Disusun Oleh:
dr. Paluvi Safitri
Pendamping:
dr. Gabriel Federikus Goleng, Sp.S
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Pemberian Antikoagulan Pada Atrial Fibrilasi” ini. Adapun laporan
kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Program Internsip Dokter
Indonesia Angkatan Agustus Khusus Batch III.
Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut
membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Kartika
Agustina selaku dokter pendamping dan seluruh teman dokter internsip stase
bangsal dan stase IGD RS Sentra Medika Cikarang.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
Hasil anamnesis pasien dilihat data pada rekam medis pasien.
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Sentra Medika Cikarang dibawa oleh keluarganya dengan
penurunan kesadaran terlihat lemas dan keluhan nyeri dada sejak pukul 21.00 WIB,
keluarga mengatakan pasien ada kelemahan anggota gerak sebelah kiri dan keluarga
mengatakan juga pasien memiliki riwayat stroke pada tahun 2020 tetapi pengobatan
tidak terkontrol. Pada saat pasien berada diIGD RS Sentra Medika karena pasien ada
keluhan nyeri dada dan pasien dilakukan EKG. Keluhan mual(+), muntah, pusing, sesak
disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.
1
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : GCS 9 (E2 M5 V2)
Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/102 mmHg
- Nadi : 97 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,7° C
- Saturasi oksigen : 99%
Status Neurologis
GCS : E2M5V2-9
Pupil Dextra Sinistra
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung dan tidak + +
Langsung
2
Motorik Dextra Sinistra
Kekuatan
Ekstremitas atas 5 1
Ekstremitas bawah 5 1
Tonus
Ekstremitas atas Normal Menurun
Ekstremitas bawah Normal Menurun
Trofi
Ekstremitas atas Normal Menurun
Ekstremitas bawah Normal Menurun
Refleks
Fisiologis
Biseps Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Triseps Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Patella Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Patologis
Hoffmann- Tromner Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Babinski Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Raba halus
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Getar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3
Eosinofil 2% MCH 29.6/ pg
Neutrofil batang 0% MCHC 34.3 gr/dl
Neutrofil segmen 62 % Trombosit H 439. 000/ul
Limfosit 29%
KOAGULASI ELEKTROLIT
Masa perdarahan 2.00 /menit Kreatinin 1.06 mg/dl
Masa pembekuan 12.00 /menit eGFR 85.6 ml/min
KIMIA KLINIK Ureum 37 mg/dl
ALT/SGPT 17 / ul Natrium 139 mol/L
AST/SGOT 31 /ul Kalium 4,5 mol/L
GDS H 102 mg/dl Klorida 103 mol/L
Trigliserida 94 mg/dl
Kolestrol total 158 mg/dl
HDL Direk L 33 mg/dl
LDL kolestrol H 106 mg/dl
Antigen : Negative
CT-Scan NON kontras
Kesan : Tampak infark cukup luas pada region temporoparietal kanan, tak terlihat
kelainan serebral/intracranial lebih lanjut terutama tak terlihat adanya SOL, malformasi
vascular, ICH, edema serebri, infark hemoragic acute, atau densitas patologis lainya
baik supra/infratentorial (sejauh tervisualisasi).
4
Rontgen thorax
Kesan : suspek cardiomegaly ringan (LVH?) pulmo dalam batas normal, tak
tampak kelainan lain pada foto thorax.
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparesis sinistra dengan penurunan kesadaran, disfasia
Diagnosis Topik : Middle Cerebral Artery
Diagnosis Etiologi : Stroke iskemik luas e.c Kardiomegali
Diagnosis tambahan : Hipertensi, Atrial Fibrilasi
Diagnosis banding : Stroke hemoragik
5
Tatalaksana Medikamentosa
Terapi awal di IGD
- IVFD NACL 0,9 % / 12 jam
- Inj ranitidin 1 amp
- Inj citicolin 500 mg
Terapi tambahan
- IVFD RA 12 jam/ kolf
- Inj ceftriaxone 2x2 gr (skin test)
- Inj citicolin 2x 1000 mg
- Inj omeprazole 2x 1
- Aspilet 1x1
- Clopidogrel 1x1
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Follow up
Tanggal Anamnesis TTV - Tatalaksana
N 80 x/menit - Aspilet 1x 80 mg
S 36,5 C - Clopidogrel 1x 75 mg
- Acetylcistein 3x1
KU: TSS, Kes:
- Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
GCS: (E2-3M5Vdisfasia )
Kekuatan motorik - Inj Citicolin 2x 1000 mg
6
21/07/2022 Keluhan pusing (-) TD 140/80 - IVFD Ringer Asetat 500 cc/12 jam
, lemas (+), sulit - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
bicara RR 20 x/menit - Inj Citicolin 2x 1000 mg
N 98 x/menit - Inj Omeprazole 2x40 mg
- inj. Piracetam 1x12 gr
S 36,0 C
KU: TSS, Kes: - Anemolat 1x 500 mg
- Aspilet 1x 80 mg
- Clopidogrel 1x 75 mg
GCS:(E3-4M5-6Vapasia)
- Acetylcistein 3x1
Kekuatan motorik
- Bisoprolol 1x1
Ext atas 55/11
- Ramipril 1x1
Ext bawah 55/11 - Digoxin 1x1/2
- Furosemid 1x1
22/07/2022 Pasien masih TD 138/78 - IVFD Ringer Asetat 500 cc/12 jam
lemas, Keluhan RR 20 x/menit - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
pusing (-) N 87 x/menit - Inj Citicolin 2x 1000 mg
S 36,6 C - Inj Omeprazole 2x40 mg
KU: TSS, - inj. Piracetam 1x12 gr
GCS:(E3-4M5- - Anemolat 1x 500 mg
6Vapasia)
- Aspilet 1x 80 mg
Kekuatan motorik - Clopidogrel 1x 75 mg
- Acetylcistein 3x1
Ext atas 55/11 - Bisoprolol 1x1
- Ramipril 1x1
Ext bawah 55/11
- Digoxin 1x1/2
- Furosemid 1x1
23/07/2022 Pasien masih lemas, TD 128/82 - IVFD Ringer Asetat 500 cc/12 jam
Keluhan pusing (- RR 20 x/menit - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
) N 89 x/menit - Inj Citicolin 2x 1000 mg
S 36,5 C - Inj Omeprazole 2x40 mg
KU: TSS, GCS:(E3- - inj. Piracetam 1x12 gr
4M5-6Vapasia) - Anemolat 1x 500 mg
Kekuatan motorik - Aspilet 1x 80 mg
Ext atas 55/11 - Clopidogrel 1x 75 mg
- Acetylcistein 3x1
Ext bawah 55/11 - Bisoprolol 1x1
- Ramipril 1x1
- Digoxin 1x1/2
- Furosemid 1x1
24/07/2022 Pasien masih TD 120/78 - IVFD Ringer Asetat 500 cc/12 jam
lemas, Keluhan RR 20 x/menit - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
pusing (-) - Inj Citicolin 2x 1000 mg
N 7 x9/menit
- Inj Omeprazole 2x40 mg
S 36,6 C - inj. Piracetam 1x12 gr
KU: TSS, GCS:(E3- - Anemolat 1x 500 mg
4M5-6Vapasia)
- Aspilet 1x 80 mg
Kekuatan motorik
- Clopidogrel 1x 75 mg
7
- Acetylcistein 3x1
Ext atas 55/11
- Bisoprolol 1x1
Ext bawah 55/11 - Ramipril 1x1
- Digoxin 1x1/2
- Furosemid 1x1
25/07/2022 Keluarga TD 110/78 - IVFD Ringer Asetat/12 jam
mengatakan os RR 20 x/menit - Anemolat 1x 500 mg
masih lemas - Aspilet 1x 80 mg
N 92 x/menit
- Clopidogrel 1x 75 mg
S 36,6 C - Acetylcistein 3x1
KU: TSS, GCS:(E3- - Bisoprolol 1x1
4M5-6Vapasia)
- Ramipril 1x1
Kekuatan motorik
- Digoxin 1x1
Ext atas 55/11 - Furosemid 1x1
- Notisil 1x2 mg
Ext bawah 55/11 - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
- Inj Citicolin 1x 1000 mg
- Inj Omeprazole 2x40 mg
26/07/2022 Pusing (-) TD 128/80 - IVFD Ringer Asetat/12 jam
RR 20 x/menit - Anemolat 1x 500 mg
- Aspilet 1x 80 mg
N 90 x/menit
- Clopidogrel 1x 75 mg
S 36,6 C - Acetylcistein 3x1
KU: TSS, GCS:(E3- - Bisoprolol 1x1
4M5-6Vapasia)
- Ramipril 1x1
Kekuatan motorik
- Digoxin 1x1
Ext atas 55/11 - Furosemid 1x1
- Notisil 1x2 mg
Ext bawah 55/11 - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
- Inj Citicolin 1x 1000 mg
- Inj Omeprazole 2x40 mg
27/07/2022 Keluhan (-) TD 138/78 - IVFD Ringer Asetat/12 jam
RR 20 x/menit - Anemolat 1x 500 mg
- Aspilet 1x 80 mg
N 87 x/menit
- Clopidogrel STOP
S 36,6 C - Acetylcistein 3x1
KU: TSS, GCS:(E3- - Bisoprolol 1x1
4M5-6Vapasia)
- Ramipril 1x1
Kekuatan motorik
- Digoxin 1x1
Ext atas 55/11 - Furosemid 1x1
- Notisil 1x2 mg
Ext bawah 55/11 - Inj. Ceftriaxone 2x2 gr
- Inj Citicolin 1x 1000 mg
- Inj Omeprazole 2x40 mg
- piracetam 4x1
ACC pulang dr. Gabriel Sp.S
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diperkirakan terdapat 12,2 juta orang di dunia menderita stroke setiap tahunnya.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 16% kasus stroke mengenai populasi usia 15-49 tahun
dan lebih dari 62% pada usia di bawah 70 tahun. Setiap tahunnya, 47% stroke terjadi
pada laki-laki dan 53% pada perempuan. Angka kematian stroke secara global per
tahunnya dilaporkan sebesar 6,5 juta orang.1,4
9
Pasien stroke juga lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi ini dapat terjadi akibat
adanya imobilitas ataupun gangguan imun. Jenis infeksi yang sering dialami pasien
stroke antara lain pneumonia dan infeksi saluran kemih.1
Aspirin7
Antikoagulan7
10
Terapi Suportif 7
Antihipertensi 7
11
Proses aterosklerosis yang memulai pembentukan emboli diawali dengan
adhesi, agregasi, dan aktivasi platelet yang berespons terhadap sel busa makrofag pada
dinding pembuluh darah.
Namun, pemberian antikoagulan dini pada fase akut stroke masih controversial
karena pemberian heparin dini pada fase akut justru meningkatkan risiko perdarahan
intracranial dan perdarahan sistemik berat. Oleh karena itu, pemberian antikoagulan
segera setelah onset stroke tidak dianjurkan.
Terapi heparin dini dianggap tidak efisien jika dibandingkan dengan aspirin
yang lebih mudah diberikan dan lebih aman karena tidak meningkatkan risiko
perdarahan intrakranial. Namun, pemberian ASA saja dapat mempercepat progresivitas
stroke dan men- jadikan prognosis makin buruk. Terapi antikoagulan warfarin dan
antagonis vitamin K sejenis cukup aman, sehingga dapat diberikan segera setelah
pasien stabil secara klinis dan neurologis, bahkan dapat diberikan pada fase akut
mengingat warfarin memerlukan waktu sekitar 4-5 hari untuk bisa memberikan efek
antikoagulan. Jika infark sangat luas dan dijumpai transformasi perdarahan, pemberian
antikoagulan oral (warfarin) ditunda hingga 2-3 minggu.
12
Pasien dengan AF memiliki risiko stroke yang sangat tinggi — sekitar 3
hingga 5 kali lipat lebih tinggi AF secara konsisten dikaitkan dengan stroke pada
kelompok yang berbeda.
Pada saat AF berkembang, disritmia menyebabkan disfungsi kontraktil dan
stasis, yang selanjutnya meningkatkan risiko tromboemboli. Selain itu, seiring waktu,
disritmia menyebabkan remodeling struktural atrium, sehingga memperburuk
kardiopati atrium dan meningkatkan risiko tromboemboli lebih jauh. Secara paralel,
faktor-faktor risiko sistemik meningkatkan risiko stroke melalui mekanisme lain di
luar atrium, seperti aterosklerosis arteri besar, disfungsi sistolik ventrikel, dan oklusi
pembuluh kecil otak serebral. Setelah stroke terjadi, perubahan otonom dan
peradangan pasca-stroke dapat secara sementara meningkatkan risiko AF.
Stroke terjadi ketika aliran darah kebagian otak berkurang secara signifikan
atau tersumbat. Seringkali, mengakibatkan kematian sel-sel otak, yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen atau bahkan kematian. Penyebab paling umum
dari stroke adalah gumpalan darah. AF menempatkan pasien pada risiko yang
meningkat untuk stroke karena darah mungkin tidak dipompa dengan baik dari
jantung, yang dapat menyebabkannya mengumpul dan membentuk gumpalan.
Gumpalan ini kemudian dapat melakukan perjalanan ke otak dan memblokir aliran
darah kebagian otak yang dapat menyebabkan stroke.
Penatalaksanaan holistik sederhana Atrial fibrillation Better Care (ABC) (’A’
Anticoagulation/Avoid stroke; ‘B’ Better symptom management; ‘C’ Cardiovascular
and Comorbidity optimization) menyederhanakan perawatan terpadu pasien AF di
semua tingkat layanan kesehatan dan di antara spesialisasi yang berbeda.
Dibandingkan dengan perawatan biasa, penerapan jalur ABC secara signifikan
dikaitkan dengan risiko kematian semua penyebab yang lebih rendah, hasil gabungan
dari stroke/perdarahan besar/kematian kardiovaskular dan rawat inap pertama, tingkat
kejadian kardiovaskular yang lebih rendah, dan biaya terkait kesehatan yang lebih
rendah.
13
Gambar 1. CHA2DS2-VASc Score
14
Tabel 1. Faktor Risiko Stroke
Beberapa kontraindikasi absolut untuk OAC termasuk perdarahan serius aktif (di
mana sumbernya harus diidentifikasi dan diobati), komorbiditas terkait (misalnya
trombositopenia berat <50 trombosit/lL, anemia berat yang sedang diselidiki, dll.), atau
perdarahan berisiko tinggi seperti perdarahan intrakranial (ICH). Opsi non-obat dapat
dipertimbangkan dalam kasus seperti itu.
15
Terapi antikoagulan warfarin dapat dipertimbangkan untuk diberikan secara dini
setelah serangan stroke iskemik kardioemboli. Terapi antikoagulan pada keadaan ini tidak
akan memperbaiki kerusakan otak yang telah terjadi, melainkan untuk mencegah
perburukan infark serta mencegah infark baru. Sebaiknya terapi antikoagulan juga disertai
terapi kausal, misalnya pemberian antiaritmia pada pasien stroke iskemik kardioemboli
dengan fibrilasi atrium. Lama pemberian terapi warfarin terkait dengan stroke iskemik
kardioemboli juga disesuaikan dengan komorbiditas. Pada fibrilasi atrium, warfarin
diberikan 3-4 minggu sebelum kardioversi dan dilanjutkan hingga 3-4 minggu setelah
tercapai irama sinus. Sedangkan, pada pasien-pasien dengan katup prostetik, terapi
antikoagulan oral diberikan seumur hidup.
16
menjadi transformasi perdarahan dan keadaan hipertensi meningkatkan risiko perdarahan
intrakranial jika diterapi warfarin. Pasien yang belum diterapi warfarin dapat diberikan
antiplatelet aspirin sampai terapi warfarin tidak dikontraindikasikan.
Dosis awal warfarin 4-5 mg/hari, dosis pemeliharaan harus disesuaikan melalui
pemantauan berkala dengan indikator waktu protrombin. Waktu protrombin tergantung
pada tiga faktor yang bergantung pada vitamin K (II, VII, IX). Hasil pemeriksaan waktu
protrombin dipengaruhi oleh reagensia tromboplastin yang digunakan. Oleh karena
itu, waktu protrombin distandarisasi menjadi indeks yang disebut INR (International
Normalized Index).
Jika pasien mengalami perburukan atau terbentuk infark baru selama terapi
warfarin, umumnya karena dosis warfarin di bawah dosis terapeutik. Pada keadaan ini,
disarankan meningkatkan dosis warfarin dalam rentang dosis terapeutik sambil tetap
menjaga INR di antara 2,0-3,0. INR di bawah 2,0 akan meningkatkan risiko rekurensi
sebanyak 4-6 kali lipat serta memperburuk stroke. Sedangkan INR di atas 3,0 akan
meningkatkan risiko perdarahan intraserebral. Pada pasien berumur diatas75 tahun, risiko
perdarahan lebih besar.
Warfarin bersifat teratogenik, sehingga harus dihentikan jika pasien sedang hamil.
Jika INR tidak dapat dipantau secara berkala, sebaiknya pasien tidak diterapi dengan
warfarin. Begitu pula jika INR cenderung berfluktuasi dan tidak terkontrol. Selain itu,
warfarin juga berinteraksi dengan obat-obat yang dimetabolisme di hati menggunakan
enzim CYP 450 (cytochrome P450). Apabila warfarin tidak dapat diberikan, pemberian
kombinasi ASA dan clopidogrel atau ASA dan warfarin dosis rendah (1,25 mg/hari
dengan INR target 1,2-1,5) mungkin dapat dijadikan alternatif.
17
Gambar 2. Penyesuaian dosis Warfarin
Masih belum luas digunakan, diprediksi akan meningkat sehingga dapat diterima di
kalangan klinisi dan pasien. Warfarin masih menjadi pilihan pertama terapi stroke iskemik
kardioemboli, terlebih bagi pasien yang tidak patuh, karena waktu paruh singkat akan
meningkatkan risiko tromboemboli pada pasien-pasien yang tidak patuh dengan aturan
pengobatan Warfarin lebih murah, mudah didapat, dan sama efektifnya dengan NOAC jika
digunakan dalam dosis kisaran INR 2-3. Oleh karena itu, pada pasien yang stabil dengan
terapi warfarin, tidak perlu dilakukan penggantian ke NOAC. Penggunaan NOAC
dipertimbangkan pada pasien dengan kontrol warfarin yang tidak mencapai target INR.
18
Tabel 3. Perbandingan Warfarin dengan NOAC
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Chugh C. Acute Ischemic Stroke: Management Approach. Indian J Crit Care Med.
2019 Jun;23(Suppl 2):S140-S146. doi: 10.5005/jp-journals-10071- 23192. PMID:
31485123; PMCID: PMC6707502.
2. Kuriakose D, Xiao Z. Pathophysiology and Treatment of Stroke: Present Status and
Future Perspectives. Int J Mol Sci. 2020 Oct 15;21(20):7609. doi:
10.3390/ijms21207609. PMID: 33076218; PMCID: PMC7589849.
3. Wajngarten M, Silva GS. Hypertension and Stroke: Update on Treatment. Eur Cardiol.
2019 Jul 11;14(2):111-115. doi: 10.15420/ecr.2019.11.1. PMID: 31360232; PMCID:
PMC6659031.\
4. Kakkar P, Kakkar T, Patankar T, Saha S. Current approaches and advances in the
imaging of stroke. Dis Model Mech. 2021 Dec 1;14(12):dmm048785.
doi:10.1242/dmm.048785. Epub 2021 Dec 7. PMID: 34874055; PMCID:
PMC8669490.
5. Kemenkes RI. Laporan nasional RISKESDAS 2018. Kementerian Kesehatan RI:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018.
6. Usman Y, Iriawan RW, Rosita T, Lusiana M, Kosen S, Kelly M, et.al. Indonesia’s
sample registration system in 2018: A work in progress. Journal of Population and
Social Studies. 2019;27(1):39:52
7. Berge E, Whiteley W, Audebert H, De Marchis GM, Fonseca AC, Padiglioni C, de la
Ossa NP, Strbian D, Tsivgoulis G, Turc G. European Stroke Organisation (ESO)
guidelines on intravenous thrombolysis for acute ischaemic stroke. Eur Stroke J. 2021
Mar;6(1):I-LXII. doi: 10.1177/2396987321989865. Epub 2021 Feb 19. PMID:
33817340; PMCID: PMC7995316.
8. Pinzon RT, Saptaning GA, Taringan L. Antitrombotik Berdasarkan Skor CHA2DS2-
VASc dan Skor HAS BLED terhadap Pola Pengobatan pada Pasien Stroke Iskemik
dengan Fibrilasiatrium. Pharmaciana. 2017 May 8;7(1):63-70.
9. Hindricks G, Potpara T, Dagres N, Arbelo E, Bax JJ, Blomström-Lundqvist C, et al.
2020 ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation
developed in collaboration with the European Association for Cardio-Thoracic
Surgery (EACTS). European Heart Journal. 2021 Feb 1;42(5):373–498.
20
21
19