0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan6 halaman
Artikel ini membahas peraturan dan program pemerintah yang bertujuan membangun ketahanan keluarga di Indonesia secara historis. Peraturan tersebut dikelompokkan ke dalam empat gelombang berdasarkan masa keluarnya, yaitu BP4 (1954), UU Perkawinan (1974), Gerakan Keluarga Sakinah (1999), dan kursus perkawinan (2009-2013). Artikel ini menganalisis latar belakang, tujuan, dan relevansi peraturan-peraturan ter
Artikel ini membahas peraturan dan program pemerintah yang bertujuan membangun ketahanan keluarga di Indonesia secara historis. Peraturan tersebut dikelompokkan ke dalam empat gelombang berdasarkan masa keluarnya, yaitu BP4 (1954), UU Perkawinan (1974), Gerakan Keluarga Sakinah (1999), dan kursus perkawinan (2009-2013). Artikel ini menganalisis latar belakang, tujuan, dan relevansi peraturan-peraturan ter
Artikel ini membahas peraturan dan program pemerintah yang bertujuan membangun ketahanan keluarga di Indonesia secara historis. Peraturan tersebut dikelompokkan ke dalam empat gelombang berdasarkan masa keluarnya, yaitu BP4 (1954), UU Perkawinan (1974), Gerakan Keluarga Sakinah (1999), dan kursus perkawinan (2009-2013). Artikel ini menganalisis latar belakang, tujuan, dan relevansi peraturan-peraturan ter
PERATURAN DAN PROGRAM MEMBANGUN KETAHANAN KELUARGA:
KAJIAN SEJARAH HUKUM (Karya Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution)
DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR MAGISTER ILMU SYARIAH
OLEH: AKMALIA FITRI MAFAZA, S.H. 20203011034
PEMBIMBING: Dr. FATHORRAHMAN, M.Si.
MAGISTER ILMU SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2021 A. Informasi Jurnal Artikel jurnal ini ditulis oleh Khoiruddin Nasution dan Syamruddin Nasution. Khoiruddin Nasution adalah Guru Besar Fakultas Syari‘ah dan Hukum dan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta pengajar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Ketua Asosiasi Dosen Hukum Keluarga Islam Indonesia (ADHKI). Sedangkan Syamruddin Nasution adalah Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Qasim Riau. Jurnal ini diterbitkan oleh Jurnal Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 5, No. 1, Juni 2017 Jurnal Asy-Syir‘ah sendiri merupakan jurnal peringkan 2 atau Sinta 2 yang dimiliki oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Artikel ini berjudul “Peraturan dan Program Membangun Ketahanan Keluarga: Kajian Sejarah Hukum”.
B. Pendahuluan dan Ide Dasar Jurnal
Tulisan ini merupakan hasil penelitian tingkat ketercapaian peraturan dan program yang bertujuan membangun ketahanan keluarga Indonesia dengan kajian sejarah hukum. Tulisan ini didasari dengan munculnya berbagai aturan mengenai keluarga di Indonesia. Peraturan tersebut dikelompokan menjadi 4 gelombang yang mana reviewer pahami sebagai masa atau waktu dikeluarkanya aturan-aturan tersebut. gelombang pertama tahun 1954 dengan lahirnya BP4. Gelombang kedua tahun 1974 dengan lahirnya UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Gelombang ketiga tahun 1999 dengan lahirnya Peraturan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. Gelombang keempat tahun 2009 dan 2013 dijadikan satu gelombang karena produknya berkaitan mengenai aturan kursus perkawinan. Ide dasar tersebut memunculkan fakta mengenai tujuan pembuatan aturan-aturan tersebut. Pada artikel ini dijelaskan yang dimaksud dengan peraturan dalam tulisan ini adalah peraturan apa saja yang dikeluarkan pemerintah dalam kaitanya dengan usaha membangun ketahan keluarga Indonesia. Menggunakan pendekatan sejarah sebagai kajianya, tulisan ini mengungkapkan fakta di balik terbentuknya peraturan-peraturan tersebut. C. Masalah Terkait Jurnal Artikel ini memunculkan tiga permasalahan dalam kajianya yakni pertama, fakta yang melatar belakangi lahirnya peraturan. Kedua, tujuan lahirnya peraturan-peraturan tersebut. Ketiga mengenai relevansi peraturan untuk masa sekarang. Artikel ini ingin menunjukan fakta apa saja dibalik munculnya berbagai peraturan-peraturan terkait ketahanan keluarga. Selanjutnya mengenai relevansi peraturan untuk masa sekarang. Para peneliti disini ingin mengungkapkan terkait berbagai peraturan terkait ketahanan keluarga dengan mengungkapkan dari segi sejarah munculnya peraturan-peraturan terkait ketahanan keluarga dan bagaimana relevansi pada masa sekarang. Dengan melihat fakta sejauh mana aturan tersebut berfungsi pada realita di masyarakat. D. Analisis Penggunaan Teori Artikel ini merupakan hasil penelitian tingkat ketercapaian tujuan dari masing-masing gelombang dengan kajian sejarah. Tulisan ini menggunakan pendekatan kajian sejarah sebagai bentuk penulisan kajianya. Jenis penelitian ini adalah yuridis-empiris. Yakni dengan norma atau aturan sebagai obyek permasalahan awal. Sedangkan fakta lapangan dengan penerapanya sebagai jawaban permasalahan. Menggunakan pendekatan historis- sosiologis sebagai pendekatan penelitian yang dipilih oleh peneliti. Penulisan artikel ini dibagi menjadi tiga bagian bahasan. Bagian pertama yaitu pendahuluan menjelaskan uraian tentang peraturan. Uraian tentang peraturan tersebut dibagi menajdi 4 gelombang. Gelombang satu munculnya aturan BP4 pada tahun 1954. Gelombang 2 munculnya UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Gelombang ketiga mengenai keluarga sakinah tahun 1999 dan gelombang keempat aturan 2009 dan 2013 mengenai kursus catin. Peneliti mengelompokan menggunakan teori pengelompokan hukum Bagian kedua menjelaskan mengenai latar belakang dan fakta sejarah pembentukan aturan-aturan tersebut. Pada bagian ini diuraikan historis lahirnya peraturan. Pada penjelasan bagian ini menjawab mengenai latar belakang munculnya aturan yakni banyak terjadi perkawinan anak semena-mena, perkawinan paksa, poligami semena- mena dan kekerasan dalam rumah tangga. alasan perkawinan paksa dan kasus rumah tangga bisa terjadi diakibatkan karena rendahnya pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan rumah tangga dan rendahnya skill untuk menyelesaikan. Pada bagian selanjutnya merupakan uraian mengenai target pencapaian aturan. Pada bagian ini menggunakan teori pengendalian tindakan. Alasan menggunakan teori ini adalah lahirnya sejumlah aturan mengenai ketahanan keluarga tersebut bertujuan untuk mengendalikan. Dalam hal ini mengendalikan perceraian semena-mena, poligami semena-mena, tindakan perkawinan dini dan banyak tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Teori ini mengelompokan pengendalian tindakan menjadi dua, yakni preventif dan represif. Teori preventif sendiri adalah merupakan salah satu kajian teori sosiologi. Begitu pula dengan represif. Preventif adalah bentuk tindakan sosial dengan maksud pencegahan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi atau sederhanya adalah bentuk pengendalian sosial berdasarkan prosesnya. Sedangkan represif dalam bentuk objek sosiologi bisa diartikan sebagai salah satu bentuk tindakan sosial yang dilakukan setelah terjadinya gangguan. Dalam kajian hukum, represif ialah perlindungan hukum akhir yang berupa sanksi, denda atau penjara. Pada bagian preventif hukum ialah bentuk perlindungan hukum yang diberikan atau dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan mencegah pelanggaran/perselisihan. Pada artikel ini dijelaskan penggunaan teori pengendalian tindakan menghasilkan simpulan sebagai berikut. Bahwa pembinaan gerakan keluarga sakinah, dan kursus perkawinan masuk kelompok usaha preventif, sementara produk BP4 dan UU Perkawinan masuk represif. Pada pembagian gelombang, satu gelombang yaitu UU Perkawinan yang berjalan efektif. Sementara tiga sisanya hampir tidak berjalan. Dengan demikian, usaha yang relatif efektif dilaksanakan untuk membangun ketahanan keluarga adalah peraturan yang bersifat represif, sebaliknya sangat rendah perhatian diberikan pada usaha yang bersifat preventif. Ke depan di harapkan pemerintah memberikan perhatian yang baik pada usaha yang bersifat preventif tanpa mengesampingkan usaha represif. Sementara teori selanjutnya menggunakan pembagian hukum menurut sifatnya, yakni: hukum yang memaksa dan hukum yang mengatur (pelengkap). Dikatakan bersifat mengatur karena hukum memiliki aturan yang wajib ditaati oleh semua golongan masyarakat agar terciptanya ketertiban dan keamanan. Dikatakan bersifat memaksa karena hukum dapat memaksa semua lapisan masyarakat agar mentaati aturan hukum dan wajib dipatuhi. Terkait hal tersebut, peneliti dengan menggunakan analisis hukum yang memaksa dan hukum yang mengatur (pelengkap), memunculkan beberapa simpulan yaitu: hanya UU Perkawinan yang masuk hukum memaksa, sementara program BP4, Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, dan kursus perkawinan masuk kelompok hukum yang mengatur (pelengkap). Selama ini perhatian lebih konsentrasi pada hukum yang memaksa, tetapi sangat sedikit kepada hukum pelengkap. Ada baiknya di samping memberikan perhatian berimbang, juga peraturan kursus perkawinan dapat diangkat ke peringkat peraturan memaksa. Dengan peraturan memaksa semua calon pengantin mempunyai bekal persiapan pengetahuan dan skill dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Pengetahuan dan skill tersebut diharapkan akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup berumah tangga dan karenanya dapat menggapai tujuan perkawinan dan terhindar dari perceraian. E. Kritik Terhadap Paper Sebenarnya artikel ini sudah sangat ideal. Menggunakan teori yang tepat, kajian yang lengkap dan fokus masalah yang langsung bisa dipahami diawal. Maksud dan tujuan penulisan artikel ini bisa langsung terlihat dan diterima pembaca. Bahkan artikel ini mencoba memudahkan pembaca dengan pembagian penulisan setiap subab. Dengan menggunakan telaah pustaka dan teori yang mumpuni menjadikan analisis permasalahan teranalisis dengan baik. Namun ada beberapa masukan terkait penulisan artikel ini adalah: 1. Beberapa kali menggunakan istilah yang memunculkan dua artian. Menjadikan tidak spesifik langsung maksud kalimat tersebut. seperti kesimpulan di abstrak bukanlah kesimpulan dari jawaban pertanyaan artikel melainkan kesimpulan dari semua isi artikel. Hal ini karena dikesimpulan abstrak ada empat point sedangkan kesmipulan jawaban ada tiga point. Walaupun pada isi hampir sama. 2. Kesalahan selanjutnya juga hampir sama yaitu penggunaan istilah yang dapat memunculkan penafsiran lain. Pada letak permasalahan tertulis fakta dan latar belakang dimana salah satu diantaranya adalah tujuan lahirnya peraturan- peraturan tersebut yang berkaitan dengan ketahanan keluarga. F. Tindak lanjut untuk diteliti kembali Ada beberapa point yang reviewer dapat dari artikel ini yang dapat ditindak lanjuti dalam penelitian-penelitian yang akan datang. 1. Artikel ini ditulis pada tahun 2017 sehingga permasalahan terkait keluarga masih dalam lingkup tahun tersebut.Mengambil maksud itu akan lebih baik ada tulisan baru yag membahas mengenai peraturan mengenai ketahanan keluarga yang baru dengan permasalahan ketahanan keluarga yang lebih baru. Seperti ketahanan keluarga dalam penanganan keluarga di masa pandemi dan lain-lain. 2. Munculnya peraturan ketahanan keluarga memang menurunkan angka perceraian namun menjadikan tingginya angka nikah siri, perselingkuhan dan perempuan maupun laki-laki simpanan. Ini berkaitan dengan PP No. 10 Tahun 1983. Untuk itu reviewer mengharapkan terdapat penelitian mengenai solusi terkait permasalahan yang muncul atau dampak lain dari sebuah aturan yang diterapkan. 3. Kepercayaan terhadap Pengadilan Agama tidak kuat karena beranggapan urusan di lembaga Peradilan malah melahirkan sejumlah permasalahan baru. Anggapan Pengadilan Agama cenderung suram masih dipercayai sampai sekarang. Melihat demikian reviewer melihat ada potensi untuk penelitian mengenai respon masyarakat terkait pelayanan pengadilan agama. Disini pengadilan terkhusus agama sebaiknya mengatasi stigma permasalahan yang demikian dengan pembaharuan program terkait pelayanan masyarakat. 4. Menarik dalam tulisan ini adalah saat ini aturan terkait kursus calon pengantin sudah terlaksana namun angka perceraian masih tinggi malah cenderung semakin tinggi. Melihat fakta demikian dapat memunculkan penelitian dan penulisan terkait sejauh mana efektivitas program tersebut. Pada artikel ini juga menjelaskan bahwa Kantor Urusan Agama dan pemerintah masih kesulitan mengukur tingkat ketercapaian program kursus calon pengantin. 5. Pemerintah diharapkan meningkatkan program catin pada aturan memaksa. Hal ini berkaitan pada kesimpulan yang Peneliti jelaskan bahwa gelombang aturan yang cenderung efektiv pada gelombang ke-2 yaitu UU Perkawinan. Melihat demikian pemerintah akan lebih baik apabila memberikan perhatian yang baik pada usaha yang bersifat preventif tanpa mengesampingkan usaha represif.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu