ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sebuah perspektif fikih yang bisa menjadi salah
satu dari ilmu pengetahuan modern. Penelitian ini yang menggunakan metode kajian kaidah
deskriptif memberikan sebuah kesimpulan yaitu pada saat ini pertumbuhan ilmu hukum
bergerak sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan juga
teknilogi, sehingga beberapa ahli hukum tersebut perlu menempatkan ilmunya sehingga dapat
mengikuti perkembangan zaman saat ini. Tetapi para ilmuan hukum mesti akan tetap
mempertahankan ciri khas aslinya sesuai dengan ilmu yang mereka pelajari. Kemudian Ilmu
hukum juga sebaga ilmu yang dapat berdiri sendiri dan mampu untuk bertindak mandiri atas
konsep hukum ysng murni dan menghasilkan kaidah yang sesuai dengan perkembangan
sosial terkini. Sehingga Fikih harus dapat berubah dari konsep ilmu dasar menjadi fikih
murni.
PENDAHULUAN
Sains bergerak begitu cepat. Hal ini dimungkinkan karena merusak cara orang mencari ilmu,
dari sudut pandang teologis, sebagai sesuatu yang sangat sakral. Ilmu fikih merupakan bagian
dari kajian yang tidak pernah berhenti dengan perkembangan teknologi dan manusia dalam
kehidupan masyarakat, sehingga pandangan ilmu pengetahuan seringkali berbenturan dengan
peraturan hukum dan kondisi yang ada dimana penelitian merupakan satu kesatuan dan bukan
merupakan bagian yang terpisah dari ilmu pengetahuan.1 Hukum dalam konteks ilmu telah
menjadi perdebatan di kalangan sarjana hukum, sehingga para sarjana hukum
mengkategorikan hukum sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial. Untuk menjawab pertanyaan
"Apa itu hukum?" pertama-tama kita harus membenahi konsep yurisprudensi. Di Inggris
yurisprudensi dikenal dengan istilah “Ilmu Hukum”, hal ini sangat keliru bila diartikan secara
etimologis, dalam bahasa Inggris hukum yang berakar dari kata lex (Latin) dapat diartikan
sebagai hukum. Hukum Inggris memiliki dua arti yang berbeda: yang pertama adalah
seperangkat instruksi tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai keadilan, dan yang
1
Rasjidi, Lili & Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, 2007.
kedua adalah kode etik yang dirancang untuk menciptakan tatanan sosial. Makna pertama
adalah Latin ius, droit Perancis, Recht Belanda, Jerman juga Recht, Hukum Indonesia. Dalam
arti lain disebut Lex dalam bahasa Latin, loi dalam bahasa Prancis, nat dalam bahasa Belanda
dan hukum dalam bahasa Jerman, sedangkan UU dalam bahasa Indonesia. Hukum kata
bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata lagu, aturan yang ditetapkan dan dikodifikasi
oleh raja-raja Anglo-Saxon. Ternyata lagunya ada di baris lex, bukan baris ius. Jadi, istilah
yurisprudensi menunjuk pada pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum. Hal ini
menyebabkan ketidaksesuaian makna yang terkandung dalam ilmu pengetahuan.
Menghindari hal yang demikian disebut jurisprudence, jurisprudence dalam bahasa Inggris.
Yurisprudensi berasal dari dua kata Latin: iusris yang berarti hukum dan prudentia yang
berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Yurisprudensi berarti pengetahuan hukum. Dari segi
etimologis, terlihat bahwa Robert L. Heyman tidak melebih-lebihkan konsep hukum, dalam
hal ini yurisprudensi, dengan segala teori yang ada di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa
fikih merupakan cabang ilmu khusus yang dapat dipadukan dengan ilmu-ilmu lain untuk
diterapkan dalam ilmu-ilmu lain. Mengingat sebagai ilmu tersendiri, objek kajian hukum
adalah hukum itu sendiri dan bahwa hukum bukanlah kajian empiris, Gijssels dan van
Hoecke mengatakan bahwa hukum adalah hukum. Ilmu pengaturan hukum secara sistematis
dan fenomenologis, struktur kekuasaan, norma, hak dan kewajiban. Hukum adalah disiplin
yang mandiri. Oleh karena itu, penelitian ini tidak termasuk dalam ranah penelitian empiris
atau evaluatif. Ilmu fikih bukan hanya ilmu kedokteran forensik, tetapi juga merupakan ilmu
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan hukum secara umum. Hari Chand dengan
tepat membandingkan mahasiswa hukum dengan mahasiswa kedokteran yang belajar di
bidang ini. Ia menjelaskan, mahasiswa kedokteran yang mempelajari anatomi manusia harus
mempelajari kepala, telinga, mata, dan seluruh bagian tubuh serta struktur, hubungan, dan
fungsinya. Layaknya seorang mahasiswa hukum yang mempelajari isi hukum, ia harus
mempelajari konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, struktur dan pengoperasian hukum itu
sendiri. Ia juga menjelaskan bahwa selain mempelajari tubuh manusia secara keseluruhan,
seorang mahasiswa kedokteran juga harus mempelajari faktor luar yang mempengaruhi
tubuh, seperti panas, dingin, air, bakteri, virus, serangga dan lain-lain. 2
Hal yang sama berlaku untuk mahasiswa hukum. Yaitu ilmu yang mempelajari faktor-faktor
luar yang mempengaruhi hukum, seperti faktor sosial, politik, budaya, ekonomi, dan nilai-
nilai yang termasuk dalam bidang ilmu lainnya. Ilmu hukum memandang hukum dari dua
sudut pandang. hukum sebagai sistem nilai dan hukum sebagai aturan sosial. Studi hukum
2
Rasjidi, Lili & Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, 2007.
adalah tentang memahami kondisi internal negara hukum. Inilah yang membedakan
yurisprudensi dengan disiplin ilmu hukum lain yang memandang hukum dari luar. Ilmu
hukum memposisikan hukum sebagai fenomena sosial. Penelitian evaluasi sekarang
menghubungkan hukum dengan etika dan moralitas. Ilmu hukum modern memulai
perjalanannya dalam dominasi para ahli hukum yang mempelajari ilmu hukum sebagai
bentuk pembangunan sosial sehingga dasar-dasar ilmu hukum terabaikan. Jika hukum
dipelajari dalam tatanan disiplin ilmu, legislasi (legislative law) bukanlah gelar hukum karena
penelitian empiris termasuk dalam yurisprudensi sebagai landasan keilmuan. 3
PEMBAHASAN
Ilmu aturan memiliki karateristik menjadi ilmu yg bersifat preskriptif & terapan. Sebagai
ilmu yg bersifat preskriptif, ilmu aturan memeriksa tujuan aturan, nilai-nilai keadilan,
validitas anggaran aturan, konsep-konsep aturan & kebiasaan-kebiasaan aturan. Sebagai ilmu
terapan ilmu aturan tetapkan baku perosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu pada
melaksanakan anggaran aturan. Sifat preskriptif keilmuan aturan ini adalah sesuatu yg
substansial pada pada ilmu aturan. Hal ini nir akan mungkin bisa dipelajari sang disiplin lain
yg objeknya jua aturan. Suatu langkah awal menurut substansi ilmu aturan ini merupakan
perbincangan tentang makna aturan pada pada hayati bermasyarakat. Dalam hal ini ilmu
aturan bukan hanya menempatkan aturan menjadi suatu gejara sosial yg hanya dicermati
menurut luar; melainkan masuk kedalam hal yg lebih esinsial yaitu sisi intriksik menurut
aturan. Dalam setiap perbincangan yg demikian tentu saja akan menjawab pertanyaan
mengapa diharapkan aturan sedangkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan sosial yg lain.
Apakah yg diinginkan menggunakan kehadiran aturan. Dalam perbincangan yg demikian,
ilmu aturan akan menyoal apa yg tujuan aturan. Dalam hal demikian apa yg sebagai
senyatanya terdapat berhadapan menggunakan apa yg seharusnya. Pada perbincangan akan
dicari jawaban yg nantinya akan menjembantani antara 2 empiris tadi. Persoalan berikutnya
adalam adalah suatu conditio harus ada pada aturan merupakan kasus keadilan. Mengenai
kasus tadi perlu diingat pandangan Gustav Radbruch yg secara sempurna menyatakan bahwa
cita aturan nir lain daripada mencapai keadilan “Est autem juz a justitia, sicut a matre sua
ergo prius fuit justitia quam juz”. Persoalan keadilan bukan adalah dilema matematis klasik,
melainkan dilema yg berkembang seiring menggunakan peradaban rakyat & intelektual
insan. Bentuk keadilan bisa saja berubah namun esensial keadilan selalu terdapat
3
Kelsen, Hans. Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, 2009 .
Dalam penilaian dunia pendidikan yang sangat penting, tujuannya adalah untuk mengetahui
bagaimana perkembangan siswa dalam mencapai tujuan yang semula telah ditetapkan.
Namun evaluasi dari kurikulum tersebut perlu untuk dilakukan secara sistematis sesuai
dengan konsep yang mendasari evaluasi kurikulum, sehingga memiliki hasil evaluasi
kurikulum ini secara umum memenuhi kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum
dianalisis secara holistik untuk mencapai hasil yang maksimal. Memahami nilai-nilai
penilaian kurikulum dapat membantu Anda mengembangkan kurikulum saat merancang
penilaian kurikulum yang selaras dengan kajian teoretis yang relevan. Kegiatan ini
mengeksplorasi dan berinteraksi dengan dasar-dasar menjadikan penilaian sebagai bagian
integral dari kurikulum. Hal inilah yang perlu diperhatikan untuk merencanakan evaluasi
kurikulum sehingga dapat berkaitan dengan sejarah perkembangan evaluasi kurikulum
tersebut. Tujuan evaluasi ini dapat digunakan untuk megevaluasi jalannya kurikulum yang
telah berlaku apakah sesuai standard an memiliki perkembagan dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Berdasarkan paparan di atas, artikel ini juga membahas tentang pengelolaan
evaluasi kurikulum untuk memaksimalkan implementasi kurikulum yang lebih efektif
sebagai acuan bagi pemangku kepentingan dan pelaku dunia pendidikan.
PENUTUP
Dalam perkembangan ilmu, aturan perkembengan zaman ini mengalami kemajuan yang
sangat cepat seiringing dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan. sehingga beberapa
ahli hukum tersebut perlu menempatkan ilmunya sehingga dapat mengikuti perkembangan
zaman saat ini. Tetapi para ilmuan hukum mesti akan tetap mempertahankan ciri khas aslinya
sesuai dengan ilmu yang mereka pelajari. Kemudian Ilmu hukum juga sebaga ilmu yang
dapat berdiri sendiri dan mampu untuk bertindak mandiri atas konsep hukum ysng murni dan
menghasilkan kaidah yang sesuai dengan perkembangan sosial terkini. Sehingga Fikih harus
dapat berubah dari konsep ilmu dasar menjadi fikih murni.
DAFTAR PUSTAKA