MAKALAH INDIVIDUAL
Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
Matakuliah ‘TEORI ILMU HUKUM’ pada Program Magister Hukum
Pascasarjana Universitas Islam As-Syafi’iyyah (UIA) Jakarta
Oleh :
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 02
B. Rumusan Masalah ........................................................ 03
C. Tujuan Penyusunan Makalah ..................................... 03
D. Manfaat Penyusunan Makalah .................................. 03
E. Metode, Prosedur Pengumpulan Dan Analisis Data 04
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
2
PENDAHULUAN
1
A.Hamid S. Attamimi, 2007, Dikembangkan oleh Maria Farida Indrati S, dari Perkuliahan
Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta.
2
Andi Hamzah, 1996, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Edisi Revisi, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 251.
3
Carl Joachim Friedrich, 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa dan
Nusamedia, Bandung, hal 239.
3
B. Rumusan Masalah
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis melalui makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Hukum, khususnya
matakuliah Teori Ilmu Hukum.
b. Menambah pemahaman penulis dan sebagai bahan pustaka
Matakuliah Teori Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana
Magister Ilmu Hukum, Universitas Islam As-Syafi’iyyah (UIA),
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan mahasiswa dalam bidang Ilmu Hukum,
khususnya tentang Teori-Teori Keadilan dalam Perspektif
Ilmu Hukum.
4
Muhamad Erwin, 2015, Filsafat Hukum, Cetakan ke-4, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta, hlm. 290.
5
Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 4.
4
3. Analisis Data.
BAB II
PEMBAHASAN
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 251-252.
5
Untuk mengetahui apa yang adil dan apa yang tidak adil terlihat
bukan merupakan kebijakan yang besar, lebih-lebih lagi jika keadilan
diasosiasikan dengan aturan hukum positif, bagaimana suatu tindakan harus
dilakukan dan pendistribusian menegakkan keadilan, serta bagaimana
memajukan keadilan. Namun tentu tidak demikian halnya jika ingin
memainkan peran menegakkan keadilan.7
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa teori, antara lain : Teori
Keadilan menurut Plato dan muridnya, Aristoteles, dalam bukunya
Nicomachean Ethics; Teori Keadilan Sosial John Rawl, dalam bukunya A
Theory of Justice; dan Teori hukum dan keadilan Hans Kelsen dalam bukunya
General Theory of Law and State.
dan menerima semua bentuk pendidikan, tetapi kelas penguasa ini tidak
diperkenankan berpartisipasi dalam aktivitas perekonomian, terutama
dalam usaha mencari penghasilan. Harus ada sensor terhadap semua
aktivitas intelektual kelas penguasa, dan propaganda terus-menerus yang
bertujuan untuk menyeragamkan pikiran-pikiran mereka. Semua inovasi
dalam pendidikan, peraturan, dan agama harus dicegah atau ditekan.
Keadilan sering diartikan sebagai suatu sikap dan karakter. Sikap dan
karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas
keadilan adalah keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang membuat
orang bertindak dan berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan.
13
Op., Cit., Carl Joachim Friedrich, hlm. 24.
14
Op., Cit., Muhamad Erwin, hlm. 294.
15
Op., Cit., Carl Joachim Friedrich, hlm. 25.
16
Aristoteles, Nicomachean Ethics, translated by W.D. Ross, http://bocc.ubi.pt/
pag/Aristoteles-nicomachaen.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2017.
8
Secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil adalah orang
yang tidak patuh terhadap hukum (unlawful, lawless) dan orang yang tidak
fair (unfair), maka orang yang adil adalah orang yang patuh terhadap hukum
(law-abiding) dan fair.
Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat
luas, bahkan pada suatu titik bisa bertentangan dengan hukum sebagai salah
satu tata nilai sosial. Suatu kejahatan yang dilakukan adalah suatu
kesalahan. Namun apabila hal tersebut bukan merupakan keserakahan tidak
bisa disebut menimbulkan ketidakadilan. Sebaliknya suatu tindakan yang
bukan merupakan kejahatan dapat menimbulkan ketidak adilan.
17
Kedua macam keadilan dalam arti khusus ini kemudian banyak disebut sebagai
keadilan distributi dan keadilan konstitutif. Lihat Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Op.,
Cit., hlm. 137 – 149.
11
Akibat adanya ketidak samaan ini maka ada perbedaan kelas antara
keadilan universal dan keadilan hukum yang memungkinkan pembenaran
keadilan hukum. Bisa jadi semua hukum adalah universal, tetapi dalam
waktu tertentu tidak mungkin untuk membuat suatu pernyataan universal
yang harus benar. Adalah sangat penting untuk berbicara secara universal,
tetapi tidak mungkin melakukan sesuatu selalu benar karena hukum dalam
kasus-kasus tertentu tidak terhindarkan dari kekeliruan. Saat suatu hukum
memuat hal yang universal, namun kemudian suatu kasus muncul dan tidak
tercantum dalam hukum tersebut. Karena itulah persamaan dan keadilan
alam memperbaiki kesalahan tersebut.
18
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6
Nomor 1 (April 2009), hlm. 135.
19
Ibid., hlm. 139-140.
12
20
Op., Cit., Darji Darmodiharjo dan Shidarta, hlm. 146.
21
Siti Malikhatun Badriyah, 2016, Sistem Penemuan Hukum Dalam Masyarakat Prismatik,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 34.
13
22
John Rawls, 1973, A Theory of Justice, London: Oxford University press, yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, 2006, Teori
Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
23
Hans Kelsen, 2011, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul
Muttaqien, Bandung, Nusa Media, hlm. 7.
14
Menurut Hans Kelsen : “Dualisme antara hukum positif dan hukum alam
menjadikan karakteristik dari hukum alam mirip dengan dualisme metafisika
tentang dunia realitas dan dunia ide model Plato. Inti dari fislafat Plato ini adalah
doktrinnya tentang dunia ide. Yang mengandung karakteristik mendalam. Dunia
dibagi menjadi dua bidang yang berbeda : yang pertama adalah dunia kasat mata
yang dapa itangkap melalui indera yang disebut realitas; yang kedua dunia ide yang
tidak tampak.”
Dua hal lagi konsep keadilan yang dikemukakan oleh Hans Kelsen :
Pertama tentang keadilan dan perdamaian. Keadilan yang bersumber dari
cita-cita irasional. Keadilan dirasionalkan melalui pengetahuan yang dapat
berwujud suatu kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan
suatu konflik kepentingan. Penyelesaian atas konflik kepentingan tersebut
dapat dicapai melalui suatu tatatanan yang memuaskan salah satu
kepentingan dengan mengorbankan kepentingan yang lain atau dengan
berusaha mencapai suatu kompromi menuju suatu perdamaian bagi semua
kepentingan.
24
Ibid., hlm. 14,
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Antara hukum dan keadilan bagaikan dua mata pisau yang tajam
yang berlawanan, tidak pernah menyatu, oleh karenanya diperlukan suatu
materi peraturan hukum nasional yang dapat mengharmonisasikan antara
hukum dan keadilan, dalam arti peraturan yang memberikan keseimbangan
antara hak dan kewajiban, maupun peraturan yang menegaskan untuk
mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan individu.
17
DAFTAR PUSTAKA
WEBSITE / Internet :
Aristoteles, Nicomachean Ethics, translated by W.D. Ross,
http://bocc.ubi.pt/ pag/Aristoteles-nicomachaen.html.
Diakses pada tanggal 02 Januari 2017.