sebaliknya,
memerlukan
pengetahuan
objektif.
Austin
mendeskripsikan hukum sebagai gejala yang dapat diamati.
Dalam pandangan Austin, hukum terdiri dari pemerintahpemerintah dan sanksi-sanksi yang diberikan oleh penguasa
dan dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. Bagi Austin,
evaluasi terhadap aturan hukum merupakan suatu yang lain.
Menurut Bernard Barber, prosedur semacam itu dapat
diterapkan untuk ilmu-ilmu sosial ia mengatakan Science is
unity, whatever the class of empirical materials to which it is
applied, and therefore natural and social science belong
together in principle. Ia mengemukakan bahwa perbedaan
antara ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu sosial terletak pada
tingkat perkembangannya dan tidak bersifat fundamental.
Menurut Barber, suatu karakter yang esensial dalam semua
ilmu sosial adalah ilmu-ilmu itu berkaitan dengan hanya secara
fisik melainkan juga atas dasar makna-makna yang disepakati
bersama.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
metode yang digunakan untuk ilmu ilmu alamiah kepada ilmu
ilmu sosial.pertama,gejala yang dihadapi oleh ilmuwan sosial
tidak sama dengan gejala yang dihadapi oleh ilmuwan dalam
ruang lingkup ilmu ilmu alamiah.
Objek telaahnya berbeda,yaitu ilmu ilmu alamiah yang
berkaitan dengan materi sedangkan ilmu ilmu sosial mengenai
manusia.
Ilmuwan dalam ruang lingkup ilmu ilmu alamiah dapat
menetapkan logika eksternal terhadap data yang ia peroleh.
Di dirikannya law and society and society association dan
jurnalnya law&society review tahun 1960-an telah menyulut
studi studi hukum dari perspektif ilmu sosial.sejak itu literatur
literatur mengenai hukum dan masyarakat berkembang dengan
pesat.objek objek penelitian acap kali diarahkan pada topik
topik dampak hukum terhadap masyarakattertentu, kepatuhan
hukum masyarakat tertentu terhadap suatu aturan hukum,
efektivitas aturan hukum dalam kehidupan bermasyarakat,dan
hukum perubahan sosial.
law
dalam
bahasa
inggris
Caudex
Novelloe
Instituti
Digesta
ilmu
hukum
tersebut
dapat
10
11
12
seni
atau
rechtgeleerheid, ilmu hukum dogmatik menurut mereka
bukan ilmu. Gejala hukum dipandang sebagai gejala empiris
yang murni faktual, gejala-gejala ini harus dipelajari dan diteliti
dengan menggunakan metode empiris dengan meminjam pola
standar. Penelitian yang bersifat yang bersifat empiris faktual
Pengantar Ilmu Hukum
13
14
BAB II
HUKUM SEBAGAI NORMA SOSIAL
15
16
17
18
D.Eksistensi Sanksi
Sebagian besar teori hukum menyatakan baik secara
eksplisit maupun implisit bahwa yang membedakan norma
hukum dan norma norma lainnya adalah pada norma hukum
dilekatkan suatu paksaan atau sanksi.
Bahkan HART sekalipun juga memandang hukum sebagai
perintah dan menempatkan sanksi sebagai sesuatu yang
memang melekat pada hukum.
Sayangnya,dalam realita tidak ada satu masyarakat pun
memiliki sebegitu banyak aparat yang diperlukan untuk
menjamin bahwa setiap anggota masyarakat secara resmi dan
tersendiri diberi petunjuk tentang setiap tindakan yang harus
dilakukan.
Berlainan halnya dengan L.J. van apeldoorn. Secara tegas ia
menyatakan bahwa sanksi bukan elemen yang esensial dalam
hukum,melainkan
elemen
tambahan.
Menurut
van
apeldoorn,ajaran yang menyatakan bahwa ciri hukum terletak
pada sanksi adalah sesuatu hal yang kontradiktif terhadap
dirinya sendiri.
Menurut van apeldoorn hal itu bukan berarti memberikan
alasan pembenar terhadap pandangan yang menyatakan
bahwa sanksi merupakan tanda pembeda antara norma hukum
dan norma sosial lainnya.
19
20
BAB III
TUJUAN HUKUM
A. Relevansi Perbincangan Tujuan Hukum Dalam Ilmu Hukum
Tidak semua tujuan hukum membahas ilmu hukum.
Perbincangan hukum merupakan karakteristik aliran hukum
alam. Hukum juga dipandang sebagai gejala sosial, yaitu
sesuatu yang selalu ada dalam kehidupan sosial
dan
kebenarannya karena di buat oleh penguasa, oleh karena itu
keberadaan hukum tidak dapat dilepaskan dari npertimbanganpertimbangan politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Akan tetapi esensi hukum yaitu hakikat hukum yang justru
menjadi dasar pijakan dalam pembuatan undang-undang
maupun pengembalian putusan dalam proses peradilan dan
tidakan eksekutif. Yang menjadi sasaran studi ilmu hukum
menurut pandangan positivesme dengan demikian tidak lain
21
22
23
24
gagasan
makna
hukum
dalam
hidup
25
26
27
28
29
hubungan
dengan
sesama
individu
maupun
dalam
hubungannya dalam masyarakat.aturan aturan itu menjadi
batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan
tindakan terhadap individu.
Adanya aturan semacam itu dan pelaksanaan aturan
tersebut menimbulkan kepastian hukum.dengan demikian
kepastian hukum mengandung dua pengertian,,:
1. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu
mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan.
2. Berupa keamanan hukum individu dari kesewenangan
pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat
umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
dibebankan atau dilakukan negara terhadap individu.
Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal pasal
melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim
antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang
lainnya untuk kasus serupa yang telah diputuskan.dalam
menjaga kepastian hukum peran pemerintah dan pengadilan
sangat penting.pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan
pelaksanaan yang tidak diatur oleh undang undang atau
bertentangan dengan undang undang.
H. Anatomi Dalam Hukum
Memang dalam literatur literatur klasik dikemukakan
antinomi antara kepastian hukum dan keadilan.menurut
literatur literatur tersebut,kedua hal itu tidak dapat diwujudkan
sekaligus dalam situasi yang bersamaan.oleh karena
itulah,dalam hal ini menurut literatur literatur itu hukum
bersifat kompromi,yaitu dengan mengorbankan keadilan untuk
mencapai kepastian hukum.
Disitu,penerap hukum harus mampu untuk melakukan
pilihan mana yang harus dikorbankan,kepastian hukum ataukah
30
BAB IV
HAK
A. Hak dan Hukum
Dalam literatur berbahasa inggris kerap kali dikemukakan
bahwa hak berdasarkan hukum (legal right) dibedakan dari
hak yang timbul dari norma lain. Menurut Pato, hak
berdasarkan biasanya diartikan sebagai hak yang diakui dan
dilindungi oleh hukum. Hal senada dikemukakan oleh Sarah
Worthington yang menyatakan bahwa legal right sering
dilawan dengan modal rights. Ia memberi contoh bahwa
seseorang dapat mengharapkan dibayar oleh majikannya,
Pengantar Ilmu Hukum
31
32
33
Hak orisinal pertam adalah hak hidup. Hak hidup ini bukan
hanya berkaitan dengan aspek fisik manusia, melainkan juga
dengan aspek eksistensial manusia. Pidana mati jelas-jelas
meupakan aturan hukum yang merampas hak orisinal seseorag
yang paling hakiki. Begitu juga dengan aborsi dan euthanasia
merupakan pelanggaran terhadap hak hidup.
Hak orisinal kedua adalah ha katas kebebasan. Kebebasan
kehendak yang dimiliki oleh manusia diimbangi dengan adanya
nalar untuk tidak saling membinasakan diantara sesame
anggota kelompok. Nalar itulah yang membatasi kebebasan
kehendak manusia.
Hak orisinal ketiga adalah hak milik. Hak milik dipandang
sebagai hak orisinal karena manusia secara kodrati mempunyai
akal pikiran untuk menguasai benda-benda atau objek-objek
dan memanfaatkannya untuk mempertahankan aspek fisik
maupun aspek eksistensial.
Ketiga hak orisinal itu melahirkan hak-hak derivative. Hakhak derivative ini merupakan bentukan hukum, yaitu melalui
undang-undang, dipraktikan dalam hukum kebiasaan, dan
dituangkan di dalam perjanjian.
Hak-Hak Dasar
Pemikiran mengenai hak-hak dasar ini mulai mencuat pada
abad ke 18. Apa yang tertuang di dalam magna charta, viginia
bill of rights dan la declaration des Ihommnes et du citoyens
merupakan hak-hak dasar.
W. Duk membedakan antara hak-hak dsar klasik dan hak-hak
dasar sosial. Pada hak dasar klasik terdapat kewajiban bagi
pemerintah untuk melakukan segala sesuatu dalam melindungi
manusia dan warganya, diantara hak-hak dasar bersifat klasik
terdapat hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk
beragama, hak untuk mengeluarkan pendapat dan hak untuk
berserikat. Jika hak-hak dasar sosial dapat dikatakan sebagai
tuntutan-tuntutan warga Negara kepada penguasa. Tuntutantuntan itu beupa bahwa semua organ pemerintah harus
mewujudkan tujuan sebagaimana terdapat pada teks-teks
tempat hak-hak dasar dituangkan.
34
Hak-Hak Politik
Hak-hak politik berupa hak untuk ikut serta baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan
pemerintah. Hak ikut serta pemerintah secara langsung
misalnya, hak untuk dipilih untuk menjadi anggota lembaga
politik, anggota perwakilan rakyat dan anggota cabinet.
Sedangkan secara tidak langsung adalah hak untuk memilih
anggota-anggota perwakilan dan memilih kepala daerah dan
memilih kepala Negara di Negara republic.
Hak-Hak Privat
Hak privat di bedakan menjadi hak absolute dan hak relative.
Hak absolute dapat dibagi menjadi:
a) Hak-hak pribadi adalah hak-hak manusia dalam kaitannya
dengan diri sendiri orang tersebut.
b) Hak-hak kekeluargaan adalah hak-hak yang berkaitan
dengan hubungan kekeluargaan
c) Hak-hak kebendaan (hak harta kekayaan) adalah hak-hak
yang dapat dinilai dengan uang. Yang termasuk hak itu
adalah hak untuk menikmati warisan, hak milik, hak sewa
dan hak guna bangunan.
Hak-hak atas harta kekayaan yang bukan merupakan hakhak kebendaan merupakan hak-hak relatif. Hak-hak relatif
memungkinkan pemegangnya menuntut suatu ha katas subjek
hukum tertentu.
Hak-hak privat baik yang absolut maupun relative timbul
karena adanya peristiwa hukum, hubungan hukum, dan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum dapat dibedakan menjadi
perbuatan hukum menurut hukum dan perbuatan melanggar
hukum.
35
36
BAB V
PENGERTIAN-PENGERTIAN ELEMENTER
DALAM HUKUM
37
38
39
40
41
42
F. HUBUNGAN HUKUM
43
SIFAT
HUBUNGAN
HUKUM
G. TANGGUNG GUGAT
Tanggung Gugat (liability/aansprakelijkheid) merupakan
bentuk spesifik dari tanggung jawab .tanggung gugat merujuk
kepada posisi seseorang atau badan hukum yang di pandang
harus membayar suatu bentuk kompesensi atau ganti rugi
setelah adanya peristiwa hukum atau tindakan hukum
misalnya harus membayar ganti kerugian kepada orang atau
badan hukum lain karena telah melakukan melanggar hukum
(onrechtmatige daad) sehingga menimbulkan kerugian bagi
orang atau badan hukum lain tersebut.istilah tanggung gugat
berada dalam ruang lingkup hukum privat.
Kesalahan
pada setiap
samping itu,
bertanggung
44
45
BAB VI
SISTEM CIVIL LAW DAN COMMON LAW
46
47
48
49
50
51
52
53
54
BAB VII
SUMBER-SUMBER HUKUM
A. Pengertian Sumber-sumber Hukum
Sumber-sumber hukum dapat diartikan sebagai bahan-bahan
yang
digunakan sebagai dasar oleh pengadilan dalam memutuskan
perkara.
Istilah
sumber
hukum
mengandung banyak
pengertian. Istilah itu dapat dilihat dari segi historis, sosiologis,
filsufis, dan ilmu hukum. Sejarawan, sosiolog, filsuf, dan yuris
melihat hukum dari masing-masing sudut pandangnya. Bagi
sejarawan dan sosiolog, hukum tidak lebih dari sekadar gejala
sosial sehingga harus didekati secara ilmiah. Filsuf dan yuris,
sebaliknya, memandang hokum sebagai keseluruhan aturan
tingkah laku dan sistem nilai.
Sejarawan hukum menggunakan istilah sumber-sumber
hukum dalam dua arti, yaitu dalam arti sumber tempat orangorang untuk mengetahui hokum dan sumber bagi pembentuk
undang-undang menggali bahan-bahan dalam penysunan
undang-undang.
Tempat-tempat
dapat
diketemukannya
sumber-sumber hukum berupa undang-undang, putuanputusan pengadilan, akta-akta, dan bahan bahan hukum. Dari
prestektif sosiologis sumber-sumber hukum berarti faktor-faktor
yang benar-benar menyebabkan hukum benar-benar berlaku.
Dalam pola pikir eropa kontinental, disamping sumbersumber hukum dari segi historis, sosiologis dan filsufis, yang
merupakan fokus perbincangan adalah sumber hukum dalam
arti formal karena inilah yang bersifat oprasional adanya yang
Pengantar Ilmu Hukum
55
56
57
menyatakan ketentuan-ketentuan itu atau bahkan undangundang itu inkonstitusional. Dengan hal demikian, badan
peradilan dapat tidak menggunakan ketentuan-ketentuan
dalam undang-undang itu untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya. Tidak perlu menguji konstitusionalitas
suatu undang -undang, pengadilan dapat menyisihkan
undang-undang jika pengadilan memang memandang bahwa
penggunaan undang-undang atau ketentuan-ketentuan
undang-undang tersebut tidak sesuai dengan situasi yang
dihadapi.
Undang-undang merupakan produk parlemen dalam
melakukan fungsi legislatif. Para anggota parlemen adalah
wakil-wakil rakyat. Undang-undang dibuat oleh parlemen.
Oleh karena itu undang-undang dipandang sebagai
kehendak rakyat, mempunyai kekuatan mengikat. Pada
kenyataannya, undang-undang tidak pernah lengkap.
Kebiasaan tidak mempunyai kekuatan mengikat. Hukum
kebiasaan diperlukan dua hal, yaitu tindakan itu dilakukan
secara berulang-ulang(usus) dan adanya unsur psikologis
mengenai pengakuan bahwa apa yg diakukan secara terusmenerus dan berulang-ulang itu aturan hukum.
Unsur ini mempunyai relevansi yuridis, yaitu tindakan
bukan sekedar dilakukan secara ulang-ulang melainkan
tindakan itu harus disebabkan oleh suatu kewajiban hukum
yang menurut pengalaman
manusia harus dilakukan. Ius contra legem artinya hukum
yang berlaku yang dalam hal ini adalah praktik-praktik dalam
asuransi bertentangan dengan undang-undang.
Mengutip putusan Mahkamah Agung Belanda dalam
menampilkan bentuk hukum kebiasaan, Franken sejalan
dengan pandangan J.E. Spruit yang menyatakan bahwa
suatu hukum kebiasaan berlaku bagi semua anggota
masyarakat secara tidak langsung, melainkan melalui
yurisprudensi.
Dalam hal ini terdapat dua variansi, yaitu
58
59
60