Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap seseorang yang berakibat timbulnya


kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum (UU. No. 35 Tahun 2014). Adapun berbagai jenis kekerasan meliputi kekerasan
seksual, kekerasan fisik dan kekerasan emosional. Tindak kekerasan seksual yang dialami oleh
kaum perempuan di Indonesia masih menunjukan angka yang tinggi. Angka tersebut hanya
segelintir dari banyaknya kasus kekerasan seksual sebab pada kenyataannya masih banyak
perempuan korban kekerasan seksual yang tidak melapor kepada pihak kepolisian atau lembaya
layanan seperti Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

(sumber : data bps Proporsi Perempuan Dewasa Dan Anak Perempuan (Umur 15-64 Tahun) Mengalami
Kekerasan (Fisik, Seksual, Atau Emosional) Oleh Pasangan Atau Mantan Pasangan Dalam 12 Bulan
Terakhir Menurut Jenis Kekerasan)

Berdasarkan data dari catatan tahunan Komnas perempuan 2023 Data pengaduan Komnas
Perempuan sepanjang tahun 2022 menunjukkan kekerasan seksual sebagai bentuk kekerasan terhadap
perempuan yang dominan (2.228 kasus/38.21%) diikuti kekerasan psikis (2.083 kasus/35,72%).
Sedangkan data dari lembaga layanan didominasi oleh kekerasan dalam bentuk fisik (6.001 kasus/38.8%),
diikuti dengan kekerasan seksual (4102 kasus/26.52%%). Jika dilihat lebih terperinci pada data
pengaduan ke Komnas Perempuan di ranah publik, kekerasan seksual selalu yang tertinggi (1.127 kasus),
sementara di ranah personal yang terbanyak kekerasan psikis (1.494). Berbeda dengan lembaga layanan,
data tahun 2022 ini menunjukkan bahwa di ranah publik dan personal yang paling banyak berbentuk fisik.
1 kasus, sedangkan dari data real time yang didata sepanjang tahun 2023 dari KEMENPPA menunjukan
bahwa kekerasan seksual menempati urutan teratas dari jumlah kasus kekerasan yang dialami baik pada
laki-laki maupun perempuan yaitu 3.424 kasus. Seiring dengan meningkatnya kasus dan temuan
diperlukan masih sebuah upaya dan langkah nyata untuk mengenali pemeriksaan yang dapat dilakukan
pada korban kekerasan seksual agar korban dapat keadilan sesuai dengan yang dilakukan pelaku sehingga
konsep dasar forensik Pro Justicia berjalan.

(sumber : SIMFONI-PPA dan catatan tahunan komnas perempuan)

Dalam keilmuan di forensik Secara umum dokter bertugas mengumpulkan bukti ada
tidaknya kekerasan, tanda-tanda keracunan, tanda persetubuhan, penentuan usia korban, dan
diharapkan memeriksa ada tidaknya penyakit hubungan seksual, kehamilan, kelainan psikiatri
serta pelacakan benda bukti yang berasal dari pelaku. Pencarian benda-benda bukti yang berasal
dari pelaku pada tubuh atau pakaian korban dan di tempat kejadian perkara merupakan hal
penting yang paling sering dilupakan oleh dokter.

( sumber : Penanganan Forensik pada Kasus Kekerasan Seksual website UGM )

Dalam referat ini akan menjelaskan lebih mendetail mengenai langkah-langkah dalam
menegakkan dan menyatakan bukti kasus dugaan kekerasan seksual dimulai dengan anamnesis
hingga pemeriksaan lanjutan

Anda mungkin juga menyukai