Anda di halaman 1dari 15

HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU PELECEHAN SEKSUAL

TERHADAP ANAK PERSPEKTIF MAQASID SYARIAH

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Inayah Wulandari

NIM. 20382012079

Hizbiyah

NIM. 20382012075

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
A. Konteks Penelitian

Anak merupakan generasi penerus bangsa serta memiliki peran penting

dalam mewujudkan cita-cita perjuangan dan merupakan tunas yang menjadi

aset masa depan bangsa Indonesia1.

Maka dari itu setiap anak harus mendapat perlindungan dari segala aspek,

namun tidak jarang bahkan anak sangat rentan menjadi objek kekerasan baik

didalam keluarga maupun dilingkungan sosial. Upaya pemerintah dalam

perlindungan terhadap anak yaitu pemerintah membentuk Komisi

Perlindungan Anak Indonesia serta membentuk Undang-undang Nomor 17

Tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-

undang nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak menjadi Undang-undang.2

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016 sudah dijelaskan mengenai

perlindungan anak pun di dalam hukum Islam dijelaskan pula mengenai hak

dan tanggung jawab anak. Berdasarkan pada kaedah Ushul Fiqh dimana para

ulama khususnya Al-ghazali berusaha menjaga dengan baik apa yang disebut

Al-Mashlahah (Maqashid Syariah) yakni: menjaga agama, menjaga jiwa,

menjaga akal, menjaga keturunan, serta menjaga harta. Itulah sebabnya

mengapa para pemimpim terdahulu sejak masa khulafaur rasyidin telah

1
Dina Roszana, emmilia Rusdiana, Gelar Ali Ahmad, “Eksistensi Hukuman Kebiri Bagi Pelaku
Kekerasan Seksual Terhadap Anak Ditinjau Dari Pembentukan Norma Hukum Pidana” Novum :
Jurnal Hukum, vol. 7, No 3. (Juli, 2020), 23.
2
Maidin Gultom, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan” (Bandung;Refika
Aditama,2013).
melakukan ijtihad untuk mencari solusi hukum terkait dengan masalah yang

dihadapi oleh mereka.3

Berdasarkan kaedah tersebut, dalam mengambil keputusan hukum harus

mendalami sisi-sisi maslahat objek yang dituju. Al-Mashlahah sebagai dalil

hukum mengandung arti bahwa Al-Mashlahah menjadi landasan dan tolak

ukur dalam penetapan hukum yang mana hukum dari suatu masalah tertentu

ditetapkan sedemikian rupa karena kemaslahatan menghendski agar hukum

tersebut ditetapkan pada masalah tersebut.4

Dalam Konteks ini Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan: “Berubah dan

berbedanya sebuah fatwa tergantung dengan berubahnya zaman, tempat,

kondisi, niat dan manfaat”.5 Namun berubahnya suatu hukum agama

disebabkan karena adanya perubahan kondisi hanya terjadi pada masalah yang

tidak berkaitan dengan akidah dan ibadah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Kembali

menegaskan: “Sesungguhnya hukum dan maslahat terbagi dua: pertama, ada

bagian yang tidak berubah seperti hukum wajibnya sesuatu yang memang

haram, misalnya haramnya mencuri, haramnya berzina, haramnya membunuh,

haramnya berlaku zalim, dan juga misalnya halalnya jual beli, halalnya sewa

menyewa, dan halalnya menikah. Kedua, Hal-hal yang berubah dengan

maslahat waktu dan tempat, dan kondisi seperti jumlah kadar ta’zir dan jenis-

jenisnya”.6

3 Al-ghazali,” al-Mustashfa”, 286-287.


4
Dr. H. Abd. Rahman Dahlan, M.A, “Ushul Fiqh” (Jakarta:Amzah,2010), 315
5
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,”I’lam Al-Muwaqqiin” (Kairo:Dar Al-Hadis, Jilid 2), 1.
6
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Igatsah Allahfan” (Kairo: Dar Al-Hadis, Jilid 1), 346.
Selain Undang-undang nomor 17 Tahun 2016, jaminan atas hak anak

dikuatkan pula melalui ratifikasi konvensi internasional tentang hak anak

melalui keputusan presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Convention On The

Rights Of The Child. Selanjutnya, untuk lebih menguatkan eksistensi dalam

menjamin dilaksanakannya hak ini dan sebagai wujud komitmen Indonesia

dalam ratifikasi kinvensi internasional tersebut, maka dibentuk pula Undang-

undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang menegaskan

negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

menghoromati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa diskriminasi serta

berkewjiban danbertanggung jawab dalam memberikan dukungan dan

prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.7

Negara sedari awal sudah memberikan perlindungan kepada setiap anak

dengan adanya UU perlindungan Anak, akan tetapi realitasnya UU tersebut

tidak cukup efektif untuk mencegah atau mengurangi kekerasan seksual

terhadap anak yang mana salah satu faktornya ialah tidak adanya efek jera

kepada pelaku pelecehan seksual terhadap anak dikarenakan sanksi baik itu

hukuman ataupun denda yag dibebankan kepada pelaku yang mana sanksi

yang dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku tergolong ringan. Namun

kenyataannya pemberatan sanksi pidana tidak serta merta menurunkan tingkat

kekerasan seksual terhadap anak sehingga pemerintah harus mengambil

Langkah preventif dengan cara hukuman kebiri kimia dijadikan hukum positif

di Indonesia.

7
Pasal 21 dan 22 UU No. 32 Tahun 2002 sebagaimana telah dirubah dengan UU No. 35 Tahun
2014 tentang Perlindungan Anak
Argumentasi ini kemudian menjadi salah satu factor pendorong Presiden

Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1

Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak yang memberikan landasan hukum

bagi penerapan kebiri kimia bagi pelaku kekerasan seksual. Ketentuan ini

diatur dalam pasal 81 ayat 7, kebiri kimia dinormakan sebagai pidana

tambahan bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak yang pelaksanaannya

akan dikenkan kepada pelaku setelah terpidana menjalani hukuman pidana

pokok paling lama dua tahun.

Pasca dinormakan hukuman kebiri kimia sebagai bagian dari hukum

positif di Indonesia dalam peneraannya tidak serta merta dapat diterapkan bagi

pelaku, dikarenakan ada Sebagian hukum positif yang dianggap bertentangan

dengan hukuman kebiri ini bahkan organisasi profesi kedokteran, Ikatan

dokter Indonesia (IDI) yang sebenarnya memiliki kompetensi untuk menjadi

tim eksekutor kebiri kimia terhadap pelaku, malah menolak tugas tersebut. Hal

ini dikarenakan kebiri kimia dianggap hukuman yang tidak manusiawi serta

bertentanga dengan sumpah profesi kedokteran. Maka dari itu penulis akan

meninjau hukuman kebiri kimia dalam kacamata Maqashid Syariah. Apakah

hukuman kebiri kimia memang telah sesuai dengan ajaran agama islam

ataumalah justru bertolak belakang dengan ajaran islam. Untuk itu, dalam

penulisan ini akan mengkaji dua hal, yaitu perempuan dan anak sebagai obyek

kekerasan seksual serta tinjauan kebiri kimia bagi pelaku kekerasan seksual

berdasarkan perspektif maqashid Syariah.


B. Rumusan Masalah

Dari uraian konteks penelitian diatas, penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang melatar belakangi penerapan hukuman kebiri terhadap pelaku

pelecehan seksual terhadap anak?

2. Bagaimana penerapan hukuman kebiri terhadap pelaku pelecehan seksual

terhadap anak perspektif maqashid Syariah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang penerapan hukuman kebiri terhadap

pelaku pelecehan seksual terhadap anak.

2. Untuk mengetahui penerapan hukuman kebiri terhadap pelaku pelecehan

seksual terhadap anak perspektif Maqashid Syariah.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki manfaat yang dapat

diperoleh, berikut beberapa manfaat atau keuntungan yang didapat dari

penelitian tersebut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi ataupun bahan

diskusi yang dapat menambah wawasan para mahasiswa fakultas Syariah

serta berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan pun semoga hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjadi bahan

pertimbangan penambahan poin dalam Undang-Undang Tindak Pidana

Kekerasan Seksual dan juga didalam Undang-Undang Perlindungan Anak.


Penelitia ini juga diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu hukum

keluarga islam khususnya yang berkaitan dengan perlindungan anak.

Dalam hal ini menjelaskan mengenai hukuman kebiri terhadap pelaku

kekerasan seksual terhadap anak perspektif Maqashid Syariah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta tambahan

wawasan terhadap diri penulis dan ilmu pengetahuan. Penelitian ini

diharapkan dapat berguna juga bagi IAIN Madura khususnya bagi

mahasiswa agar dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam

penulisan karya ilmiah serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah pada judul penelitian yang perlu dijelaskan agar

terdapat kesamaan penafsiran, sehingga tercipta pemahaman yang sama antara

peneliti dan pembaca. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Kebiri : Upaya menurunkan dorongan seksual biasanya dilakukan

untuk pelaku kekerasan seksual dengan cara menurunkan kadar

hormone androgen yaitu testosterone (T) pada pria.

2. Seksual : Aktifitas seks yang juga melibatkan orgsn tubuh lain baik

fisik maupun non fisik.

3. Maqashid Syariah : Tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang

dimaksudkan oleh Allah dalam setiap hukum dari keseluruhan hukum-

Nya.
F. Kajian Penelitian Terdahulu

Setelah penulis melakukan penelusuran ke perpustakaan, penulis

mendapatkan beberapa yang yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Maka penulis menelaah kembali bebrapa literature yang mendukung dan

berhubungan erat dengan ketentuan hukuman kebiri bagi pelaku pelecehan

seksual terhadap anak, diantaranya:

1. Messy Rachel Mariana Hutapea dengan skripsinya yangberjudul

“Penerapan Hukuman Tindakan Kebiri Kimia Dalam Perspektf Hak Asasi

Manusia”

2. Lukman Arake dengan skripsinya yang berjudul “Hukuman Kebiri Kimia

Bagi Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak Perspektif Fiqh Siyasah”

3. Desy Maryani dengan skripsinya yang berjudul “Tindakan Kebiri Bagi

Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Kajian Perspektif Hukum

Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia)”

G. Kerangka Teori

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang.

Pasal 81 ayat 7

“Terhadap pelaku sebagaiman dimaksud pada ayat (1), Ayat (3), ayat (4),

dan ayat (5) dapat dikenai tindkan berupa kebiri kimia dan pemasangan

alat pendeteksi elektronik”


Pasal 81 A

(1) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 ayat 7 dikenakan

untuk jangka waktu paling lama 2 tahun dan dilaksanakan setelah

terpidana menjalani pidana pokok.

(2) Pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawah

pengawasan secara berkala oleh kementrian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang hukum, sosial, dan kesehatan.

(3) Pelaksanaan Kebiri kimia disertai dengan rehabiltasi

(4) Ketetuan lebih lanjut mengenai tat cara pelaksanaan tindakan dan

rehabilitasi diatur dengan peraturan pemerintah

2. Peraturan Pemerintah republic Indonesia Nomor 70 Tahun 2020 Tentang

Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Kebiri Kimia, Pemasangan Alat

Pendeteksi Elektronik, Rehabilitasi, dan Pengumuman Identitas Pelaku

kekerasan Seksual Terhadap Anak

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu factor penting dan penentu

keberhasilan dalam sebuah penelitian, karena merupakan masalah pokok

pelaksanaan pengumpulan data yang sangat dibutuhkan dalam penelitian.

Oleh karena itu pada hakikatnya metode penelitian merupakan bagaimana


suatu penelitian dapat dilakukan dengan prosedur secara berurut. 8 Adapun

metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian normative yang bersifat Pustaka

(Library Research), yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data

utama, sehingga data-data atau bahan-bahan yang diperlukan dalam

menyelesaikan penelitian ini berasal dari perpustakaan, baik berupa Al-

qur’an, buku, jurnal.

2. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normative yang jenis

datanya merupakan kepustakaan, maka dari itu untuk mencapai hasil yang

optimal, jenis data dibedakan sesuai dengan kedudukan data tersebut, yaitu

sumber data sekunder.

a. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang langsung diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh dari subjek penelitiannya. Dalam penelitian ini,

data sekundernya adalah buku, jurnal yang mendukung penulis untuk

melengkapi isi serta interpretasi dari teori-teori berkaitan dengan hukum

yang menjelaskan tentang maqashid syariah. Dan buku primernya diambil

dari buku-buku serta Undang-undang terkait dengan kekerasan seksual

terhadap anak.

8
Moh. Nasir, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 52.
3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

proses pengumpulan data atau penggalian data dari jenis data sekunder.

Oeh karena itu, metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

adalah kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data-data

melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan

pembahasan penulis.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

kajian isi atau bisa juga disebut (content Analisis) yaitu suatu teknik yang

memanfaatkan prosedur-prosedur untuk mendapatkan kesimpulan yang

benar dari sebuah buku atau Undang-undang. Kajian isi (content Analisys)

menelaah mengenai aneka fungsi bahasa atau usaha untuk

menggambarkan wujud dalam metode ini berdasarkan beberapa uraian

dalam buku-buku dan undang-undang. Kajian isi tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan isi sebuah buku dan undang-undang kemudian

menginterpretasikannya.

Dalam hal ini peneliti berusaha menganalisis hukuman kebiri bagi

pelakuk pelecehan seksual terhadap anak perspektif Maqashid Syariah

yang juga menganalisis dari beberapa undang-undang terkait hukuman

kebiri tersebut.
I. Sitematika Penulisan

1. Judul Penelitian

Hukuman Kebiri Bagi Pelaku Pelecehan seksual Terhadap Anak

Perspektif Maqashid Syariah

2. Konteks Penelitian

Konteks penelitian ini bagaiman hukuman kebiri bagi pelaku

pelecehan seksual terhadap anak

3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bagaimana latar belakang penerapan hukuman

kebiri terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap anak dan bagaimana

penerapan hukuman kebiri terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap

anak perspektif Maqashid Syariah.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang penerapan

hukuman kebiri terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap anak dan

penerapan hukuman kebiri terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap

anak perspektif Maqashid Syariah

5. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hukuman kebiri

terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap anak. Agar nantinya

secara umum masyarakat paham mengenai sanksi hukum kebiri dan

semoga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam menetapkan sanksi

yang setimpal bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak.


6. Difinisi Istilah

Memuat berbagai difinisi istilah agar tidak ada kesulitan dan

kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang ada dalam penelitian

ini.

7. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh penulis

sebelumnya kemudian dapat dijadikan referensi dan dicari persamaan

dan perbedaannya yang dapat dijadikan suatu bahan perbandingan.

8. Kajian Teori

Terdapat teori dari beberapa hukum positif dan teori dari hukum islam

(maqashid syariah) yang dibahas kemudian dapat diteliti.

9. Metode Penelitian

Memuat secara rinci terkait dengan metode penelitian ini diantaranya

yaitu jenis penelitian dan pendekatan, sumber data (sumber data

sekunder dan sumber data primer), prosedur pengumpulan data, dan

analisis data.

10. Sistematika Penulisan

Merupakan sebuah metode atau urutan dalam menyelesaikan sebuah

riset, penelitian, maupun karya tulis. Kode etik adalah seperangkat

norma yang yang perlu diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah.

Sistematika laporan adalah urutan letak dari bagian-bagian yang ada

dalam sebuah laporan tersebut.


11. Outline Penelitian

Suatu kerangka skripsi yang memiliki arti suatu garis besar atau

rancangan. Jadi outline skripsi dibuat untuk menggambarkan akan

bagaimana skripsi kita nantinya akan dibuat.

12. Daftar Rujukan

Daftar bahan-bahan rujukan yang dirujuk langsung didalam teks

(buku, artikel, jurnal, atau media daring lainnya) dan tentu sudah pasti

hal tersebut ada dalam teks.

J. Daftar Pustaka

Al-ghazali,” al-Mustashfa”.

Dina Roszana, emmilia Rusdiana, Gelar Ali Ahmad, “Eksistensi Hukuman

Kebiri Bagi Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak Ditinjau

Dari Pembentukan Norma Hukum Pidana” Novum : Jurnal

Hukum, vol. 7, No 3. Juli, 2020.

Dr. H. Abd. Rahman Dahlan, M.A, “Ushul Fiqh” Jakarta:Amzah,2010.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,”I’lam Al-Muwaqqiin” Kairo:Dar Al-Hadis,

Jilid 2.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Igatsah Allahfan” Kairo: Dar Al-Hadis, Jilid

1.

Maidin Gultom, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan”,

Bandung;Refika Aditama,2013.
Moh. Nasir, “Metode Penelitian”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Pasal 21 dan 22 UU No. 32 Tahun 2002 sebagaimana telah dirubah

dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Anda mungkin juga menyukai