Dosen Pengampu :
Logo kampusmu
DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS KAMU
FAKULTAS KAMU
KOTAMU
2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk "Filsafat Hukum
Naturalisme: Konsep Hukum dan Etika" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah kamu yang diampu oleh ibu dosen kamu
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
Penulis,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................6
2.1 Defenisi Filsafat.........................................................................................................................6
2.2 Hukum Naturalisme...................................................................................................................7
2.3 Konsep Hukum dan Etika Menurut Filsafat..............................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Selama berabad-abad, pemahaman hukum sebagai suatu sistem yang mengontrol perilaku
manusia dan menjamin keadilan telah dibahas dan dipikirkan. Memahami sifat dan asal-usul
hakikat hukum adalah salah satu elemen yang paling penting dalam perdebatan ini. Bagaimana
kita menanggapi pertanyaan tersebut dapat memengaruhi bagaimana kita melihat legitimasi
hukum, peran moralitas dalam hukum, dan bagaimana hukum harus ditafsirkan dan diterapkan.
Naturalisme dan positivisme hukum adalah dua perspektif yang telah mendominasi pembicaraan
ini. Masing-masing memberikan perspektif tentang sumber hukum dan cara memahami hukum
dalam konteks yang lebih luas. Menurut naturalisme, yang akarnya kembali ke Yunani Kuno,
hukum pada dasarnya berasal dari alam semesta atau sifat manusia yang inheren. Konsep ini
berasal dari. Konsep ini didasarkan pada keyakinan bahwa ada prinsip universal yang abadi dan
lebih tinggi daripada standar yang dibuat manusia. Menurut naturalisme, hukum menunjukkan
tatanan moral kosmik atau kodrat manusia. Menurut perspektif ini, hukum tidak hanya harus
ditemukan tetapi juga harus sesuai dengan standar moral yang lebih tinggi. Menurut banyak
pemikir dari tradisi ini, hukum yang tidak adil atau tidak sesuai dengan prinsip moral dasar dapat
dipertanyakan1.
Penelitian yang dilakukan tentang naturalisme dan positivisme dalam filsafat hukum
menghasilkan beberapa temuan yang menarik dan wawasan mendalam tentang kedua teori
tersebut. Hasil penelitian ini telah dilakukan setelah meninjau dan menganalisis literatur yang
relevan.Naturalisme hukum menganggap hukum sebagai sesuatu yang universal, menurut karya-
1
Simanjuntak, J. P. (2023). Pandangan Naturalisme dan Positivisme dalam Filsafat Hukum
Dengan Sebuah Analisis Perbandingan. Jurnal Kewarganegaraan, 7(2), 1701-1707.
4
karya yang dikaji. Tradisi ini melihat hukum sebagai gambaran dari tatanan alam semesta atau
sifat dasar manusia, bukan hanya kumpulan aturan yang dibuat oleh manusia. Ada keyakinan
bahwa ada nilai-nilai moral atau kebenaran dasar yang ada di alam dan dapat dikenali oleh akal
budi manusia. Pengikut naturalisme, seperti Aristotle dan Thomas Aquinas, berpendapat bahwa
"hukum alam", atau prinsip-prinsip moral dasar, harus mendukung hukum yang sesungguhnya.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk memahami kebenaran hukum dari perspektif filsafat hukum, Anda harus memulai
dengan memahami apa arti dan tujuan hukum. Secara sederhana, hukum adalah kumpulan
prosedur dan prinsip yang berasal dari prinsip-prinsip yang kemudian menjadi standar. Salah
satu tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban di dalam kehidupan sosial manusia
tersebut; oleh karena itu, kehadiran hukum sangat penting. Ada tiga teori yang dikenal untuk
menentukan standar kebenaran. teori pragmatis, teori koherensi atau konsistensi, dan teori
bergantung pada teori atau paradigma yang digunakan. Keyakinan atau kepercayaan hukum
seseorang akan membantu mereka memahami kebenaran hukum yang mereka percaya. Maka
ilmu sangat penting untuk menuntun seseorang ke kebenaran hukum yang sebenarnya. Oleh
karena itu, kebenaran hukum yang dicapai dianggap sebagai kebenaran yang mutlak dan
absolut2.
Soedikno Mertokusumo mengatakan bahwa hukum adalah kumpulan aturan atau praktik
dalam kehidupan sosial. Menurut Theo Huijbers, quid iuris bukanlah pokok persoalan filsafat
hukum, tetapi quid ius. Menurutnya, quid iuris berfokus pada hukum sebagai sesuatu yang
substantif dan esensial, sedangkan quid ius adalah hukum yang berlaku dan sah. H.L.A. Hart
mengatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang dari filsafat politik, filsafat bahasa, dan filsafat
moral. Sebagai hasilnya, filsafat hukum membahas konsep-konsep hukum seperti rasa bersalah,
2
Harefa, B. (2016). Kebenaran hukum perspektif filsafat hukum. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 2(1).
6
kesalahan, niat, dan tanggung jawab, yang merupakan masalah utama dalam hukum, terutama
bahwa naturalisme adalah program universal untuk semua jenis filsafat, termasuk epistemologi,
filsafat ilmu, etika, dan filsafat bahasa dan pikiran. Dengan demikian, jelas betapa luasnya
cakupan konsep dan masalah naturalisme. Di sisi lain, filsafat ilmu bertujuan untuk
aspek-aspek terkait lainnya, seperti pola perilaku (manusiawi) para ilmuwan dan hasil yang
dicapainya. Sudah jelas bahwa yang terakhir ini melibatkan masalah dampak dan konsekuensi
etis, baik di dalam maupun di luar ilmu pengetahuan (termasuk sikap individu ilmuwan,
komunitas ilmiah, dan corak ilmu pengetahuan). Dengan demikian, memahami naturalisme dan
filsafat ilmu tidak perlu menjadi masalah besar. Ketertarikan pada hubungan antara doktrin
naturalisme yang berkembang dalam pendekatan filsafat ilmu dengan ranah-ranah filosofis lain,
terutama epistemologi dan metafisika, mendorong tinjauan artikel ini, tanpa maksud sebelumnya
untuk membela pandangan Geiretadi.Karena kekayaan sumber daya ini, artikel ini tidak
bertujuan untuk membahas semua masalah filosofis naturalisme secara menyeluruh. Sebaliknya,
pembicaraan akan terbatas pada bidang keilmuan tertentu, yaitu filsafat hukum4.
3
Harefa, B. (2016). Kebenaran hukum perspektif filsafat hukum. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 2(1).
4
Sebastian, T. (2015). SIASAT-SIASAT NATURALISME DALAM FILSAFAT
HUKUM: SEBUAH KONTRIBUSI FILSAFAT ILMU. Veritas et Justitia, 1(2).
7
Yang dimaksud dengan filsafat dari hukum adalah penelitian oleh filsuf yDalam
diskursus filsafat hukum, masalah ilmiah menyebabkan pertengkaran sengit tentang pemahaman
hukum di bidang studi disebut filsafat hukum analitis. Kita dapat melihat peran penting yang
dimainkan oleh naturalisme dalam perdebatan ini: konsep Quine, yang menentang perbedaan
makna kebenaran sintesis dan analitis, memiliki kemampuan untuk mengatasi "corak esensial
hukum" yang secara metodologis didasarkan pada perbedaan ini. Ini menunjukkan bahwa
doktrin naturalisme bukan hanya menantang tetapi juga menarik untuk didiskusikan. Naturalisme
adalah salah satu subjek yang dibahas dalam bidang filsafat. Menurut pemikiran Geire,
naturalisme ialah kegiatan yang berlaku untuk semua macam filsafat, antara lain filsafat ilmu,
Dalam pemikiran filsafat hukum, kita bisa melihat bahwasanya pada masa lalu hukum
yang alam kerap dianggap menajadi hukum yang sah. Hal inilahyang menunjukkan bahwa
filsafat masa itu melihat hukum alam menjadi hukum yang asli, dan bahwa para filsafat masa itu
melihat hukum alam merupakan salah satu hukum yang berbeda dari hukum yang memberi
pengaturan ketat mengenai hubungan antara masyarakat dan UU. Walaupun masing-masing
memiliki tingkat kekuatan hukum yang berbeda, hukum berkaitan alam dan hukum yang positif
keduanya memiliki kekuatan hukum. Filsafat di modern yang memperoleh hukum alam
melihatnya sebagai standar untuk hukum positif. Menurut eori ini, rasio yang naturalis, rasio
ynag alamiah, dan akal yang alamiah menunjukkan bahwa alam telah menetapkan bahwa
manusia harus menguasai dunia ini. Menurut Res extra commercium, barang di luar
5
Syafithri, F. N., Rahman, F. A., Piansah, A., & Firmansyah, D. (2023). Empirisme dan
Fenomenologis dalam Perspektif Filsafat Hukum Naturalism. AHKAM, 2(2), 267-281.
8
perdagangan tidak dapat dimiliki oleh individu. Barang-barang ini dapat diklasifikasikan menjadi
Hukum adalah sekumpulan aturan dan peraturan yang dibuat oleh otoritas pemerintah
atau lembaga hukum yang berlaku untuk mengatur perilaku individu, kelompok, dan lembaga.
Hukum memainkan peran penting dalam menjaga masyarakat tetap teratur dan adil. Fungsi
hukum termasuk:
Berbagai jenis hukum termasuk hukum pidana, hukum sipil, hukum kontrak, hukum
internasional, dan banyak lagi. Hukum dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk konstitusi,
6
Syafithri, F. N., Rahman, F. A., Piansah, A., & Firmansyah, D. (2023). Empirisme dan
Fenomenologis dalam Perspektif Filsafat Hukum Naturalism. AHKAM, 2(2), 267-281.
9
Etika adalah bidang yang mempelajari etika dan prinsip moral, serta apa yang benar dan
salah. Etika adalah kerangka pengambilan keputusan yang mencakup pertimbangan nilai,
standar, dan prinsip moral yang memandu perilaku manusia. Etika juga melibatkan pemikiran
tentang apa yang harus dilakukan seseorang, bukan hanya apa yang diwajibkan oleh hukum.
Salah satu prinsip etika yang paling umum adalah utilitarianisme, yang berfokus pada melakukan
moral
c) Fokus etika hak asasi manusia adalah menjaga hak asasi manusia individu.
Hubungan antara moralitas dan hukum sangatlah rumit. Meskipun etika dan hukum
sering kali tumpang tindih, keduanya bisa berbeda. Mungkin ada nilai hukum untuk beberapa
tindakan, tetapi. Seperti yang dikatakan Skolimowski, filsafat tidak akan memiliki arah karena,
seperti kehidupan, filsafat adalah penyulingan khusus dari bagian ingat kehidupan kita. Filsafat
ialah masa yang penting dari dalam citra diri kita yang telah terbentuk saat berinteraksi dengan
dunia luas, dengan sejarah masa lampau, dan dengan mimpi masa yang akan datang. Meskipun
konsep filsafat tampaknya terlalu abstrak, proses abstraksi adalah penting. Untuk
10
filsafat. Pada Departemen Ilmu Pengetahuan Universitas Michigan, Ann Arbor, mengatakan
"Tanpa filosofi, kita tidak memiliki pedoman, arah, atau makna hidup. tiap era dan setiap society
is based on some basic beliefs and asumsi, yang digunakan seolah-olah mereka adalah benar.
Mereka menjelaskan semua hal lain yang muncul dari mereka, sementara mereka sendiri
diterima dengan iman. Skolimowski tentang evolusi filsafat adalah pergeseran dasar keyakinan
yang dianut, baik Keyakinan-keyakinan ini dapat bersifat religios atau sekuler. Sedangkan,
ketika peradaban, masyarakat, atau masyarakat tertentu runtuh, pemikiran baru diperlukan, yang
seringkali menjadi landasan filosofis baru. Skolimowski tentang evolusi filsafat adalah
perubahan fundamental dari kepercayaan yang dipegang, baik keyakinan tersebut, apakah itu
religius atau sekuler. Sedangkan, ketika suatu penduduk, masyarakat, atau peradaban tertentu
runtuh, pemikiran baru diperlukan, yang seringkali menjadi landasan filosofis baru)7.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
penelitian yanng filosofis tidak terperinci hanya pada kasus atau yurisdiksial, tentang sifat
7
Said, M. Y., & Nurhayati, Y. (2020). Paradigma filsafat etika lingkungan dalam menentukan
arah politik hukum lingkungan. Al-Adl: Jurnal Hukum, 12(1), 39-60
11
Hukum adalah sekumpulan aturan dan peraturan yang dibuat oleh otoritas pemerintah atau
lembaga hukum yang berlaku untuk mengatur perilaku individu, kelompok, dan lembaga.
Hukum memainkan peran penting dalam menjaga masyarakat tetap teratur dan adil. Etika
adalah bidang yang mempelajari etika dan prinsip moral, serta apa yang benar dan salah.
Etika adalah kerangka pengambilan keputusan yang mencakup pertimbangan nilai, standar,
dan prinsip moral yang memandu perilaku manusia. Etika juga melibatkan pemikiran
tentang apa yang harus dilakukan seseorang, bukan hanya apa yang diwajibkan oleh
hukum
DAFTAR PUSTAKA
12
Harefa, B. (2016). Kebenaran hukum perspektif filsafat hukum. Jurnal Komunikasi Hukum
(JKH), 2(1).
Said, M. Y., & Nurhayati, Y. (2020). Paradigma filsafat etika lingkungan dalam menentukan
Syafithri, F. N., Rahman, F. A., Piansah, A., & Firmansyah, D. (2023). Empirisme dan
Fenomenologis dalam Perspektif Filsafat Hukum Naturalism. AHKAM, 2(2), 267-281.
13