Oleh :
Made Dianty Sukma Varshini (2371121026)
Pembimbing :
dr. Gede Bagus Gita Pranata Putra, M. Biomed, Sp. JP, FIHA, FAPSC
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan kasus ADHF Profile B ec CAD. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
dr. Gede Bagus Gita Pranata Putra, M. Biomed, Sp. JP, FIHA, FAPSC selaku dosen pe
mbimbing klinik dan kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga penulisan
laporan kasus ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif sangat diperlukan dalam
penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
4
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
1.2.1 Riwayat penyakit sekarang
Pasien laki- laki berusia 37 tahun datang dalam keadaan sadar diantar
keluarganya ke IGD RSUD Sanjiwani dengan keluhan sesak nafas sejak 1
bulan SMRS. Keluhan sesak terjadi secara tiba-tiba, dirasakan memberat
jika pasien dalam posisi tidur dan diperingan dengan posisi duduk. Sesak
juga muncul ketika pasien beraktivitas seperti berjalan dan muncul pada
malam hari sehingga mengganggu tidur pasien, pasien mengatakan sering
terbangun akibat sesaknya. Selain sesak nafas pasien juga mengeluhkan
badan terasa lemas, dada berdebar, dan bengkak pada kedua kaki. Bengkak
pada kedua kaki terjadi sejak 5 hari yang lalu SMRS. Keluhan lain seperti
nyeri dada seperti ditekan (-), nyeri dada menjalar ke bahu dan dagu (-).
BAB dan BAK dalam batas normal. Nafsu makan dan minum dikatakan
menurun.
1.2.2 Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien memiliki
Riwayat penyakit hipertensi terkontrol dan memiliki Riwayat penyakit
diabetes terkontrol. Riwayat penyakit kronis lainnya pada ginjal, hepar
5
disangkal. Riwayat operasi (-) Riwayat alergi obat maupun makanan
disangkal.
1.2.3 Riwayat penyakit keluarga
Keluhan serupa pada keluarga disangkal. Pada keluarga memiliki Riwayat
hipertensi dan diabetes Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
1.2.4 Riwayat sosial
Pasien sehari-hari bekerja sebagai kepala desa. Pasien dikatakan memiliki
Riwayat merokok namun sudah berhenti. Riwayat mengkonsumsi kafein,
alcohol disangkal oleh pasien.
6
Batas atas jantung pada PSL ICS II sinistra
Auskultasi : S1 & S2 tunggal ireguler, S3 gallop (+), murmur diastolik
(+)
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, Simetris, Retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris
Perkusi : redup/sonor
redup/sonor
redup/sonor
Auskultasi : Vesikuler + /+, rhonki basah halus -/-, wheezing -/-
+/+ -/+ -/-
+/+ -/+ -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), jaringan parut (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+), ascites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatosplenomegaly (-)
Ekstremitas : Akral hangat ++/++, edema -+/-+, CRT < 2 detik
1.4 Pemeriksaan penunjang
1.4.1 Darah Lengkap
Parameter Hasil Unit Nilai Normal Kesimpulan
WBC 5.33 103/μL 4.00-10.00 N
Neu% 74.6 % 47.0-80.0 L
Lym% 19.6 % 20.0-40.0 H
Mon % 5.4 % 2.0 - 11.0 N
Bas % 0.3 % 0.0 - 2.0 N
RBC 4.47 106/μL 3.50-5.50 N
HGB 12.5 g/dL 11.0-16.0 N
HCT 39.8 % 37.0-54.0 N
MCV 88.9 µm3 80.0-100.0 N
MCH 39.4 Pg 27.0-34.0 H
MCHC 32.7 g/dL 32.0-36.0 N
7
PLT 169 103/μL 150-450 N
8
1.4.3 EKG
Irama : sinus
Rate : 120x/menit
Regularitas : reguler
Axis : I (+), aVF (-) LAD
P wave :
PR interval :
QRS complex : 0.04s
R/S di V1 : <1 tidak memenuhi RVH
S di V1+ R di V6 : <35 tak memenuhi LVH
Segmen ST : isoelektris
Gelombang T :
Kesan :
Sinus takikardia
9
1.4.4 Foto Thorax
Foto Thorax AP
• Trakea tidak tampak deviasi.
• Cor : membesar, Ukuran CTR > 58%
• Pulmo :
• Corakan bronkovaskular meningkat
• Sinus costophrenicus kiri dan kanan
sulit dievaluasi
• Hemidiafragma kanan dan kiri sulit
dievaluasi.
• Tulang-tulang costa tampak intak
Kesan:
Cardiomegaly
1.4.5 Echocardiographi
• Global hipokinetik
Katup-katup:
Aorta: normal, three leaflets, calcification (-) Pulmonal: normal
Mitral: normal
Tricuspid: normal
Perikardium: normal
eRAP: 15 mmHg
•
1.5 Diagnosis
ADHF Profile B ec CAD
10
1.6 Penatalaksanaan
Hari ke-1 S: Sesak (+) sudah berkurang dibandingkan kemarin. Kaki edema
+/+. Badan lemas (+)
10 Oktober 2023
O:
TD : 100/70
RR: 22
Nadi : 106
Suhu: 36.5°C
SpO2 : 96% RA
P:
Furosemid 40 mg IV lanjut drip 10 mg/jam
Injeksi Fargoxin 0.25 mg IV
Simarch 1x 2 mg
Spironolactone 1 x 25 mg
11
P:
Furosemid 40 mg tab
Fargoxin1x 0.25 mg tab
Simarch 1x 2 mg
Spironolactone 1 x 25 mg
*BPL
BAB II
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini telah dilaporkan pasien perempuan berusia 41 tahun yang
datang dengan keluhan sesak nafas. Setelah melalui berbagai pemeriksaan mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan
ADHF profile B ec CAD.
Gagal jantung merupakan kondisi dimana jantung tidak adekuat memompa
volume darah keseluruh jaringan tubuh. Gagal jantung dapat timbul akibat adanya
gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Acute decompensated heart failure
(ADHF) adalah suatu kondsi dimana terjadi perburukan klinis dari gagal jantung antara
lain adalah sesak nafas (dyspnea), edema dan cepat lelah (1)(2)(3).
Menurut data dari riskesdas 2013, prevalensi gagal jantung berdasarkan yang
pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13%, dan berdasarkan diagnosis dokter
atau gejala sebesar 0,3 %. Prevalensi gagal jantung meningkat seiring dengan
pertambahan usia, tertinggi pada umur 65 – 74 tahun sebesar 0.5% (4). Prevalensi gagal
jantung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah dan masyarakat
yang tinggal di perkotaan. Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif
dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara
berkembang termasuk Indonesia (1)(5). Pada kasus, pasien merupakan seorang perempuan
berusia 41 tahun yang bekerja sebagai pedagang di pasar dan bertempat tinggal di
Gianyar, Bali.
12
Gejala tipikal yang muncul pada pasien dengan penyakit gagal jantung adalah
sesak, cepat lelah, bengkak pada ekstremitas bawah dan toleransi aktifitas yang
berkurang. Yang termasuk dalam sesak adalah dyspnea on effort, orthopnea
,paroxysmal nocturnal dyspnea. Dyspnea on effort adalah sesak nafas yang timbul saat
beraktivitas. Orthopnea adalah sesak yang dipengaruhi posisi tidur, sesak timbul saat
pasien tidur terlentang, oleh karena itu pasien biasa tidur lebih nyaman dengan bantal
yang jumlahnya lebih dari 1. Paroxysmal nocturnal dyspnea adalah sesak yang timbul
saat malam hari. Sesak dapat disertai dengan batuk dan bunyi ronki. Tanda yang dapat
muncul saat dilakukan pemeriksaan fisik antara lain adanya peningkatan JVP, refluks
hepatojugular, suara jantung tambahan (S3 gallop), ronki pada lapang paru, takipnea,
takikardi (1)(2)(7).
Klasifikasi klinis pasien gagal jantung akut didasarkan pada terdapat atau tidaknya
tanda dan gejala kongesti serta gangguan perfusi, yakni sebagai berikut(1)(3):
13
Klasifikasi gagal jantung dapat dijabarkan melalui dua kategori yakni kelainan
struktural jantung dari The American collage of cardiology/American Hearth
Association atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional dari
New York Heart Association (NYHA)(1).
14
Pada kasus pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari SMRS.
Keluhan sesak muncul secara tiba-tiba yang dirasa memberat jika pasien dalam posisi
tidur dan diperingan dengan posisi duduk. Sesak juga muncul ketika pasien beraktivitas
seperti berjalan dan sesaknya juga muncul pada malam hari sehingga mengganggu tidur
pasien. Selain sesak nafas pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas, dada berdebar,
dan bengkak pada kedua tungaki. Pasien juga mengatakan nafsu makan dan minum
menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan JVP, suara jantung tambahan
(S3 gallop), apeks jantung melebar ke lateral, edema pada kedua tungkai, suara redup
15
atau pekak pada basal paru, ronki pada lapang paru, takipnea, takikardi. Berdasarkan
tanda dan gejala pasien pada kasus, pasien ini dapat diklasifikasikan terdapat gejala
kongesti namun tidak terdapat gangguan perfusi atau dapat diklasifikasikan menjadi
gagal jantung akut profil B (basah-hangat) dikarenakan terdapat tanda dan gejala seperti
orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, dan edema perifer (bilateral) yaitu pada
kedua tungkai, . Berdasarkan klasifikasi AHA, pasien pada kasus ini dapat
diklasifikasikan ke dalam stadium C karena sudah terdapat gejala atau tanda gagal
jantung yang berhubungan dengan penyakit struktur jantung yang mendasari.
Berdasarkan klasifikasi NYHA, pasien pada kasus ini dapat diklasifikasikan ke dalam
kelas III, karena terdapat batasan aktivitas yang bermakna, tidak terdapat keluhan saat
istirahat, namun aktivitas fisik ringan menimbulkan kelelahan, berdebar, atau sesak
napas, dimana pasien mengatakan jika pasien berjalan beberapa meter ke dapur, terlalu
lama bekerja atau terlalu berat mengambil pekerjaan rumah, keluhan sesaknya akan
muncul.
Gejala klinis gagal jantung akut dapat timbul secara tiba-tiba ataupun secara
perlahan. Terdapat beberapa faktor pencetus dan penyebab terjadinya gagal jantung
akut(1).
Pada kasus pasien memiliki riwayat penyakit jantung yang baru diketahui sejak
6 bulan yang lalu dan pasien melakukan kontrol di Poli Penyakit Dalam di RS Payangan
namun jarang-jarang. Riwayat penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit ginjal disangkal. Pasien dikatakan tidak memiliki kebiasaan
16
mengkonsumsi kafein, alkohol, maupun merokok. Pada pemeriksaan EKG didaptkan
hasil atrial fibrilasi yang menandakan adanya aritmia.
Diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Untuk menegakkan diagnosis dapat juga
menggunakan kriteria Framingham yang memerlukan minimal 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor atau 3 kriteria minor (2)(3).
Kriteria mayor:
Kriteria minor:
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dyspnea on effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardia (> 120x / menit)
1. Laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung
dikerjakan untuk melihat penyebab terjadinya gagal jantung.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya pemeriksaan darah
lengkap, elektrolit, BUN, kreatinin, enzim hepar, urinalisis. Pemeriksaan
untuk diabetes mellitus, dislipidemia dan tiroid. Pemeriksaan tamabahan
lain dipertimbangkan sesuai gambaran klinis.
17
2. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien
gagal jantung. Pada gagal jantung, EKG berfungsi untuk melihat ritme,
hipertrofi ventrikel kiri, ada/tidaknya infark (riwayat atau sedang
berlangsung) dan gambaran abnormalitas lain yang bisa ditemukan pada
pasien gagal jantung.
3. Foto thorax
Foto thorax merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal
jantung. Foto thorax dapat mendeteksi gambaran abnormalitas pada
rongga thorax seperti kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan dapat
mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memperberat sesak nafas.
4. Ekokardiogram
Pemeriksaan ekokardiogram adalah pemeriksaan yang paling berperan
untuk menentukan gagal jantung. Ekokardiogram dapat menilai ukuran
dan fungsi ventrikel kiri, kondisi katup serta gerakan dinding jantung.
Indeks fungsi ventrikel yang paling berguna adalah ejeksi fraksi.
Pada kasus pasien mengatakan keluhan sesak muncul ketika pasien beraktivitas
seperti berjalan dan sesaknya juga muncul pada malam hari sehingga mengganggu tidur
pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan JVP, suara jantung tambahan
(S3 gallop), apeks jantung melebar ke lateral, edema pada kedua tungkai, ronki pada
lapang paru, takikardi, suara redup atau pekak pada basal paru. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan hiponatremia, uremia, penurunan kreatinin serum, penurunan
klorida, dan penrunan kadar glukosa darah. Pada pemeriksaan EKG didapatkan kesan
atrial fibrilasi rapid ventricular response (RVR) dengan aksis right axis deviation
(RAD). Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan kesan kardiomegali dan efusi pleura
kanan. Pada pemeriksaan Ekokardiogram didaptkan kesimpulan RHD (rheumatic
hearth disease).
Penatalaksaan terapi pada gagal jantung bertujuan untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas pada pasien gagal jantung. Pada pasien dengan atrial fibrilasi dan laju
ventrikel cepat (RVR) harus mendapatkan antikoagulan selama tidak ada kontraindikasi,
pemberian segera seteleh dideteksi irama atrial fibrilasi yang bertujuan untuk
18
mengurangi risiko tromboemboli. Pada pasien gagal jantung dengan atrial fibrilasi,
digoxin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat. Pada pasien
gagal jantung dengan atrial fibrilasi diberikan obat antikoagulan bertujuan untuk
mencegah terbentuknya emboli atau bekuan darah yang mudah terbentuk dan bisa
menyebabkan sumbatan pembuluh darah(1)(2)(7).
19
yaitu profil B (basah dan hangat). Tujuan pemberian diuretik adalah untuk mencapai
euvolemia (kering dan hangat). Fargoxin adalah obat dengan kandungan digoxin yang
berfungsi memperlambat laju ventrikel yang cepat pada atrial fibrilasi. Simarch adalah
obat golongan antikoagulan. Spironolactone adalah obat golongan diuretik hemat
kalium golongan antagonis aldosteron, pemberian spironolactone dapat memberikan
efek diuretik pada kondisi overload cairan.
20
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus, pasien adalah seorang perempuan dengan inisial NLSM berusia 41
tahun yang datang dengan keluhan sesak nafas. Setelah dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis dengan ADHF
profile B ec RHD. Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah dilakukan, terdapat
kesesuaian antara kasus dengan teori mengenai ADHF, mulai dari definisi,
epidemiologi, etiologi, gejala dan tanda klinis pasien, klasifikasi berdasarkan klinis
pasien, penegakan diagnosis serta penatalaksanaan terapi.
Gagal jantung merupakan kondisi dimana jantung tidak adekuat memompa
volume darah keseluruh jaringan tubuh. Gagal jantung dapat timbul akibat adanya
gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Acute decompensated heart failure
(ADHF) adalah suatu kondsi dimana terjadi perburukan klinis dari gagal jantung antara
lain adalah sesak nafas (dyspnea), edema dan cepat lelah.
21
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
22