ILEUS OBSTRUKTIF
Oleh:
Feri Agustin
NPM. 21360138
Preceptor:
dr. Rony Oktarizal, Sp.B
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I DATA PASIEN..........................................................................................1
1.1 Identitas Pasien............................................................................................1
1.2 Anamnesis...................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................2
1.4 Status Lokalis..............................................................................................5
1.5 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................5
1.6 Diagnosis Banding.......................................................................................6
1.7 Diagnosis Kerja...........................................................................................6
1.8 Planning/Terapi...........................................................................................6
1.9 Laporan Pembedahan..................................................................................7
1.10 Follow Up Post Operatif..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
2.1. Anatomi Usus Halus..................................................................................12
2.2. Fisiologi Usus Halus..................................................................................14
2.3. Ileus Obstruktif..........................................................................................16
2.3.1. Definisi Ileus Obstruktif......................................................................16
2.3.2. Etiologi Ileus Obstruktif......................................................................16
2.3.3. Klasifikasi Ileus Obstruktif.................................................................19
2.3.4. Patofisiologi Ileus Obstruktif..............................................................20
2.3.5. Manifestasi Klinis...............................................................................22
2.3.6. Diagnosis.............................................................................................23
2.3.7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
ii
BAB I
DATA PASIEN
2.3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 5 Maret 1964 / 57 Tahun
Alamat : Karangrejo, Metro Utara
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. RM : 415962
Tanggal masuk RS : 16 November 2021 pukul. 20.53 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 17 November 2021
2.3.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di bangsal bedah tanggal 17 November 2021 pukul 07.00
WIB secara autoanamnesis dan alloanamnesis.
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri seluruh lapang perut sejak 10 hari yang lalu.
2. Keluhan Tambahan
Pasien tidak bisa buang air besar dan kentut disertai muntah tanpa mual.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit (Kronologis)
Pasien mengatakan mulai nyeri perut sejak 1 1/2 bulan yang lalu bersifat hilang
timbul, dan pergi ke tukang pijat jika perut terasa sakit. Keluhan terasa
memberat sejak 10 hari yang lalu disertai tidak bisa BAB namun masih bisa
sesekali kentut sedangkan BAK tidak terganggu. Kemudian pasien di bawa ke
rumah sakit dan dirawat di ruang penyakit dalam kemudian dipulangkan dalam
4 hari. Selang beberapa hari pasien merasa nyeri semakin hebat dan pasien
sama sekali tidak bisa BAB dan kentut. Keluhan disertai muntah berkonsistensi
cair berwarna pucat tanpa disertai mual. Terhitung dua kali pasien muntah
semenjak keluhan memberat. Pasien juga merasa lemas dan tidak nafsu makan.
1
2
2. Status General
a. Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Warna hitam keputihan
Jejas / kemerahan : Tidak ditemukan
b. Mata
Konjungtiva anemis :(-/-)
Sklera ikterik :(-/-)
Refleks cahaya langsung : Dalam batas normal
Refleks cahaya tidak langsung : Dalam batas normal
Pupil : Isokor, diameter <2,5 mm
c. Hidung
Lubang Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Jejas / Kemerahan : Tidak ditemukan
Sekret : Tidak ditemukan
Epistaksis : Tidak ditemukan
d. Telinga
Bentuk : Normotia
Jejas/kemerahan : Tidak ditemukan
Sekret / Cairan : Tidak diperiksa
Serumen : Tidak diperiksa
e. Mulut
Bentuk : Simetris
Deviasi lidah : (-)
Atrofi Lidah : (-)
Gusi Berdarah : (-)
f. Leher
Bentuk : Simetris, tidak ada kelainan
Pembesaran KGB : (-)
4
g. Thorax
Paru
Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICS III
Kiri : Linea midclavicula sinistra
Kanan : Linea parasternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, gallop (-), murmur (-)
h. Abdomen :
Inspeksi : Distensi (+), darm countour (-), darm steifung (-)
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (+), defans muscular (+)
massa (-)
Perkusi : Hipertympani
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
i. Ektremitas :
Superior : Jejas/kemerahan (-), Motorik (5/5), CRT ≤ 2 detik
Inferior : Jejas/kemerahan (-), Motorik (5/5), CRT ≤ 2 detik
3. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 M5 V6 = 15
5
Keterangan :
Disntensi (+)
NT (+) Defans muskular (+)
Skala Nyeri : 8
BU (+) Menurun
Pemeriksaan Radiologi
USG Abdomen (9 November 2021)
- Tidak tampak massa maupun koleksi cairan bebas.
- Appendiks tidak terdeteksi.
- USG Hepar, kantung empedu, limpa, pancreas, ginjal kanan kiri, VU dan uterus
tidak tampak kelainan.
Pemeriksaan BNO (3 Posisi) (11 November 2021)
- Preperitoneal fat line tegas
- Psoas line tegas, renal outline samar
- Fecal material prominent disemua kuadran abdomen
- Tak tampak distensi sisterna usus, tak tampak gambaran coiled spring
appearance maupun air fluid level
- Tak tampak gambaran udara bebas extralumen intraabdomen pada posisi
supine, ½ duduk maupun pada tempat tertinggi pada posisi LLD
- Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan
- Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum pada foto abdomen 3
posisi saat ini.
2.3.6. Diagnosis Banding
- Ileus Obstruktif
- Ileus Paralitik
- Peritonitis
2.3.7. Diagnosis Kerja
- Ileus Obstruktif
2.3.8. Planning/Terapi
- IVFD NaCl rehidrasi 550 cc. Selanjutnya XX TPM
- Pasang NGT, dan Dower Catheter
- Ondansetron 2x1 amp
- Omeprazole 1x1 amp
- Ketorolac 2x1 amp
Operatif
7
- Laparotomi eksplorasi
2.3.9. Laporan Pembedahan
- Didalam cavum abdomen didapatkan adhesi omentum ileum
- Dilakukan adhesiolysis
- Didapatkan adhesi ileoileal kemudian dilakukan adhesiolysis
- Didapatkan nekrosis jejenoileal 170 cm di ICJ
- Diputuskan dilakukan end ileostomy
- Cavum abdomen dicuci NaCl 0,9%
- Dipasang satu drain intraperitoneal
Tanggal Follow Up
19 November S/ -
2021 O/ KU: Sedang
(ICU) Kesadaran Composmentis (E4, M6, V5)
TD : 106/54 mmHg
HR : 109 x/menit
RR : 25 x/menit
T : 36 oC
SpO2 : 99%
Drain : 50 cc
Defekasi : 200 cc
Pemeriksaan Penunjang
Ureum : 22,9 mg/dL
Kreatinin : 1,85 mg/dL (H)
Tanggal Follow Up
20 November S/ -
2021 O/ KU: Lemah
(ICU) Kesadaran : Composmentis (E4, M6, V5)
TD : 139/73 mmHg
HR : 103 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 37,2 oC
SpO2 : 95%
Drain : -
Defekasi : 100 cc
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit : 12,25 103/µ (H)
Eritrosit : 3,42 103/µ
Hb : 10 g/dL (L)
Hematokrit : 30,1 % (L)
Trombosit : 263 103/µ
Albumin : 2,27 g/dL (L)
Tanggal Follow Up
21 November S/ -
2021 O/ KU: Lemah
(ICU) Kesadaran : Composmentis (E4, M6, V5)
TD : 137/80 mmHg
HR : 98 x/menit
RR : 30 x/menit
T : 38 oC
SpO2 : 100%
Drain : -
Defekasi : 50 cc
Pemeriksaan Penunjang
Albumin : 2,41 g/dL (L)
Ureum : 100,4 mg/dL (H)
Kreatinin : 1,24 mg/dL (H)
Lampiran
Pemeriksaan USG
10
13
14
bagian kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon
transversum) : (1) ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media, dan
arteria mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal
kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal
rektum) : (1) kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3) rektalis superior (Price,
1994) (Whang et al., 2005).
2.2. Fisiologi Usus Halus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
absorbsi bahan–bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses
pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam
klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di
dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang
lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu
menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim –
enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas
bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada
brush border vili dan mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi.
Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat –zat yang dimakan
dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi
lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk
digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga
diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi
bahan – bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan
usus halus terdiri dari :
16
d) Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush’)
diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam
perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada
atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga
ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif
strangulata.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rectum dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan
tonus sfingter ani biasanya cukup namun ampula recti sering ditemukan
kolaps terutama apabila telah terjadi perforasi akibat obstruksi. Mukosa
rectum dapat ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi
merupakan massa atau tumor pada bagian anorectum maka akan teraba
benjolan yang harus kita nilai ukuran, jumlah, permukaan, konsistensi,
serta jaraknya dari anus dan perkiraan diameter lumen yang dapat
dilewati oleh jari. Nyeri tekan dapat ditemukan pada lokal maupun
general misalnya pada keadaan peritonitis. Kita juga menilai ada
tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus obstruktif usus feses
tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat ditemukan pada sarung
tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila penyebab
ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus (Sjamsuhidajat &
Jong, 2005).
2.3.17. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Polos Abdomen 3 Posisi
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi
dekubitus dan posisi tegak thoraks. Temuan spesifik untuk obstruksi
usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-
fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran
udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya
26
3. CT-Scan
Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat
spesifisitasnya sekitar 70-905 untuk mendeteksi adanya obstruksi
intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal,
dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat
melewati bagian obstruksi dan kolon yang mengandung sedikit cairan dan
gas. CT scan juga dapat memberikan gambaran adanya strangulasi dan
obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung tertutup diketahui melalui
gambaran dilatasi bentuk U atau bentuk C akibat distribusi radial vasa
mesenteric yang berpusat pada tempat puntiran. Strangulasi ditandai
dengan penebalan dinding usus, intestinal pneumatosis (udara didinding
usus), gas pada vena portal dan kurangnya uptake kontras intravena ke
dalam dinding dari bowel yang affected. CT scan juga digunakan untuk
evaluasi menyeluruh dari abdomen dan pada akhirnya mengetahui etiologi
dari obstruksi. Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat
sensitivitasnya yang rendah (<50%) untuk mendeteksi grade ringan atau
obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang tipis akan sulit untuk
diidentifikasi.
4. MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi
adanya obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi
dari obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang
terjangkau dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan
massa dan inflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A.
Price, L. McCarty, & Wilson, Eds.) Jakarta: EGC
Simatupang O N. 2010. Ileus Obstruktif. Samarinda: UNMUL Retrieved June 6th,
2011, Available at: http://www.scribd.com/doc/28090500/ileus-obstruksi
Sjamsuhidajat. R, Jong WD. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Thompson, J. S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction. In R. H.
Bell,L.F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract Surgery
(Vol. 2, p. 1119).
Whang, E. E., Ashley, S. W., & Zinner, M. J. 2005. Small Intestine. In B. e. al
(Ed.), Schwatz`s Principles Of Surgery (8 ed., p. 1018). McGraw-Hill
Companies.
28