Anda di halaman 1dari 7

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TINDAK

PIDANA KEKERASAN SEKSUAL

BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:

NUJJIYA SALSABILA RIZKI (1111220292)


nujjiyasalsabila@gmail.com
SILVIYA KHOIRUNNISA (1111220195)
silviyakhoirunnisa@gmail.com
KELAS I

PROGRAM STUDI ILMU


HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Pelecehan seksual dapat terjadi di tempat kerja, di tempat umum, maupun di
lingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah (1) bentuk pelecehan
seksual yang dialami, (2) dampak psikologis, (3) proses pengambilan keputusan korban
pelecehan seksual,dan (4) harapan korban pelecehan seksual. Penelitian yang digunakan
adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan teknik wawancara mendalam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang merupakan bagian
dari tipology penelitian doctrinal. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan perundang- undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rancangan hukum pidana untuk kasus kekerasan seksual menjadi
suatu hal yang urgensi, mengingat maraknya kasus kekerasan seksual di Indonesia.
Pembuatan udang-undang yang melindungi korban kekerasan seksual, penyelesaian
terhadap kasus kekerasan seksual dan perlindungan terhadap korban kasus kekerasan
seksual dapat dijalankan dengan baik.

Kata kunci: Pengambilan Keputusan, Pelecehan Seksual, Harapan, Korban


Pelecehan
PENDAHULUAN dan tidak menyenangkan. Mengungkapkan
bahwa kekerasan seksual merupakan suatu
Kekerasan seksual merupakan isu tindakan kekerasan yang dilakukan
yang telah lama menjadi perbincangan di seseorang dengan cara memaksa untuk
tengah masyarakat Indonesia. Di Indonesia melaksanakan kontak seksual yang tidak
sendiri, kata pelecehan berarti kekerasan dikehendaki. Kekerasan ialah salah satu
perilaku yang bertentangan dengan Pendekatan penelitian yang dipakai ialah
Undang-Undang, baik hanya berupa pendekatan konseptual dan perundang-
tindakan mengancam atau tindakan yang undangan. Sumber data yang dipakai ialah
sudah mengarah action nyata yang data sekunder atau data yang diperoleh
mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik, secara tidak langsung melalui studi
benda, atau juga bisa menyebabkan kepustakaan. Data sekunder tersebut pun
kematian seseorang. Pada kasus kekerasan dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu,
seksual tidak hanya menyerang pada bahak hukum primer, bahan hukum
kekerasan fisik, tetapi secara tidak langsung sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan
juga menyerang mental korban. Dampak hukum primer adalah data yang memliki
mental yang dialami korban akibat adanya kekuatan hukum seperti
kekerasan seksual ini tidak mudah peraturanperundang-undangan,sedangkan
dihilangkan dibandingkan dengan bahan hukum sekunder dan tersier adalah
kekerasan fisik yang juga dialaminya, data pendukung bahan hukum primer
dibutuhkan waktu yang cukup lama agar seperti penelitian- penelitian terdahulu yang
korban benar-benar pulih dari kejadian telah terpublikasi dan buku- buku yang
yang dialaminya (Mannika dalam Paradiaz, terkait. Bahan hukum yang telah diperoleh
2018: ) ini kemudian dianalisis menggunakan
Sesuai data yang telah dihimpun analisis deskriptif-kualitatif untuk
oleh Kementerian Pemberdayaan memperoleh kesimpulan yang dapat
Perempuan dan Perlindungan Anak telah dipertanggungjawabkan secara ilmiah
tercatat bahwasanya kasus kekerasan (Tampubolon, 2016).
seksual pada tahun 2020 berada pada angka
7.191 kasus. Sedangkan terhitung dari Juni RUMUSAN MASALAH
2021 dari sistem informasi daring
perlindungan perempuan dan anak, kasus Berdasarkan metode penelitian yang
kekerasan seksual pada tahun 2021 telah telah diuraikan diatas, maka identifikasi
mencapai 1.902 kasus (Komisi Nasional masalah dalam penelitian ini dapat
Anti Kekerasan terhadap Perempuan, diuraikan sebagai berikut:
2021). Hingga saat ini kekerasan seksual di
Indonesia yang telah dirasakan anak di 1. Apa faktor yang meyebabkan
bawah umur masih sangat banyak. Hal ini terjadinya tindak pidana kekerasa
terlihat dari berita baik media cetak maupun seksual yang terjadi dimasyarakat?
elektronik di Indonsa yang masih 2. Bagaimana upaya penegakan hukum
memberikan informasi berkaitan dengan terhadap tindak pidana seksual?
kekerasan seksual. Kasus kekerasan sesual
PEMBAHASAN
anak baik secara fisik maupun psikis selalu
menjadi pembicaraan hangat baik di tingkat
1. Penegakan Hukum terhadap Tidak
nasional atau internasional. Hal ini
Pidana Kekerasan Seksual di Indonesia
dikareakan kasus ini telah terjadi sejak
manusia ada di muka bumi. Hal ini
Perilaku pelecehan seksual
mungkin akan terus terjadi hingga dimasa
merupakan sebuah perbuatan tercela yang
yang akan datang.1
dapat diukur dengan adanya pelanggaran
METODE PENELITIAN terhadap kaidah-kaidah atau norma norma
yang berakar pada nilai-nilai sosial- budaya
Penelitian ini menggunakan metode sebagai suatu sistem tata kelakuan dan
penelitian hukum normatif yang merupakan pedoman tindakan-tindakan warga
bagian dari tipology penelitian doctrinal. masyarakat, yang dapat menyangkut norma
keagamaan, kesusilaan dan hukum. Dalam
1
Rosania paradiaz, eko soponyono – jurnal
pembangunan hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022
sebuah artikel yang berjudul “Kekerasan
Seksual: Mitos dan Realitas”, Ratna Batara 290 mengakibatkan luka berat (Pasal 291);
Munti menyatakan bahwasanya tindak m). kejahatan berbuat cabul terhadap anak
pidana pelecehan seksual tidak diatur pada sesama kelamin (Pasal 292); n).
secara jelas di Kitab Undang-Undang kejahatan mendorong orang berbuat cabul
Hukum Pidana bahkan tidak satu pasal pun dengan orang yang belum cukup umur
menyebutkan kata-kata pelecehan seksual (Pasal 293); o). kejahatan berbuat cabul
ataupun kekerasan seksual, hanya ada dengan anak (Pasal 294); p). kejahatan
istilah perbuatan cabul yang diatur pada mempermudah berbuat cabul bagi anak
Pasal 289 sampai dengan Pasal 296 Kitab (Pasal 295) kejahatan mempermudah
Undang-Undang Hukum Pidana. berbuat cabul sebagai mata pencaharian
Sedangkan perbuatan cabul sendiri dapat atau kebiasaan (Pasal 296). 2
diartikan sebagai suatu perilaku yang tidak Bukan hanya terkait dengan hukum
sesuai dengan rasa kesusilaan atau perlaku pidana, terjadinya kekerasan seksual juga
keji yang dilakukan dikarenakan semata- melanggar hak asasi yang dimiliki oleh
mata memenuhi nafsu yang tidak dapat korban. Sistem hukum Indonesia menjamin
dikendalikan. Rumusan yang dimuat dalam hak asasi manusia dari setiap
KUHP, secara garis besar klasifikasi masyarakatnya. Tercantum dalam Undang-
kekerasan seksual terbagi atas, perzinahan, Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
persetubuhan, pencabulan, pornografi. Indonesia 1945 pada Pasal 28A-28J. Pada
Terkait kekerasan seksual atau pelecehan Pasal 28A dijelaskan bahwa setiap orang
seksual tidak diatur secara jelas dalam berhak untuk hidup serta berhak untuk
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
KUHP hanya mengatur Kejahatan Selanjutnya pada Pasal 28B ayat (2)
Terhadap Kesusilaan. Kejahatan Terhadap dijelaskan bahwa setiap anak berhak atas
Kesusilaan ini diatur dalam BAB XVI kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Buku II Kitab Undang-Undang Hukum berkembang, serta berhak atas perlindungan
Pidana, yaitu sebagai berikut: a). kejahatan dari kekerasan dan diskriminasi. Seorang
akibat pelanggaran secara terbuka anak seharusnya memperoleh perlindungan
kesusilaan umum (Pasal 281); b). kejahatan harkat dan martbat di lingkungan sekitar
pornografi (Pasal 282); c). kejahatan supaya ia bisa tumbuh dan berkembang
pornografi kepada anak (Pasal 283); d). baik fisik maupun psikologisnya. Bahkan
kejahatab pornografi ketika melaksanakan Frans Magnis Suseno berpendapat bahwa
pencahariannnya (Pasal 283b); e). melindungi hak anak merupakan bagian
kejahatan zina (Pasal 284); f). kejahatan dari membela HAM (Hak Asasi Manusia)
melaksanakan perkosaan untuk bersetubuh (Antari, 2021). 3
(Pasal 285); g). kejahatan bersetubuh dalam Lalu pada Pasal 28G dijelaskan bahwa
kondisi tak sadarkan diri dan tak berdaya tiap manusa berhak mendapatkan
tanpa melakukan perkawinan (Pasal 286); perlindungan diri pribadi, kehormatan,
h). kejahatan bersetubuh dengan anak keluarga, harkat dan martabat, serta berhak
perempuan (Pasal 287); i). Kejahatan memperoleh rasa aman dan perlindungan
bersetubuh dengan perempuan yang belum dari ancaman ketakutan untuk melakukan
cukup umur untuk kawin sehingga sesuatu atau tak melakukan sesuatu yang
menyebabkan luka ringan bahkan berat merupakan hak asasi. Kemudian dipertegas
(Pasal 288); j). kejahatan perkosaan berbuat lagi pada Pasal 28I ayat (1) bahwa hak
percabulan atau perilaku yang menyerang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kehormatan kesusilaan (Pasal 289); k). untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
kejahatan berbuat cabul terhadap orang hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
yang tak sadarkan diri dan belum cukup hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
umur untuk kawin (Pasal 290); l). Apabila 2
Rosaniya Paradiaz, Soponyono – Jurnal Pembangunan
kejahatan dalam pasal 286, 287, 289, dan Hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022
3
3 Ibid.
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas tingginya angka kasus kekerasan seksual
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak yang terjadi di Indonesia, menjadi sebuah
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi ironi bahwasanya kekerasan seksual tidak
dalam keadaan apapun. Dapat dilihat dari diatur secara jelas bahkan tidak disebut
berbagai pasal di atas, bahwasanya sistem sekalipun dalam Kitab Undang-Undang
hukum Indonesia menentang kekerasan Hukum Pidana. Kekerasan seksual. Dari
termasuk kekerasan seksual.4 hasil pemantauan Komnas Perempuan dari
2. Pembuktian Kasus Kekerasan Seksual tahun 1998 hingga 2013 yaitu di Indonesia
selama 15 tahun setidaknya ada 15 bentuk
Due process of law diartikan sebagai kekerasan seksual yaitu: a) perkosaan; b)
seperangkat prosedur yang disyaratkan oleh perbudakan seksual; c) intimidasi seksual;
hukum sebagai standar beracara dalam d) prostitusi seksual; e) eksploitasi seksual;
hukum pidana yang berlaku universal f) pemaksaan perkawinan; g) perdangan
(Savitri, 2020). Alat bukti Menyatakan alat perempuan untuk seksual; h) pemaksaan
bukti berdasarkan Pasal 184 dalam Kitab kontrasepsi dan sterilisasi; i) pemaksaan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana: kehamilan; j) pemaksaan aborsi; k)
a) Keterangan saksi; b) Keterangan prenyiksaan seksual; l) kontrol seksual; m)
ahli; c) Surat; d) Petunjuk; e) Keterangan penghukuman tak manusiawi dan bernuasa
terdakwa. Oleh karena itu, apabila diduga seksual; n) pelecehan seksual; dan o)
terjadi pelecehan seksual, hal-hal yang praktik tradisi berkaitan seksual yang
dapat digunakan untuk membantu berbahaya atau diskriminasi perempuan
pembuktian kasus kekerasan seksual adalah (Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
kelima hal di atas. Dan untuk kasus terkait Perempuan, 2021) 6
pencabulan atau perkosaan, biasanya Oleh karena itu, karena tingginya
menggunakan salah satu alat bukti berupa angka kekerasan seksual dan kurang
visum erepertum. Visum et repertum pastinya hukum Indonesia membahas
merupakan sebuah istilah yang awam di kekerasan seksual, dianggap sebagai sebuah
dunia kedokteran forensik. Visum berasal urgensi untuk membentuk Undang- Undang
dari bahasa Latin yang memiliki arti tanda yang mengatur mengenai kekerasan seksual
melihat. Sedangkan repertum, berarti secara lebih lanjut. Hal ini juga berkaitan
melapor yang artinya apa yang sudah dengan hak asasi manusia yang ditegaskan
dipeoleh dari pemeriksaan dokter terhadap pada Pasal 28D ayat (1) bahwasanya setiap
korban. Sehingga visum et repertum dapat orang berhak atas pengakuan, jaminan,
diartikan sebagai melaporkan hal apa yang perlindungan, dan kepastian hukum yang
dilihat dan ditemukan. Apabila tidak adil serta perlakuan yang sama di hadapan
terlihat adanya tanda kekerasan setelah hukum. Terkait dengan kekerasan seksual
keluar hasil dari visum et repertum, akan yang hingga saat ini belum memiliki
jauh lebih baik apabila dicari alat bukti pengaturan khusus, membuat peraturan
yang lain agar tindakan kekerasan seksual perundang-undangan terkait kekerasan
ini dapat dibuktikan. Dan pada akhirnya seksual dianggap penting karena juga
keputusan mengenai apakah ini tindakan sebagai bentuk negara menjamin adanya
kekerasan seksual akan dikembalikan lagi kepastian hukum yang adil bagi seluruh
kepada putusan hakim.5 masyarakat Indonesia.Masyarakat pun tak
hentinya terus menerus menuntut
3. Urgensi rancangan undang- pengesahan Rancangan Undang-Undang
undang penghapusan kekerasan seksual Penghapusan Kekerasan Seksual mengingat
hingga hari ini kekerasan seksual terus-
Dihadapkan dengan fakta di lapangan yaitu menerus masih terjadi. Selain dari itu
4
Ibid.
Pemerintah dan Komisi III DPR RI juga
5
Rosania Paradiaz, Eko Soponyono – Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022 6
Ibid.
sedang bekerja sama melakukan
pembahasan Rancangan Kitab Undang- Kasus kekerasan seksual di
Undang Hukum Pidana yang baru. 7 Indonesia menjadi problematika sosial di
4. Dampak Psikologis masyarakat. Namun sayangnya, hukum
pidana yang dibuat untuk melindungi
Dampak perilaku atau psikomotorik korban kekerasan seksual masih terkesan
pada korban pelecehan seksual berupa serampangan dan tidak menunjukkan
gejala pada fisik maupun perubahan pada adanya keberpihakan pada korban. Hal ini,
perilaku. Gejala pada fisik yakni jantung membuat banyak korban kekerasan seksual
berdebar, sesak nafas, sakit dan pusing. takut untuk memperjuangkan keadilan yang
Perubahan perilaku yang dilakukan oleh berhak didapatkannya. Korban kekerasan
korban pelecehan seksual yakni seksual takut untuk mengajukan laporan
menghindari pelaku, memasang wajah terkait kasus kekerasan seksual yang
serius ketika bertemu pelaku, mengurangi dialaminya, karena kurangnya perlindungan
intensitas bermain twitter, dan merubah hukum di Indonesia yang menjamin
cara berpakaian dengan mengenakan jeans. perlindungan bagi korban kekerasan
Sebagaimana penelitian yang dilakukan seksual. Aturan hukum pidana yang telah
oleh Artaria (2012) korban setelah dibuat, kurang menunjukkan keberpihakan
mendapatkan kejadian pelecehan seksual pada korban kekerasan seksual.
teringat akan kasus yang dialami dan Terdapatnya beberapa frasa yang rancu,
menangis atas teraganggunya pikiran membuat penegakan hukum terkait kasus
tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh kekerasan seksual di Indonesia sulit untuk
Fuadi (2011) bahwa korban akan diterapkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
mengalami flashback atau mengingat regulasi hukum yang tepat untuk
kembali atas kejadian yang dialami. 8 melindungi korban kekerasan seksual dari
kejahatan yang dialaminya. 9
5. Akar Persoalan
DAFTAR PUSTAKA
Dapat disimpulan bahwa pelecehan
seksual seringkali terjadi ketidaksadaran Kurnianingsih, S., 2003. Pelecehan Seksual
kolektif laki-laki sebagai akibat dari akar Terhadap Perempuan di Tempat Kerja. Buletin
struktur gender yang telah tertanam dengan Psikologi,
mendalam di kalangan masyarakat yang
sebenarnya tidak adil. Hal ini juga terjadi di Volume 11 (2), pp. 116-129.
Indonesia, di mana sejak kecil perempuan Paradiaz, R. & Soponyono, E., 2022.
dibiasakan bersifat feminin dan laki-laki Perlindungan Hukum Terhadap Korban
bersifat maskulin (Nuryoto, 1992). Pelecehan Seksual.
Sabaroedin (dalam Media Indonesia, 18
September 1991) menyatakan pelecehan Jurnal Pembangunan Hukum
seksual terjadi akibat pengkondisian sosial Indonesia, Volume 4, no.1,, pp. 61-72.
dalam masyarakat. Dalam masyarakat
Trihastuti, A. & Nuqul, L. F., 2020.
patriarki, kekuasaan berada di tangan
mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Menelaah Pengambilan Keputusan
Perempuan otomatis dipandang sebagai Korban Pelecehan
subordinat yang boleh diremehkan. Seksual dalam Melaporkan
Kasus Pelecehan Seksual. Jurnal Ilmu
KESIMPULAN Psikologi, pp. 1-15
7
Rosania paradiaz, eko soponyono – jurnal pembangunan
hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022
8
Kurnianingsih, S – buletin psikologi 11 (2) 116 – 129, 9
Trihastuti, A. & Nuqul, L. F., jurnal psikologi 1-15,
2003 2020

Anda mungkin juga menyukai