Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

PERATURAN DAN PROGRAM MEMBANGUN KETAHANAN KELUARGA:


KAJIAN SEJARAH HUKUM
(Karya Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution)

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR MAGISTER ILMU SYARIAH

OLEH:
AKMALIA FITRI MAFAZA, S.H.
20203011034

PEMBIMBING:
Dr. FATHORRAHMAN, M.Si.

MAGISTER ILMU SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021
A. Informasi Jurnal
Artikel jurnal ini ditulis oleh Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution.
Khoiruddin Nasution adalah Guru Besar Fakultas Syari‘ah dan Hukum dan Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta pengajar Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (UII), Ketua Asosiasi Dosen Hukum Keluarga Islam Indonesia (ADHKI).
Sedangkan Syamruddin Nasution adalah Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Sultan
Syarif Qasim Riau. Jurnal ini diterbitkan oleh Jurnal Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah
dan Hukum Vol. 5, No. 1, Juni 2017 Jurnal Asy-Syir‘ah sendiri merupakan jurnal
peringkan 2 atau Sinta 2 yang dimiliki oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Artikel ini berjudul “Peraturan dan Program Membangun
Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum”.

B. Pendahuluan dan Ide Dasar Jurnal


Tulisan ini merupakan hasil penelitian tingkat ketercapaian peraturan dan program
yang bertujuan membangun ketahanan keluarga Indonesia dengan kajian sejarah hukum.
Tulisan ini didasari dengan munculnya berbagai aturan mengenai keluarga di Indonesia.
Peraturan tersebut dikelompokan menjadi 4 gelombang yang mana reviewer pahami
sebagai masa atau waktu dikeluarkanya aturan-aturan tersebut. gelombang pertama tahun
1954 dengan lahirnya BP4. Gelombang kedua tahun 1974 dengan lahirnya UU No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan. Gelombang ketiga tahun 1999 dengan lahirnya
Peraturan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. Gelombang keempat tahun 2009 dan
2013 dijadikan satu gelombang karena produknya berkaitan mengenai aturan kursus
perkawinan.
Ide dasar tersebut memunculkan fakta mengenai tujuan pembuatan aturan-aturan
tersebut. Pada artikel ini dijelaskan yang dimaksud dengan peraturan dalam tulisan ini
adalah peraturan apa saja yang dikeluarkan pemerintah dalam kaitanya dengan usaha
membangun ketahan keluarga Indonesia. Menggunakan pendekatan sejarah sebagai
kajianya, tulisan ini mengungkapkan fakta di balik terbentuknya peraturan-peraturan
tersebut.
C. Masalah Terkait Jurnal
Artikel ini memunculkan tiga permasalahan dalam kajianya yakni pertama, fakta yang
melatar belakangi lahirnya peraturan. Kedua, tujuan lahirnya peraturan-peraturan
tersebut. Ketiga mengenai relevansi peraturan untuk masa sekarang. Artikel ini ingin
menunjukan fakta apa saja dibalik munculnya berbagai peraturan-peraturan terkait
ketahanan keluarga. Selanjutnya mengenai relevansi peraturan untuk masa sekarang.
Para peneliti disini ingin mengungkapkan terkait berbagai peraturan terkait ketahanan
keluarga dengan mengungkapkan dari segi sejarah munculnya peraturan-peraturan terkait
ketahanan keluarga dan bagaimana relevansi pada masa sekarang. Dengan melihat fakta
sejauh mana aturan tersebut berfungsi pada realita di masyarakat.
D. Analisis Penggunaan Teori
Artikel ini merupakan hasil penelitian tingkat ketercapaian tujuan dari masing-masing
gelombang dengan kajian sejarah. Tulisan ini menggunakan pendekatan kajian sejarah
sebagai bentuk penulisan kajianya. Jenis penelitian ini adalah yuridis-empiris. Yakni
dengan norma atau aturan sebagai obyek permasalahan awal. Sedangkan fakta lapangan
dengan penerapanya sebagai jawaban permasalahan. Menggunakan pendekatan historis-
sosiologis sebagai pendekatan penelitian yang dipilih oleh peneliti.
Penulisan artikel ini dibagi menjadi tiga bagian bahasan. Bagian pertama yaitu
pendahuluan menjelaskan uraian tentang peraturan. Uraian tentang peraturan tersebut
dibagi menajdi 4 gelombang. Gelombang satu munculnya aturan BP4 pada tahun 1954.
Gelombang 2 munculnya UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Gelombang ketiga
mengenai keluarga sakinah tahun 1999 dan gelombang keempat aturan 2009 dan 2013
mengenai kursus catin. Peneliti mengelompokan menggunakan teori pengelompokan
hukum
Bagian kedua menjelaskan mengenai latar belakang dan fakta sejarah pembentukan
aturan-aturan tersebut. Pada bagian ini diuraikan historis lahirnya peraturan. Pada
penjelasan bagian ini menjawab mengenai latar belakang munculnya aturan yakni
banyak terjadi perkawinan anak semena-mena, perkawinan paksa, poligami semena-
mena dan kekerasan dalam rumah tangga. alasan perkawinan paksa dan kasus rumah
tangga bisa terjadi diakibatkan karena rendahnya pengetahuan tentang seluk-beluk
kehidupan rumah tangga dan rendahnya skill untuk menyelesaikan.
Pada bagian selanjutnya merupakan uraian mengenai target pencapaian aturan. Pada
bagian ini menggunakan teori pengendalian tindakan. Alasan menggunakan teori ini
adalah lahirnya sejumlah aturan mengenai ketahanan keluarga tersebut bertujuan untuk
mengendalikan. Dalam hal ini mengendalikan perceraian semena-mena, poligami
semena-mena, tindakan perkawinan dini dan banyak tindakan kekerasan dalam rumah
tangga.
Teori ini mengelompokan pengendalian tindakan menjadi dua, yakni preventif dan
represif. Teori preventif sendiri adalah merupakan salah satu kajian teori sosiologi.
Begitu pula dengan represif. Preventif adalah bentuk tindakan sosial dengan maksud
pencegahan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi atau sederhanya adalah bentuk
pengendalian sosial berdasarkan prosesnya. Sedangkan represif dalam bentuk objek
sosiologi bisa diartikan sebagai salah satu bentuk tindakan sosial yang dilakukan setelah
terjadinya gangguan. Dalam kajian hukum, represif ialah perlindungan hukum akhir yang
berupa sanksi, denda atau penjara. Pada bagian preventif hukum ialah bentuk
perlindungan hukum yang diberikan atau dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan
mencegah pelanggaran/perselisihan.
Pada artikel ini dijelaskan penggunaan teori pengendalian tindakan menghasilkan
simpulan sebagai berikut. Bahwa pembinaan gerakan keluarga sakinah, dan kursus
perkawinan masuk kelompok usaha preventif, sementara produk BP4 dan UU
Perkawinan masuk represif. Pada pembagian gelombang, satu gelombang yaitu UU
Perkawinan yang berjalan efektif. Sementara tiga sisanya hampir tidak berjalan.
Dengan demikian, usaha yang relatif efektif dilaksanakan untuk membangun
ketahanan keluarga adalah peraturan yang bersifat represif, sebaliknya sangat rendah
perhatian diberikan pada usaha yang bersifat preventif. Ke depan di harapkan pemerintah
memberikan perhatian yang baik pada usaha yang bersifat preventif tanpa
mengesampingkan usaha represif.
Sementara teori selanjutnya menggunakan pembagian hukum menurut sifatnya,
yakni: hukum yang memaksa dan hukum yang mengatur (pelengkap). Dikatakan bersifat
mengatur karena hukum memiliki aturan yang wajib ditaati oleh semua golongan
masyarakat agar terciptanya ketertiban dan keamanan. Dikatakan bersifat memaksa
karena hukum dapat memaksa semua lapisan masyarakat agar mentaati aturan hukum
dan wajib dipatuhi.
Terkait hal tersebut, peneliti dengan menggunakan analisis hukum yang memaksa dan
hukum yang mengatur (pelengkap), memunculkan beberapa simpulan yaitu: hanya UU
Perkawinan yang masuk hukum memaksa, sementara program BP4, Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, dan kursus perkawinan masuk kelompok hukum yang mengatur
(pelengkap). Selama ini perhatian lebih konsentrasi pada hukum yang memaksa, tetapi
sangat sedikit kepada hukum pelengkap. Ada baiknya di samping memberikan perhatian
berimbang, juga peraturan kursus perkawinan dapat diangkat ke peringkat peraturan
memaksa. Dengan peraturan memaksa semua calon pengantin mempunyai bekal
persiapan pengetahuan dan skill dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
Pengetahuan dan skill tersebut diharapkan akan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup berumah tangga dan karenanya dapat menggapai tujuan
perkawinan dan terhindar dari perceraian.
E. Kritik Terhadap Paper
Sebenarnya artikel ini sudah sangat ideal. Menggunakan teori yang tepat, kajian yang
lengkap dan fokus masalah yang langsung bisa dipahami diawal. Maksud dan tujuan
penulisan artikel ini bisa langsung terlihat dan diterima pembaca. Bahkan artikel ini
mencoba memudahkan pembaca dengan pembagian penulisan setiap subab. Dengan
menggunakan telaah pustaka dan teori yang mumpuni menjadikan analisis permasalahan
teranalisis dengan baik. Namun ada beberapa masukan terkait penulisan artikel ini
adalah:
1. Beberapa kali menggunakan istilah yang memunculkan dua artian. Menjadikan
tidak spesifik langsung maksud kalimat tersebut. seperti kesimpulan di abstrak
bukanlah kesimpulan dari jawaban pertanyaan artikel melainkan kesimpulan dari
semua isi artikel. Hal ini karena dikesimpulan abstrak ada empat point sedangkan
kesmipulan jawaban ada tiga point. Walaupun pada isi hampir sama.
2. Kesalahan selanjutnya juga hampir sama yaitu penggunaan istilah yang dapat
memunculkan penafsiran lain. Pada letak permasalahan tertulis fakta dan latar
belakang dimana salah satu diantaranya adalah tujuan lahirnya peraturan-
peraturan tersebut yang berkaitan dengan ketahanan keluarga.
F. Tindak lanjut untuk diteliti kembali
Ada beberapa point yang reviewer dapat dari artikel ini yang dapat ditindak lanjuti
dalam penelitian-penelitian yang akan datang.
1. Artikel ini ditulis pada tahun 2017 sehingga permasalahan terkait keluarga masih
dalam lingkup tahun tersebut.Mengambil maksud itu akan lebih baik ada tulisan
baru yag membahas mengenai peraturan mengenai ketahanan keluarga yang baru
dengan permasalahan ketahanan keluarga yang lebih baru. Seperti ketahanan
keluarga dalam penanganan keluarga di masa pandemi dan lain-lain.
2. Munculnya peraturan ketahanan keluarga memang menurunkan angka perceraian
namun menjadikan tingginya angka nikah siri, perselingkuhan dan perempuan
maupun laki-laki simpanan. Ini berkaitan dengan PP No. 10 Tahun 1983. Untuk
itu reviewer mengharapkan terdapat penelitian mengenai solusi terkait
permasalahan yang muncul atau dampak lain dari sebuah aturan yang diterapkan.
3. Kepercayaan terhadap Pengadilan Agama tidak kuat karena beranggapan urusan
di lembaga Peradilan malah melahirkan sejumlah permasalahan baru. Anggapan
Pengadilan Agama cenderung suram masih dipercayai sampai sekarang. Melihat
demikian reviewer melihat ada potensi untuk penelitian mengenai respon
masyarakat terkait pelayanan pengadilan agama. Disini pengadilan terkhusus
agama sebaiknya mengatasi stigma permasalahan yang demikian dengan
pembaharuan program terkait pelayanan masyarakat.
4. Menarik dalam tulisan ini adalah saat ini aturan terkait kursus calon pengantin
sudah terlaksana namun angka perceraian masih tinggi malah cenderung semakin
tinggi. Melihat fakta demikian dapat memunculkan penelitian dan penulisan
terkait sejauh mana efektivitas program tersebut. Pada artikel ini juga menjelaskan
bahwa Kantor Urusan Agama dan pemerintah masih kesulitan mengukur tingkat
ketercapaian program kursus calon pengantin.
5. Pemerintah diharapkan meningkatkan program catin pada aturan memaksa. Hal
ini berkaitan pada kesimpulan yang Peneliti jelaskan bahwa gelombang aturan
yang cenderung efektiv pada gelombang ke-2 yaitu UU Perkawinan. Melihat
demikian pemerintah akan lebih baik apabila memberikan perhatian yang baik
pada usaha yang bersifat preventif tanpa mengesampingkan usaha represif.

Anda mungkin juga menyukai