Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

DEMAM BERDARAH DENGUE

Pendamping :
dr. Kartika Agustina

Disusun Oleh :
dr. Harniza Mauludi

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIKARANG

2021
Laporan Kasus Dokter Internsip
RS Sentra Medika Cikarang

Judul Laporan Kasus:


Dengue Hemorage Fever
Presentan:
dr. Harniza Mauludi

Mengetahui,
Dokter Pendamping

(dr. Kartika Agustina)

2
KATA PEGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Dengue Hemorage Fever” ini. Adapun laporan kasus ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat Program Internsip Dokter Indonesia Angkatan 3
Khusus Batch II.
Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Kartika Agustina selaku dokter pendamping dan seluruh teman dokter internsip
stase IGD RS Sentra Medika Cikarang.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Bekasi, Desember 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 3
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4
BAB I STATUS PASIEN ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

4
BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Tempat, Tanggal Lahir : 03 Juni 1963
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Masuk RS : 18 Desember 2021

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Keluhan Tambahan
Mual , muntah, pusing, pegal-pegal, lemas, nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Sekarang


OS dating ke IGD RS Sentra Medika Cikarang dengan keluhan demam
sejak rabu pagi, demam mendadak tinggi, os merasa menggigil. Demam turun
sebentar kemudian demam tinggi lagi. Keluhan disertai badan terasa pegal-
pegal dan pusing. Os merasa sangat lemas.
OS juga mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan muntah 2x sejak 1 hari lalu.
Nafsu makan berkurang. BAK banyak. BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi dan Diabetes Melitus disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Anak pasien mengalami keluhan yang sama dengan OS

5
Riwayat Pengobatan

OS sudah minum obat penurun panas. Obat penurun panas terakhir


diminum 2jam sebelum ke IGD

Riwayat Alergi
OS tidak memiliki alergi obat, makanan dan cuaca.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E = 4, V=5, M=6)
Tanda Vital
Tekanan darah : 141/76 mmHg
Nadi : 81 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36ºC
Saturasi : 98%
Status Generalis
- Kepala : Normocephal, nyeri (-)
- Mata : Cekung (-/-), kering (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+).
- Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-), sekret (-/-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-).
- Mulut : mukosa bibir lembab, Lidah Kotor (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran kelenjar tiroid (-/-)

Thorax

Pulmo
Inspeksi : Normochest, Pergerakan dinding dada simetris,
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

6
Auskultasi : vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Batas Jantung Kanan : ICS parasternalis II Sinistra
Batas Jantung Kiri : ICS parasternalis IV Dextra
Batas Jantung Atas : ICS Midclavicula V Sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen:
Inspeksi : Supel
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan Epigastrium (+), Hepatomegali (-),
splenomegali (-). Turgor kembali lambat
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

Ekstremitas Atas Bawah


Sianosis : -/- -/-
Akral : hangat hangat
Edema : -/- -/-
CRT : <2s <2s

7
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 18/12/2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 15.1 12 – 16 g/dL


Hematokrit 42.2 37 – 47 %

Eritrosit 4.88 4.2 – 5.40 10^3/uL


Leukosit 8.700 5 – 10. 10^3/uL
Trombosit 138 L 150 – 450 10^3/uL
MCV 86.5 80 – 94 fl
MCH 30.9 27 – 31 Pg

MCHC 35.8 33 – 37 g/dL

Kimia Klinik 184 H <39 u/L


SGPT/ALT
Glukosa Sewaktu 154 <100 Mg/dL

Kreatinin 0.97 0.50 - 1.00 Mg/dL


Ureum 28 Ml/min/1.73m2
eGFR 62.7
Elektrolit
- Natrium 134 L 135 – 145 Mmol/L
- Kalium 4.0 3.5 – 5.5 Mmol/L
- Klorida 100 97 - 111 Mmol/L

Pemeriksaan Rontgen Thorax

Kesan : Cardiomegali (LVH)


Pulmo dalam batas normal
Tak tampak kelainan lainnya pada foto thorax

8
1.5 Assessment

- Febris
- Vomitus
- Myalgia
- Abdominal pain
- Cephalgia
- Dehidrasi ringan
- Trombositopeni

1.6 Diagnosis Banding


- Demam Berdarah
- Demam Tifoid
- Demam Hepatitis A

1.7 Diagnosis Klinik


- Diagnosis Klinis : Observasi febris ec Demam Berdarah Dengue

1.8 Terapi
Awal IGD
- IVFD RL 20tpm
- Inj. Ketorolac 1amp
- Inj. Ranitidine 1amp
Medikamentosa
 IVFD Ringer Laktat 20tpm
 Inj. Ceftriaxone 3x1 gr (skin test)
 Inj. Lansoprazole 2x1amp
 Inj. Dexamethasone 3x1amp
 Amlodipine 2x5mg
 Paracetamol sirup 3x1 cth
 Antasida 3x2cth
 Braxidin 3x1tab po

9
 Curcuma 3x1 tab po
 Vitamin Bkomples 3x1 tab po
 Lesichol 3x1 tab po

Nonmedikamentosa

 Cek Hematologi Rutin per 24jam

1.9 Follow Up

Tanggal S O A P

19/12/ Demam naik Sakit sedang, composmentis DHF TERAPI LANJUT


2021 turun, lemas + TD : 120/80 mmHg CEK H2TL/24jam
S : 36.2 C
o

N : 85x/mnt,
RR : 20x/mnt

20/12/ Demam nik Sakit sedang, composmentis DHF TERAPI LANJUT


2021 turun TD : 124/80 mmHg CEK H2TL/12jam
S : 36.5 C
o
Transfuse thrombocyte
N : 81x/mnt, concentrates/TC 4 kolf
RR : 20x/mnt 2kolf/hari

21/12/ Demam tidak Sakit sedang, composmentis DHF TERAPI LANJUT


2021 ada TD : 120/80 mmHg CEK H2TL/12jam
S : 36.5 C
o
Transfuse TC 4 kolf
N : 81x/mnt, 2kolf/hari
RR : 20x/mnt

22/12/ Keluhan - Sakit sedang, composmentis DHF TERAPI LANJUT


2021 TD : 124/80 mmHg CEK H2TL/12jam
S : 36.5oC
N : 81x/mnt,
RR : 20x/mnt

10
23/12/ Keluhan - Sakit ringan, composmentis DHF TERAPI LANJUT
2021 TD : 140/80 mmHg perbaikan CEK H2TL/12jam
S : 36oC BLPL
N : 81x/mnt,
RR : 18x/mnt

Pemeriksaan Laboratorium Selama Perawatan

Tanggal/jam Hb (g/dL) HT (%) Trombosit (µL) Leukosit (µL)

Rujukan 12-16 g/dL 37-47 % 150-400 103/µL 5.0-10.0 103/µL

19/12/21 06.58 14.9 42.3 94.000 5.900

20/12/21 06.50 15.3 43.5 39.000 6.200

20/12/21 17.37 15.2 44.2 36.000 11.200

21/12/21 06.16 14.7 41.0 25.000 13.000

21/12/21 18.17 14.6 41.3 29.000 12.400

22/12/21 06.45 14.5 40.4 44.000 11.300

22/12/21 17.34 14.1 38.8 45.000 9.300

23/12/21 06.50 14.8 41.5 60.000 8.700

23/12/21 18.32 14.6 40.7 92.000 9.900

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang


disebabkan oleh virus genus Flavivirus famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, melalui perantara nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Di Indonesia yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat adalah serotipe DEN-3 kemudian diikuti oleh
serotipe DEN-2.

B. Epidemiologi

Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34


provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah
tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347
penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada tahun 2014.
Umur terbanyak yang terkena infeksi dengue adalah kelompok umur 4 – 10 tahun.

C. Etiologi

Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus (arboviruses) dan


sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4
jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Seseorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe

12
selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengan dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menuunjukkan bahwa
keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.

D. Patofisiologi

Volume plasma

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit


dan membedakan antara DD dengan DBD ialah peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia serta diatesis hemoragik.

Trombositopenia

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan


pada sebagian besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada
masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok.
Trombossitopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakarosit
muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit diduga
akibat meningkatnya dekstruksi trombosit. Penyebab terjadinya dekstruksi
trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab
yaitu virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, kerusakan sel
endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau secara
terpisah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap
sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.

Sistem koagulasi dan fibrinolisis

13
Kelianan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD.
Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, masa
tromboplastin parsial yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor
pembekuan menurun, termasuk faktor II, V, VII,VIII,X dan fibrinogren.
Pada kasus DBD berat terjadi fibrinogen degradation products (FDP).
Penelitian lebuh lanjut faktor koagulasi membuktikan adanya penurunan
aktifitas antitrombin III. Disamping itu juga dibuktikan bahwa
menurunnya aktifitas faktor VII, II dan Antitrombin III tidak sebanyak
seperti fibrinogen dan faktor VIII. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa
menurunnya kadar fibrinogen dan faktor VIII tidak hanya diakibatkan oleh
konsumsi sistem koagulasi, tetapi juga oleh konsumsi sistem fibrinolisis.
Kelainan fibrinolisis pada DBD dibuktikan dengan penurunan aktfitas
alfa-2 plasmin inhibitor dan penurunan aktifitas plasminogen

Sistem Komplemen

Pada kasus DBD terjadi penurunan kadar C3, C3 proaktivator C4,


dan C5, baik pada kasus yang terjadi syok dan tidak.

Respons Leukosit

Pada kasus DBD, sejak demam hari ketiga terlihat peningkatan


limfosit atopik yang berlangsung sampai hari kedelapan. Dalam sebuah
penelitian dikatakan bahwa LPB memiliki presentase yang tinggi pada
virus dengue ini (20-50%).

LPB adalah limfosit dengan sitoplasma biru tua, pada umumnya


mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan limfosit besar ,
sitoplasma lebar dengan vakuolisasi halus sampai sangat nyata, dengan
daerah perinuklear jernih.

14
E. Patogenesis

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinanmika dan


biokimiawi DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan

model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala


klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagian besar masih menganut the
secondary heterologous infection atau the sequential infection hypothesis yang
menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang telah terinfeksi virus
dengue pertama kali, mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe
lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.

15
Perjalanan Penyakit DBD

Tabel 2. Patogenesis DBD

16
F. Manifestasi Klinis

Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam


tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan
peredaran darah (circulatory failure). Fenomena patofisiologi utama yang
menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dengan DD ialah
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya jumlah volume
plasma, trombositopenia dan diastasis hemoragik. Perbedaan gejala antara DBD
dengan DD berada pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Gejala klinis demam dengue dan demam berdarah dengue

Demam Dengue Gejala Klinis Demam Berdarah


Dengue
++ Nyeri Kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri Otot +
++ Tuam kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopati +
+ Kejang +
0 Kesadaran menurun ++
0 Obstipasi +
+ Uji tourniquet positif ++
++++ Petekie +++
0 Perdarahan saluran cerna +

17
++ Hepatomegali +++
+ Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++
Keterangan : (+) 25%, (++) 50%, (+++)75%, (++++) 100%

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan
perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekie harus tersebar di
anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam. Harus
diingat juga bahwa perdarahan dapat terjadi di setiap organ tubuh. Epistaksis dan
perdarahan gusi biasanya dijumpai, sedangkan perdarahan saluran pencernaan
hebat lebih jarang lagi dan biasanya subkonjungtiva kadang-kadang ditemukan.
Pada masa konvalenses seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan/ telapak
kaki.

Klinis
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, minimal uji toourniquet positif dan salah satu
bentuk perdarahan lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi), hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hepar
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi
menurun (< 20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik < 80
mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah dan timbul sianosis
di sekitar mulut.

G. Klasifikasi DBD dan DD

Alur Diagnosis

Anamnesis

- Demam merupakan tanda utama, demam mendadak 2-7 hari

18
- Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri
perut
- Diare kadang-kadang dapat ditemukan
- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit atau
mimisan

Pemeriksaan Fisik

- Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial rush,


muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta
tersebut lebih mencolok pada DD daripada DBD.
- hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada
DBD.
- Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma,
hipovolemia dan syok.
- Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam
rongga pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam.

Tanda-tanda syok :

- Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis


- Nafas cepat, nadi teraba lemah kadang-kadang tidak teraba
- Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mHg
- Akral dingin, capillary refill menurun
- Diuresis menurun sampai anuria

Laboratorium

Trombositopenia (<100.000/ul) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat


dari peningkatan nilai hematokrit ≥ 20%. Ditemukannya dua atau tiga patokan
klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk

19
menegakkan diagnosis DBD. Dengan patokan ini 87% kasus DBD dapat
didiagnosis dengan tepat yang dibuktikan oleh pemeriksaan serologis.

Menghitung Kenaikan Hematokrit

(Hematokrit tertinggi) – (hematokrit awal) : hematokrit awal x 100%

Uji serologi

Pemeriksaan serologi HI dapat dilakukan dengan sampel serum atau


mempergunakan kertas saring filter paper disc. Hasil yang diperoleh dengan
menggunakan kertas sering cukup baik, apabila cara pengisian dilakukan dengan
betul. Pada pemeriksaan serologis tes HI, serum diencerkan menjadi kelipatan 2x
dimulai dengan pengenceran 1:10, 1:20, 1:40 dan seterusnya.

1. pada infeksi primer, titer antibodi HI pada masa akut, yaitu apabila serum
diperoleh sebelum hari ke-4 sakit adalah kurang dari 1:20 dan titer akan naik 4x
atau lebih pada masa konvalensen, tetapi tidak akan melebihi 1:1280.

2. Pada infeksi sekuder, adanya infeksi baru (recent dengue infection) ditandai
oleh titer antibodi HI kurang dari 1:20 pada masa akut, sedangkan pada masa
konvalensen titer bernilai sama atau lebih besar daripada 1:2560. Tanda lain
infeksi sekunder ialah apabila titer antibodi akut sama atau lebihbesar daripada
1:20 dan titer akan naik 4 kali atau lebih pada masa konvalensen.

3. Persangkaan adanya infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive diagnosis)


ditandai oleh titer antibodi HI yang sama atau lebih besar daripada 1: 1280 pada
masa akut, dalamhal ini tidak diperlukan kenaikan titer 4x atau lebih pada masa
konvalensen. Metode pemeriksaan dengue akut bisa dilakuakn dengan deteksi
IgM dan antigen virus, baik sendiri –sendiri maupun kompleks IgM – antigen,
dengan memanfaatkan teknik ELISA mikro.

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan foto thorax, dengan indikasi :

1). Dalam keadan klinis ragi-ragu


20
2). Pemantauan klinis sebagai pedoman pemberian cairan.

USG : Efusi pleura,ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan vesica

urinaria.

H. Algortitma Tatalaksana DBD

21
DBD derajat I atau II tanpa penigkatan hematokrit

22
DBD derajat II dengan peningkatan Ht ≥ 20%

23
24
I. Pemberantasan

Strategi pemberantasan penyakit DBD lebih ditekankan pada :

1. Upaya preventif, melaksanakan penyemprotan masal di daerah endemis.


2. Pemberantasan sarang nyamuk
3. Melaksanakan penanggulangan fokus di rumah pasien dan di sekitar
tempat tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
4. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media

J. Kriteria memulangkan pasien


- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
- Nafsu makan membaik
- Secara klinis tampak perbaikan
- Hematokrit stabil
- Tiga hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit > 50.000/ml
- Tidak dijumpai distres pernapasan

K. Promotif dan preventif


Jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan curah
hujan maka puncak jumlah kasus berbeda tiap daerah. Pada umumnya di
Indonesia meningkat saat musim hujan, sejak bulan Desember sampai dengan
April-Mei setiap tahun.
Pencegahan/pemberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan
sarangnya dengan melakukan tindakan 3M, yaitu :
- Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur seminggu
sekali atau menaburkan bubuk larvasida (abate)
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
- Mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air
25
BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus ini ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan kepustakaan
DHF seperti demam mendadak 2-7 hari, mual, sakit kepala, badan lemas dan
pegal-pegal. Nafsu makan menurun, muntah, BAB cair. Pada pemeriksaan
fisik juga ditemukan manifestasi klinis sesuai kepustakaan DHF yaitu nyeri
tekan abdomen pada bagian epigastrium dan kuadran kanan atas. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil leukosit menurun (2.85) dan
trombosit menurun (108), hemokonsentrasi pada hari ke-4 (21%)., terdapat
efusi pleura dan asites.

Pada kasus ini, pasien dipulangkan sesuai dengan kriteria pemulangan


pasien DHF yaitu sudah tidak demam ,tidak ada distress pernapasan, nafsu
makan membaik, mual, muntah, batuk, pilek, lemas, dan pegal-pegal sudah
tidak ada.

Edukasi pada pasien penting untuk diberikan saat pasien dipulangkan.


Pencegahan/pemberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan sarangnya
dengan melakukan tindakan 3M, yaitu :

- Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur seminggu


sekali atau menaburkan bubuk larvasida (abate)
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
- Mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air

26
DAFTAR PUSTAKA

Sumarno, Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis, cetakan ke empat, Ikatan Dokter
Anak Indonesia: 2015

Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi DBD di
Indonesia 2015

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis. 2009;

Prof. Dr. Sudigdo Sastroasmoro S. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu


Kesehatan Anak. 1st ed. Jakarta: RSUP. Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo; 2007.

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. 1st ed.
Jakarta: Media Aesculapius; 2016.

27

Anda mungkin juga menyukai