sel ikut berperan dalam pathogenesis demam berdarah
dengue. aktivasi kerja system imun penderita, khususnya pada infeksi sekunder,
menyebabkan respon .sitokin yang berlebihan sehingga merubah permeabilitas
pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya migrasi sel-sel inflamasi dan
timbulnya kebocoran plasma (plasma leakage). Selain itu, produksi komponen
virus dengue berupa materi NS1 juga berperan dalam memicu aktivasi system
komplemen dan tejadinya respon inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
11
Pada DBD terdapat peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
menimbulkan kebocoran plasma, penurunan volume plasma, hingga syok pada
kasus DBD yang berderajat parah. Kebocoran plasma bersifat unik karena plasma
yang bocor selektif, yaitu di pleura dan rongga abdomen serta periodenya pendek
(24-48 jam). Pemulihan cepat dari syok tanpa sequele dan tidak adanya inflamasi
pada pleura dan peritoneum mengindikasikan mekanisme yang terjadi merupakan
timbulnya perubahan pada kedaan integritas pembuluh darah, dan bukan
disebabkan oleh kerusakan struktural dari endotel pembuluh darah. Berbagai
sitokin yang memiliki efek meningkatkan permeabilitas pembuluh darah ikut
terlibat dalam tejadinya patogenesis DBD. Studi menunjukkan bahwa pola respon
sitokin berhubungan dengan pola pengenalan sel T spesifik Dengue. Pada reaksi
silang sel T yang terjadi secara fungsional, tampak aktivitas sitolitik mengalami
penurunan meskipun terdapat peningkatan produksi sitokin seperti TNF-α, IFN-γ,
dan kemokin. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah diketahui juga
diperankan oleh adanya aktivasi dari sistem kompleks komplemen. Adanya
kenaikan level komplemen terlihat pada DBD. Bagian system komplemen seperti
C3a dan C5a diketahui juga memiliki efek untuk meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah. Antigen NS1 dari virus dengue dapat mengatur aktivasi
komplemen sehingga diduga berperan pada patogenesis DBD. Peningkatan
jumlah virus pada pasien DBD dibandingkan dengan pasien DB telah terbukti di
berbagai penelitian. Level protein virus, NS1, juga lebih tinggi pada pasien DBD.
Derajat banyaknya virus sejalan dengan tingkat keparahan dari gejala penyakit
meliputi efusi pleura dan trombositopenia yang terjadi. Infeksi virus dengue
memicun respon imun humoral dan selular yang meliputi antinetralisasi,
antihemaglutinin, anti komplemen. Antibodi IgG dan IgM akan mulai terbentuk
pada infeksi primer dan diketahui mengalami peningkatan (booster effect) pada
infeksi sekunder. Antibodi tersebut dapat ditemukan dalam darah pada demam
mulai hari kelima, meningkat pada minggu pertama-ketiga, dan menghilang
setelah enam puluh hingga Sembilan puluh hari. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG
meningkat pada hari kedua. Hal ini berhubungan dengan cara diagnosis melalui
antibodi yang dimiliki oleh host. Infeksi sekunder terjadi apabila terdapat dengue
12
blot dengan hasil Ig G+ dan Ig M- dan Ig G+ dan Ig M+.
II.5 Gejala Klinis
Terdapat tiga fase pada DBD yang meliputi diantaranya fase demam, fase
kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami
demam tinggi secara mendadak selama dua hingga tujuh hari dan sering dijumpai
wajah kemerahan, eritema kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit
di seluruh tubuh, fotofobia dan sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia,
mual dan muntah. Adanya tanda bahaya (warning sign) pada penyakit dengue
meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
perdarahan mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh
karena terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler. Pada waktu
transisi terdapat perubahan gejala demam menjadi tidak demam dan disertai
dengan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah. Ketika terjadi penurunan
demam tinggi, pasien dengan peningkatan peningkatan pembuluh darah dapat
menunjukan tanda tanda adanya kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi
penurunan suhu menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit.
Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh penurunan jumlah trombosit
mendahului terjadinya kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit merupakan
tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah dan denyut nadi. Terapi
pengganti cairan digunakan untuk mengatasi keadaan kebocoran plasma. Adanya
13
efusi pleura dan asites secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena.
Fase terakhir adalah fase penyembuhan dimana saat pasien melewati fase kritis,
terjadi reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama dua hingga
3 jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum yang membaik, nafsu makan yang
kembali normal, dan membaiknya status hemodinamik penderita.1,4
14
Gambar 2. Klasifikasi DBD Berdasarkan WHO
15
Gambar 4. Klasifikasi DF dan DHF4
16
Adanya hipoproteinemia
Adanya peningkatan SGPT dan SGOT
Adanya peningkatan kreatinin dan ureum pada DBD dengan gangguan
ginjal
Pemeriksaan elektrolit untuk parameter pemberian terapi cairan
Golongan darah bila dibutuhkan transfuse darah
Pemeriksaan IGM: terdeteksi mulai hari ketiga hingga kelima, meningkat
hingga pekan ketiga, menghilang setelah enam puluh hingga Sembilan
puluh hari
Pemeriksaan IgG: pada infeksi primer terdeteksi pada hari ke empat belas,
sedangkan pada infeksi sekunder mulai terdeteksi pada hari kedua
Pemeriksaan NS1: dapat dideteksi mulai hari pertama hingga hari ketujuh
dengan sensitivitas mencapai 63-93% dengan spesifisitas 100%. Hasil
negative tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue
17
Gambar 5. Penanganan kasus terduga DBD
18
Gambar 7. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
19
Gambar 8. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada pasien dewasa
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Keenam. Jakarta:
Balai penerbit FKUI, 2014. Chapter 72
2. Kemenkes RI. (2016). Infodatin Situasi DBD. Jakarta
3. WHO. (2018). Dengue and severe dengue.
4. H. Kuhn, Clarence J. Peters. (2015). Arthropod-Borne and Rodent-Borne
Virus Infections. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19e; 2015.
Chapter 233.
21