nujjiyasalsabila@gmail.com SILVIYA KHOIRUNNISA (1111220195) silviyakhoirunnisa@gmail.com KELAS I
PROGRAM STUDI ILMU
HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA ABSTRAK Pelecehan seksual dapat terjadi di tempat kerja, di tempat umum, maupun di lingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah (1) bentuk pelecehan seksual yang dialami, (2) dampak psikologis, (3) proses pengambilan keputusan korban pelecehan seksual,dan (4) harapan korban pelecehan seksual. Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang merupakan bagian dari tipology penelitian doctrinal. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan perundang- undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rancangan hukum pidana untuk kasus kekerasan seksual menjadi suatu hal yang urgensi, mengingat maraknya kasus kekerasan seksual di Indonesia. Pembuatan udang-undang yang melindungi korban kekerasan seksual, penyelesaian terhadap kasus kekerasan seksual dan perlindungan terhadap korban kasus kekerasan seksual dapat dijalankan dengan baik.
Kata kunci: Pengambilan Keputusan, Pelecehan Seksual, Harapan, Korban
Pelecehan PENDAHULUAN dan tidak menyenangkan. Mengungkapkan bahwa kekerasan seksual merupakan suatu Kekerasan seksual merupakan isu tindakan kekerasan yang dilakukan yang telah lama menjadi perbincangan di seseorang dengan cara memaksa untuk tengah masyarakat Indonesia. Di Indonesia melaksanakan kontak seksual yang tidak sendiri, kata pelecehan berarti kekerasan dikehendaki. Kekerasan ialah salah satu perilaku yang bertentangan dengan Pendekatan penelitian yang dipakai ialah Undang-Undang, baik hanya berupa pendekatan konseptual dan perundang- tindakan mengancam atau tindakan yang undangan. Sumber data yang dipakai ialah sudah mengarah action nyata yang data sekunder atau data yang diperoleh mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik, secara tidak langsung melalui studi benda, atau juga bisa menyebabkan kepustakaan. Data sekunder tersebut pun kematian seseorang. Pada kasus kekerasan dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu, seksual tidak hanya menyerang pada bahak hukum primer, bahan hukum kekerasan fisik, tetapi secara tidak langsung sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan juga menyerang mental korban. Dampak hukum primer adalah data yang memliki mental yang dialami korban akibat adanya kekuatan hukum seperti kekerasan seksual ini tidak mudah peraturanperundang-undangan,sedangkan dihilangkan dibandingkan dengan bahan hukum sekunder dan tersier adalah kekerasan fisik yang juga dialaminya, data pendukung bahan hukum primer dibutuhkan waktu yang cukup lama agar seperti penelitian- penelitian terdahulu yang korban benar-benar pulih dari kejadian telah terpublikasi dan buku- buku yang yang dialaminya (Mannika dalam Paradiaz, terkait. Bahan hukum yang telah diperoleh 2018: ) ini kemudian dianalisis menggunakan Sesuai data yang telah dihimpun analisis deskriptif-kualitatif untuk oleh Kementerian Pemberdayaan memperoleh kesimpulan yang dapat Perempuan dan Perlindungan Anak telah dipertanggungjawabkan secara ilmiah tercatat bahwasanya kasus kekerasan (Tampubolon, 2016). seksual pada tahun 2020 berada pada angka 7.191 kasus. Sedangkan terhitung dari Juni RUMUSAN MASALAH 2021 dari sistem informasi daring perlindungan perempuan dan anak, kasus Berdasarkan metode penelitian yang kekerasan seksual pada tahun 2021 telah telah diuraikan diatas, maka identifikasi mencapai 1.902 kasus (Komisi Nasional masalah dalam penelitian ini dapat Anti Kekerasan terhadap Perempuan, diuraikan sebagai berikut: 2021). Hingga saat ini kekerasan seksual di Indonesia yang telah dirasakan anak di 1. Apa faktor yang meyebabkan bawah umur masih sangat banyak. Hal ini terjadinya tindak pidana kekerasa terlihat dari berita baik media cetak maupun seksual yang terjadi dimasyarakat? elektronik di Indonsa yang masih 2. Bagaimana upaya penegakan hukum memberikan informasi berkaitan dengan terhadap tindak pidana seksual? kekerasan seksual. Kasus kekerasan sesual PEMBAHASAN anak baik secara fisik maupun psikis selalu menjadi pembicaraan hangat baik di tingkat 1. Penegakan Hukum terhadap Tidak nasional atau internasional. Hal ini Pidana Kekerasan Seksual di Indonesia dikareakan kasus ini telah terjadi sejak manusia ada di muka bumi. Hal ini Perilaku pelecehan seksual mungkin akan terus terjadi hingga dimasa merupakan sebuah perbuatan tercela yang yang akan datang.1 dapat diukur dengan adanya pelanggaran METODE PENELITIAN terhadap kaidah-kaidah atau norma norma yang berakar pada nilai-nilai sosial- budaya Penelitian ini menggunakan metode sebagai suatu sistem tata kelakuan dan penelitian hukum normatif yang merupakan pedoman tindakan-tindakan warga bagian dari tipology penelitian doctrinal. masyarakat, yang dapat menyangkut norma keagamaan, kesusilaan dan hukum. Dalam 1 Rosania paradiaz, eko soponyono – jurnal pembangunan hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022 sebuah artikel yang berjudul “Kekerasan Seksual: Mitos dan Realitas”, Ratna Batara 290 mengakibatkan luka berat (Pasal 291); Munti menyatakan bahwasanya tindak m). kejahatan berbuat cabul terhadap anak pidana pelecehan seksual tidak diatur pada sesama kelamin (Pasal 292); n). secara jelas di Kitab Undang-Undang kejahatan mendorong orang berbuat cabul Hukum Pidana bahkan tidak satu pasal pun dengan orang yang belum cukup umur menyebutkan kata-kata pelecehan seksual (Pasal 293); o). kejahatan berbuat cabul ataupun kekerasan seksual, hanya ada dengan anak (Pasal 294); p). kejahatan istilah perbuatan cabul yang diatur pada mempermudah berbuat cabul bagi anak Pasal 289 sampai dengan Pasal 296 Kitab (Pasal 295) kejahatan mempermudah Undang-Undang Hukum Pidana. berbuat cabul sebagai mata pencaharian Sedangkan perbuatan cabul sendiri dapat atau kebiasaan (Pasal 296). 2 diartikan sebagai suatu perilaku yang tidak Bukan hanya terkait dengan hukum sesuai dengan rasa kesusilaan atau perlaku pidana, terjadinya kekerasan seksual juga keji yang dilakukan dikarenakan semata- melanggar hak asasi yang dimiliki oleh mata memenuhi nafsu yang tidak dapat korban. Sistem hukum Indonesia menjamin dikendalikan. Rumusan yang dimuat dalam hak asasi manusia dari setiap KUHP, secara garis besar klasifikasi masyarakatnya. Tercantum dalam Undang- kekerasan seksual terbagi atas, perzinahan, Undang Dasar Negara Kesatuan Republik persetubuhan, pencabulan, pornografi. Indonesia 1945 pada Pasal 28A-28J. Pada Terkait kekerasan seksual atau pelecehan Pasal 28A dijelaskan bahwa setiap orang seksual tidak diatur secara jelas dalam berhak untuk hidup serta berhak untuk Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mempertahankan hidup dan kehidupannya. KUHP hanya mengatur Kejahatan Selanjutnya pada Pasal 28B ayat (2) Terhadap Kesusilaan. Kejahatan Terhadap dijelaskan bahwa setiap anak berhak atas Kesusilaan ini diatur dalam BAB XVI kelangsungan hidup, tumbuh, dan Buku II Kitab Undang-Undang Hukum berkembang, serta berhak atas perlindungan Pidana, yaitu sebagai berikut: a). kejahatan dari kekerasan dan diskriminasi. Seorang akibat pelanggaran secara terbuka anak seharusnya memperoleh perlindungan kesusilaan umum (Pasal 281); b). kejahatan harkat dan martbat di lingkungan sekitar pornografi (Pasal 282); c). kejahatan supaya ia bisa tumbuh dan berkembang pornografi kepada anak (Pasal 283); d). baik fisik maupun psikologisnya. Bahkan kejahatab pornografi ketika melaksanakan Frans Magnis Suseno berpendapat bahwa pencahariannnya (Pasal 283b); e). melindungi hak anak merupakan bagian kejahatan zina (Pasal 284); f). kejahatan dari membela HAM (Hak Asasi Manusia) melaksanakan perkosaan untuk bersetubuh (Antari, 2021). 3 (Pasal 285); g). kejahatan bersetubuh dalam Lalu pada Pasal 28G dijelaskan bahwa kondisi tak sadarkan diri dan tak berdaya tiap manusa berhak mendapatkan tanpa melakukan perkawinan (Pasal 286); perlindungan diri pribadi, kehormatan, h). kejahatan bersetubuh dengan anak keluarga, harkat dan martabat, serta berhak perempuan (Pasal 287); i). Kejahatan memperoleh rasa aman dan perlindungan bersetubuh dengan perempuan yang belum dari ancaman ketakutan untuk melakukan cukup umur untuk kawin sehingga sesuatu atau tak melakukan sesuatu yang menyebabkan luka ringan bahkan berat merupakan hak asasi. Kemudian dipertegas (Pasal 288); j). kejahatan perkosaan berbuat lagi pada Pasal 28I ayat (1) bahwa hak percabulan atau perilaku yang menyerang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kehormatan kesusilaan (Pasal 289); k). untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, kejahatan berbuat cabul terhadap orang hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, yang tak sadarkan diri dan belum cukup hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan umur untuk kawin (Pasal 290); l). Apabila 2 Rosaniya Paradiaz, Soponyono – Jurnal Pembangunan kejahatan dalam pasal 286, 287, 289, dan Hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022 3 3 Ibid. hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas tingginya angka kasus kekerasan seksual dasar hukum yang berlaku surut adalah hak yang terjadi di Indonesia, menjadi sebuah asasi manusia yang tidak dapat dikurangi ironi bahwasanya kekerasan seksual tidak dalam keadaan apapun. Dapat dilihat dari diatur secara jelas bahkan tidak disebut berbagai pasal di atas, bahwasanya sistem sekalipun dalam Kitab Undang-Undang hukum Indonesia menentang kekerasan Hukum Pidana. Kekerasan seksual. Dari termasuk kekerasan seksual.4 hasil pemantauan Komnas Perempuan dari 2. Pembuktian Kasus Kekerasan Seksual tahun 1998 hingga 2013 yaitu di Indonesia selama 15 tahun setidaknya ada 15 bentuk Due process of law diartikan sebagai kekerasan seksual yaitu: a) perkosaan; b) seperangkat prosedur yang disyaratkan oleh perbudakan seksual; c) intimidasi seksual; hukum sebagai standar beracara dalam d) prostitusi seksual; e) eksploitasi seksual; hukum pidana yang berlaku universal f) pemaksaan perkawinan; g) perdangan (Savitri, 2020). Alat bukti Menyatakan alat perempuan untuk seksual; h) pemaksaan bukti berdasarkan Pasal 184 dalam Kitab kontrasepsi dan sterilisasi; i) pemaksaan Undang-Undang Hukum Acara Pidana: kehamilan; j) pemaksaan aborsi; k) a) Keterangan saksi; b) Keterangan prenyiksaan seksual; l) kontrol seksual; m) ahli; c) Surat; d) Petunjuk; e) Keterangan penghukuman tak manusiawi dan bernuasa terdakwa. Oleh karena itu, apabila diduga seksual; n) pelecehan seksual; dan o) terjadi pelecehan seksual, hal-hal yang praktik tradisi berkaitan seksual yang dapat digunakan untuk membantu berbahaya atau diskriminasi perempuan pembuktian kasus kekerasan seksual adalah (Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap kelima hal di atas. Dan untuk kasus terkait Perempuan, 2021) 6 pencabulan atau perkosaan, biasanya Oleh karena itu, karena tingginya menggunakan salah satu alat bukti berupa angka kekerasan seksual dan kurang visum erepertum. Visum et repertum pastinya hukum Indonesia membahas merupakan sebuah istilah yang awam di kekerasan seksual, dianggap sebagai sebuah dunia kedokteran forensik. Visum berasal urgensi untuk membentuk Undang- Undang dari bahasa Latin yang memiliki arti tanda yang mengatur mengenai kekerasan seksual melihat. Sedangkan repertum, berarti secara lebih lanjut. Hal ini juga berkaitan melapor yang artinya apa yang sudah dengan hak asasi manusia yang ditegaskan dipeoleh dari pemeriksaan dokter terhadap pada Pasal 28D ayat (1) bahwasanya setiap korban. Sehingga visum et repertum dapat orang berhak atas pengakuan, jaminan, diartikan sebagai melaporkan hal apa yang perlindungan, dan kepastian hukum yang dilihat dan ditemukan. Apabila tidak adil serta perlakuan yang sama di hadapan terlihat adanya tanda kekerasan setelah hukum. Terkait dengan kekerasan seksual keluar hasil dari visum et repertum, akan yang hingga saat ini belum memiliki jauh lebih baik apabila dicari alat bukti pengaturan khusus, membuat peraturan yang lain agar tindakan kekerasan seksual perundang-undangan terkait kekerasan ini dapat dibuktikan. Dan pada akhirnya seksual dianggap penting karena juga keputusan mengenai apakah ini tindakan sebagai bentuk negara menjamin adanya kekerasan seksual akan dikembalikan lagi kepastian hukum yang adil bagi seluruh kepada putusan hakim.5 masyarakat Indonesia.Masyarakat pun tak hentinya terus menerus menuntut 3. Urgensi rancangan undang- pengesahan Rancangan Undang-Undang undang penghapusan kekerasan seksual Penghapusan Kekerasan Seksual mengingat hingga hari ini kekerasan seksual terus- Dihadapkan dengan fakta di lapangan yaitu menerus masih terjadi. Selain dari itu 4 Ibid. Pemerintah dan Komisi III DPR RI juga 5 Rosania Paradiaz, Eko Soponyono – Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022 6 Ibid. sedang bekerja sama melakukan pembahasan Rancangan Kitab Undang- Kasus kekerasan seksual di Undang Hukum Pidana yang baru. 7 Indonesia menjadi problematika sosial di 4. Dampak Psikologis masyarakat. Namun sayangnya, hukum pidana yang dibuat untuk melindungi Dampak perilaku atau psikomotorik korban kekerasan seksual masih terkesan pada korban pelecehan seksual berupa serampangan dan tidak menunjukkan gejala pada fisik maupun perubahan pada adanya keberpihakan pada korban. Hal ini, perilaku. Gejala pada fisik yakni jantung membuat banyak korban kekerasan seksual berdebar, sesak nafas, sakit dan pusing. takut untuk memperjuangkan keadilan yang Perubahan perilaku yang dilakukan oleh berhak didapatkannya. Korban kekerasan korban pelecehan seksual yakni seksual takut untuk mengajukan laporan menghindari pelaku, memasang wajah terkait kasus kekerasan seksual yang serius ketika bertemu pelaku, mengurangi dialaminya, karena kurangnya perlindungan intensitas bermain twitter, dan merubah hukum di Indonesia yang menjamin cara berpakaian dengan mengenakan jeans. perlindungan bagi korban kekerasan Sebagaimana penelitian yang dilakukan seksual. Aturan hukum pidana yang telah oleh Artaria (2012) korban setelah dibuat, kurang menunjukkan keberpihakan mendapatkan kejadian pelecehan seksual pada korban kekerasan seksual. teringat akan kasus yang dialami dan Terdapatnya beberapa frasa yang rancu, menangis atas teraganggunya pikiran membuat penegakan hukum terkait kasus tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh kekerasan seksual di Indonesia sulit untuk Fuadi (2011) bahwa korban akan diterapkan. Oleh karena itu, dibutuhkan mengalami flashback atau mengingat regulasi hukum yang tepat untuk kembali atas kejadian yang dialami. 8 melindungi korban kekerasan seksual dari kejahatan yang dialaminya. 9 5. Akar Persoalan DAFTAR PUSTAKA Dapat disimpulan bahwa pelecehan seksual seringkali terjadi ketidaksadaran Kurnianingsih, S., 2003. Pelecehan Seksual kolektif laki-laki sebagai akibat dari akar Terhadap Perempuan di Tempat Kerja. Buletin struktur gender yang telah tertanam dengan Psikologi, mendalam di kalangan masyarakat yang sebenarnya tidak adil. Hal ini juga terjadi di Volume 11 (2), pp. 116-129. Indonesia, di mana sejak kecil perempuan Paradiaz, R. & Soponyono, E., 2022. dibiasakan bersifat feminin dan laki-laki Perlindungan Hukum Terhadap Korban bersifat maskulin (Nuryoto, 1992). Pelecehan Seksual. Sabaroedin (dalam Media Indonesia, 18 September 1991) menyatakan pelecehan Jurnal Pembangunan Hukum seksual terjadi akibat pengkondisian sosial Indonesia, Volume 4, no.1,, pp. 61-72. dalam masyarakat. Dalam masyarakat Trihastuti, A. & Nuqul, L. F., 2020. patriarki, kekuasaan berada di tangan mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Menelaah Pengambilan Keputusan Perempuan otomatis dipandang sebagai Korban Pelecehan subordinat yang boleh diremehkan. Seksual dalam Melaporkan Kasus Pelecehan Seksual. Jurnal Ilmu KESIMPULAN Psikologi, pp. 1-15 7 Rosania paradiaz, eko soponyono – jurnal pembangunan hukum Indonesia 4 (1) 61-72, 2022 8 Kurnianingsih, S – buletin psikologi 11 (2) 116 – 129, 9 Trihastuti, A. & Nuqul, L. F., jurnal psikologi 1-15, 2003 2020