Anda di halaman 1dari 7

Kekerasan Seksual dalam Pernikahan: Analisis terhadap Aspek Hukum

dan Perlindungan Korban

Disusun untuk memenuhi tugas

Metode penelitian dan penulisan hukum

Dosen pengampu: Latifah Ratnawaty, S.H.,M.H.

Nama: M Mario

211103010604

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

BOGOR

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Majunya dunia, menyebabkan berkembang pula berbagai Bidang penyokong


kehidupan manusia, seperti ekonomi, sosial-Budaya, pertahanan-keamanan, hukum dan lain
sebagainya, Namun majunya dunia dan berkembangnya berbagai bidang Penyokong
kehidupan manusia, tidak serta merta memajukan dan Mengembangkan mental maupun moral
manusia,terbukti dengan Makin maraknya kasus-kasus tidak manusiawi yang terjadi
Khususnya di Indonesia seperti pelanggaran-pelanggaran baik itu Ringan ataupun berat
maupun kejahatan.Kekerasan merupakan salah satu bentuk dari kejahatan. Kekerasan bukan
saja sebatas kekerasan terhadap fisik, tetapi Juga kekerasan terhadap psikis-psikologis maupun
terhadap Seksualitas seseorang. Kekerasan bisa terjadi dimana saja, kapan Saja dan bahkan
dilakukan oleh siapa saja tanpa mengenal status Dan pertalian darah. Dewasa ini, kekerasan
terhadap perempuan Dan juga anak sekiranya merupakan suatu topik penting yang Tidak
pernah usai untuk dibahas, hal ini dikarenakan perempuan Dan anak sering menjadi objek dari
kekerasan itu sendiri, dimana Dalam lingkungan sosial perempuan dan anak masih ditempatkan
Dan dianggap sebagai pihak yang lebih lemah daripada laki-laki.Perkosaan sebagai salah satu
bentuk kekerasan seksual Sering terjadi kepada perempuan, baik itu perempuan dewasa,
Remaja maupun anak-anak. Mirisnya, pelaku bukan saja dari Kalangan laki-laki dewasa,
namun juga remaja dan anak-anak di Bawah umur, bukan saja dari lingkup orang jauh tetapi
juga dari Lingkup orang terdekat, misalnya suami. Kasus perkosaan yang Dilakukan oleh
suami terhadap istri atau bisa disebut perkosaan

Dalam perkawinan dimana dalam istilah asingnya disebut dengan marital rape,
merupakan salah satu contoh bahwa kejahatan bisa Dilakukan oleh siapa saja. Dalam hukum
pidana umum Indonesia, yakni KUHP, Perkosaan yang dikenal adalah perkosaan yang terjadi
di luar Perkawinan, dalam artian baik pelaku maupun korban tidak Terikat perkawinan.
Perkosaan dalam perkawinan (marital rape) Termasuk ke dalam tindakan kekerasan seksual,
sebagaimana Diatur dalam UU. No. 23 Thn. 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.

2
Perkawinan tidak hanya mempunyai unsur lahir atau Jasmani saja, tetapi juga unsur
batin atau rohani yang mempunyai Peranan yang sangat penting dalam mewujudkan keluarga
Bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Perkawinan Tidak hanya merupakan
persoalan hukum antara pasangan suami

Istri tetapi juga memiliki kaitan dengan persoalan keagamaan Sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa
“Perkawinan adalah Sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama Dan
kepercayaannya itu”. Hal ini berbeda dengan ketentuan Pasal 26 KUH Perdata yang
memandang perkawinan sebagai masalah keperdataan saja, dimana persoalan keagamaan
bukan menjadi penghalang untuk terjadi nya perkawinan.

Sebagai konsekuensi logis dari adanya satu perkawinan, maka akan lahirlah gak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pasangan. Pemenuhan hak oleh suami dan
istri setara dan sebanding Dengan beban kewajiban yang harus dipenuhi. Suami Istri memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakkan Rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
Masyarakat. Hak dan kedudukan istri seimbang dengan Hak dan kewajiban suami dalam rumah
tangga dan Pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Masing-Masing pihak (suami istri)
berhak untuk melakukan Perbuatan hukum.

Ajaran Islam memberikan aturan jelas terkait hak dan Kewajiban suami istri dalam
perkawinan, bahkan al-Quran Memberikan aturan khusus terhadap suami untuk menggauli
Istrinya dengan baik ( ma’ruf) dengan demikian bagi istri itu Ada hak-hak yang berimbang
dengan kewajiban-kewajibannya Secara ma’ruf dan bagi suami setingkat lebih di atas istri
(Bastiar, 2018;78) Sebagaimana QS. Al Baqoroh : 228. Namun demikian, Suatu perkawinan
bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan Seksual saja tetapi juga tentang saling
mencintai,menyayangi dan Melindungi, sehingga tidak dibenarkan dalam praktiknya ada Pihak
yang menjadikan salah satu pihak hnaya mementingkan Kebutuhan biologisnya tanpa
mempertimbangkan kebutuhan Pasangannya, terlebih cara pemenuhan kebutuhan biologis
Yang hanya mempertimbangkan kepuasan dengan menjadikan Pasangannya korban kekerasan
seksual dalam sebuah rumah Tangga dan apabila di dalam perkawinan terjadi suatu tindakan
Kekerasan seksual.

3
B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, terdapat beberapa identifikasi
masalah, antara lain :

a) Bagaimana pengaturan tentang perkosaan yang dilakukan dalam pernikahan (marital


rape) di Indonesia?

b) Apakah sanksi bagi pelaku perkosaan dalam pernikahan (marital rape)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Terdapat beberapa tujuan yang sekiranya ingin dicapai dari penulisan ini, antara lain:

a) Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang perkosaan dalam pernikahan (marital


rape) di Indonesia.
b) Untuk mengetahui apa sajasanksi yang dapat dijatuhkan bagi pelaku perkosaan dalam
pernikahan (marital rape).

D. KEGUNAAN PENELITIAN
Ada 3 (tiga) kegunaan dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat.
Temuan dari penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kekerasan seksual dalam pernikahan, membantu mengurangi stigma terhadap korban, dan
mendorong adopsi perilaku yang lebih inklusif dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

2. Meningkatkan Akses dan Kualitas Layanan Korban.


Analisis terhadap perlindungan korban dapat memberikan pandangan yang lebih jelas
mengenai kebutuhan yang harus dipenuhi, memungkinkan penyedia layanan untuk
meningkatkan akses dan kualitas bantuan medis, konseling, dan perlindungan hukum.

3. Memberikan Suara bagi Korban.


Dengan membahas kekerasan seksual dalam pernikahan dari perspektif hukum dan
perlindungan korban, penelitian ini dapat memberikan suara bagi korban dan membantu
memperjuangkan hak mereka untuk keadilan.

4
E. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum
normatif doktinal 1 . Penelitian hukum normatif atau doktrinal adalah penelitian dalam ilmu
hukum yang membahas mengenai Dokrin-dokrin ataupun asas-asas.

1. Jenis penelitian

Penelitian ini dibuat dengan memakai metode kepustakaan (Library Research).


Menurut Noeng Muhadjir dalam artikel Rina 2 penelitian Kepustakaan merupakan sebuah
penelitian yang memerlukan olahan filosofis dan Teoritis ketimbang uji empiris dilapangan.
Oleh karena itu biasanya penelitian Kepustakaan lebih akrab dengan menggunakan pendekatan
filosofis. Sementara itu Mardealis mendefenisikan penelitian kepustakan bertujuan untuk
mengumpulkan Data dan informasi melalui berbagai macam sumber material dari
perpustakaan.

2. Analisa data

Dalam hal ini, data yang peneliti lakukan adalah menggunakan metode analisis
Deskriptif kualitatif, yaitu cara penelitian yang menggunakan dan menghasilkan data
Deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis maupun lisan Dan juga
perilaku nyata yang akan diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Metode analisis
deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman Yang mendalam tentang
kondisi, situasi, dan perilaku yang terkait dengan Implementasi kebijakan anti-pelecehan
seksual di lingkungan Pendidikan.

3. Sumber data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua data yang umumnya digunakan dalam
penelitian kualitatif, yakni primer dan sekunder.

1 1Jonaedi Efendi, 2016, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,


Prenadamedia Group, Depok, h.124
2 Rina Hayati, “Penelitian Kepustakaan (Liberary Research) Macam, Cara Menulis

Dan contohnya.”jurnal

5
a) Sumber Data primer

Sendiri merupakan bahan pustaka utama yang dijadikan rujukan. Dalam penelitian Ini, data
tersebut diambil dari karya Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap
Kekerasan Seksual: Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan,

b) Sumber data sekunder

buku-buku literatur, peraturan perundang-undangaperundang-undanga. Khususnya dalam


Pasal 8 UU No. 23 Thn. 2004 terkait dengan kekerasan seksual dalam rumah tangga.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Kekerasan Seksual:


Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Refika Aditama, Jakarta, 2001,

Foucault, Michel. (1997) . Seks dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas. Rahayu S. Hidayat
(Penerj.) Jakarta: GramediaPustaka Utama,

Simson Ruben, (2015) ”Kekerasan Seksual Terhadap Istri Ditinjau Dari Sudut Pandang
Hukum Pidana”, No.5, Vol.IV, Juli.

Pius Suratman Kartasasmita, (1998), ”Marital Rape : Sebuah catatan


sosiologis”,Pro Justitia, Edisi XVI, No. 2

Josua Satria Collins, Mengenal MaritalRape,http://www.Calonsh.com/2016/10/03/mengenal-


marital-rape.

Anda mungkin juga menyukai