Anda di halaman 1dari 13

"Filsafat Hukum Naturalisme: Konsep Hukum dan Etika"

Dosen Pengampu :

Logo kampusmu

DISUSUN OLEH:

UNIVERSITAS KAMU

FAKULTAS KAMU

KOTAMU

2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat

limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk "Filsafat Hukum

Naturalisme: Konsep Hukum dan Etika" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka

memenuhi tugas mata kuliah kamu yang diampu oleh ibu dosen kamu

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di

dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis

secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk

masyarakat, umumnya, dan untuk saya sendiri, khususnya.

Kota kamu, 21 Oktober 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................6
2.1 Defenisi Filsafat.........................................................................................................................6
2.2 Hukum Naturalisme...................................................................................................................7
2.3 Konsep Hukum dan Etika Menurut Filsafat..............................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama berabad-abad, pemahaman hukum sebagai suatu sistem yang mengontrol perilaku

manusia dan menjamin keadilan telah dibahas dan dipikirkan. Memahami sifat dan asal-usul

hakikat hukum adalah salah satu elemen yang paling penting dalam perdebatan ini. Bagaimana

kita menanggapi pertanyaan tersebut dapat memengaruhi bagaimana kita melihat legitimasi

hukum, peran moralitas dalam hukum, dan bagaimana hukum harus ditafsirkan dan diterapkan.

Naturalisme dan positivisme hukum adalah dua perspektif yang telah mendominasi pembicaraan

ini. Masing-masing memberikan perspektif tentang sumber hukum dan cara memahami hukum

dalam konteks yang lebih luas. Menurut naturalisme, yang akarnya kembali ke Yunani Kuno,

hukum pada dasarnya berasal dari alam semesta atau sifat manusia yang inheren. Konsep ini

berasal dari. Konsep ini didasarkan pada keyakinan bahwa ada prinsip universal yang abadi dan

lebih tinggi daripada standar yang dibuat manusia. Menurut naturalisme, hukum menunjukkan

tatanan moral kosmik atau kodrat manusia. Menurut perspektif ini, hukum tidak hanya harus

ditemukan tetapi juga harus sesuai dengan standar moral yang lebih tinggi. Menurut banyak

pemikir dari tradisi ini, hukum yang tidak adil atau tidak sesuai dengan prinsip moral dasar dapat

dipertanyakan1.

Penelitian yang dilakukan tentang naturalisme dan positivisme dalam filsafat hukum

menghasilkan beberapa temuan yang menarik dan wawasan mendalam tentang kedua teori

tersebut. Hasil penelitian ini telah dilakukan setelah meninjau dan menganalisis literatur yang

relevan.Naturalisme hukum menganggap hukum sebagai sesuatu yang universal, menurut karya-

1
Simanjuntak, J. P. (2023). Pandangan Naturalisme dan Positivisme dalam Filsafat Hukum
Dengan Sebuah Analisis Perbandingan. Jurnal Kewarganegaraan, 7(2), 1701-1707.

4
karya yang dikaji. Tradisi ini melihat hukum sebagai gambaran dari tatanan alam semesta atau

sifat dasar manusia, bukan hanya kumpulan aturan yang dibuat oleh manusia. Ada keyakinan

bahwa ada nilai-nilai moral atau kebenaran dasar yang ada di alam dan dapat dikenali oleh akal

budi manusia. Pengikut naturalisme, seperti Aristotle dan Thomas Aquinas, berpendapat bahwa

"hukum alam", atau prinsip-prinsip moral dasar, harus mendukung hukum yang sesungguhnya.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana yang dimaksud dengan filsafat ?

 Bagaimana pentingnya konsep hukum dan etika?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud yang dimaksud dengan filsafat

 Untuk mengetahui bagaimana pentingnya konsep hukum dan etika

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Filsafat

Untuk memahami kebenaran hukum dari perspektif filsafat hukum, Anda harus memulai

dengan memahami apa arti dan tujuan hukum. Secara sederhana, hukum adalah kumpulan

prosedur dan prinsip yang berasal dari prinsip-prinsip yang kemudian menjadi standar. Salah

satu tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban di dalam kehidupan sosial manusia

tersebut; oleh karena itu, kehadiran hukum sangat penting. Ada tiga teori yang dikenal untuk

menentukan standar kebenaran. teori pragmatis, teori koherensi atau konsistensi, dan teori

korespondensi. Kesimpulannya, dari sudut pandang filsafat hukum, kebenaran hukum

bergantung pada teori atau paradigma yang digunakan. Keyakinan atau kepercayaan hukum

seseorang akan membantu mereka memahami kebenaran hukum yang mereka percaya. Maka

ilmu sangat penting untuk menuntun seseorang ke kebenaran hukum yang sebenarnya. Oleh

karena itu, kebenaran hukum yang dicapai dianggap sebagai kebenaran yang mutlak dan

absolut2.

Soedikno Mertokusumo mengatakan bahwa hukum adalah kumpulan aturan atau praktik

dalam kehidupan sosial. Menurut Theo Huijbers, quid iuris bukanlah pokok persoalan filsafat

hukum, tetapi quid ius. Menurutnya, quid iuris berfokus pada hukum sebagai sesuatu yang

substantif dan esensial, sedangkan quid ius adalah hukum yang berlaku dan sah. H.L.A. Hart

mengatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang dari filsafat politik, filsafat bahasa, dan filsafat

moral. Sebagai hasilnya, filsafat hukum membahas konsep-konsep hukum seperti rasa bersalah,

2
Harefa, B. (2016). Kebenaran hukum perspektif filsafat hukum. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 2(1).

6
kesalahan, niat, dan tanggung jawab, yang merupakan masalah utama dalam hukum, terutama

ketika hukum menekankan konsep-konsep ini dalam pikiran hukum 3.

2.2 Hukum Naturalisme

Naturalisme Salah satu topik diskusi filsafat adalah naturalisme.Geirebahkan menyatakan

bahwa naturalisme adalah program universal untuk semua jenis filsafat, termasuk epistemologi,

filsafat ilmu, etika, dan filsafat bahasa dan pikiran. Dengan demikian, jelas betapa luasnya

cakupan konsep dan masalah naturalisme. Di sisi lain, filsafat ilmu bertujuan untuk

mempertimbangkan berbagai topik ilmu pengetahuan, karakteristiknya, dan tekniknya, serta

aspek-aspek terkait lainnya, seperti pola perilaku (manusiawi) para ilmuwan dan hasil yang

dicapainya. Sudah jelas bahwa yang terakhir ini melibatkan masalah dampak dan konsekuensi

etis, baik di dalam maupun di luar ilmu pengetahuan (termasuk sikap individu ilmuwan,

komunitas ilmiah, dan corak ilmu pengetahuan). Dengan demikian, memahami naturalisme dan

filsafat ilmu tidak perlu menjadi masalah besar. Ketertarikan pada hubungan antara doktrin

naturalisme yang berkembang dalam pendekatan filsafat ilmu dengan ranah-ranah filosofis lain,

terutama epistemologi dan metafisika, mendorong tinjauan artikel ini, tanpa maksud sebelumnya

untuk membela pandangan Geiretadi.Karena kekayaan sumber daya ini, artikel ini tidak

bertujuan untuk membahas semua masalah filosofis naturalisme secara menyeluruh. Sebaliknya,

pembicaraan akan terbatas pada bidang keilmuan tertentu, yaitu filsafat hukum4.

3
Harefa, B. (2016). Kebenaran hukum perspektif filsafat hukum. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 2(1).
4
Sebastian, T. (2015). SIASAT-SIASAT NATURALISME DALAM FILSAFAT
HUKUM: SEBUAH KONTRIBUSI FILSAFAT ILMU. Veritas et Justitia, 1(2).

7
Yang dimaksud dengan filsafat dari hukum adalah penelitian oleh filsuf yDalam

diskursus filsafat hukum, masalah ilmiah menyebabkan pertengkaran sengit tentang pemahaman

hukum di bidang studi disebut filsafat hukum analitis. Kita dapat melihat peran penting yang

dimainkan oleh naturalisme dalam perdebatan ini: konsep Quine, yang menentang perbedaan

makna kebenaran sintesis dan analitis, memiliki kemampuan untuk mengatasi "corak esensial

hukum" yang secara metodologis didasarkan pada perbedaan ini. Ini menunjukkan bahwa

doktrin naturalisme bukan hanya menantang tetapi juga menarik untuk didiskusikan. Naturalisme

adalah salah satu subjek yang dibahas dalam bidang filsafat. Menurut pemikiran Geire,

naturalisme ialah kegiatan yang berlaku untuk semua macam filsafat, antara lain filsafat ilmu,

epistemologi dan etika dasar5.

Dalam pemikiran filsafat hukum, kita bisa melihat bahwasanya pada masa lalu hukum

yang alam kerap dianggap menajadi hukum yang sah. Hal inilahyang menunjukkan bahwa

filsafat masa itu melihat hukum alam menjadi hukum yang asli, dan bahwa para filsafat masa itu

melihat hukum alam merupakan salah satu hukum yang berbeda dari hukum yang memberi

pengaturan ketat mengenai hubungan antara masyarakat dan UU. Walaupun masing-masing

memiliki tingkat kekuatan hukum yang berbeda, hukum berkaitan alam dan hukum yang positif

keduanya memiliki kekuatan hukum. Filsafat di modern yang memperoleh hukum alam

melihatnya sebagai standar untuk hukum positif. Menurut eori ini, rasio yang naturalis, rasio

ynag alamiah, dan akal yang alamiah menunjukkan bahwa alam telah menetapkan bahwa

manusia harus menguasai dunia ini. Menurut Res extra commercium, barang di luar

5
Syafithri, F. N., Rahman, F. A., Piansah, A., & Firmansyah, D. (2023). Empirisme dan
Fenomenologis dalam Perspektif Filsafat Hukum Naturalism. AHKAM, 2(2), 267-281.

8
perdagangan tidak dapat dimiliki oleh individu. Barang-barang ini dapat diklasifikasikan menjadi

satu dari tiga kategori:

a. Barang untuk umum

b. Barang yang dimiliki masyarakat umum

c. Barang untuk tujuna keagamaan6.

2.3 Konsep Hukum dan Etika Menurut Filsafat

Hukum adalah sekumpulan aturan dan peraturan yang dibuat oleh otoritas pemerintah

atau lembaga hukum yang berlaku untuk mengatur perilaku individu, kelompok, dan lembaga.

Hukum memainkan peran penting dalam menjaga masyarakat tetap teratur dan adil. Fungsi

hukum termasuk:

a) Menentukan hak dan kewajiban setiap orang.

b) Menjaga stabilitas sosial.

c) Menyediakan sistem penyelesaian konflik.

d) Menjaga prinsip dan aturan sosial.

Berbagai jenis hukum termasuk hukum pidana, hukum sipil, hukum kontrak, hukum

internasional, dan banyak lagi. Hukum dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk konstitusi,

undang-undang, peraturan, dan preseden hukum.

6
Syafithri, F. N., Rahman, F. A., Piansah, A., & Firmansyah, D. (2023). Empirisme dan
Fenomenologis dalam Perspektif Filsafat Hukum Naturalism. AHKAM, 2(2), 267-281.

9
Etika adalah bidang yang mempelajari etika dan prinsip moral, serta apa yang benar dan

salah. Etika adalah kerangka pengambilan keputusan yang mencakup pertimbangan nilai,

standar, dan prinsip moral yang memandu perilaku manusia. Etika juga melibatkan pemikiran

tentang apa yang harus dilakukan seseorang, bukan hanya apa yang diwajibkan oleh hukum.

Salah satu prinsip etika yang paling umum adalah utilitarianisme, yang berfokus pada melakukan

kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar orang.

a) Deontologi menekankan norma universal dan kewajiban moral.

b) Etika situasional, yang mempertimbangkan situasi tertentu saat membuat keputusan

moral

c) Fokus etika hak asasi manusia adalah menjaga hak asasi manusia individu.

Hubungan antara moralitas dan hukum sangatlah rumit. Meskipun etika dan hukum

sering kali tumpang tindih, keduanya bisa berbeda. Mungkin ada nilai hukum untuk beberapa

tindakan, tetapi. Seperti yang dikatakan Skolimowski, filsafat tidak akan memiliki arah karena,

seperti kehidupan, filsafat adalah penyulingan khusus dari bagian ingat kehidupan kita. Filsafat

ialah masa yang penting dari dalam citra diri kita yang telah terbentuk saat berinteraksi dengan

dunia luas, dengan sejarah masa lampau, dan dengan mimpi masa yang akan datang. Meskipun

konsep filsafat tampaknya terlalu abstrak, proses abstraksi adalah penting. Untuk

mengungkapkan pengalaman dan pemahaman, Skolimowski adalah seorang profesor

10
filsafat. Pada Departemen Ilmu Pengetahuan Universitas Michigan, Ann Arbor, mengatakan

"Tanpa filosofi, kita tidak memiliki pedoman, arah, atau makna hidup. tiap era dan setiap society

is based on some basic beliefs and asumsi, yang digunakan seolah-olah mereka adalah benar.

Mereka menjelaskan semua hal lain yang muncul dari mereka, sementara mereka sendiri

diterima dengan iman. Skolimowski tentang evolusi filsafat adalah pergeseran dasar keyakinan

yang dianut, baik Keyakinan-keyakinan ini dapat bersifat religios atau sekuler. Sedangkan,

ketika peradaban, masyarakat, atau masyarakat tertentu runtuh, pemikiran baru diperlukan, yang

seringkali menjadi landasan filosofis baru. Skolimowski tentang evolusi filsafat adalah

perubahan fundamental dari kepercayaan yang dipegang, baik keyakinan tersebut, apakah itu

religius atau sekuler. Sedangkan, ketika suatu penduduk, masyarakat, atau peradaban tertentu

runtuh, pemikiran baru diperlukan, yang seringkali menjadi landasan filosofis baru)7.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 penelitian yanng filosofis tidak terperinci hanya pada kasus atau yurisdiksial, tentang sifat

atau hakikat hukum.

7
Said, M. Y., & Nurhayati, Y. (2020). Paradigma filsafat etika lingkungan dalam menentukan
arah politik hukum lingkungan. Al-Adl: Jurnal Hukum, 12(1), 39-60

11
 Hukum adalah sekumpulan aturan dan peraturan yang dibuat oleh otoritas pemerintah atau

lembaga hukum yang berlaku untuk mengatur perilaku individu, kelompok, dan lembaga.

Hukum memainkan peran penting dalam menjaga masyarakat tetap teratur dan adil. Etika

adalah bidang yang mempelajari etika dan prinsip moral, serta apa yang benar dan salah.

Etika adalah kerangka pengambilan keputusan yang mencakup pertimbangan nilai, standar,

dan prinsip moral yang memandu perilaku manusia. Etika juga melibatkan pemikiran

tentang apa yang harus dilakukan seseorang, bukan hanya apa yang diwajibkan oleh

hukum

DAFTAR PUSTAKA

12
Harefa, B. (2016). Kebenaran hukum perspektif filsafat hukum. Jurnal Komunikasi Hukum

(JKH), 2(1).

Said, M. Y., & Nurhayati, Y. (2020). Paradigma filsafat etika lingkungan dalam menentukan

arah politik hukum lingkungan. Al-Adl: Jurnal Hukum, 12(1), 39-60.

Sebastian, T. (2015). SIASAT-SIASAT NATURALISME DALAM FILSAFAT HUKUM:


SEBUAH KONTRIBUSI FILSAFAT ILMU. Veritas et Justitia, 1(2).

Simanjuntak, J. P. (2023). Pandangan Naturalisme dan Positivisme dalam Filsafat Hukum

Dengan Sebuah Analisis Perbandingan. Jurnal Kewarganegaraan, 7(2), 1701-1707.

Syafithri, F. N., Rahman, F. A., Piansah, A., & Firmansyah, D. (2023). Empirisme dan
Fenomenologis dalam Perspektif Filsafat Hukum Naturalism. AHKAM, 2(2), 267-281.

13

Anda mungkin juga menyukai